Anda di halaman 1dari 8

Tugas Compounding & Dispensing

INTERAKSI OBAT
KONTRASEPSI ORAL

Oleh :

AMELIA
N211 13 009
KELAS A

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
interaksi obat kontrasepsi oral dengan:
1. Barbiturat
2. Benzodiazepin
3. Antikonvulsan
4. Kortikosteroid
5. Antidiabetes
6. Hormon tiroid
7. Antibiotik (ampisilin, rifampisin, tetrasiklin)
8. Merokok

JAWABAN :
Interaksi Obat Kontrasepsi Oral dengan :
1. Barbiturat
Kombinasi antara kontrasepsi oral dengan barbiturat seperti fenobarbital
akan menurunkan kadar hormon steroid dalam plasma. Oleh karena itu obat-
obat kontrasepsi oral tidak bisa digunakan selama pengobatan dengan
barbiturat. Hal ini disebabkan karena barbiturat (merupakan penginduksi
enzim) dapat meningkatkan metabolisme dan klirens dari kontrasepsi oral.
Dengan kata lain efek obat kontrasepsi oral dapat berkurang dan
memungkinkan terjadinya ovulasi. Akibatnya resiko hamil dapat menigkat
sampai 25 kali. Perdarahan menunjukkan kemungkinan adanya interaksi.
Kegagalan dari kontrasepsi implant juga telah dilaporkan. Mekanisme interaksi
dijelaskan bahwa barbiturat berperan sebagai penginduksi enzim hepatik
(enzim metabolisme) yang cukup kuat sehingga meningkatkan metabolisme
obat-obat kontrasepsi oral dan meningkatkan jumlah klirens kontrasepsi oral
dari tubuh. Oleh karena itu, penggunaan bersama kedua obat ini akan
menurunkan efek kontrasepsi. Contoh obat golongan barbiturat :
fenobarbital.

2. Benzodiazepin
Sama halnya dengan barbiturate, obat-obat golongan benzodiazepin
seperti : karbamazepin dan okskarbazepin, merupakan obat yang bersifat
menginduksi enzim hepatik sitokrom P450 yang berfungsi dalam metabolisme
obat kontrasepsi oral. Kerja enzim ini meningkat metabolisme kontrasepsi oral.
Sehingga kadar obat kontrasepsi oral dalam darah semakin cepat hilang
(akibat dari klirens yang meningkat). Akibatnya efek kontrasepsi oral berkurang
dan bisa terjadi ovulasi dan resiko kehamilan bertambah. Selain itu efek
terhadap benzodiazepin adalah bahwa obat kontrasepsi oral dapat
meningkatkan metabolisme dari benzodiazepin, sehingga kadarnya dapat
menurun dan efek terapi untuk obat ini tidak akan tercapai. Beberapa obat
golongan benzodiazepin seperti klordiazepoksid, diazepam, dan nitrazepam
dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan pada pasien yang juga
mengkonsumsi kontrasepsi hormonal. Mekanisme terjadinya perdarahan ini
tidak diketahui. Kontrasepsi hormonal mempengaruhi metabolisme
benzodiazepin oleh hati dengan cara yang berbeda: metabolisme oksidatif
berkurang (alprazolam, chlordiazepoxide, diazepam, dll), sedangkan
metabolisme oleh glukuronat konjugasi meningkat (lorazepam, oxazepam,
temazepam, dll).

3. Antikonvulsan
Kemungkinan terjadi 2 akibat dari interaksi kontrasepsi oral dengan
antikonvulsan, yaitu :
a. Efek obat kontrasepsi oral berkurang atau mengurangi kemanjuran
kontrasepsi oral.
Penjelasan yang paling sering tentang mekanisme kegagalan terapi
kontrasepsi oral adalah antikonvulsan mempercepat metabolisme obat
kontrasepsi oral melalui induksi enzim hepatik pemetabolisme obat.
Sehingga mengurangi efek kontrasepsi oral. Kehamilan dan perdarahan
merupakan indikasi terjadinya interaksi.
b. Efek antikonvulsif dapat berkurang
Berkaitan dengan kontrol serangan kejang. Kadang terjadi perubahan
fungsi tubuh karena penggunaan kontrasepsi oral yang mempengaruhi
juga hormon. Perubahan pada kontrol serangan kejang menyebabkan
terjadinya retensi cairan dan oleh karena itu memperparah kejang.
4. Kortikosteroid
Efek kortikosteroid dapat meningkat. Kortikosteroid digunakan untuk
rhinitis, alergi berat, asma, kelainan endokrin, leukemia. kolitis dan enteritis
(radang saluran usus), serta berbagai penyakit kulit, paru-paru dan mata.
Akibatnya: terjadi efek samping merugikan akibat terlalu banyak kortikosteroid.
Gejala yang dilaporkan antara lain berat badan meningkat, bengkak, haus dan
kencing berlebihan, nyeri dalam, osteoporosis, turunnya daya tahan tubuh
terhadap infeksi, tak bertenaga.

