Anda di halaman 1dari 23

TUGAS RESUME

NAMA : ALVIO NITHA TRI KUMALA

NIM : BOB0201808

KELAS : KENANGA

PRODI : DIII KEBIDANAN

1. Standart ANC
Apa saja sih rumus 10T dalam Antenatal care itu?

1) Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan


2) Pemeriksaan Tekanan Darah
3) Pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri (Puncak Uteri)
4) Skrining Status Imunisasi Tetanus dan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
5) Pemberian Tablet Zat Besi
6) Tetapkan Status Gizi
7) Tes Laboratorium (Rutin dan Khusus)
8) Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
9) Tatalaksana Kasus
10) Temu Wicara Persiapan Rujukan

2. PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDRHANA


a. Konsep Pemeriksaan Hemoglobin
Pemeriksaan Hb dilakukan untuk mengetahui kadar haemoglobin darah pada ibu.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui seoeang ibu apakah menderita anemia dalam
kehamilan atau tidak. Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai
konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama
kehamilan atau masa nifas.
Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal
kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar
wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasan
tersebut, Centers for disease control (1990) mendefinisikan anemia sebagai kadar
hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari
10,5 g/dl pada trimester kedua (Suheimi, 2007 Anemia juga menyebabkan rendahnya
kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen.
Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan
dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir
rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan
antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih
sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan
darah.
Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan
hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus
imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama,
perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan
terhadap infek¬si dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin
(abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian peri¬natal, dan lain-lain).

b. Pelaksanaan Praktik
Pemeriksaan hemoglobin dapat Anda praktikkan dengan mengacu pada daftar
tilik pemeriksaan hemoglobin pada ibu hamil berikut ini.

Tabel 3.3 Daftar Tilik Pemeriksaan Hemoglobin pada Ibu Hamil

NO LANGKAH KERJA KETERANGAN


1 Menyiapkan Alat dan Bahan:
1) Tempat cuci tangan dengan air mengalir, sabun
antiseptic dan handuk bersih.
2) Hemoglobinometer Sahli lengkap (Standart warna
pembanding, tabung pengencer, pipet darah, batang
pengaduk, sikat tabung, botol HCl beserta pipetnya).
3) Aquadest dalam botol beserta pipetnya.
4) Lanset steril/jarum steril.
5) Tisu kering.
6) Perlak kecil dan alasnya.
7) Sarung tangan bersih.
8) Bengkok 1 buah.
9) Kom berisi air klorin 0,5%
2 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan.
3 Cuci tangan.
4 Memasang pengalas dan memposisikan klien dengan
duduk dengan nyaman.
5 Memakai sarung tangan bersih.
6 HCl 0,1% ke dalam tabung pengencer sampai batas
angka 2 (± 5 tetes) menggunakan pipet khusus.
7 Menentukan jari yang akan diambil darahnya,
mengusap jari tersebut dengan alkohol swab dan
menunggu sejenak agar kering sambil menyiapkan
lanset steril.
8 Memegang lanset dengan benar lalu menusuk jari klien
sampai batas lanset.
9 Menghapus darah yang pertama keluar dengan cepat

10 LANGKAH KERJA KETERANGAN


11 menggunakan tisu kering lalu menghisap darah dengan
pipet Hb sampai batas angka 20 µl.
12 Menghapus darah yang melekat di ujung luar pipet
dengan tisu kering dan segera memasukkan darah ke
dasar tabung pengencer yang telah diisi HCl.
Usahakan jangan sampai ada gelembung udara.
13 Angkat pipet sedikit lalu hisap HCl yang masih jernih
untuk membersihkan darah yang masih tertinggal di
dalam pipet Hb (lakukan 2-3).
14 Masukkan batang pengaduk lalu aduklah agar darah &
HCl bersenyawa dan warnanya menjadi coklat tua
karena membentuk hematin asam.
15 Tambahkan air setetes demi setetes, tiap kali diaduk
hingga tercapai persamaan warna dengan standart
warna (harus tercapai dalam 3-5 menit setelah darah &
HCl tercampur).
16 Membandingkan warna di tempat yang terang dengan
memutar tabung sehingga garis bagi tidak terlihat.
Baca hasilnya dalam gram %.
17 Membereskan alat dan mencuci tangan.

