Anda di halaman 1dari 19

Tindak Pidana Bagi Pelaku Body Shaming

Dalam Dunia Maya

Oleh
Rahmat Nugraha
(10200120056)

Jurusan Hukum Pidana dan Ketatanegaraan


Fakultas Syariah dan Hukum
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah ini bisa saya selesaikan tepat waktu. Makalah yang berjudul “Tindak
Pidana bagi Pelaku Body Shaming dalam Dunia Maya" ini disusun guna memenuhi tugas
pada mata kuliah Bahasa Indonesia.

Makalah ini saya susun dengan maksimal dan mendapatkan banyak bantuan dari berbagai
pihak dalam penyusunannya. Oleh karena itu, saya mengucapkan banyak terima kasih atas
segala dukungan dan kontribusi yang diberikan untuk menyelesaikan makalah ini. Saya
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Saya pun menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan maupun
kesalahan, seperti kata pepatah “ tak ada gading yang tak retak “ karena saya hanya manusia
biasa yang masih perlu banyak belajar. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk penyusunan makalah di masa depan yang lebih baik lagi.

Bantaeng, 10 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................................................

DAFTAR ISI .....................................................................................................................................................................

PENDAHULUAN .............................................................................................................................................................

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
D. Manfaat Penulisan 1

PEMBAHASAN ................................................................................................................................................................

A. Aturan Hukum Pidana Penghinaan (Body Shaming) Media Sosial Menurut KUHP 2
a. Aturan Hukum Pidana Penghinaan (Body Shaming) Media Sosial Menurut KUHP 2
b. Aturan Hukum Tindak Pidana Penghinaan (Body Shaming) Media Sosial di luar KUHP
5
B. Contoh kasus body shaming terhadap kekey dalam dunia maya 6
a. Media Sosial dan Komentar Negatif 6
b. Body Shaming 7
c. Contoh Kasus 7
C. Upaya Mengurangi Tindakan atau Perilaku Body Shaming dalam Dunia Maya 11

PENUTUP .........................................................................................................................................................................

A. Kesimpulan 13
B. Saran 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................................................

ii
iii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Body shaming atau mempermalukan bentuk tubuh bukan lagi menjadi hal yang baru di
Indonesia. Kata Body shaming ini berasal dari dua suku kata dimana body yang artinya tubuh,
sedangkan shaming yang artinya mempermalukan. Body shaming adalah bentuk kegiatan
pengkritikan dan mengomentari terhadap fisik atau tubuh seseorang yang tindakannya
mengejek atau menghina dengan penampilan orang tersebut.
Body shaming dapat dimasukkan dalam dua kategori pelecehan non verbal dan
pelecehan verbal. Yang dikatakan Pelecehan Verbal ialah hal yang tidak semua orang tau
tetapi dapat terkena sanksi pidana, seperti bersiul pada perempuan, bersiul tentu suatu hal
sepele yang banyak orang sering melakukannya tetapi dapat dipidana karena pelecehan verbal
jika digunakan untuk menggoda wanita. pelaku dapat dijerat ke dalam Pasal 289 sampai
Pasal 296 KUHP Karena dianggap melanggar rasa kesusilaan. Dalam hukum pidana tidak
dikenal istilah pelecehan, akan tetapi termasuk dalam perbuatan cabul.
Di Indonesia khusus kalangan anak-anak hingga dewasa tindakan Body shaming sering
terjadi karna mereka menganggap hal tersebut sebagai candaan bagi dirinya dan tidak
memikirkan apa yang dirasakan korban. Namun candaan yang di lakukan seseorang bisa saja
menjadi boomerang bagi korban. Hal tersebut juga akan membuat rasa percaya diri seseorang
menurun. Yang akan membuat dirinya berpikir bahwa dia sudah tidak berguna lagi. Pada
suatu titik, dampak dari body shaming terhadap kesehatan mental tersebut dapat
menyebabkan seseorang mengalami depresi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aturan hukum tindak pidana penghinaan body shaming dalam dunia maya
2. Contoh kasus body shaming terhadap kekey dalam dunia maya
3. Upaya mengurangi tindakan atau perilaku body shaming dalam dunia maya

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk memberi kesadaran kepada penulis dan pembaca
2. Untuk mengurangi pelaku body shaming di Indonesia
3. Untuk mengedukasi penulis dan pembaca tentang KUHP dan UU ITE

D. Manfaat Penulisan
Penulis dan para pembaca akan lebih mempunyai kesadaran akan pentingnya menghargai
perbedaan fisik, mental dan material. Serta mengetahui tentang KUHP dan UU ITE yang
dapat membatasi atau lebih bijak dalam bertindak dalam media sosial.

