Anda di halaman 1dari 7

1

TRIDUUM AKHIR TAHUN semakin terpuruk, tergantung dari cara kita memandang pengalaman jatuh
(salah dan dosaku) itu. Terkadang kita melihat pengalaman jatuh (pelanggaran
2019 atas kaul-kaulku) secara negatif. Hal itu membuat kita sulit memaafkan diri
sendiri. Ketika kita sulit memaafkan diri sendiri, kita pun sulit memaafkan
HARI PERTAMA teman-teman sekonggregasi kita atau sesama kita yang lain. Sangat kita sadari
ZIARAH HIDUPKU ADALAH RANGKAIAN PERJUANGANKU bahwa bila kita sulit memaafkan diri dan sesama, Tuhan pun barangkali
enggan mengampuni kita? Itulah yang membuat kita semakin terpuruk, dan
Rahmat yang dimohon: pada gilirannya membuat kita terpaku pada kesedihan dan kekesalan. Karena
Mohon rahmat agar mampu memaknai setiap peristiwa hidup itu hendaknya kita berusaha untuk melihat pengalaman jatuh secara positif.
setahun ini dengan penuh iman, terlebih pada saat mengalami kejatuhan, Dan hal itu membuat kita sadar bahwa kita hanyalah manusia biasa – tak
kehilangan arah dan proses mendaki sebuah gunung kehidupan. sempurna.
Kasadaran itu membuat kita lebih mudah memaafkan diri dan teman-
Tak terasa, akhir tahun 2019 sudah dekat, purnama keduabelas tahun teman sekomunitas kita serta sesama yang lain. Hendaknya kita menyadari
ini pun sebentar lagi akan kita lewati. Banyak pengalaman: suka dan duka, ketika kita lebih mudah memaafkan, kitapun lebih mudah dimaafkan, dan
tantangan serta rintangan telah terlewati bersama teman-teman seperjuangan Tuhan pun akan mengampuni kita. Di saat kita memiliki hati yang penuh maaf
dalam ziarah hidup ini. Tantangan dan rintangan itu terkadang berat yang dan ampun, kita akan mampu melihat sesuatu yang indah, yang Tuhan
kadang membuat kita ingin menghentikan langkah perziarahan. Namun selalu persiapkan untuk kita. Di balik pengalaman jatuh, kita disadarkan bahwa kita
kita sadari bahwa keberadaan kita di dunia ini bukan suatu kebetulan. Tuhan tidak sempurna, kita harus bangkit lagi dan biasanya kita menjadi lebih kuat
telah mempunyai rencana yang indah bagi kita. Tuhan mempunyai misi untuk menghadapi tantangan dan rintangan dalam hidup ini. Kata Pemazmur:
kita jalani melalui konggregasi kita tercinta. Ziarah hidup yang telah kita “Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan
jalani tak selalu mulus dan mudah. Seringkali kita jatuh, kehilangan arah dan kepada-Nya, apabila ia jatuh tidaklah sampai tergeletak, sebab Tuhan
kadang-kadang kita seperti sedang mendaki sebuah gunung. Itulah rangkaian menopang tangannya.” (Mzm 37:23-24) Kata-kata Pemazmur inilah yang
kehidupan yang kita jalani selama satu tahun ini. Marilah kita memaknai selalu memberi kita kekuatan untuk terus menapaki peziarahan hidup kita di
semua dalam iman kepada-Nya. dunia ini.

Bahan Renungan: Kehilangan Arah


a. Mzm 37: 23-24 c. Yoh 14: 6 Tidak hanya memiliki pengalaman jatuh. Kitapun sering kehilangan arah. Di
b. Mzm 23: 4; 119: 105 d. Mat 11: 28-30 saat kita kehilangan arah, hati kita menjadi suram dan gelap. Tuhan terasa
semakin jauh dari hidup kita, pelita di hati pun kian redup Di saat kita
Pengalaman Jatuh kehilangan arah, kita butuh kompas untuk menjadi penunjuk arah hidup. Roh
Sebagai manusia yang lemah dan rapuh, kita tak pernah luput dari Kuduslah yang menjadi kompas hidup kita. Roh Kuduslah yang membimbing
salah dan dosa sekecil apapun itu. Pengalaman jatuh, seringkali membawa kita kita untuk mengikuti Yesus yang mengatakan : “Akulah jalan dan kebenaran
menuju sukses, tetapi tak jarang membuat kita semakin terpuruk. Kita sadari dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak
bahwa pengalaman jatuh itu membawa kita menuju sukses atau membuat kita melalui Aku.” (Yoh 14:6) Tak hanya Roh Kudus yang menuntun kita bila
kehilangan arah. kita juga hendaknya selalu menjadikan Firman Tuhan
2

