PEMBAHASAN
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Williams dan saywer yang
dikutip oleh Seesar (2010: 6), bahwa “teknologi informasi merupakan sebuah
bentuk umum yang menggambarkan setiap teknologi yang membantu
menghasilkan, memanipulasi, menyimpan, mengkomunikasikan dan atau
menyampaikan informasi”.
1. Infrastruktur
1
http://www.kompasiana.com/akbarisation/kendala-penerapan-teknologi-dalam-
pendidikan_55123d8c8133116354bc62fb. Diakses,26 juni,2015.jam 10:20 PM
Untuk infrastruktur telekomunikasi masalah yang dihadapi adalah adanya
monopoli di bidang telekomunikasi yang saat ini masih dikuasai oleh PT Telkom.
Monopoli pada infrastruktur telekomunikasi berdampak pada timbulnya masalah
teledensiti (indikator yang digunakan untuk menunjukkan satuan sambungan
telepon terpasang = SST, dalam perseratus jiwa). Hal ini merupakan faktor
penting karena ICT sangat tergantung dari ketersediaan SST di setiap negara yang
bersangkutan.
Pada saat ini kondisi teledensity di Indonesia baru mencapai 3% yang berarti
bahwa untuk setiap 100 orang hanya tersedia 3 saluran telepon terpasang. Angka
ini tergolong rendah apabila dibandingkan dengan negara maju atau bahkan
dengan negara tetangga ASEAN lainnya seperti Singapura 67%, Malaysia 12%,
Thailand 8%, dan Philipina 6%.
2. Koordinasi
Di Indonesia SDM yang menguasai ICT masih sangat terbatas, pada umumnya
hanya terdapat di kota-kota besar saja. Keterbatasan SDM ini sudah tentu akan
menghambat pengelolaan dan pendayagunaan ICT. Di bidang perpustakaan, latar
belakang pendidikan pustakawan umumnya tidak berbasis teknologi komputer.
Kondisi inilah yang menyebabkan perlunya rekrutmen SDM yang menguasai
bidang komputer dan otomasi yang mengelola teknologi informasi di
perpustakaan. Keadaan inilah yang menjadi masalah utama bagi pengelola
perpustakaan dalam menerapkan teknologi informasi dalam pelayanan
informasinya sehingga dapat diakses secara luas oleh pemakainya.
4. ICT Literacy
2
Lucas, H.C.Jr. 1987. Analisis Desain dan Implementasi Sistem Informasi. Erlangga.
library), harapan ini bukanlah sesuatu yang tidak mungkin untuk dapat diwujud-
kan, adanya peningkatan kualitas infrastruktur pada jaringan telekomunikasi serta
peningkatan kemampuan teknologi informasi dalam memproses data akan
berdampak langsung pada sistem pengelolaan dan layanan pada lembaga/ instansi
penyedia informasi seperti halnya perpustakaan3.
Kemampuan akses yang begitu tinggi apabila tidak diimbangi dengan penye-diaan
informasi yang berkualitas dikhawatirkan pada suatu saat akan menjadi bumerang
bagi generasi muda kita di masa datang. Keanekaragaman informasi yang
ditawarkan melalui internet dan kebebasan dalam menentukan pilihan merupakan
tantangan bagi bangsa ini untuk secara serius mulai mencermati upaya-upaya
strategis dalam mengemas karya dan hasil pemikiran bangsa sendiri. Hal ini perlu
dilakukan sehingga mampu menarik minat para generasi muda untuk lebih tekun
dan serius dalam menghayati, mencermati, dan mempelajari serta menghargai
kekayaan dan potensi bangsa sendiri.
Kendala utama yang dihadapi saat ini adalah seberapa banyak informasi yang
yang dapat dikemas dan disajikan secara profesional melalui saluran ini. Karena
secanggih apapun sarana yang tersedia apabila tidak dimanfaatkan secara optimal
disebabkan karena ketidakmampuan dalam pengemasannya maka sarana ini tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Apabila hal ini tidak diantisipasi secara
cepat dan tepat maka informasi yang dapat diakses oleh masyarakat lebih banyak
3
O’Brien, James A, 2003, Introduction to Information System, Irwin/McGraw-Hill.
berasal dari negara lain yang belum tentu sesuai dan bermanfaat bagi masyarakat
kita yang ingin mengetahui, memperdalam dan mengkaji potensi nasional yang
dimiliki oleh bangsa ini.
Hak Cipta
Sejak informasi dapat diakses secara global maka masalah hak cipta telah menjadi
masalah internasional di mana setiap negara memiliki perbedaan persepsi dalam
menanggapi masalah ini. Terdapat perbedaan dalam pemberlakuan hak cipta, hal
ini sangat ditentukan oleh jenis bahan pustaka yang bersangkutan, misalnya hak
pertunjukan (performance rights) untuk musik, ataupun hak tayang (exhibition
rights) untuk film berbeda dengan hak non-pertunjukan (non-performance rights)
untuk majalah elektronik ataupun dokumentasi foto.
