Nasional memiliki nasib yang sedikit berbeda apabila dibanding dengan saudara kandungnya
“bagian produksi “, sekarang coba tebak, dimana biasanya ruang engineering/maintenance ini
dalam layout denah pabrik (industri)? Tentunya kebanyakan adalah di belakang bukan? Hamper
mirip dengan denah rumah di kebanyakan masyarakat jawa, Ruang tamu didepan, sedangkan
dapur biasanya dibelakang. (memang berbeda lagi apabila di Bali, Dapur yang justru ada di
depan). Tidak semua memang, namun kebanyakan adalah seperti itu.
Beberapa perusahaan Jepang yang sudah menerapkan Total Produktif Maintenance (TPM)
memiliki gaya yang lebih berbeda. Mereka biasanya akan menggabungkan struktur
Maintenance dengan produksi. Dan imbasnya adalah, ruang maintenance benar-benar di dalam
lingkup area produksi. Kondisi seperti ini memang seperti sebuah tuntutan, dalam TPM, hampir
semua personel produksi adalah memiliki fungsi maintenance, tentunya dengan ruang lingkup
yang lebih kecil dan memang sebelumnya sudah ditentukan, maka dari itu sama sekali tidak
mengherankan apabila hampir disemua mesin yang bertebaran SOP perawatan mesin standard
yang biasanya dilakukan oleh para operator, tidak perduli itu dia adalah laki-laki, perempuan,
anak muda, sampai dengan bapak-bapak seumuran tua, menjadi kewajiban mereka untuk
mampu dalam menjalankannya.
Meskipun memiliki Maintenance dalam setiap depertemen/divisi produksi, namun tetap saja
perusahaan jenis ini masih memerlukan Maintenane Central (Engineering Pusat). (Dan tetap saja
posisinya masih selalu dibelakang) koq masih perlu? bukannya mereka sudah menerapkan
TPM???? Eh, tunggu dulu, memang dalam struktur maintenance dalam internal produksi efektif
untuk menunjang segala aktivitas produksi dalam menangani fungsi-fungsi maintenance secara
reguler (umum). Seperti :
1. Aktivitas Inspection (Inspeksi).
2. Lubrication (Pelumas).
3. Parts Replacement (Penggantian Spareparts).
4. Overhoul.
5. Regular Machine Problem Solving (Pemecahan Masalah Mesin Reguler).
6. Technical Improvement (Peningkatan Teknis).