sebagai kompas. Karena itu kita perlu membangun kedekatan/kerinduan hati  Catatlah point-point penting, yang menjadi pesan utama Allah bagi
untuk selalu terdorong membaca, merenungkan, meresapi dan berusaha diriku secara pribadi.
melaksanakan Firman Tuhan. Firman Tuhan sungguh membantu di saat kita
kehilangan arah dan tersesat. Seperti kata Pemazmur: “Firman-Mu, adalah Di bawah ini ada beberapa pertanyaan yang dapat membantu kita dalam
pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” (Mzm 119:105). Sehingga, merenungkan peziarahan hidup kita sepanjang tahun 2019 yang hampir
“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, berlalu...
sebab Engkau besertaku; gala-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur 1. Sudahkah aku merasa berarti bagi orang lain dalam hidupku ini?
aku.” (Mzm 23:4) 2. Adakah dampak positif dari perziarahan hidupku bagi sesama
susterku di komunitas/kongregasiku dan rekan-rekan kerja di tempat
Seperti Sedang Mendaki Sebuah Gunung perutusanku, lingkunganku?
Di saat persoalan tengah menghimpit hidup kita, perjalanan ziarah 3. Bila diingat-ingat kembali: adakah aku mengalami “pengalaman
kita pun mulai tertatih-tatih, kita merasa seperti sedang mendaki sebuah jatuh, kehilangan arah, atau seperti orang yang mendaki gunung terjal;
gunung yang tinggi, jalannya terjal, curam dan licin. Tapi kita tak boleh kelelahan, ngos-ngosan, dst? Bila, hingga saat ini aku masih hidup,
berhenti di tengah jalan, kita harus terus berjalan hingga tiba di puncak sehat, dst. Apa kiranya maksud Allah bagi diriku ini?
perjuangan, karena selalu kita ingat kata-kata Tuhan kita: “Pikullah kuk yang 4. Sudahkah hidup yang aku jalani ini sesuai dengan visi dan misi
Kupasang dan belajarlah kepada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah tarekatku, dan terutama kehendak Tuhan?
hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu
enak dan beban-Ku pun ringan.” (Mat 11:28-30). Firman Tuhan selalu
memberi kita kekuatan, Roh Kudus selalu memberi kita semangat, hingga
kitapun tiba di ‘puncak gunung’ perjuangan. Di sana kita akan merasa
bahagia, merasa puas dan bangga bahwa kita bisa melewati jalan yang
mendaki, terjal, dan licin dan iman kitapun semakin bertumbuh dalam Tuhan.
Kata “aku pasti bisa”, yang kita ungkapkan dalam hati, merupakan satu
keyakinanku bahwa bersama Tuhan, meski jatuh, aku akan bangkit, meski
berjalan dalam lembah kekelaman aku tidak takut bahaya dan seperti sedang
mendaki sebuah gunung, aku pasti bisa bangkit lagi, mencapai puncak
perziarahanku.

Untuk kita Renungkan:


Di tapal batas 2019 – 2020 ini, marilah kita berdoa dan merenung.
 Carilah tempat dan suasana hening, tinggalkanlah untuk sementara
semua pekerjaan dan tanggung jawab kita.
 Biarkan Roh Kudus berkarya dan membimbing kita ke arah yang
dikehendaki-Nya.
3