Untuk karya berupa teks yang sudah dikategorikan wewenang publik (public
domain) maka secara penuh/keseluruhan (fulltex) dapat dilayankan kepada
masyarakat, demikian pula halnya untuk karya lukisan maupun gambar. Lain
halnya apabila karya tersebut masih dilindungi hak cipta maka perlu mendapat ijin
dari pemegang hak cipta untuk mendistribusikannya secara luas dalam bentuk
digital.
4
IFLA: Copyright and Intelectual Property Resources(http://www.nlc-bnc.ca/ifla/II/copyright.htm).
Lembaga/institusi yang bergerak dalam penyediaan informasi kepada masyarakat
harus memiliki prosedur yang jelas tentang mengelola kepemilikan karya
intelektual ini. Suatu sumber informasi yang cukup lengkap dan dapat dijadikan
acuan dalam membahas tentang masalah hak cipta ini dapat diperoleh dari situs
internet IFLA: Copyright and Intelectual Property Resources (http://www.nlc-
bnc.ca/ifla/II/copyright.htm).
Suprawoto, Disampaikan dalam Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia ke-1, Bali, 2-5
5
Tiga komponen penting yang harus dipenuhi oleh pengelola perpustakaan yang
akan menerapkan sistem otomasi dalam pelayanan informasinya dikemukakan
oleh Korfhage yaitu adanya pengguna (user), penyandang dana (funder) dan
server yang penanganannya dilakukan oleh tenaga profesional di bidang informasi
yang mengendalikan sistem tersebut guna menyiapkan layanan kepada pengguna.
Adams menjelaskan bahwa saat ini perpustakaan memiliki fungsi sebagai sarana
penyimpan informasi terbesar, yang menerapkan sistem otomasi untuk
pengelolaan bahan pustaka dan dokumen, serta teknologi pemanfaatan CD-ROM
dan sistem online pangkalan data yang memiliki sistem pelayanan baru melalui
fasilitas Jaringan Area Lokal (Local Area Network/LAN) yang dapat
menghubungkan beberapa komputer sekaligus dalam berbagi satu sumber
informasi. Jaringan Area Lokal pertama kali dibuat untuk komputer pribadi
(Personal Computer) oleh Corvus Omnimet pada tahun 1981.
Lebih jauh Convey menjelaskan bahwa melalui LAN informasi dapat diakses dari
data yang disimpan dalam pangkalan data di sebuah komputer untuk
disebarluaskan bagi mereka yang membutuhkannya. Dengan demikian setiap
pustakawan dapat melakukan tugasnya secara terintegrasi meskipun mereka tidak
dalam suatu ruang kerja yang sama hal ini merupakan salah satu kelebihan dari
penggunaan fasilitas komputerisasi di bidang perpustakaan.
Perpustakaan sebagai salah satu lembaga penyedia informasi tidak akan dapat
berperan sebagaimana mestinya apabila tidak didukung oleh SDM yang mampu
mengolah informasi yang dapat diakses secara cepat dan memuaskan masyarakat.
Kecanggihan sistem teknologi informasi baru dapat dinilai positif apabila
memberikan manfaat bagi penggunanya, dan fasilitas canggih ini tidak akan
bermanfaat apabila SDM yang menanganinya tidak mampu mengoperasi-kannya
secara optimal. Jika demikian halnya maka diperlukan pendidikan yang tepat agar
dapat meningkatkan pengetahuan SDM dalam memanfaatkan teknologi informasi
dan sekaligus meningkatkan kualitas kerja yang dihasilkannya.
Konteks yang paling erat dengan keadaan tersebut di atas adalah bagaimana upaya
dan strategi perpustakaan dalam memberikan layanan informasi yang dibutuhkan
masyarakat baik secara langsung maupun melalui sistem jaringan yang dapat
diakses oleh pengguna di manapun mereka berada.
Dari uraian di atas cukup banyak masalah yang dihadapi oleh perpustakaan agar
dapat menerapkan secara optimal sistem otomasi yang sangat dibutuhkan oleh
para pengelola maupun pengguna perpustakaan dewasa ini. Agar masalah ini
dapat diatasi maka terdapat empat faktor yang harus diperhatikan agar kinerja
pustakawan dapat ditingkatkan yaitu melalui pelatihan yang intensif, memiliki
motivasi kerja yang kuat guna meningkatkan kemampuan diri, memiliki penge-
tahuan dan kemampuan tentang fasilitas komputerisasi, dan mampu meman-
faatkan pengetahuannya dalam mendayagunakan sistem otomasi perpustakaan
secara optimal.