Anda di halaman 1dari 25

Kasus 3 : Diare

Anto (6 bulan) dibawa ke Puskesmas karena berak encer seperti air, lebih
dari 10 kali dalam sehari. Anto tidak pernah muntah. Pada pemeriksaan laboratorium
dari tinja Anto, tidak ditemukan adanya telur cacing atau parasit usus lainnya. Berak-
berak seperti ini selalu diderita oleh anggota keluarga pak Anwar, orang tua Anto. Pak
Anwar adalah seorang pelayan di salah satu toko kelontong di pasar tradisional di kota.
Ia bersama istri dan ke lima anaknya, serta kedua orang tua ibu Anwar tnggal pada satu
rumah panggung berukuran 4 kali 7 meter. Dikampung dimana mereka tinggal belum
ada fasilitas PAM, karena itu sumber air sebagian besar penduduk adalah sumur gali,
dan sebagian lagi adalah air sungai yang mengalir tidak jauh dari kampung tersebut.
Belum semua rumah mempunyai fasilitas MCK. Anto adalah anak bungsu dari keluarga
pak Anwar yang mempunyai 5 orang anak. Anto mendapat asi dari ibunya dan bubur
sebagai makanan tambahan
LAPORAN KASUS PENYAKIT DIARE

1. Data pasien yang di ambil saat di PKM


A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : anto
2. Umur : 6 bulan
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. Agama :-
5. Pekerjaan :-
6. Alamat :-
7. Status : Anak kandung
8. Tanggal Pemeriksaan : 16 Juni 2020

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : berak encer
2. Anamnesis Terpimpin : - konsistensi seperti air
- 10x sehari
- Tidak ada muntah
- Tidak disertai lendir
- Tidak ada darah
- Tidak berbau busuk
- Anak tampak lemah
3.Riwayat Penyakit sebelumnya : sering menderita diare
4.Riwayat Penyakit Keluarga: Diare
5.Riwayat Pengobatan: -
6.Riwayat Sosial Ekonomi: Menengah
7. Lingkungan: Lingkungan yang kurang baik dan belum memiliki fasilitas
PAM sehingga menggunakan sumur gali dan air sungai sementara
fasilitas MCK belum merata.

C. PEMERIKSAAN FISIS
1. Tinggi badan : 90 cm
2. Berat badan : (8 kg)
3. Tanda Vital :
- TD : 90/60 mmHg
- Nadi : 110x/menit
- Pernapasan : 24x/menit
- Suhu : 38 oC
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan tinja= tidak ditemukan telur cacing atau parasite lainnya.

E. DIAGNOSIS : Diare

F. PENATALAKSANAAN:

Farmakologi: Pemberian oralit untuk mengembalikan cairan tubuh, pemberian


zink

2 Data hasil Kunjungan Rumah Pasien


- Keluhan : Berak encer
- Pemeriksaan Tanda Vital :
 TD : 90/60 mmhg
 Nadi : 110x/menit
 Pernapasan : 24x/menit
o
 Suhu : 38 c
A. Karakteristik Demografi Keluarga

Nama Kepala Keluarga : Bapak Anwar

Alamat lengkap :-

Bentuk keluarga : Extended Family

Keduduka L/ Penderit Ke
No Nama n p Umur Pendidikan Pekerjaan a Klinik t
Pekerja
Kepala toko
1 Bpk. A keluarga L 43thn SMA sederajat kelontong
2 Ibu A Istri P 35thn SMA sederajat IRT
Anak SD/ SMA
3 1 Anak 15thn sederajat Pelajar
Anak SD/SMA
4 2 Anak 13thn sederajat Pelajar
Anak SD/SMA
5 3 Anak 11thn sederajat Pelajar
Anak SD/SMA
6 4 Anak 8thn sederajat Pelajar
7 Anto Anak L 6 bln Belum sekolah - Diare

