Anda di halaman 1dari 5

PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM PROMOSI KESEHATAN

“ THEORY OF PLANNED BEHAVIOUR “

Disusun Oleh:

Nama : Moh. Fikram Dg. Sirata


NIM : P10119011

Dosen Pengajar :

Mohammad Fikri, S.KM., M.PH

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
Theory Planned Behaviour
Pada mulanya teori perilaku terencana disebut sebagai theory of reasoned
action atau teori tindakan beralasan. Kemudian teori ini dikembangkan pada tahun
1967 dan selanjutnya direvisi serta diperluas oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein.
Tahun 1989 theory of reasoned action tersebut digunakan untuk mempelajari
karakteristik perilaku manusia. Teori tindakan beralasan ini terbukti berhasil
ketika telah diaplikasikan kepada perilaku yang berada di bawah kendali individu
itu sendiri. Jika perilaku tersebut tidak sepenuhnya berada di bawah kendali
bahkan kemauan individunya, meskipun ia begitu termotivasi terhadap sikap dan
norma subjektifnya, ia mungkin tidak akan menampilkan secara nyata perilaku
tertentu. Mengatasi adanya kekurangan teori tindakan beralasan tersebut, maka
pada tahun 1988 Theory Planned Behaviour dikembangkan untuk memprediksi
seperti apa perilaku yang sepenuhnya tanpa dibawah kendali individu. 1
Theory of Planned Behaviour atau disebut sebagai teori perilaku terencana
ini didasarkan pada suatu asumsi bahwasanya manusia merupakan mahluk yang
rasional serta menggunakan sebuah informasi pada dirinya secara sistematis.
Individu memikirkan sebuah implikasi dari hasil tindakan mereka sebelum
memutuskan akan melakukan atau bahkan tidak melakukan perilaku tertentu.
Seperti contoh kasus yang ada pada topik jurnal “Aplikasi Theory of Planned
Behaviour Untuk Memprediksi Perilaku Mahasiswa Membeli Laptop Lenovo”
untuk melihat penggunaan atau pengaplikasian TPB.
Sebelumnya theory of planned behavior pada jurnal tersebut dijelaskan
merupakan teori yang menganalisis sikap konsumen, norma subjektif, serta
kontrol perilaku yang dirasakan konsumen. Suatu sikap konsumen dilakukan
pengukuran terhadap cara seseorang dalam merasakan suatu objek sebagai suatu
hal positif atau negative serta menguntungkan atau merugikan. Sikap konsumen
sangat diharapkan bisa menentukan apa yang dilakukan pada waktu mendatang
terhadap produk computer merk tertentu misal Lenovo, sehingga konsumen
tersebut merasakan senang atau kepuasan terhadap produk komputer. Jadi, bila
1
Darwis Tamba, ‘Aplikasi Theory of Planned Behaviour Untuk Memprediksi Perilaku
Mahasiswa Membeli Laptop Lenovo’, Jurnal Manajemen Dan Bisnis, 2017, 115–41
<https://doi.org/10.17605/eko.v17i2.411>.
produk komputer itu diberikan penawaran terhadap konsumen, besar
kemungkinan akan dibeli konsumen tersebut. 2
Contoh kasus lain terhadap pengaplikasian theory of planned behavior
yaitu perilaku membuang sampah. Perilaku tersebut bisa dilakukan ketika
individu mempunyai keinginan kuat untuk melakukanya. Keinginan ini disadari
serta direncanakan agar terlibat dalam perilaku membuang sampah dan disebut
sebagai sebuah intensi membuang sampah. Intensi merupakan indikasi adanya
seberapa besar individu tersebut akan berusaha ketika memunculkan sebuah
tingkah laku tertentu. 3
Dalam Theory of Planned Behavior intensi sendiri dipengaruhi oleh tiga
determinan. 4 Hal tersebut diantaranya adalah:
1) Sikap (Attitude)
Berdasarkan theory planned behavior, sikap yang ada pada individu
terhadap perilaku didapatkan dari keyakinan atas konsekuensi yang telah
ditimbulkan oleh perilaku itu sendiri, istilahnya behavioral beliefs (keyakinan
terhadap perilaku). Keyakinan tersebut menghubungkan perilaku pada hasil
tertentu atau pada beberapa atribut lainnya misalnya biaya atau kerugian yang
terjadi saat melakukan suatu perilaku. Ini dengan kata lain, seseorang yakin
bahwasanya sebuah tingkah laku dapat menciptakan outcome positif. Maka
individu tersebut nantinya memiliki sikap yang positif atau sebaliknya.
2) Norma Subjektif (Subjective norm)
Pada norma subyektif dimaksudkan adanya persepsi atau pandangan
seseorang pada kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi suatu niat
dalam melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang atau akan
dipertimbangkan. Norma subyektif dapat dideskripsikan dengan sejauh mana
seseorang memiliki segudang motivasi untuk ikuti pandangan atau persepsi
orang terhadap perilaku yang dilakukan (normative belief) jika individu