5. Antidiabetes
Beberapa wanita mungkin memerlukan peningkatan atau penurunan
kecil dari dosis obat antidiabetes saat menggunakannya bersama kontrasepsi
hormonal. Terlepas dari pengendalian diabetes, kontrasepsi hormonal harus
digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan diabetes karena peningkatan
risiko penyakit arteri. Banyak mekanisme telah dianggap bertanggungjawab
dalam hal ini, diantaranya perubahan sekresi kortisol, perubahan dalam
pemanfaatan jaringan glukosa, produksi berlebihan hormon pertumbuhan, dan
perubahan dalam fungsi hati (metabolisme). Pengaruh exenatide pada tingkat
kontrasepsi diperkirakan terjadi karena penundaan exenatide pengosongan
lambung.
Pasien dengan diabetes mungkin akan mengalami sedikit penurunan atau
bahkan peningkatan dalam dosis obat hipoglikemik jika digunakan bersama
kontrasepsi oral. Efektivitas obat antidiabetika akan terganggu. Mekanisme
interaksi belum dijelaskan. Banyak mekanisme diduga termasuk perubahan
dalam sekresi kortisol, perubahan kebutuhan glukosa jaringan, produksi
hormone pertumbuhan yang berlebihan dan perubahan pada fungsi hati.

6. Hormon Tiroid
Estrogen dalam pil KB (kontrasepsi oral) selain berfungsi mengendalikan
proses ovulasi dan membuat perubahan dalam kerja hormon yang berkaitan
dengan ovarium dan uterus, juga meningkatkan kadar TBG atau globulin
pengikat tiroid dalam darah. Oleh karena itu, dengan penggunaan kontrasepsi
oral maka semakin banyak hormon tiroid yang terikat dan kadar bebas tiroid
menurun. Orang yang mengonsumsi pil KB mungkin mengalami penurunan
hormone tiroid. Namun, terkadang hal ini tidak menjadi masalah kecuali jika
seseorang telah memiliki pra-kondisi yang ada hipotiroidisme. Orang dengan
hipotiroid, biasanya mengalami penurunan tingkat metabolisme, menyebabkan
berat badan meningkat/ kegemukan.