8 Kakek Org tua L 70 thn SD sederajat -


9 Nenek Org tua P 65 thn SD sederajat -

B. Identitas Pasien
1. Nama : Anto
2. Umur : 6 bln
3. Jenis kelamin :L
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan :-
6. Alamat :
7. Status : Anak
8. Tanggal Kunjungan : 12 Juni 2020
C. Penetapan Masalah Pasien :
1. Riwayat medis : Diare
2. Riwayat penyakit keluarga : - Diare

Riwayat kebiasaan : - konsumsi air yang kurang bersih

- Kurangnya fasilitas MCK

Riwayat social ekonomi : Ekonomi rendah

3. Riwayat gizi : IMT normal


4. Diagnostik Holistik :

1. Aspek Personal

a) Alasan kedatangan : Berak Encer


b) Kekhawatiran : Dehidrasi
c) Persepsi : Diare akibat air yang tidak bersih
d) Harapan : Berak encer yang diderita dapat
segera disembuhkan

2. Aspek Klinik : Diare

3. Aspek Risiko Internal : Pengetahuan tentang kebersihan


dalam keluarga dan penggunaan air
bersih baik untuk dikonsumsi maupun
yang lainnya.

4. Aspek Risiko Eksternal

a) Lingkungan tempat tinggal : Rumah


panggung, tidak menggunakan
PAM, sumber air dari sumur gali
dan air sungai, MCK belum
merata.
b) Sosial ekonomi : Sosial Ekonomi rendah
D. Fungsi Keluarga :

No Fungsi Isian
1. Biologis 2. Anggota Keluarga :
- Bapak A
- Ny. A
- Anak 1
- Anak 2
- Anak 3
- Anak 4
- Anto
- Kakek
- Nenek

Bentuk keluarga: Extended Family

3. Riwayat Kelahiran:
 Keadaan saat lahir : Normal, bayi cukup bulan sesuai masa
kehamilan
 Persalinan : pervaginam
 Riwayat penyakit lain: tidak ada
4. Penyakit yang pernah diderita
 Penyakit Menular : Diare
 Penyakit kronis :
5. Penyakit yang diderita saat ini : Diare
6. Riwayat pemakaian imunisasi :
- BCG
- Polio 1-4
- Hepatitis D
- DPT Hib 1-3
- IPV
2. Sosial A. Kedudukan sosial dalam masyarakat : Masyarakat biasa
B. Keaktifan dalam kegiatan masyarakat : sikap keluarga di
tengah masyarakat cukup baik. Dimana keluarga pasien
dengan tetangganya saling mengenal.

3. Psikologis A. Penderita tinggal serumah dengan : Orang tua, 4 saudara,


kakek dan nenek
B. Hubungan antar anggota keluarga : Harmonis
C. Penyelesaian masalah dalam keluarga : Baik

4. Ekonomi A. Penghasilan utama keluarga dari : Ayah


dan B. Pekerjaan Penderita :-
Pemenuha C. Pekerjaan anggota keluarga lain : ayah seorang pelayan di
n toko
Kebutuhan D. Sehari – hari makan dengan : ASI dan Bubur
E. Biaya berobat : BPJS

5. Penguasa A. Keputusan penting keluarga dipegang oleh : Ayah


an B. Cara menyelesaikan masalah dengan keluarga : diskusi
Masalah keluarga
dan C. Hubungan dengan masyarakat sekitarnya : baik
Kemampu
an
eradaptasi
E. Fungsi Fisiologis (Skor APGAR – Adaptation, Partnership, Growth, Affection,
Resolve)

Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score adalah skor
yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap
anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain.
APGAR score meliputi:
1. Adaptation
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga
yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang
lain.
2. Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota
keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.
3. Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal – hal baru yang dilakukan
anggota keluarga tersebut.
4. Affection
Menggambarkan hubungan kasih saying dan interaksi antar anggota keluarga.
5. Resolve

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu


yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain. Di mana jika jarang/tidak
sama sekali diberi nilai 0, kadang – kadang bernilai 1dan sering/selalu diberi
nilai 2