1
PEMBAHASAN

A. Aturan hukum tindak pidana penghinaan body shaming dalam dunia maya
a. Aturan Hukum Tindak Pidana Penghinaan (Body Shaming) Media Sosial
Menurut KUHP
1. Pengertian Hukum Tindak Pidana Penghinaan (Body Shaming) Media Sosial
Menurut KUHP Pengertian KUHP merupakan rujukan pertama apabila akan mencari
hukuman yang akan dikenakan terhadap suatu perbuatan pidana. Pengaturan terhadap
perbuatan yang digolongkan sebagai tindak pidana dalam hukuman indonesia diatur
dalam KUHP dan undang-undang yang diluar KUHP seperti UU ITE. Akan tetapi
sementara ini yang paling cocok menjadi dasar hukum bagi tindak pidana penghinaan
citra tubuh (body shaming) adalah Pasal 315, yang yang menyatakan bahwa “Tiap-
tiap penghinaan dengan sengaja yang tidak bersifat pencemaran atau pencemaran
tertulis, yang dilakukan terhadap seseorang baik itu dimuka umum dengan lisan atau
lisan, maupun dimuka orang itu sendiri dengan lisan atau perbuatan, atau dengan
surat yang dikirimkan atau diterimakan kepadanya, yang diancam karena penghinaan
ringan, dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling
banyak tiga ratus rupiah”. Istilah yang umum dipergunakan untuk tindak pidana
terhadap kehormatan adalah tindak pidana “penghinaan”. Unsur-unsur tersebut diatur
dalam pasal 315 kuhp sebagai mana sudah dijelaskan bahwa pasal tersebut mengatur
mengenai tindak pidana penghinaan ringan.

Menurut Moeljanto, terdapat 2 kejadian perbuatan tindak pidana dalam KUHPidana,


yaitu :
1.Adanya kejadian yang tertentu yang menimbulkan akibat yang dilarang, dan
2.banyaknya orang yang berbuat yang menimbulkan kejadian itu.
Menurut Leden Marpaung ada terdapat beberapa unsur tindak pidana yang
diterapkannya yaitu seperti unsur subjektif dan unsur objektif, antara lain :

a). Unsur Subjektif


Yaitu unsur yang berasal dalam diri sipelaku. Asas hukum ini menyatakan: “tidak ada
hukuman tanpa kesalahan” Kesalahan yang dimaksud disini adalah kesalahan yang
diakibatkan oleh unsur kesengajaan. Di dalam KUHP tidak memberikan penjelasan langsung
mengenai kata sengaja. Akan tetapi dapat kita ketahui bersama arti dari kata sengaja yang
diambil dari M.v.T (Memorie van Toelicthing) yang artinya adalah menghendaki dan
mengetahui. Sehingga dapat dikatakan bahwa sengaja adalah menghendaki atau mengetahui

2
yang dilakukan. Seseorang yang melakukan perbuatan dengan sengaja tersebut merupakan
yang memang mengehendaki perbuatan itu dan menyadari tentang apa yang Dari tindak
pidana penghinaan ringan yang dilakukan terhadap citra tubuh seseorang. Unsur – unsur Pasal
315 KUHP dilakukannya. Sebagaimana telah diuraikan diatas sudah jelas bahwa pasal
tersebut mengatur mengenai tindak pidana penghinaan ringan. Namun dalam Pasal 315
KUHP tidak dijelaskan secara rinci apa saja yang termasuk bagian dari tindak pidana
penghinaan ringan. Berdasarkan ciri-ciri body shaming yang sudah dijelaskan diatas, dapat
dikatakan bahwa body shaming sudah memenuhi unsur-unsur obyektif dari Pasal 315 KUHP
seperti penghinaan dalam bentuk pencemaran lisan atau pencemaran tertulis yang dilakukan
dimuka umum dengan lisan atau tulisan, maupun dimuka orang itu sendiri dengan lisan atau
perbuatan, serta dengan surat yang dikirimkan atau diterimakan kepadanya, sehingga body
shaming merupakan bagian