HARI KEDUA mendengar panggilan yang sama, bersama-sama mau menghayati kehendak
yang sama demi cinta kepada Allah dan pelayanan kepada sesama (Jalan
Pengalaman Peziarahanku Merajut Persaudaraan Menuju Paskah Hal. 87) maka hendaknya hal ini selalu kita ingat, supaya hati-
dalam Komunitas hati dalam membangun kebersamaan dalam komunitas, yang memang
kadangkala mempertemukan kita dengan sesama dari keluarga, suku, asal,
Rahmat yang dimohon: daerah, hobby, minat, dan macam-macam kesamaan. Semua ‘yang sama’
Ya Tuhan, aku bersyukur atas semangat persaudaraan sejati yang janganlah dijadikan dasar atau modal untuk membangun komunitas,
boleh aku alami bersama saudara-saudara sekonggregasi selama setahun ini. kesamaan-kesamaan itu perlu kita hindari demi kebaikan bersama. Adanya
Melalui pemimpinku, para susterku, kasih-Mu yang agung dan luhur telah berbagai perbedaan dalam komunitas justru baik agar kita dapat saling
aku alami. Ajarilah aku untuk tahu berterima kasih atas cinta dan kebaikkan- melengkapi dan menolong.
Mu dalam hidupku. Semoga aku selalu dikuatkan oleh kuasa Roh Kudus-Mu, Persaudaraan bukan sekedar berada dan berkumpul bersama,
sehingga aku mampu bekerja keras dan terus berjuang melewati segala berbicara bersama, berjalan bersama. Semangat persaudaraan sejati jauh lebih
macam tantangan, rintangan dan godaan dalam hidupku dan berserah diri, bernilai jika ada kasih yang saling menyatukan sebagai saudara, dalam suka
setia hanya kepada-Mu, karena di dalam Dikau ada suka cita dan damai dan duka. Ketika saling menyapa, berarti kita mau mendengarkan sesama,
abadi. Amin mau mengasihi, mau mengorbankan kepentingan diri sendiri demi sesama,
menerima, menghargai dan mengasihi sesama apa adanya. Kita berani
Bahan Renungan: menanggalkan diri kita, membuka diri, memiliki rasa “aku” dalam “engkau”
a. 1 Kor 12: 12-31 c. PH SPC, Art. 34-40 untuk membangun kebersamaan “kita” karena engkau adalah
b. Rm 12: 10 d. Buku Jalan Menuju Paskah Hal. 87 saudaraku.“Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling
mendahului dalam memberi hormat” (Rm 12:10)
Sungguh, harus kita sadari bahwa hidup bersama sebagai saudara
Merajut persaudaraan sejati dalam perbedaan dalam komunitas biara laksana tubuh yang meskipun satu tetapi memiliki
Kita sadari bahwa ada orang yang lahir dari keluarga yang memiliki
banyak anggota. Masing-masing anggota bersatu dan saling membutuhkan.
segala-galanya, tapi ada juga yang lahir dari keluarga yang tidak memiliki
Meski berbeda peran, tetapi masing-masing anggota tubuh bersatu dalam
apa-apa. Kita sadari pula bahwa kita berbeda budaya, suku, warna kulit,
aliran darah yang sama, dalam rasa yang sama, dalam kasih yang sama.
bahasa, dan aneka ragam perbedaan lainnya. Meskipun kita berada dalam
Dengan demikian masing-masing anggota tubuh tidak berpretensi buruk
berbagai macam perbedaan, tetapi sejatinya kita adalah saudara-saudari satu
terhadap anggota yang lain (PH Art. 34-40).
dengan yang lainnya, kita sama dalam cita dan cinta. “Sebab di dalam satu
Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak,
maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua Hidup berkomunitas
diberi minum dari satu Roh”. (1Kor12:13). Kata ‘komunitas’ tidak sama dengan ‘societas’. Wujud suatu
Hidup dalam semangat persaudaraan sejati adalah hal yang mendasar ‘societas’ yang paling jelas adalah organisasi militer. Polanya subordinatif :
bagi hidup dan panggilan kita. Kongregasi SPC adalah lembaga religius yang berpangkat lebih rendah harus tunduk dan taat kepada yang berpangkat
Hidup bakti yang mengajak sekelompok orang berkumpul bersama dengan lebih tinggi. ‘Komunitas’ dalam arti yang ekstrem = sama sekali tanpa
iman yang sama, bersama sebagai saudara-saudari spiritual karena struktur. Tetapi yang jelas dalam suatu komunitas, sesamaku adalah
saudaraku, bukan saingan yang harus diwaspadai terus menerus, bukan musuh
4