Terdapat interpretasi penilaian yaitu:


- < 3 menandakan disfungsi keluarga yang sangat tinggi
- 4-6 menandakan disfungsi keluarga sedang
- 7-10 menandakan tidak ada disfungsi keluarga

Fungsi Fisiologis (APGAR Ibu Anwar terhadap Keluarga)


Nama Anggota Keluarga : Sering Kadang Jarang
2 1 0
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga v
saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan v
membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan v
mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan
baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya v
mengekspresikan kasih sayang dan merespon emosi
saya seperti kemarahan, perhatian , dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya v
membagi waktu bersama- sama

Untuk ... APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :


Adaptation : Keluarga bersama-sama menyelesaikan masalah (2)
Partnership : Ibu selalu meminta pendapat keluarga lain terutama suami bila terdapat
masalah (2)
Growth : Jika terdapat masalah akan diputuskan bersama melalui hasil diskusi
keluarga (2)
Affection : Saling memperhatikan dan mendukung serta menolong satu sama lain
(2)
Resolve : Sering menghabiskan waktu bersama keluarga(2)
Total APGAR score = 10 tidak ada disfungsi keluarga

F. Fungsi Patologis (SCREEM- Social, Cultural, Religion, Education, Economic,


Medical)

Fungsi patologis dari keluarga Anto dinilai dengan menggunakan alat


S.C.R.E.E.M sebagai berikut :
SUMBER PATOLOGIS KET

Social Tidak Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya baik

Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, dapat


Culture dilihat dari sikap pasien dan keluarga yang menghargai baik
adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari.

Religious Pemahaman terhadap ajaran agama baik baik

Ekonomi keluarga hanya cukup untuk memenuhi kuran


Economic
kebutuhan makan sehari-hari g

Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga kurang kuran


Educational
baik. g

Keluarga ini menganggap pemeriksaan rutin kesehatan kuran


Medical
sebagai kebutuhan. g

Kesimpulan:
Dalam keluarga pasien terdapat 3 fungsi patologis, yaitu dari segi ekomomi,
pendidikan, dan pengeobatan dimana sangat mempengaruhi keadaan keluarga.
Kurangnya pengetahuan tentang hidup bersih dan sehat berdampak pada kondisi
kesehatan keluarga pak Anwar.

F. Struktur Keluarga (Genogram)


Keterangan :

= Laki –laki

= Perempuan

=
G. Pola interaksi keluarga

Informasi pada pola interaksi keluarga

BAPAK A

ANTO IBU

NENEK A1-4

KAKEK

Keterangan:

: Hubungan baik

H. Keadaan Rumah dan Lingkungan serta denah rumah (foto)


1. Ukuran rumah
2. Ruang tamu
3. Ruang keluarga
4. Kamar tidur
5. Kamar mandi/WC
6. Dapur
7. Dinding rumah
8. Ventilasi rumah
9. Lantai rumah
10. Sumur/sumber air
11. Septi tank
12. Tempat pembungan sampah