c. PEMERIKSAAN PROTEIN URINE


1) Konsep Pemeriksaan Protein Urine
Protein urin merupakan salah satu komponen dari pemeriksaan
laboratorium sederhana pada ibu hamil. Pemeriksaan laboratorium protein urin
bertujuan untuk mendeteksi adanya keadaan pre eklampsi/eklampsi. Proteinuri
menjadi salah satu diantara trias tanda preeklampsia (hipertensi, udema, dan
proteinuri). Selain itu pemeriksaan proteinuria juga bertujuan untuk mengetahui
status ginjal.
Pemeriksaan protein urin juga merupakan antisipasi terhadap adanya
komplikasi obstetri preeklampsi/eklampsi, maka bisa dilakuka upaya pencegahan
maupun penatalaksanaan yang tepat. Pemeriksaan Protein urin pada ibu hamil
dilakukan pada trimester kedua dan ketiga, atas indikasi.
Pemeriksaan protein urin juga harus segera dilakukan apabila ditemukan
salah satu tanda trias preeklampsi, yaitu hipertensi atau udem. Pre eklampsi
merupakan hipertensi yang didiagnosis berdasarkan protein urin, jika protein urin
1+, dan tekanan darah 140/90 mmHg, maka interpretasinya adalah preeklampsi
ringan. Apabila hipertensi dengan tekanan darah sistol >160 mmHg, tekanan
darah diastol >110 mmHg dan protein urin 2+  PRAKTIK KLINIK
KEBIDANAN I  83 atau 3+ (merupakan protein setara>0,3 gram/L atau 0,3
gram/24 jam) pada pemeriksaan dipstik, menunjukkan keadaan preeklampsi berat.
Hipertensi menyebabkan vasospasme arteriol aferen yang menurunkan
aliran darah ginjal, menimbulkan udema sel endotelial kapiler glomerulus,
sehingga memungkinkan protein plasma terutama dalam bentuk albumin,
tersaring masuk ke dalam urin, menyebabkan terjadinya protein urin. Kerusakan
ginjal diperlihatkan dengan penurunan kreatinin dan peningkatan serum kreatinin
serta kadar asam urat. Oliguri terjadi jika kondisi tersebut memburuk yang
merupakan tandatanda preeklampsi berat dan kerusakan ginjal. Maka
pemeriksaan protein urin menjadi komponen yang penting untuk deteksi dini pada
keadaan preeklamsi.

d. PEMERIKSAAN GLUKOSA URINE


1) Konsep Pemeriksaan Glukosa Urine
Pemeriksaan glukosa urin ibu hamil bertujuan untuk mengetahui status
diabetes mellitus (DM) pada ibu, sehingga apabila diperlukan penatalaksanaan
kegawatdaruratan obstetri, kolaburasi atau diperlukan untuk rujukan maka bisa
dipersiapkan sejak dini. Pemeriksaan glukosa pada ibu hamil, mendeteksi adanya
penyakit pesenyerta DM pada ibu hamil, melalui pemeriksaan laboratorium
sederhana.
Risiko terjadinya malformasi atau kecacatan meningkat secara signifikan
pada ibu hamil dengan DM pada trimester I, dan risiko bayi besar (makrosomia),
sindrom distress pernapsan meningkat pada ibu hamil DM trimester IIIII.
Sehingga ibu hamil dengan DM meningkatkan risiko terjadinya komplikasi
persalinan. Pertumbuhan janin harus diobservasi dengan cermat. Kehamilan juga
memperburuk keadaan DM, serta meningkatkan potensi hipertensi pada ibu
hamil. Interpretasi adanya DM pada ibu hamil, jika hasil  PRAKTIK KLINIK
KEBIDANAN I  85 pemeriksaan glukosa urin dengan visual atau dipstik
menunjukkan ≥1+. Pada keadaan ibu hamil dengan preeklampsi dan DM harus
dilakukan penatalaksanaan yang tepat, lakukan deteksi dampak atau komplikasi
kehamilan. Apabila ditemukan kelainan yang ditemukan dari pemeriksaan
penunjang/pemeriksaan laboratorium, maka harus ditangani sesuai dengan standar
dan kewenangan bidan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai
sistem rujukan.

3. GIZI PADA IBU HAMIL TRIMESTER 1,2,3


a. Pengertian Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk ibu hamil.
Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Gizi ibu hamil adalah
makanan sehat dan seimbang yag harus dikonsumsi ibu selama masa kehamilannya,
dengan porsi dua kali makan orang yang tidak hamil
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil
a. Faktor Langsung
Gizi secara langsung dipengaruhi oleh asupan makanan dan penyakit,
khususnya penyakit infeksi Faktor-faktor tersebut meliputi :
a) Keterbatasan ekonomi, yang berarti tidak mampu membeli bahan
makanan yang berkualitas baik, sehingga mengganggu pemenuhan gizi.
b) Produk pangan, dimana jenis dan jumlah makanan di negara tertentu
atau daerah tertentu biasanya berkembang dari pangan setempat untuk
jangka waktu yang panjang sehingga menjadi sebuah kebiasaan turun-
temurun.
c) Sanitasi makanan (penyiapan, penyajian, penyimpanan) hendaknya
jangan sampai membuat kadar gizi yang terkandung dalam bahan
makanan menjadi tercemar atau tidak higienis dan mengandung kuman
penyakit.
d) Pembagian makanan dan pangan masyarakat Indonesia umumnya
masih dipengaruhi oleh adat atau tradisi. Misalnya, masih ada
kepercayaan bahwa ayah adalah orang yang harus diutamakan dalam
segala hal termasuk pembagian makanan keluarga.
e) Pengetahuan gizi yang kurang, prasangka buruk pada bahan makanan
tertentu, salah persepsi tentang kebutuhan dan nilai gizi suatu makanan
dapat mempengaruhi status gizi seseorang.
f) Pemenuhan makanan berdasarkan pada makanan kesukaan saja akan
berakibat pemenuhan gizi menurun atau berlebih.
g) Pantangan pada makanan tertentu, sehubungan dengan makanan yang
dipandang pantas atau tidak untuk dimakan. Tahayul dan larangan yang
beragam didasarkan pada kebudayaan daerah yang berlainan. Misalnya,
ada sebagian masyarakat yang masih percaya ibu hamil tidak boleh
makan ikan.
h) Selera makan juga akan mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan
gizi. Selera makan dipicu oleh sistem tubuh (misal dalam keadaan
lapar) atau pun dipicu oleh pengolahan serta penyajian makanan .
i) Suplemen Makanan Ada beberapa suplemen makanan yang biasanya
diberikan untuk ibu hamil, antara lain 9 :
 Tablet Tambah Darah (TTD) yang mengandung zat besi (Fe)
yang dapat membantu pembentukan sel darah merah yang
berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan zat nutrisi makanan
bagi ibu dan janin. TTD mengandung 200 mg ferrosulfat yang
setara dengan 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat.
 Kalsium merupakan zat yang dibutuhkan untuk perkembangan
tulang dan gigi bayi, jika asupan kalsium kurang maka
kebutuhan kalsiun diambil dari tulang ibu. Kebutuhan akan 6
kalsium bagi ibu hamil adalah 950 mg tiap harinya. Asupan
Kalsium bisa didapat dari minum susu, ikan, udang, rumput laut,
keju, yoghurt, sereal, jus jeruk, ikan sarden, kacangkacangan,
biji-bijian, dan sayur yang berwarna hijau gelap.
 Vitamin juga diperlukan untuk menjaga kesehatan ibu yang
hamil. Beberapa vitamin ibu hamil yang dibutuhkan adalah
vitamin C (80 mg) yang berfungsi untuk membantu penyerapan
zat besi, vitamin A (6000 IU), vitamin D (4 mcg). Vitamin ini
dapt diperoleh dari cabe merah, mangga, pepaya, wortel, ubi,
aprikot, dan tomat.
b. Faktor Tidak Langsung
a) Pendidikan keluarga Faktor pendidikan dapat mempengaruhi
kemampuan menyerap pengetahuan tentang gizi yang diperolehnya
melalui berbagai informasi.
b) Faktor budaya Masih ada kepercayaan untuk melarang memakan
makanan tertentu yang jika dipandang dari segi gizi, sebenarnya sangat
baik bagi ibu hamil.
c) Faktor fasilitas kesehatan Fasilitas kesehatan sangat penting untuk
menyokong status kesehatan dan gizi ibu hamil, dimana sebagai
tempat masyarakat memperoleh informasi tentang gizi dan informasi
kesehatan lainnya, bukan hanya dari segi kuratif, tetapi juga preventif
dan rehabilitatif

b. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil


Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang
dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15%
dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan
untuk pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mammae), volume darah, plasenta, air
ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil akan
digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% dan sisanya 60% digunakan untuk
pertumbuhan ibunya. Secara normal, ibu hamil akan mengalami kenaikan berat badan
sebesar 11-13 kg.
Dalam keadaan hamil, makanan yang dikonsumsi bukan untuk dirinya sendiri
tetapi ada individu lain yang ikut mengkonsumsi makanan yang dimakan
Penambahan kebutuhan gizi selama hamil meliputi :
a. Energi
Tambahan energi selain untuk ibu, janin juga perlu untuk tumbuh
kembang. Banyaknya energi yang dibutuhkan hingga melahirkan sekitar
80.000 Kkal atau membutuhkan tambahan 300 Kkal sehari. Menurut
RISKESDAS 2007 Rerata nasional Konsumsi Energi per Kapita per Hari
adalah 1.735,5 kkal. Kebutuhan kalori tiap trimester antara lain:
 Trimester I, kebutuhan kalori meningkat, minimal 2.000 kilo kalori/hari.
 Trimester II, kebutuhan kalori akan meningkat untuk kebutuhan ibu yang
meliputi penambahan volume darah, pertumbuhan uterus, payudara dan
lemak.
 Trimester III, kebutuhan kalori akan meningkat untuk pertumbuhan janin
dan plasenta
b. Protein
Penambahan protein selama kehamilan tergantung kecepatan pertumbuhan
janinnya. Kebutuhan protein pada trimester I hingga trimester II kurang dari 6
gram tiap harinya, sedangkan pada trimester III sekitar 10 gram tiap harinya.
Menurut Widyakarya Pangan dan Gizi VI 2004 menganjurkan penambahan
17 gram tiap hari. Kebutuhan protein bisa didapat dari nabati maupun hewani.
Sumber hewani seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu. Sedangkan
sumber nabati seperti tahu, tempe dan kacang-kacangan Protein digunakan
untuk: pembentukan jaringan baru baik plasenta dan janin, pertumbuhan dan
diferensiasi sel, pembentukan cadangan darah dan Persiapan masa menyusui.
c. Lemak
Lemak dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan janin selama
dalam kandungan sebagai kalori utama. Lemak merupakan sumber tenaga
dan untuk pertumbuhan jaringan plasenta. Selain itu, lemak disimpan untuk
persiapan ibu sewaktu menyusui. Kadar lemak akan meningkat pada
kehamilan tirmester III.
d. Karbohidrat
Sumber utama untuk tambahan kalori yang dibutuhkan selama kehamilan
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin adalah karbohidrat. Jenis
karbohidrat yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks seperti roti, serelia,
nasi dan pasta. Karbohidrat kompleks mengandung vitamin dan mineral serta
meningkatkan asupan serat untuk mencegah terjadinya konstipasi.
e. Vitamin
Wanita hamil membutuhkan lebih banyak vitamin dibandingkan wanita
tidak hamil. Kebutuhan vitamin diperlukan untuk mendukung pertumbuhan
dan perkembangan janin serta proses diferensiasi sel. Kebutuhan vitamin
meliputi:
 Asam Folat
Asam folat merupakan vitamin B yang memegang peranan penting
dalam perkembangan embrio. Asam folat juga membantu mencegah
neural tube defect, yaitu cacat pada otak dan tulang belakang.
Kekurangan asam folat dapat menyebabkan kehamilan prematur,
anemia, cacat bawaan, bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR),
dan pertumbuhan janin terganggu. Kebutuhan asam folat sekitar 600-
800 miligram. Menurut Widyakarya Pangan dan Gizi VI 2004
menganjurkan mengkonsumsi asam folat sebesar 5 mg/kg/hr (200
mg). Asam folat dapat didapatkan dari suplemen asam folat, sayuran
berwarna hijau, jeruk, buncis, kacang-kacangan dan roti gandum.
 Vitamin A
Vitamin A mempunyai fungsi untuk penglihatan, imunitas,
pertumbuhan dan perkembangan embrio. Kekurangan vitamin A
menyebabkan kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah.
Sumber vitamin A antara lain: buah-buahan, sayuran warna hijau atau
kuning, mentega, susu, kuning telur dan lainnya.
 Vitamin B
Vitamin B1, vitamin B2, niasin dan asam pantotenat yang dibutuhkan
untuk membantu proses metabolisme. Vitamin B6 dan B12 diperlukan
untuk membentuk DNA dan sel-sel darah merah. Vitamin B6
berperan dalam metabolisme asam amino.
 Vitamin C
Vitamin C merupakan antioksidan yang melindungi jaringan dari
kerusakan dan dibutuhkan untuk membentuk kolagen serta
menghantarkan sinyal ke otak. Vitamin C juga membantu penyerapan
zat besi di dalam tubuh. Ibu hamil disarankan mengkonsumsi 85
miligram per hari. Sumber vitamin C didapat dari tomat, jeruk,
strawberry, jambu biji dan brokoli.
 Vitamin D
Vitamin D berfungsi mencegah hipokalsemia, membantu
penyerapan kalsium dan fosfor, mineralisasi tulang dan gigi serta
mencegah osteomalacia pada ibu. Sumber vitamin D terdapat pada
ssusu, kuning telur dan dibuat sendiri oleh tubuh dengan bantuan sinar
matahari.
 Vitamin E
Vitamin E berfungsi untuk pertumbuhan sel dan jaringan serta
integrasi sel darah merah. Selama kehamilan wanita hamil dianjurkan
mengkonsumsi 2 miligram per hari.
 Vitamin K
Kekurangan vitamin K dapat mengakibatkan gangguan perdarahan
pada bayi. Pada umumnya kekurangan vitamin K jarang terjadi,
karena vitamin K terdapat pada banyak jenis makanan dan juga
disintesis oleh bakteri usus.
 Mineral
Wanita hamil juga membutuhkan lebih banyak mineral
dibandingkan sebelum hamil. Kebutuhan mineral diperlukan untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin serta proses
diferensiasi sel. Kebutuhan mineral antara lain:
 Zat Besi
Kebutuhan zat besi akan meningkat 200-300
miligram dan selama kehamilan yang dibutuhkan sekitar
1040 miligram. Zat besi dibutuhkan untuk memproduksi
hemoglobin, yaitu protein di sel darah merah yang berperan
membawa oksigen ke jaringan tubuh. Selain itu, zat besi
penting untuk pertumbuhan dan metabolisme energi dan
mengurangi kejadian anemia.
 Zat Seng
Zat seng digunakan untuk pembentukan tulang
selubung syaraf tulang belakang. Resiko kekurangan seng
menyebabkan kelahiran prematur dan berat bayi lahir
rendah. Kebutuhan seng pada ibu hamil sekitar 20 miligram
per hari. Sumber makanan yang mengandung seng antara
lain: kerang, daging, kacang-kacangan, sereal.
 Kalsium
Ibu hamil membutuhkan kalsium untuk
pembentukan tulang dan gigi, membantu pembuluh darah
berkontraksi dan berdilatasi, serta mengantarkan sinyal
syaraf, kontraksi otot dan sekresi hormon. Kebutuhan
kalsium ibu hamil sekitar 1000 miligram per hari. Sumber
kalsium didapat dari ikan teri, susu, keju, udang, sarden,
sayuran hijau dan yoghurt.
 Yodium
Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi yodium sekitar
200 miligram dalam bentuk garam beryodium. Kekurangan
yodium dapat menyebabkan hipotirodisme yang
berkelanjutan menjadi kretinisme.
 Fosfor
Fosfor berperan dalam pembentukan tulang dan gigi
janin serta kenaikan metabolisme kalsium ibu. Kekurangan
fosfor akan menyebabkan kram pada tungkai. 12
 Fluor
Fluor diperlukan tubuh untuk pertumbuhan tulang
dan gigi. Kekurangan fluor menyebabkan pembentukan
gigi tidak sempurna. Fluor terdapat dalam air minum.
 Natrium
Natrium berperan dalam metabolisme air dan
bersifat mengikat cairan dalam jaringan sehingga
mempengaruhi keseimbnagan cairan tubuh pada ibu hamil.
Kebutuhan natrium meningkat seiring dengan
meningkatnya kerja ginjal. Kebutuhan natrium ibu hamil
sekitar 3,3 gram per minggu.
4. Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil
Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai dengan umur kehamilan.
Berat badan yang bertambah dengan normal, menghasilkan anak yang normal. Kenaikan
berat badan ibu hamil meliputi beberapa unsusr/bagian. Sebagian memuat unsur anak,
sebagian lagi memuat unsur ibu.
Tabel. 2.2 Unsur-unsur yang Berkembang saat Usia Kehamilan Cukup Bulan

Kenaikan berat badan ibu kemungkinan terasa sudah cukup, tetapi kenaikan itu
lebih banyak menambah berat badan ibu dibanding untuk menambah berat anak.
Kenaikan berat badan ibu belum tentu menghasilkan anak yang besar, demikian juga
sebaliknya. Penambahan berat badan ibu harus dinilai. Penambahan berat badan ibu
hamil sudah lebih dari 12,5 kg tetapi anak yang dikandungnya kecil maka berat badan
masih harus ditambah 13 . Berat badan calon ibu saat mulai kehamilan adalah 45-65 kg.
Jika kurang dari 45 kg sebaiknya berat badan dinaikkan lebih dulu hingga mencapai 45
kg sebelum hamil dan sebaliknya.