b). Unsur Objektif


Merupakan unsur dari diri luar si pelaku, terdiri atas :
1). Perbuatan manusia, yaitu :
-Act, yakni perbuatan aktif atau perbuatan posesif;
-Omissions, yakni perbuatan manusia.
2). Akibat perbuatan manusia (result)
Memberikan dampak membahayakan tetapi tidak menghilangkan unsur penting yang
dilindungi hukum, seperti nyawa, badan, kemerdekaan, hak milik, kehormatan dan
sebagainya.
3). Kondisi atau keadaan (circumstances) Kondisi atau keadaan dibedakan menjadi :
-Keadaan di saat perbuatan dilakukan,
-Kedaan setelah perbuatan dilakukan,
-Sifat yang dihukum dan sifat yang dapat melawan hukum.

Body shaming ialah hal yang paling sensitif jika dampaknya pada diri kita karena sangat berpengaruh
terhadap pada diri kita yang menimbulkan rasa malu. Bahkan, sekalipun orang tersebut tidak akan
dapat dan bisa melihat tubuh sebagian dari kita dan tubuh kita merupakan tempat untuk menjadi
kepribadian tersendiri pada diri kita. Rasa malu yang emosi biasanya dirasakan oleh setiap orang
mulai dari pengenalan tubuhnya hingga penilaian orang belum tentu akan sesuai dengan diri yang
ideal sebagaimana yang diharapkan pada umumnya. Biasanya yang dapat berkomentar tentang body
shaming ini tidaklah laki-laki tapi malah justru sebaliknya malah sering antar sama perempuan
lainnya. Apalagi orang yang tidak kita kenal sama sekali, tidak dekat dan belum kenal dengannya.

2. Faktor penyebab yang menjadi perempuan lebih cenderung berkomentar antara lain sebagai berikut
:

3
1) Karena kebetulan tinggal ditempat iklim budaya yang memang dalam kelompoknya sangat kuat.
Artinya, kebiasaan ini sudah menjadi tradisi seseorang mereka untuk memperlakukan orang lain
layaknya seperti saudara bahkan yang sebenarnya tidaklah terlalu dekat dengannya. Bahkan seperti
kebiasaan inilah yang sudah mereka terapkan, justru itu banyak orang yang merasa pada akhrinya
berkomentar adalah hal wajar yang dilakukan pada saat pertama kali bertemu. Sehingga yang sering
berkomentar buruk dapat mengacu pada adanya isu yang sensitif layaknya fisik atau penampilan.
Contohnya “itu alis apa jalan tol sih sis?wkwkw, Noh, bibir lebar bener...”.

2) Tingkat kepercayaan inilah yang menjadi salah satu penyebab mengapa perempuan lebih
cenderung juga terlalu vulgar saat berkomentar kepada sesamanya.

3) Memilik harga diri yang rendah. Dampaknya mereka akan menjadi merasa pahit, kadang kala
mereka yang pahit hidupnya ingin melampiaskannya, ingin melontarkan kepahitannya. Dengan cara
berkomentarlah mereka dapat melampiaskan kehidupannya di dunia maya, dengan cara tidak senang
ketika melihat orang lain senang, penerimaan masing-masing orang, kritikan yang membangun,
adanya pengaruh dari budaya sehingga mereka leluasa akan berkomentar terhadap yang lainnya.

3. Jenis-Jenis Tindak Pidana Penghinaan (body shaming)

Body shaming merupakan tindakan seseorang yang mencela atas suatu bentuk tubuh individu lain
dimana bentuk tubuh tersebut tidak ideal atau tidak seperti bentuk tubuh pada umumnya.