Denah Rumah

RUMAH PANGGUNG 4X7m

J. Daftar Masalah
- Masalah medis : Penderita adalah seorang anak usia 6 bulan, datang berobat
ke puskesmas X untuk mengobati keluhan berak encer yang dialami 10x
dalam sehari
- Masalah non medis: kurangnya kebersihan dalam keluarga berupa sumber
air yang masih menggunakan air dari sumur gali dan sungai, sementara
fasilitas MCK belum merata di lingkungan pasien.
EDUKASI
- Peningkatan higienitas dan sanitasi sehingga dapat menurunkan angka insiden diare.
- Edukasi kepada orang tua tentang pentingnya konsumsi air yang bersih.
- Edukasi kepada masyarakat untuk membuat jamban di rumah masing-masing.
PEMBAHASAN
A. Diare
1. Pengertian
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak
atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.
Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran
tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi
sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam.
Diareadalah keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat. Pada bayi, volume
tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam disebutdiare.Pada umur 3 tahun, yang volume
tinjanya sudah sama dengan orang dewasa, volume >200 g/kg/24 jam disebut
diare. Frekuensi dan konsistensi bukan merupakan indikator untuk volume tinja.
2. Epidemiologi
Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit
untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu
penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. Menurut data
World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, diare adalah penyebab
kematian kedua pada anak di bawah 5 tahun.
Survei morbiditas yang dilakukan oleh Sub audit Diare, Departemen
Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik.
Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik
menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan
tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Jumlah penderita diare di Indonesia
tahun 2011 sebanyak 4.182.416 penderita, tahun 2012 sebanyak 2.843.801
penderita, sedangkan tahun 2013 sebanyak 4.128.256 penderita.
3. Etiologi
Etiologi menurut Ngastiyah (2014) antara lain
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enternal: infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak.Meliputi
infeksi eksternal :
- Infeksi bakteri yaitu Vibrio’ E coli, Salmonella,
Shigella, Campylobacter, Yersinia, aeromonas, dan
sebagainya.
- Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsacki,
Poliomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus, astrovirus, dan
lain-lain.
- Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxcyuris,
Strongyloides) protozoa (Entamoeba histolytica,
Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur
(Candida albicans)
2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan
makanan seperti: otitits media akut (OMA),
tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis,
dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi
dan anak berumur di bawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa,
maltose dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa,dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsornsi protein
c. Faktor makanan, makanan basi,beracun, alergi, terhadap
makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat
terjadi pada anak yang lebih besar).
4. Faktor resiko

ada beberapa faktor resiko diare yaitu :

a. Faktor umur yaitu diare terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat
diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek
penurunan kadar antibody ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan
makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja.
b. Faktor musim : variasi pola musim diare dapat terjdadi menurut letak geografis.
Di Indonesia diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang
tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau, dan diare karena
bakteri cenderung meningkat pada musim hujan.
c. Faktor lingkungan meliputi kepadatan perumahan, kesediaan sarana air bersih
(SAB), pemanfaatan SAB, kualitas air bersih.
5. Gejala Klinis
1. Diare tanpa dehidrasi
Kehilangan cairan < 5% Berat Badan penderita diare. Tanda-tandanya:
• Balita tetap aktif,
• Memiliki keinginan untuk minum seperti biasa
• Mata tidak cekung
• Turgor kembali segera
2. Diare dehidrasi ringan/sedang
Kehilangan cairan 5 -10% Berat Badan penderita diare. Tanda-tandanya:
• Gelisah atau rewel
• Mata cekung
• Ingin minum terus/rasa haus meningkat
• Turgor kembali lambat
3. Diare dehidrasi berat
Kehilangan carian > 10% Berat Badan penderita diare. Tanda-tandanya:
• Lesu/lunglai, tidak sadar
• Mata cekung
• Malas minum
• Turgor kembali sangat lambat ≥ 2 detik.
6. Patogenesis
1. Diagnosis
Anamnesis
Riwayat pemberian makan anak sangat penting dalam melakukan
tatalaksana anak dengan diare. Tanyakan juga hal-hal berikut:
 Diare
- frekuensi buang air besar (BAB) anak
- lamanya diare terjadi (berapa hari)
- apakah ada darah dalam tinja
- apakah ada muntah
 Laporan setempat mengenai Kejadian Luar Biasa (KLB) kolera
 Pengobatan antibiotik yang baru diminum anak atau pengobatan
lainnya
 Gejala invaginasi (tangisan keras dan kepucatan pada bayi).