Kondisi fisik dan kenaikan berat badan normal bagi wanita hamil pada setiap
trimester adalah sebagai berikut:

1) Trimester I (0 – 12 minggu) Umumnya nafsu makan ibu berkurang, sering timbul rasa
mual dan ingin muntah. Kondisi ini ibu harus tetap berusaha untuk makan agar janin
dapat tumbuh dengan baik. Kenaikan normal antara 0,7 – 1,4 kg.
2) Trimester II (sampai dengan usia 28 minggu) Napsu makan sudah pulih kembali.
Kebutuhan makan harus diperbanyak. Kenaikan berat badan normal antara 6,7 – 7,4 kg
3) Trimester III (sampai dengan usia 40 minggu) Nafsu makan sangat baik, tetapi jangan
berlebihan. Kenaikan berat badan normal antara 12,7 kg – 13,4 kg

Berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikan berat badan selama hamil kurang
(underweight) atau lebih (overweihgt) dari normal akan membuat kehamilan menjadi
beresiko (low risk). Berat badan ibu yang kurang akan beresiko melahirkan bayi dengan
berat badan kurang atau Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Bayi dengan BBLR tentu akan
terganggu perkembangan dan kecerdasannya, selain kesehatan fisiknya yang juga kurang
bagus. Berat badan ibu berlebih atau sangat cepat juga beresiko mengalami perdarahan
atau bisa jadi merupakan indikasi awal terjadinya keracunan kehamilan (pre-eklamsia) atau
diabetes.

Mula-mula overweight, lalu tensi naik, bengkak kaki, ginjal bermasalah, akhirnya
keracunan kehamilan. Hal tersebut akan beresiko menghambat pertumbuhan janin,
mengurangi pasokan makanan ke janin, karena adanya penyempitan pembuluh darah.
Apabila penyempitan pembuluh darah menghebat akan berakibat fatal bagi janin. Berat
badan ibu yang berlebihan juga dapat mempengaruhi proses persalinan. Jadi berat badan
ideal akan mempermudah berjalannya kelahiran tanpa komplikasi. Kalaupun ada hanya
sedikit (low risk), nifas juga akan segera usai. Berat badan yang ideal selama hamil akan
segera kembali bentuk tubuh ke berat semula setelah melahirkan.

5. Pengaruh Keadaan Gizi terhadap Proses Kehamilan


Pengaruh gizi terhadap proses kehamilan dapat mempengaruhi status gizi ibu
sebelum dan selama kehamilan.
1) Gizi pra hamil (Prenatal)
Konsep perinatal menjamin bahwa ibu dalam status gizi baik untuk terjadinya
konsepsi selama masa kehamilan dan setelah melahirkan mengalami sedikit
komplikasi kehamilan dan sedikit bayi prematur.
2) Gizi Pranatal
Wanita yang dietnya kurang atau sangat kurang selama hamil mempunyai
kemungkinan besar bayi yang tidak sehat seperti premature, gangguan kongenital,
bayi lahir mati. Wanita hamil kurang gizi kemungkinan akan melahirkan bayi yang
premature dan kecil.
3) Hubungan KEK dengan BBLR
Status gizi sebelum dan selama hamil dapat mempegaruhi pertumbuhan janin
yang sedang dikandung. Bila staus gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama
hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan
berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat
terganntung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil. Salah satu cara
mengetahui kualitas bayi adalah dengan mngukur berat bayi pada saat lahir. Seorang
ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan dan gizinya berada
pada kondisi yang baik. Namun sampai saat ini masih banyak ibu hamil ynag
mengalami masalah gizi khusunya gizi kurang seperti Kurang Enargi Kronis (KEK)
dan anemia gizi. Hasil SKRT 1995 menunjukkan bahwa 40% ibu hamil menderita
KEK dan 51% yang menderita anemia mempunyai kecnderungan melahirkan bayi
denga Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Ibu hamil yang menderita KEK dan
Anemia mempunyai resiko kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III
kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal. Akibatnya mereka mempunyai
resiko yang lebih besar unmtuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat
persalinan, perdarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah
mengalami gangguan kesehatan. Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya
kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat
pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat mengganggu
kelangsungan hidupnya. Selain itu akan dapat menimbulkan resiko kesakitan dan
kematian bayi karena rentan terhadap infeksi saluran pernapasan bagian bawah. Bila
ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah baik pada
ibu maupun janin antara lain sebagai berikut :
 Terhadap Ibu.
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi
pada ibu antara lain: anemia, perdarahan dan berat badan ibu tidak bertambah
secara normal serta terkena penyakit infeksi.
 Terhadap Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan
persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), perdarahan
setelah persalinan serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
 Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin
dan dapat menimbulkan keguguran , abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal,
cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan)
dan lahir dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).

