Anda di halaman 1dari 9

BAB II

HERNIA

Hernia, atau sering kita kenal dengan istilah “turun bero”,

merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah

dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan

isi hernia. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau

kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Hernia diberi nama menurut

letaknya, misalnya diafragma, inguinal, umbilikal, femoral.

  Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi

hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan

masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk ke perut, tidak ada keluhan

nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi

kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini

biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum

kantong hernia. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan

usus. Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya

terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak

dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase

atau vaskularisasi. Secara klinis, hernia inkarserata lebih dimaksudkan

untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan

vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata. Pada keadaan

sebenarnya, gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan


dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai

nekrosis.

                                                            

Gambar 1. Bagian-bagian Hernia

1. Kantong hernia: pada hernia abdominalis berupa peritoneum

parietalis;

2. Isi hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong

hernia. Pada hernia abdominalis berupa usus; 3. Locus Minoris

Resistence (LMR); 4. Cincin hernia: Merupakan bagian locus

minoris resistence yang dilalui kantong hernia; 5. Leher hernia:

Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong

hernia.

Klasifikasi Hernia Berdasarkan Arah Herniasi

 • Hernia Eksterna

Penonjolannya dapat dilihat dari luar :

a.  Hernia Inguinalis Medialis dan Lateralis

b. Hernia Femoralis

c. Hernia Umbilicus
d. Hernia Epigastrica

e. Hernia Lumbalis

f.  Hernia Obturatoria

g. Hernia Semilunaris

h. Hernia Perinealis

i.  Hernia Ischiadica

• Hernia Interna

Bila isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya cavum thorax, cavum

abdomen :

a. Hernia Epiploici Winslowi : Herniasi viscera abdomen melalui foramen

omentale

b. Hernia Bursa Omentalis

c. Hernia Mesenterica

d. Hernia Retroperitonealis

e. Hernia Diafragmatic

 Hernia Inguinalis

Hernia yang paling sering terjadi (sekitar 75% dari hernia

abdominalis) adalah hernia inguinalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi:

hernia inguinalis indirek (lateralis), di mana isi hernia masuk ke dalam

kanalis inguinalis melalui locus minoris resistence (annulus inguinalis

internus); dan hernia inguinalis direk (medialis), di mana isi hernia masuk

melalui titik yang lemah pada dinding belakang kanalis inguinalis. Hernia
inguinalis lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita, sementara

hernia femoralis lebih sering terjadi pada wanita.

 Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau

karena sebab yang didapat. Faktor yang dipandang berperan kausal

adalah prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam

rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Tekanan

intra abdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertrofi

prostat, konstipasi dan asites sering disertai hernia inguinalis.

 Hernia juga mudah terjadi pada individu yang kelebihan berat badan,

sering mengangkat benda berat, atau mengedan. 1,6,7 Jika kantong hernia

inguinalis lateralis mencapai scrotum maka disebut hernia skrotalis.

Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis

yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya.

Etiologi

Hernia inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.oblikus internus

abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi

dan adanya fasia transversa yang kuat yang menutupi trigonum

Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada

mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis

antara lain:

1. Kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis,

2. Prosesus vaginalis yang terbuka, baik kongenital maupun didapat,


3. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, hipertrofi prostat,

konstipasi, dan asites,

4. Kelemahan otot dinding perut karena usia,

5. Defisiensi otot,

6. Hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok, penuaan atau

penyakit sistemik.

Gambaran Klinis dan Diagnosis

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi

hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya

benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau

mengedan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang

dijumpai kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau

periumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium

sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri

yang disertai mual muntah baru timbul kalau terjadi inkaserata karena

ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.

Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia.

Pada saat inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis

lateral muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari

lateral atas medial bawah. Kantong hernia yang kosong dapat diraba pada

funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang

memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut

tanda sarung tangan sutera, tetapi pada umumnya tanda ini susah
ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada

palpasi mungkin teraba usus, omentum maupun ovarium. Dengan jari

telunjuk atau dengan jari kelingking, pada anak dapat dicoba mendorong

isi hernia dengan cara mendorong isi hernia dengan menekan kulit

skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah

hernia ini dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi,

pada waktu jari masuk berada dalam anulus eksternus, pasien diminta

mengedan. Kalau ujung jari menyentu hernia berarti hernia inguinalis

lateralis, dan bagian sisi jari yang menyentuhnya adalah hernia inguinalis

medial. Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi,

atau jika tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas

di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus

eksternus.