Pemeriksaan fisis
 Tanda-tanda dehidrasi ringan atau dehidrasi berat:
- rewel atau gelisah
- letargis/kesadaran berkurang
- mata cekung
- cubitan kulit perut kembalinya lambat atau sangat lambat
- haus/minum dengan lahap, atau malas minum atau tidak bisa
minum.
 Darah dalam tinja
 Tanda invaginasi (massa intra-abdominal, tinja hanya lendir dan darah)
 Tanda-tanda gizi buruk
 Perut kembung

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan analisis tinja

DIAGNOSIS DIDASARKAN PADA KEADAAN


 Diare lebih dari 3 kali sehari
Diare cair akut berlangsung kurang dari 14
hari
 Tidak mengandung darah

Kolera  Diare air cucian beras yang


sering dan banyak dan cepat
menimbulkan dehidrasi berat,
atau
 Diare dengan dehidrasi berat
selama terjadi KLB kolera,
atau
 Diare dengan hasil kultur tinja
positif untuk V. cholerae O1
atau O139

Disenteri  Diare berdarah (terlihat atau


dilaporkan)

Diare persisten  Diare berlangsung selama 14


hari atau lebih

Diare dengan gizi  Diare jenis apapun yang


buruk disertai tanda gizi buruk

Diare terkait  Mendapat pengobatan


antibiotik (antibiotic antibiotik oral spektrum luas
associated diarrhea)

Invaginasi  Dominan darah dan lendir


dalam tinja
 Massa intra abdominal
(abdominal mass)
 Tangisan keras dan kepucatan
pada bayi.

7. Patofisiologi
proses terjadinya diare disebabkan oleh berbagai factor diantaranya
a. Faktor infeksi Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman)
yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang
dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah
permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang
akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan
elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan
transpor aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang
kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat
b. Faktor malabsorpsi Merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang
mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus
sehingga terjadilah diare.
c. Faktor makanan Faktor ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak
mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus
yang mengakibatkan penurunan kesempatan untukmenyerap makan yang
kemudian menyebabkan diare.
d. Faktor psikologis Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan
peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan
yang dapat menyebabkan diare.
8. Tatalaksana
Tatalaksana diare pada anak
1. Tatalaksana Diare tanpa dehidrasi
a. Beri cairan lebih banyak dari biasanya
 Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
 Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri ORALIT atau air matang sebagai
tambahan
 Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan
ORALIT atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air
matang, dsb)
 Beri ORALIT sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan dilanjutkan
sedikit demi sedikit
- Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak
- Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak
 Anak harus diberi 6 bungkus ORALIT (200 ml) di rumah bila:
- Telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C
- Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk
 Ajari ibu cara mencampur dan memberikan ORALIT
b. Beri obat zinc
Beri ZINC 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan
dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI
 Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari
 Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari
c. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
 Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat
 Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan
 Beri makanan kaya Kalium seperti buah segar, pisang, air kelapa hijau.
 Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam)
 Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama
2 minggu
d. Nasihat ibu/pengasuh
Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila:
- Berak cair lebih sering
- Muntah berulang
- Sangat haus
- Makan dan minum sangat sedikit
- Timbul demam
- Berak berdarah
- Tidak membaik dalam 3 hari
2. Tatalaksana Diare dehidrasi ringan/sedang
Jumlah Oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama

 Bila BB tidak diketahui berikan ORALIT sesuai tabel di bawah ini


 Bila anak mengiginkan banyak ORALIT, berikanlah
 Bujuk ibu meneruskan ASI
 Untuk bayi <6 bulan, tunda pemberian makan Selama 3 hari kecuali asi dan
ORALIT
 Beri obat zinc selama 10 hari berturut-turut
AMATI ANAK DENGAN SEKSAMA DAN BANTU IBU MEMBERIKAN ORALIT:

 Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan


 Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas
 Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah
 Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian ORALIT dan berikan air
masak atau ASI
 Beri ORALIT sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah hilang
SETELAH 3-4 JAM, NILAI KEMBALI ANAK MENGGUNAKAN BAGAN PENILAIAN,
KEMUDIAN PILIH RENCANA TERAPI A, B ATAU C UNTUK MELANJUTKAN
TERAPI

 Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang,
anak biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur
 Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana Terapi B
 Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah
 Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C
BILA IBU HARUS PULANG SEBELUM SELESAI RENCANA TERAPI B

 Tunjukkan jumlah ORALIT yang harus dihabiskan dalam Terapi 3 jam di rumah
 Berikan ORALIT 6 bungkus untuk persediaan di rumah
 Jelaskan 5 langkah Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah

3. Tatalaksana diare dehidrasi berat


9. Komplikasi
a. Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih
banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada
diare
b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis) Hal ini terjadi karena
kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna
sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat
karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam
meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria)
dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan
intraseluler.
c. Hipoglikemia Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita diare, lebih
sering pada anak yang sebelumnya telah menderita Kekurangan Kalori Protein
(KKP). Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan
glikogen dalam hati dan adanya gangguan etabol glukosa. Gejala hipoglikemia
akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 % pada bayi dan 50 %
pada anak– anak.
d. Gangguan gizi Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat, walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan
pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama, makanan yang
diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik
e. Gangguan gizi Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat, walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan
pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama, makanan yang
diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik

10. Pencegahan
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara:
Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare
 Kuman-kuman pathogen penyebab diare umumnya disebarkan secara
fekaloral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan
pada cara penyebaran inin. Upaya pencegahan diare yang terbukti efeketif,
meliputi:
a. pemberian ASI yang benar
b. memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
c. penggunaan air bersih yang cukup
d. membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang
air besar dan sebelum makan
e. penggunaan jamban yang bersih dan higenis oleh seluruh angota keluarga
f. membuang tinja bayi yang benar
 memperbaiki daya tahan tubuh pejamu (host)
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak
dan dapat mengurangi resiko diare, antara lain:
a. memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
b. meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan
dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak
c. imunisasi anak

Referensi
1. Dimaz, P., S. (2011). Analisis Distribusi Penyakit Diare dan Faktor
Resiko Dengan Pemetaan Wilayah di Puskesmas Kagok
Semarang.
2. Subagyo B, Santoso NB. Diare akut. In: Jufrie M, Soenarto SSY,
Oswasi H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku ajar
gastroenterologi-hepatologi. Edisi 1. Jakarta: Penerbit Badan
Penerbit IDAI; 2012. h. 87-102
3. Carter E, Bryce J, Perin J, and Newby H. Harmful practices in the
management of childhood diarrhea in low and middle-income
countries: a systematic review. BMC Public Health. 2015; 15:788
4. Simadibrata M. Diare akut. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi
I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI; 2006;408-13
5. Ahlquist DA, Camilleri M. Diarrhea and Constipation. Dalam:
Kasper, Braunwald, Fauci, Hauser, Longo, Jameson. Harrison[s
Principles of Internal Medicine. 16thed, New York: McGrawHill;
2005;224-31
6. Subagyo B dan Santoso NB. Diare akut dalam Buku Ajar
Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1, Edisi 1. Jakarta: Badan
penerbit UKK Gastroenterologi-Hepatologi IDAI. 2010:87-110
7. WHO. Diarrhoeal Disease (Updated February 2009). In
http:www.Who.int/vaccine_research/disease/diarrhoeal/en/index
html. [diunduh tanggal 10 Juli 2007]
8. Gaurino et al. European Society for Pediatric Gastroenterology,
Hepatology and Nutrition/European Society for Paediatric Infectious
disease Evidenced Based Guidelines for Management of Acute
Gastroenteritis in Children in Europe. Journal of Pediatric
Gastroenterology and Nutrition 46: S81-184.2008.
9. Pickering LK. Gastroenteritis in Nelson textbook of pediatrics 19 th
edition. United Stated of Amrica, Lippincot wiliams
10. Berkes et al. Intestinal Epithelial responses to enteric pathogens:
effect on the tight junction barrier, ion transport and inflammation.
Dalam http:www.glut.bmj.com.[diunuduh tanggal 10 Juli 2011].

Anda mungkin juga menyukai