6. Penilaian Status Gizi Ibu Hamil


Penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang
dengan cara mengumpulkan data penting baik yang bersifat subjektif maupun yang
bersifat objektif. Status gizi janin ditentukan antara status gizi ibu sebelum dan selama
dalam kehamilan dan keadaan ini dipengaruhi oleh status gizi ibu sewaktu konsepsi
dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan dan gizi ibu, paritas dan
jarak kehamilan jika yang dikandung bukan anak yang pertama . Penilaian Status Gizi
Ibu Hamil meliputi:
1) Berat Badan
Berat badan sebelum hamil dan perubahan berat badan selama kehamilan
berlangsung merupakan parameter klinik yang penting untuk memprediksikan berat
badan bayi lahir rendah. Wanita dengan berat badan rendah sebelum hamil atau
kenaikan berat badan rendah sebelum hamil atau kenaikan berat badan tidak cukup
banyak pada saat hamil cenderung melahirkan bayi BBLR. Kenaikan berat badan
selama 18 kehamilan sangat mempengaruhi massa pertumbuhan janin dalam
kandungan. Pada ibu-ibu hamil yang status gizi jelek sebelum hamil maka kenaikan
berat badan pada saat hamil akan berpengaruh terhadap berat bayi lahir. Kenaikan
tersebut meliputi kenaikan komponen janin yaitu pertumbuhan janin, plasenta dan
cairan amnion . Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau
pertumbuhan janin. Pada akhir kehamilan kenaikan berat hendaknya 12,5-18 kg untuk
ibu yang kurus. Sementara untuk yang memiliki berat ideal cukup 10-12 kg sedangkan
untuk ibu yang tergolong gemuk cukup naik < 10 kg .
2) Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin (Hb) adalah komponen darah yang bertugas mengangkut oksigen
dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Untuk level normalnya untuk wanita sekitar
12-16 gram per 100 ml sedang untuk pria sekitar 14-18 gram per 100 ml. Pengukuran
Hb pada saat kehamilan biasanya menunjukkan penurunan jumlah kadar Hb.
Hemoglobin merupakan parameter yang digunakan untuk menetapkan prevalensi
anemia. Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan pada
ibu hamil. Kurang lebih 50% ibu hamil di Indonesia menderita anemia. Anemia
merupakan salah satu status gizi yang berpengaruh terhadap BBLR. Pengukuran kadar
haemoglobin dilakukan sebelum usia kehamilan 20 minggu dan pada kehamilan 28
minggu