. Dalam Body shaming ada 2 (dua) jenis, antara lain :

a) Acute Body Shaming

aspek perilaku dari tubuh, seperti gerak dan tingkah laku. Istilah ini biasa disebut embarrassment (rasa
malu), tipe body shaming yang biasanya terjadi pada persiapan yang tidak akan diduga atau
direncanakan sebelumnya.

b) Chronic body shaming

tindakan dalam bentuk yang permanen dilakukan terus-menerus terhadap sebuah penampilan atau
tubuh, seperti berat badan, tinggi dan warna kulit. Selain itu, chronic body shaming berkaitan dengan
fungsi tubuh dan kecemasan yang biasa dialami seperti jerawatan, penyakit, hal buang air besar,
penuaan dan lain sebagainya.

Body shaming biasanya dikenal dengan istilah merundung (bullying) sudah lama terjadi di tengah-
tengah masyarakat, dengan adanya media memiliki peran besar tindakkan bulliying ini semakin
banyak dilakukan masyarakat. Oxford Dictionary mendefinisikan body shaming sebagai tindakan
mengkritik tentang bentuk atau ukuran tubuhnya seseorang, yang ditujukan kepada bentuk agresi

4
dimana satu orang atau sekelompok orang berulang kali melecehkan korban secara verbal atau fisik
tanpa provokasi.

Dari penjelasan sebelumnya menjelaskan bahwa bullying konsepnya telah meluas bukan hanya
penghinaan terhadap seseorang saja, konsep terkait bullying di kelompokkan menjadi dua kategori,
yaitu fisik dan verbal. Penindasan fisik seperti memukul, mendorong, memegang, dan memberi
isyarat bermusuhan. Body shaming adalah perlakuan bullying yang sifatnya verbal. Intimidasi verbal
yang dimaksud dalam body shaming dapat meliputi mengancam, memalukan, merendahkan,
menggoda, memanggil nama, menjatuhkan, sarkasme, mengejek, menatap, mencuat lidah, dan
mengucilkan citra tubuh seseorang.

Perbuatan penghinaan citra tubuh (body shaming) selain dilakukan secara verbal dan spontan
langsung kepada korban, dapat juga dilakukan secara lisan dan tidak langsung. Seperti ketika dalam
media sosial seperti Facebook, Twitter, atau Instagram seseorang melihat foto orang lain yang
menurutnya tubuh dari korban tersebut “aneh” kemudian pelaku melakukan penghinaan secara lisan
pada kolom komentar media sosial tersebut.

b. Aturan Hukum Tindak Pidana Penghinaan (Body Shaming) Media Sosial diluar KUHP

1. Pengertian Aturan Hukum Tindak Pidana Penghinaan (Body Shaming) Media Sosial diluar KUHP

Aturan hukum diluar KUHP yang mengatur hal tersebut yang sudah digunakan dalam suatu putusan
pengadilan yakni terdapat pada beberapa pasal pada UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE yang
diubah menjadi UU No. 19 Tahun 2016 yang disebut dengan UU ITE 8.

Jika penghinaan tersebut berupa hinaan, ejekan, wajah, warna kulit, serta postur tubuh seseorang
menggunakan sosial media. Maka termasuk dalam kategori Pasal 27 ayat (3) jo Pasal 45 ayat (3) UU
ITE No.19 Tahun 2016 dapat diancam hukuman pidana 6 tahun. Sedangkan, jika dilakukan secara
verbal atau langsung ditujukan kepada orang yang dikenal terkena Pasal 310 KUHP dengan ancaman
pidana 9 bulan. Bila secara face to face yang dilakukan secara tertulis dalam bentuk narasi yang
melalu media sosial, dapat diancam pidana pasal 311 KUHP dengan ancaman hukuman 4 tahun
penjara.