yang mengancam, bukan atasan yang menguasai segalanya, bukan pula mata. Semangat hidup dari para pendahulu kita inilah, hendaknya selalu
bawahan yang hanya diam dan tunduk. Masing-masing anggota komunitas menguatkan hati kita. Bersama Tuhan, kita selalu berjuang dan berusaha
mempunyai sense of belonging (to...). Biasanya sense of belonging mengikuti teladan hidup mereka, karena kita yakin dan percaya di dalam
dimengerti sebagai “rasa memiliki”. Tetapi sebenarnya istilah ini berarti rasa Tuhan, tidak ada yang sia-sia.
menjadi bagian dari ... atau “rasa dimiliki”. Dengan rasa menjadi bagian
dari... atau “rasa dimiliki”, berarti kita adalah bagian dari komunitasku; kita Untuk kita renungkan:
akan merasa aman tinggal dalam komunitas dan mempunyai kesempatan 1. Sejauh dan sedalam apakah teladan hidup, pengorbanan dan perjuangan
untuk berkembang di dalamnya. para pendiriku, telah menjadi bagian dari hidupku dalam menghayati
hidup komunitas?
Kita tak selalu sempurna 2. Apakah pengalaman hidup berkomunitas mampu membawaku untuk
Ketika menjalin persaudaraan dalam hidup berkomunitas, kita sadari bersemangat dan tulus hati mewartakan kasih Tuhan dalam hidup dan
bahwa kita bukanlah manusia yang sempurna. kita memiliki keterbatasan, karya pelayananku?
kelemahan, dan kekurangan. Sering kali entah sadar atau tak sadar, kehadiran 3. Sejauh mana aku mampu untuk hidup teratur/disiplin, sederhana dan
kita: tutur kata, sikap, dan tindakan kita bisa mengecewakan serta dapat bekerja keras sebagai wujud kesaksian hidupku dalam komunitas dan
membuat sesama kita terluka begitu pula sebaliknya. Dalam hidup bersama karya pelayanan kepada sesama?
kita ingin hadir bagi sesama kita sebagaimana adanya diri kita. kita tak ingin 4. Dengan jujur dan sederhana, catatlah ‘sukacita/kebahagiaan’ kecil/besar
berpura-pura. Hal yang sama juga kita harapkan dari saudara-saudara yang kualami & kurasakan hidup dalam komunitas sepanjang tahun 2019
sekomunitas kita. Dalam situasi seperti ini, sering kali bisa terjadi salah lalu...!
paham, beda pendapat dan bahkan perselisihan.
Namun dalam hidup bersama kadang-kadang dibutuhkan perselisihan
untuk menakar kerukunan dan kedamaian dalam persaudaraan di komunitas.
Ada kalanya dibutuhkan ‘musuh’ untuk menjadi korektor. Dalam hidup
bersama sebagai saudara, ketika kerja kita tak dihargai, maka saat itu
sesungguhnya kita sedang belajar tentang ketulusan. Bila usaha kita dinilai
tidak penting, maka saat itu sesungguhnya kita sedang belajar keikhlasan. Bila
hati kita sedang terluka, maka saat itu sesungguhnya kita sedang belajar
tentang memaafkan. Bila kita merasa sepi dan sendirian, maka saat itu
sesungguhnya kita sedang belajar tentang kesetiaan. Kita percaya bahwa
Tuhan menempatkan kita di konggregasi sekarang ini bukan karena
‘kebetulan’. Kita sadari bahwa orang-orang hebat yang sangat berjasa dalam
konggregasi kita: Pere Louis Chauvet, Marie Anne de Tilly, dan Mgr.
Wilhelmus Demarteau MSF, tidak dihasilkan melalui kemudahan,
kesenangan, dan kenyamanan. Mereka adalah orang-orang hebat yang
dibentuk melalui disipilin atau hidup secara teratur, kerja keras penuh
perjuangan, melewati tantangan, rintangan, godaan dan terkadang dengan air
5

HARI KETIGA Bahan Renungan:


KU SONGSONG MASA DEPANKU a. Amsal 23:18 c. Gal 2:15-20
b. 2 Kor 5:11-21 d. Luk 2:10-11
BERSAMA YESUS YANG LAHIR DALAM HATIKU