7. Gizi ibu hamil dengan masalah


Konsumsi makanan ibu hamil harus memenuhi kebutuhan untuk dirinya dan
untuk pertumbuhan serta perkembangan janin/bayinya. Oleh karena itu, ibu hamil
membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan dengan keadaan tidak hamil,
dengan konsumsi pangannya tetap beranekaragam dan seimbang dalam jumlah dan
proporsinya. Janin tumbuh dengan mengambil zat-zat gizi dari makanan yang dikonsumsi
oleh ibunya dan dari simpanan zat gizi yang berada di dalam tubuh ibunya. Selama hamil,
ibu harus menambah jumlah dan jenis makanan yang dimakan untuk mencukupi
kebutuhan gizi ibu hamil dan janinnya. Selain itu, gizi juga diperlukan untuk persiapan
memproduksi ASI. Bila makanan ibu sehari-hari tidak cukup mengandung zat gizi yang
dibutuhkan, maka janin akan mengambil persediaan yang ada didalam tubuh ibunya,
seperti sel lemak sebagai sumber kalori dan zat besi sebagai sumber zat besi. Oleh karena
itu, ibu hamil harus mempunyai status gizi yang baik sebelum hamil dan mengonsumsi
makanan yang beranekaragam baik proporsi maupun jumlahnya (Kemenkes RI, 2014).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 75 Tahun 2013 tentang
Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi Bangsa Indonesia memberi panduan
tentang angka kebutuhan gizi berdasarkan jenis kelamin dan umur. Kebutuhan zat gizi
yang akan meningkat selama kehamilandiantaranya adalah kebutuhan energi.
Pertambahan kebutuhan energi utamanya terjadi pada trimester II dan III. Penambahan
konsumsi energi pada trimester II diperlukan untuk pertumbuhan jaringan ibu seperti
penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan lemak.
Adapun penambahan konsumsi energi sepanjang trimester III digunakanuntuk
pertumbuhan janin dan plasenta (Arisman, 2004).
1) Masalah Gizi
Saat ini masih banyak ibu hamildi Indonesia yang mengalami masalah gizi khususnya
gizi kurang seperti Kurang Energi Kronik (KEK) dan anemia (Kementerian
Kesehatan, 2014). Masalah gizi pada ibu hamil yang lain adalah Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (Almatsier, 2004).
a. Kekurangan Energi Kronis (KEK)
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana ibu menderita
keadaan kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu (Depkes RI, 2002). KEK
merupakan gambaran status gizi ibu di masa lalu yaitu kekurangan gizi kronis
pada masa anak-anak baik disertai sakit yang berulang ataupun tidak. Kondisi
tersebut akan menyebabkan bentuk tubuh yang pendek (stunting) atau kurus
(wasting) pada saat dewasa(Soetjiningsih, 2009). Di Indonesia, prevalensi KEK
pada ibu hamil di Indonesia sebanyak 24,20% (Riskesdas, 2013)
Status KEK pada Wanita Usia Subur (WUS) ditentukan menggunakan
Lingkar Lengan Atas atau disebut LILA. Supariasa, dkk.(2001) menyebutkan
pengukuran LILA pada kelompok WUS adalah salah satu cara deteksi dini yang
mudahdilakukan masyarakat. WUS yang berisiko KEK di Indonesia jika hasil
pengukuran LILA kurang dari atau sama dengan 23,5 cm. Apabila hasil
pengukuran lebih dari 23,5 cm makaWUS tersebut tidak beresiko menderita KEK
(Supariasa, dkk., 2001).
b. Anemia
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
(Hb) < 11 gr% pada trimester I dan III sedangkan pada trimester II kadar
hemoglobin < 10,5 gr%. Anemia selama kehamilan memerlukan perhatian serius
karena berpotensi membahayakan ibu dan anak (Manuaba, 2009).
Anemia selama kehamilan dapat berakibat fatal, memiliki efek negatif
pada kapasitas kerja, motorik dan perkembangan mental pada bayi, anakanak, dan
remaja. Pada ibu hamil, anemia dapat menyebabkan berat lahir rendah, kelahiran
prematur, keguguran, partus lama, atonia uteri dan menyebabkan perdarahan serta
syok (Rai, dkk, 2016). Hasil penelitian Amalia (2011) di RSU Dr. MM Dunda
Limboto Kabupaten Gorontalo menunjukkan ibu hamil yang mengalami anemia
berisiko melahirkan bayi BBLR sebesar 4,643 kali dibandingkan dengan ibu yang
tidak anemia. Adapun hasil penelitian Irayani (2015) menunjukkan hubungan
anemia pada kehamilan dengan kejadian keguguran. Ibu yang mengalami anemia
berisiko mengalami keguguran sebesar 3,317 kali dibandingkan ibu hamil yang
tidak mengalami anemia.
Pada ibu hamil terjadi perubahan indeks eritrosit berdasarkan Mean
Corpuscular Volume (MCV) yang bisa meningkat hingga 4 fL. Penurunan MCV
dapat terjadi pada awal defisiensi besi. Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH)