2
Tamba.
3
Nasruddin Syam, Gafur Abd, and Wardiah Hamzah, ‘Implementasi Theory Planning
Behavior Terhadap Intensi Membuang Sampah Pengunjung Car Free Day Pantai Losari
Kota Makassar’, Window of Health:Jurnal Kesehatan, 2.1 (2019), 77–87.
4
Nadhira. Afdalia, ‘Theory of Planned Behavior Dan Readiness for Change Dalam
Memprediksi Niat Implementasi Peraturan’, Jaai, 18.2 (2010), 110–23.
merasa itu merupakan hak pribadinya dalam menentukan apa yang dilakukan
dan bukan ditentukan oleh orang lain, maka dia akan mengabaikanpersepsi
orang mengenai perilaku yang dilakukannya. Fishbein dan Ajzen (1975)
menyebut istilah ini dengan “motivation to comply” untuk menggambarkan
kejadian ini adalah apakah individu dapat mematuhi pandangan orang lain dan
akan berpengaruh dalam hidupnya atau tidak.
3) Kontrol Perilaku Persepsian (Perceived behavioral control)
Schifter dan Ajzen (1985) menambahkan sebuah konsep yang
sebelumnya tidak dimiliki pada theory reasoned action. Konsep ini
ditambahkan kedalam theroy of planned behavior untuk mengontrol sebuah
perilaku yang dibatasi dalam keterbatasan dan kurangnya sumber daya dalam
melakukan perilaku konstruk. Konstruk yang ditambahkan ialah kontrol
perilaku persepsian (perceived behavioral control). Kontrol perilaku tersebut
dapat diartikan sebagai suatu kemudahan atau bisa kesulitan persepsian dalam
melakukan perilaku. Ajzen (2005) memberi nama kondisi ini sebagai kontrol
perilaku persepsian.
Perlu diketahui mengenai TPB tidak secara langsung berkaitan dengan
jumlah dari kontrol yang dimiliki seseorang, tetapi teori ini pada dasarnya
lebih mempertimbangkan pengaruh yang ada dan mungkin dari kontrol
perilaku persepsian dalam mencapai tujuan perilaku tertentu.. Kontrol perilaku
lebih merujuk pada mempertimbangkan beberapa paksaan yang realistis
mungkin terjadi.5
Sehingga secara menyeluruh, suatu kepercayaan dalam perilaku dapat
membentuk suatu sikap menyukai atau sebaliknya terhadap perilaku tertentu.
Kepercayaan normatif menciptakan tekanan sosial atau bahkan norma
subyektif, serta kepercayaan kontrol hendak memberikan kontrol perilaku
persepsian. Nantinya semua unsur seperti sikap terhadap perilaku, norma
subyektif, serta kontrol perilaku persepsian akan menggerakan niat perilaku
(behavioral intention) serta selanjutnya membentuk perilaku (behaviour).
Sumber Referensi

5
Afdalia.
Afdalia, Nadhira., ‘Theory of Planned Behavior Dan Readiness for Change Dalam
Memprediksi Niat Implementasi Peraturan’, Jaai, 18.2 (2010), 110–23

Syam, Nasruddin, Gafur Abd, and Wardiah Hamzah, ‘Implementasi Theory


Planning Behavior Terhadap Intensi Membuang Sampah Pengunjung Car
Free Day Pantai Losari Kota Makassar’, Window of Health:Jurnal
Kesehatan, 2.1 (2019), 77–87

Tamba, Darwis, ‘Aplikasi Theory of Planned Behaviour Untuk Memprediksi


Perilaku Mahasiswa Membeli Laptop Lenovo’, Jurnal Manajemen Dan
Bisnis, 2017, 115–41 <https://doi.org/10.17605/eko.v17i2.411>

Anda mungkin juga menyukai