Rahmat yang dimohon: Menapaki masa depan penuh percaya diri karena bertumbuh
Semoga saya siap dan dengan hati gembira menyongsong masa dalam Iman
depan penuh harapan, di tahun yang baru bersama Yesus yang ikut lahir di Kini aku songsong keindahan hidup lewat pergumulan membangun masa
hatiku. depanku. Aku tak pernah lupa bahwa masa depanku ada di tanganku. Masa
depanku tidak tergantung pada yang lain dan tidak ditentukan oleh sesuatu
Pengantar yang lain. Jalan ke depan masih lapang dan panjang, ada banyak kesempatan
Di masa lalu, aku telah merefleksikan pengalaman jatuh dan dan peluang. Kitab Amsal 23:18 mengatakan: “Masa depan sungguh ada,
melihatnya secara positif. Di saat seperti itu aku melihat dan menyadari ketika dan harapanmu tak akan hilang”. Persoalannya adalah bagaimana aku
aku lebih mudah memaafkan, akupun lebih mudah dimaafkan, dan Tuhan pun berusaha menemukan kesempatan dan peluang itu? Dan apakah aku mampu
akan mengampuni aku. Di saat aku memiliki hati yang penuh maaf dan menemukannya?
ampun, aku mampu melihat sesuatu yang indah, yang Tuhan persiapkan Bila aku sudah menemukan kesempatan dan peluang, maka yang menjadi
untuk aku di balik pengalaman jatuhku. Aku pun lebih mudah bangkit dan targetku bukanlah pada bentuk, tampilan atau gebyarnya, tetapi pada isi,
menjadi lebih kuat dalam menghadapi tantangan dan rintangan dalam pergumulan, dan bagaimana aku menjalani apa yang aku hadapi dan aku
hidupku. kerjakan, itulah yang menentukan jalan hidupku. Sukses dan prestasi bagiku
Di saat kehilangan arah, aku membutuhkan kompas untuk menjadi sesungguhnya tidak diukur dari apa yang telah aku capai, tetapi dari
penunjuk arah hidupku. Bagiku, Roh Kudus dan Firman Tuhan adalah bagaimana aku mencapainya. Aku pun tak bisa memungkiri bahwa saat ini
kompas hidupku yang selalu memberi aku semangat, hingga akupun akhirnya dan mungkin juga di masa yang akan datang, kriteria serta target cenderung
tiba di ‘puncak gunung’ perjuanganku. Di sana aku merasa bahagia, merasa didasarkan pada sesuatu yang dapat diukur. Sementara proses dan pergumulan
puas dan bangga bahwa aku bisa melewati jalan yang mendaki, terjal, dan hidup sering kali tak terukur. Dalam menilai memang membutuhkan sesuatu
licin. Imanku semakin bertumbuh dalam Tuhan. yang dapat dihitung dan diukur. Namun perhitungan dan ukuran tak mampu
Di masa kini, dan masa yang akan datang aku mau terus mencoba mencukupi segala hal, terutama pergulatan hati, proses, serta kesadaran yang
merefleksikan pengalaman persaudaraan dalam komunitas biaraku. Dalam mengalir di dalamnya. Santa Teresa dari Calcuta menasehati bahwa “Tuhan
hidup bersama aku ingin hadir bagi saudaraku sebagaimana adaku. Dalam memanggil kita bukan untuk sukses, tetapi untuk setia”. Kesetiaan, ketekunan
hidup bersama aku ingin belajar ikhlas dan tulus dalam memberi dan serta pergumulan tidak bisa diukur secara pasti. Dalam hal ini aku dingatkan
melayani. Dalam hidup bersama, aku akan berjuang untuk memaafkan dan oleh St. Paulus, “Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun menurut
memberi maaf, karena aku tak ingin menghapus persahabatan hanya karena ukuran manusia” (2Kor 5:16).
sebuah kesalahan, tapi menghapus kesalahan demi lanjutnya persahabatan Saat ini, orang berlomba-lomba mengejar uang dan kekuasaan. Tapi bagi
bersama saudara-saudara seperjuanganku. Dalam hidup bersama aku berusaha kita yang menjalani hidup sebagai seorang yang terpanggil, uang dan kuasa
setia menghayati kaul-kaulku, aku ingin menimba kegembiraan dan bukanlah jaminan dan penentu masa depan kita, karena semua itu relatif dan
kebahagiaan hidup seperti para pendiri dan para suster pendahuluku bersifat sementara. Bila demikian, dengan apa kita dapat menyongsong masa
depan? Tentu saja tidak ada yang lebih berharga daripada apa yang sudah
6