dapat menurun juga dan akhirnya akan terjadi anemia. Keadaan anemia akan
http://repository.unimus.ac.id menjadi berat ketika Mean Corpuscular
Haemoglobin Concentration (MCHC) juga menurun. Peningkatan volume darah
yang tinggi pada kehamilan bertujuan memenuhi kebutuhan perbesaran uterus dan
sistem vaskularisasinya, serta melindungi ibu dan janin terhadap efek-efek
merugikan selama kehamilan dan saat persalinan. Peningkatan volume darah
disebabkan tingginya kadar aldosteron dan estrogen yang memacu terjadinya
retensi cairan oleh ginjal. Sumsum tulang menjadi sangat aktif dan menghasilkan
eritrosit tambahan serta penambahan volume cairan (Wiknjosastro, 2006). Usia
kehamilan 34 minggu volume plasma total mencapai hampir 50% atau lebih dari
saat konsepsi. Sedangkan produksi eritrosit akan meningkat secara bertahap tetapi
tidak sebesar penambahan volume plasma, peningkatan ± 33%.
Ketidakseimbangan antara peningkatan volume plasma dan masa eritrosit dalam
sirkulasi maternal menyebabkan terjadinya hemodilusi. Hemodilusi merupakan
penyesuaian fisiologis selama kehamilan dan bermanfaat bagi kehamilan.
Hemodilusi meringankan beban jantung yang lebih berat selama kehamilan
sebagai akibat peningkatan hidremia cardiac output, resistensi perifer berkurang,
sehingga tekanan darah tidak naik. Hemodilusi menyebabkan unsur besi yang
hilang pada perdarahan waktu persalinan menjadi sedikit (Suwito, 2006).
Bertambahnya darah dalam kehamilan dimulai sejak usia kehamilan 10 minggu,
dan mencapai puncaknya pada usia 32-36 minggu. Hasil penelitian para ahli
menyebutkan bahwa kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, dan nilai hematokrit
turun selama kehamilan sampai 7 hari postpartum (Wiknjosastro, 2012).
c. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKI).
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah setiap kelainan
yang ditemukan akibat defisiensi yodium (Bachtiar, 2009). Yodium merupakan
salah satu mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil tetapi mempunyai
fungsi penting untuk kehidupan. Yodium yang ada di kelenjar tiroid digunakan
untuk menyintesis hormon tiroksin, tetraiodotironin (T4), dan triiodotironin (T3).
Hormon tersebut diperlukan untuk pertumbuhan normal, perkembangan fisik, dan
mental manusia (Almatsier, 2004).
Salah satu cara untuk mengelompokkan GAKY adalah dengan
pengukuran median Urinary Iodine Excretion (UIE) atau kadar yodium dalam
urin. Hampir semua zat yodium yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan
akhirnya dibuang melalui urin.
GAKY memberikan dampak negatif terhadap kualitas sumber daya
manusia, baik fisik, mental,maupun kecerdasan (Bachtiar, 2009). GAKY tidak
hanya menyebabkan pembesaran kelenjar gondok tetapi juga menimbulkan
gangguan lain. Kekurangan yodium pada ibu hamil menyebabkan abortus, lahir
mati, kelainan bawaan pada bayi, meningkatnya angka kematian perinatal dan
melahirkan bayi kretin (Supariasa, dkk. 2001).
Perkembangan otak terjadi dengan pesat pada janin dan anak sampai usia
2 tahun. Karena itu ibu hamil penderita GAKY meskipun masih pada tahap ringan
dapat berdampak buruk pada perkembangan kecerdasan anak(Arisman,
2007).Hasil penelitian Hartono (2002) menunjukkan perkembangan bayi yang
dilahirkan oleh ibu hamil yang kekurangan yodium mengalami
keterlambatansampai usia 2 tahun. Keterlambatannya meliputi perkembangan
motorik kasar maupun halus, personal-sosial, adaptasi, serta komunikasi.
Kekurangan yodium banyak terjadi di daerah pegunungan karena tanahnya
kurang mengandung yodium. Upaya penanggulangannya melalui fortifikasi
garam dengan yodium (Almatsier, 2004).
8. Factor – factor yang mempengaruhi kehamilan
1) Faktor Fisik
a. Status Kesehatan
Status kesehatan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
kondisi kesehatan ibu hamil. Pengaruh status kesehatan terhadap kehamilan antara
lain:
a) Penyakit atau komplikasi akibat langsung dari kehamilan, seperti hypereesis
gravidarum, preeklamsi, kelainan lamanya kehamilan, kehamilan ektopik,
kelainan plasenta, atau selaput janin, pendarahan antepartum, dan gamelli.
b) Penyakit atau kelainan yang tidak langsung berhubungan dengan kehamilan.
Terdapat hubungan timbal balik dimana penyakit ini dapat memperberat serta
mempengaruhi kehamilan, Beberapa pengaruh penyakit terhadap kehamilan
adalah terjadi abortus, intra uterin fetal death, anemia berat, infeksi
tranplasental, dismaturitas, shock, pendarahan.