Penatalaksanaan hernia inguinalis

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi

dan pemakian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi

hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia

strangulata kecuali pada anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual

dimana tangan kiri memegang isi hernia dengan membentuk corong dan

tangan kanan mendorong isi hernia ke arah cincin hernia dengan sedikit

tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak

inkaserasi sering terjadi pada umur kurang dari dua tahun. Reposisi

spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang
terjadi dibanding orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh karena cincin

hernia pada anak-anak masih elastis dibanding dewasa. Reposisi

dilakukan dengan cara menidurkan anak dengan pemberian sedativ dan

kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil maka anak

akan dipersiapkan untuk operasi berikutnya. Jika reposisi tidak berhasil

dalam waktu enam jam maka harus dilakukan operasi sesegera mungkin.

Pemakaian bantalan atau penyangga hanya bertujuan agar

menahan hernia yang sudah direposisi dan tidak pernah menyembuh dan

harus dipakai seumur hidup. Cara ini mempunyai komplikasi antara lain

merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang ditekan

sedangkan strangulasi tentang mengacam. Pada anak-anak cara ini dapat

menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tali sperma yang

mengandung pembuluh darah testis.

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia

inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis

ditegakkan. Prinsip pengobatan hernia adalah herniotomi dan hernioplasti.

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke

lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada

perlengketan, kemudian direposisi, Kantong hernia dijahit-ikat setinggi

mungkin lalu dipotong. Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil

anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis

inguinalis. Hernioplastik dalam mencegah residif dibandingkan dengan

herniotomi. Dikenalnya berbagai metode hernioplastik seperti


memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup

dan memperkuat fasia tranversa, dan menjahitkan pertemuan m.

tranversus abdominis internus dan m. internus abdominis yang dikenal

dengan cojoint tendon ke ligamentum inguinal poupart menurut metode

basinni atau menjahit fasia tranversa, m.tranversa abdominis, m.oblikus

internus ke ligamentum cooper pada Mc Vay. Teknik herniorafi yang

dilakukan oleh basinni adalah setelah diseksi kanalis inguinalis, dilakukan

rekontruksi lipat paha dengan cara mengaproksimasi muskulus oblikus

internus, muskulus tranversus abdominis dan fasia tranversalis dengan

traktus iliopubik dan ligamentum inguinale, teknik ini dapat digunakan

pada hernia direk maupun hernia inderek.

Kelemahan teknik Basinni dan teknik lain yang berupa variasi

teknik herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari

otot yang dijahit. Untuk mengatasi masalah ini pada tahun delapan

puluhan dipopulerkan pendekatan operasi bebas regangan. Pada teknik

itu digunakan protesis mesh untuk memperkuat fasia tranversalis yang

membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahit dasar otototot ke

inguinal.

Pencegahan

 Kelainan kongenital yang menyebabkan hernia memang tidak dapat

dicegah, namun langkah-langkah berikut ini dapat mengurangi tekanan

pada otot-otot dan jaringan abdomen:


a. Menjaga berat badan ideal. Jika anda merasa kelebihan berat badan,

konsultasikan dengan dokter mengenai program latihan dan diet yang

sesuai.

b. Konsumsi makanan berserat tinggi. Buah-buahan segar, sayur-

sayuran dan gandum baik untuk kesehatan. Makanan-makanan

tersebut kaya akan serat yang dapat mencegah konstipasi.

c. Mengangkat benda berat dengan hati-hati atau menghindari dari

mengangkat benda berat. Jika harus mengangkat benda berat,

biasakan untuk selalu menekuk lutut dan jangan membungkuk dengan

bertumpu pada pinggang.

d. Berhenti merokok. Selain meningkatkan resiko terhadap penyakit-

penyakit serius seperti kanker dan penyakit jantung, merokok

seringkali menyebabkan batuk kronik yang dapat menyebabkan

hernia inguinalis.

Anda mungkin juga menyukai