7. Antibiotik (ampisilin, rifampisin, tetrasiklin)


Ada beberapa keadaan di mana secara teoritik, antimikroba
(antibiotika/antijamur) dapat mempengaruhi penyerapan, metabolisme dan
pengeluaran etilen estradiol, menurunkan potensinya serta dapat
menyebabkan pendarahan, bahkan kegagalan KB, yaitu kehamilan.
a. Ampisilin
Kegagalan kombinasi kontrasepsi oral untuk mencegah konsepsi dan
kehamilan dihubungkan dengan penggunaan penisilin, contohnya ampisilin.
Tapi interaksi ini jarang terjadi. Kegagalan kontrasepsi oral yang mengandung
hanya progesterone juga telah dikaitkan dengan penggunaan penisilin.
Mekanisme interaksi tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Komponen
estrogen pada kontrasepsi oral beredar dalam siklus enterohepatik (secara
berulang disekresi dalam empedu sebagai steroid sulfat dan konjugat
glukuronida yang kemudian dihidrolisis oleh bakteri sebelum reabsorbsi). Satu
penjelasan tentang mekanisme interaksi yaitu: jika bakteri-bakteri ini dikurangi/
dihilangkan oleh penggunaan antibakteri, konjugat steroid gagal untuk
dihidrolisis oleh bakteri dan sangat sedikit direabsorbsi, mengakibatkan
konsentrasi estrogen yang kurang/di bawah normal, yang bersirkulasi pada
sejumlah kecil wanita dan pada penahanan ovulasi yang tidak kuat.
b. Rifampisin
Rifampisin, suatu antibiotika yang digunakan untuk mengobati TBC,
adalah yang pertama kali dilaporkan menyebabkan berkurangnya efek pil KB
pada sekitar tahun 1971 di Jerman. Di antara 88 wanita yang menggunakan pil
KB dan Rifampisin, 62 orang diantaranya dilaporkan mengalami gangguan
menstruasi dan 5 orang gagal ber-KB atau hamil. Rifampisin adalah
penginduksi yang poten terhadap enzim sitokrom P450, sehingga
meningkatkan proses metabolisme etinil estradiol menjadi senyawa tak aktif,
yang pada gilirannya menyebabkan berkurangnya konsentrasi pil KB tersebut
dalam tubuh dan menyebabkan efeknya jadi berkurang.
Akibat interaksi yaitu perdarahan, konsepsi dan kehamilan yang tidak
dapat dicegah walaupun dengan pemberian kontrasepsi oral. Mekanisme
interaksi : rifampisin (pemberian 600 mg sehari selama 6 hari) dapat
meningkatkan hidroksilasi etinilestradiol hingga 4 kali dan mengurangi kadar
noretisteron serum secara signifikan. Mestranol juga mungkin berinteraksi.
Sebagai hasil dari induksi enzim ini, penurunan kadar steroid dapat terjadi
sehingga tidak mencukupi untuk mencegah pengembalian siklus menstruasi
normal dengan ovulasi, yang dapat menjelaskan terjadinya perdarahan dan
kehamilan.
c. Tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, minosiklin, tetrasiklin)
Penggunaan secara bersamaan tetrasiklin dengan obat kontrasepsi oral
mengakibatkan gagalnya terapi kontrasepsi, yaitu kemungkinan dapat terjadi
kehamilan. Mekanisme tidak dimengerti, dijelaskan sebagai supresi/
penekanan bakteri intestinal yang hasilnya pada penurunan kadar kontrasepsi
serum. Oleh karena itu, kadar normal untuk bekerja tidak tercapai sehingga
efek kontrasepsi berkurang.
Sedapat mungkin hindari interaksi ini. Jika kontrasepsi oral diperlukan,
gunakan kontrasepsi oral dengan estrogen kadar tinggi (>35 µg etinil estradiol)
atau metode kontrasepsi alternatif lain.

8. Merokok
Studi epidemiologis menunjukkan bahwa bahaya efek kardiovaskuler
seperti stroke, infark miokardial dan thromboembolisme yang dikaitkan dengan
penggunaan kontrasepsi oral (pil KB) jauh lebih besar pada seorang perokok
daripada bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan umur serta jumlah rokok
yang diisap seharinya. Mekanisme pasti dari interaksi ini masih kurang jelas.
Bagaimana pun, wanita yang sedang ber-KB dengan Pil KB seharusnya tidak
merokok karena asap rokok dapat mengurangi kadar estrogen dalam darah.
Dan kalau wanita ini tidak mau menghentikan rokoknya, maka dia harus
memakai cara kontrasepsi yang lain, misalnya kondom.
Resiko tromboemboli pada wanita yang mengkonsumsi kontrasepsi oral
meningkat jika mereka merokok. Studi pada kelompok wanita usia 40-41 tahun
pengguna kontrasepsi oral yang merokok menunjukkan bahwa mereka
memiliki kadar HDL (High Density Lipoprotein) serum yang rendah daripada
wanita yang tidak merokok atau tidak menggunakan kontrasepsi oral. Ini
dihubungkan dengan resiko di atas. Karena kadar HDL yang rendah
merupakan faktor resiko mayor dalam penyakit/ gangguan hati. Bahwa
merokok mempengaruhi metabolisme obat sudah lama diketahui. Mekanisme
utama dari interaksi ini ialah biotransformasi obat dipercepat karena terjadi
induksi dari mikrosomal enzim di hepar yang disebabkan oleh zat-zat yang ada
pada asap rokok. Interaksi obat dengan tembakau/rokok ini mengakibatkan
penurunan kadar obat dalam plasma.
DAFTAR PUSTAKA

1. Harkness, Richard. Interaksi Obat. Bandung. Penerbit ITB. 1989.

2. Stockley, Ivan H. Stockley’s Drug Interaction. London. Pharmaceutical


Press. 2005.

Anda mungkin juga menyukai