tertanam dalam diri kita masing-masing, yakni iman, bakat, kemampuan, bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Yesus Kristus, Tuhan,
pengalaman, atau pun minat kita sendiri yang menjadi bekal jaminan masa di kota Daud”. (Luk 2:10-11).
depan kita. Lalu, bagaimana memiliki keyakinan dan kepercayaan pada diri,
supaya aku berani mengandalkan diriku sendiri? Namun, akhirnya aku sadar Untuk di Renungkan
bahwa keyakinan itu bertumbuh dalam iman, karena percaya bahwa Tuhan Di hari Natal Allah Bapa telah menghadiahkan Putera-Nya untuk
telah menanamkan banyak hal yang baik dan berharga dalam hati dan diriku. menyelamatkan diriku. Yesus pun telah menghadiahkan diri-Nya untuk
Jadi, percaya akan apa yang diberikan Tuhan sebagai bekal kehidupanku menebus dosa-dosa kita. Apakah yang dapat kupersembahkan untuk Yesus
merupakan dasar kepercayaan diriku. Karena itu bagiku, hidup merupakan yang hadir dalam diri sesamaku? “Hadiah” apa yang pantas aku berikan
pergumulan untuk mewujudkan apa yang ada dan tertanam dalam diriku, itu kepada mereka: sesama suster di komunitas, rekan kerjaku, dan mereka yang
adalah sesuatu yang berharga. Dan proses menemukan hidup, menjadi proses kurang kuperhatikan...?
menemukan dan mengaktualisasikan bekal hidup dalam diriku.
Dalam pergumulan iman, proses penemuan tersebut sampai pada Doa
kesadaran bahwa bukan diriku yang hebat, melainkan daya rahmat Tuhanlah Ya Yesus Sang Juruselamatku, berilah aku telinga yang mau
yang menjadikan aku hidup hingga saat ini. “Aku hidup, tetapi bukan lagi aku mendengarkan, mulut yang mampu mengubah simfoni indah dan hati yang
sendirilah yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal layak menjadi istana cinta-Mu, agar aku mampu menjadi pendengar yang
2:20). Jadi, semua yang telah kuterima merupakan kemurahan Allah. baik dan senantiasa melakukan segala kebajikan dalam diam.
Ya Yesus Penebusku, Engkau telah memberi diri-Mu sebagai hadiah
Berharap dan bersukacita karena Ia telah lahir dan hidup dalam terindah dan terbesar bagiku. Semoga kehadiran-Mu melalui sesamaku
hati dan diriku yang lemah, miskin dan tertindas mampu membuka mata-imanku,
Sebentar lagi (atau baru saja) kita merayakan Hari Ulang Tahun Sang menggugah hati dan perasaanku, agar melalui karya pelayananku, hidupku
Juru Selamat. Berkat perlindungan-Nya kita mampu melewati lembah dan pun dapat menjadi hadiah bagi-Mu dan berkat bagi sesamaku yang letih
gunung, mengarungi samudra raya. Berkat penyertaan-Nya kita menjadi lesu, dan semoga aku mampu menjadi lilin kecil bagi yang berada dalam
mampu menjalin persahabatan sejati dengan saudara-saudara seperjuangan kegelapan dan mereka yang tertindas. Amin.
sepanggilan dengan diri kita.
Pada hari raya kelahiran-Nya, hari yang penuh sukacita, kita
menyadari kehidupan diri kita sendiri. Mungkin, ada yang tidak mudah untuk
bersukacita karena aneka beban hidup yang menghimpit. Di hari Natal yang
penuh damai dan sukacita ini, harapan-harapan yang bisa kuungkapakan
adalah: “aku akan tetap bersukacita karena Ia telah lahir dan hidup dalam hati
dan diriku. Aku akan selalu bersukacita meski menghadapi beban hidup yang
menghimpit. Aku tak akan pernah takut menghadapi masa depan, meski
belum pasti, karena Ia selalu ada bersamaku. Karena itu bersama para Para suster terkasih,
malaikat, aku pun dengan sukacita berseru: “Jangan takut sebab “Selamat Natal 2019 & Tahun Baru 2020”.
sesungguhnya aku memberitakan kepada kesukaan besar untuk seluruh
Semoga damai dan sukacita memenuhi hati kita!
7

Anda mungkin juga menyukai