Body shaming adalah suatu tindakan seseorang yang mencela atau tanpa disengaja baik itu secara
verbal ataupun spontan langsung terhadap orang tersebut atau lebih tepatnya dikatakan sebagai
bullying bukanlah merupakan hal yang baru terjadi. Penghinaan (body shaming) dinyatakan sebagai
kategori tindakan kejahatan cybercrime. Banyak sekali kejadian yang dalam kehidupan kita sehari-
hari malah itu menjadi sebuah kebiasaan yang tidak baik. Karena sudah terlalu sering untuk dilakukan
dan terus menerus jadilah suatu kebiasaan pada diri kita sendiri.

5
Penistaan dan pencemaran secara online (online defamation), di lihat dari niat jahat untuk menyerang
dan tujuannya adalah merendahkan martabat seseorang. Menurut para ahli hal ini merujuk pada delik
penghinaan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan ketentuan dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (Pasal 1372 dan Pasal 1374). Alasannya karena apabila proses
perdata di lakukan maka tidak perlu melalui jalur pidana. Jika terdapat kerugian didalamnya yang
mengakibatkan korban mengalami kerugian besar maka proses pidana harus dilakukan dan aparat
penegak hukum mencari pelaku. Pasal 27 ayat (3) UU ITE: “Setiap orang dengan sengaja, dan tanpa
hak mendistribusikan dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik di pidana.

Edmon Makarin menjelaskan bahwa penghinaan tidak hanya diatur dalam KUHP. Bagian dari delik
ini terdiri dari pencemaran nama baik, fitnah, dan penghinaan ringan. Dapat di analisa bahwa delik
penghinaan dalam KUHP yang dikaitkan dengan Pasal 27 ayat (3) jo. Pasal 45 ayat (3) UU ITE untuk
perbuatan body shaming dimedia sosial. namun prinsip dasar pemidanaan sebagai ultimum remedium
atau upaya hukum terakhir. maksudnya penegakan hukumnya harus melihat perkara secara
kontekstual. Sebagai contohnya yaitu jika ada mekanisme pengaduan “notice and take dowm” di
media di umumkan maka selayaknya hal tersebut harus dijalankan terlebih dahulu.

Perkataan “bodoh, idiot, bangsat” kepada orang lain berbeda dengan penghinaan atau body shaming .
Mencela bukan merupakan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 dan pasal 311 KUHP
yang menjadi rujukan pasal 27 ayat (3) UU ITE. Pasal 315 KUHP menjelaskan bahwa “Tiap-tiap
penghinaan dengan sengaja yang tidak bersifat pencemaran atau pencemaran tertulis, yang dilakukan
terhadap seseorang, baik dimuka umun dengan lisan ataupun tulisan, maupun dimuka orang itu sendiri
dengan tulisan atau perbuatan, atau dengan surat yang dikirimkan atau diterimakan kepadanya,
diancam karena penghinaan ringan”.

Menurutnya, para akan dikenai sanksi pasal 315 KUHP. Oleh karena pasal 315 KUHP tidak diatur
dalam pertimbangan putusan MK, maka pelaku penghinaan terhadap tubuh melalui aplikasi media
tidak bisa dijerat pasal 27 ayat (3) UU ITE namun apabila dilakukan secara online dengan bukti
digital berupa screenshot, url, akun, dan lainnya dapat digunakan sebagai bukti elektronik dalam pasal
5 dan pasal 6 UU ITE,” jika body shaming yang dilakukan secara online dan untuk mem-bully
dikenakan Pasal 29 UU UTE. Pasal 29 dalam UU ITE bahwa “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa
hak mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan
atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi”.

B. Contoh kasus body shaming terhadap kekey dalam dunia maya

a. Media Sosial dan Komentar Negatif

6
Media sosial memiliki fungsi menyampaikan informasi, mengajak, mengajar, menyampaikan
kecemasan, serta memberikan komentar negatif. Kekuatan media sosial sebagai media komunikasi,
telah menembus ruang publik dan ruang pribadi. Pola percakapan dan penggunaan bahasa di dunia
maya hampir mendekati komunikasi tatap muka. Menurut Bajari, Media sosial telah melahirkan
generasi baru (N-Gen) dengan ciri-ciri independen, emosional, dan terbuka secara intelektual,
inovatif, senang dengan investigasi dekat dan otentik. Fitur dalam media tersebut digunakan untuk
menyampaikan informasi aktivitas, minat, dan hobi. Media sosial juga menjadi ruang untuk
penggunanya belajar bahasa dan meningkatkan kemampuan digital.