b. Status Gizi
Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan pada masa
kehamilan, karena faktor gizi sangat dipengaruhi terhadap status kesehatan ibu
selama hamil serta guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Keterbatasan gizi
selama hamil sering berhubungan dengan faktor ekonomi, pendidikan, sosial atau
keadaan lain yang dapat meningkatkan kebutuhan gizi ibu hamil.
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat
kesehatan dan kesejahteraan manusia. Pengaruh gizi terhadap kehamilan sangat
penting. Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai dengan umur
kehamilan. Berat badan normal akan menghasilkan anak yang normal. Demikian
juga sebaliknya kenaikan berat badan lebih dari normal, dapat menimbulkan
komplikasi keracunan kehamilan (pre-eklamsi), anak yang terlalu besar sehingga
menimbulkan kesulitan persainan. Jika berat badan ibu hamil kurang dari normal
kemungkinan ibu beresiko keguguran, anak lahir premature, berat badan lahir
rendah, gangguan kekuatan rahim mengeluarkan anak, dan pendarahan sehabis
persalinan. Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar antara lain:
 Asam folat,
Asam folat ini berfungsi sebagai menurunkan resiko kerusakan otak, kelainan
neural, spina bifida, dan anansepalus, baik pada ibu hamil normal maupun
beresiko. Minimal pemberian asam folat dimulai dari 2 bulan sebelum
konsepsi dan berlanjut 3 bulan pertama kehamilan. Dosis pemberian asam
folat untuk preventif adalah 500 kg atau 0,5- 0,8 mg, sedangkan untuk
kelompok beresiko adalah 4 mg/hari. Bila kekurangan asam folat akan
menyebabkan anemia pada ibu dan cacat bayi yang dilahirkan.
 Energi
Kebutuhan energi ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses tumbuh kembang
janin dan perubahan pada tubuh ibu.
 Protein
Protein berfungsi sebagai menambah jaringan tubuh ibu seperti jaringan
payudara dan rahim dan dapat diperoleh dari susu, telur, dan keju.
 Zat besi (Fe)
Membutuhkan tabahan 700-800 mg zat besi. Jika kekurangan, bisa terjadi
perdarahan sehabis melahirkan.
 Kalsium
Berfungsi sebagai untuk pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan
kalsium ibu hamil adalah 500 mg/hari.
 Vitamin D
Berkaitan dengan zat kapur dan jika kekurangan zat kapur maka pembentukan
gigi geliginya dan lapisan luar gigi tidak sempurna.
 Yodium
Berfungsi sebagai mencegah gondongan dan jika kekurangan yodium pada
ibu hamil dapat menyebabkan janin menderita kretenisme, sebuah
ketidakmampuan yang mempengaruhi pemikiran.
 Vit.A
Berfungsi sebagai mencegah rabun ayam, kebutaan dan membantu tubuh
untuk melawan infeksi.
c. Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan kebiasaan-kebiasaan yang ada pada masyarakat
baik masyarakat yang bersifat positif meupun kebiasaan bersifat negatif yang
dapat mempengaruhi kesehatan. Pengaruh gaya hidup yang mempengaruhi
kehamilan seperti kebiasaan minum jamu, aktivitas seksual, pekerjaan atau
aktivitas sehari-hari yang terlalu berat, senam hamil, konsumsi alkohol, merokok,
dan kehamilan yang tidak diharapkan.
d. Faktor Psikologi

Faktor psikologi muncul karena ketidakmatangan di dalam perkembangan


emosional dalam kesanggupan seseoraang untuk menyesuaikan diri dengan situasi
tertentu termasuk kehamilan. Faktor psikologi ini mempunyai beberapa faktor yang
mempengaruhi kehamilan, antara lain stressor, dukungan keluarga, subtance abuse,
partner abuse.

Anda mungkin juga menyukai