Namun meski memiliki banyak manfaat positif, media sosial juga memiliki dampak negatif yakni
komentar negatif atau yang lebih dikenal dengan ujaran kebencian. Istilah Ujaran kebencian sejatinya
untuk menggambarkan perilaku netizen yang menyerang pihak lain dengan kata-kata atau gambar
(meme) untuk merendahkan, menghina, atau menebar pesan permusuhan kepada pihak lain yang
menjadi lawan. Bentuk hate speech bisa bermacam-macam, bisa berupa mengomentari fisik atau body
shaming, menghina penampilan atau mengeluarkan kata-kata kotor.

b. Body Shaming

Fat shaming, juga disebut sebagai body shaming, adalah tindakan di mana individu dinilai negatif
berdasarkan penampilan fisik mereka. Umumnya, pria dan wanita malu-malu jika mereka tampak
"kelebihan berat badan" atau tidak sesuai dengan gambar indah "tipis dan indah." Namun, para
peneliti mencatat bahwa mempermalukan dengan sebutan kurus juga merupakan bentuk negatif dan
penilaian dan bullying juga. , meskipun tidak lazim.

Menurut Oxford English Dictionary, body shaming adalah tindakan atau praktik memalukan
seseorang berdasarkan jenis tubuh mereka dengan membuat pernyataan kritis dan / atau mengejek
tentang bentuk dan ukuran tubuh mereka.

Psikolog dan akademisi yang mengkhususkan diri pada efek media pada tubuh dan pikiran, bahwa
body shaming selalu menjadi masalah dalam masyarakat modern hingga taraf tertentu. Namun,
dengan penemuan Internet dan platform media sosial, komentar publik tentang semua hal berada pada
titik tertinggi sepanjang waktu; termasuk bullying dan mempermalukan individu dan penampilan
mereka.

c. Contoh Kasus

Pengguna sosial media aktif, tentu tidak asing dengan Rahmawati Kekeyi Putri Cantika ini.
Rahmawati Kekeyi Putri Cantika adalah seorang Youtuber yang viral karena videonya (Placeholder1)
yang berjudul '25k makeup challenge'. Sebenarnya video tersebut sudah di unggahnya pada tanggal 28
April 2018 dan kini sudah ditonton lebih dari 4,1 juta kali. Sampai saat ini Rahmawati Kekeyi sudah
punya subscriber lebih dari 161 ribu dan terdapat 39 video di akun Youtube miliknya.

7
1. Memberikan Komentar atas Penampilan Fisik Kekeyi Putri

Beberapa netizen dengan mudahnya memberikan komentar tentang penampilan fisik kekeyi. Mulai
dari Giginya yang terlihat maju, dan berwarna kuning. Tidak hanya itu, kuku Kekeyi yang terlihat
kotor juga menjadi bahan bully netizen. Komentar tentang penampilan fisik, baik menghina, mencela

8
maupun mengkritik adalah salah satu bentuk dari “Body Shaming”. Selama ini, netizen beralasan
bahwa komentar yang diberikan adalah sesuai fakta, dan adalah hak mereka memberikan komentar,
mengingat kolom komentar pada video yang ditampilkan tidak dinonaktifkan.

Memberikan komentar sepertinya sudah menjadi hal yang biasa bagi para pengguna media sosial,
mereka yang memberikan komentar merasa bahwa apapun bisa dilakukan dengan media sosial yang
dimilikinya. Menurut Akbari (2018) komentar jahat, buruk dan merendahkan yang dikeluarkan oleh
netizen adalah salah satu bentuk perubahan dari high context menjadi low context.

Bila semula orang akan memikirkan dengan seksama atas apa yang diucapkan karena ke tidak inginan
menyinggung perasaan lawan bicara, maka hal itu tidak lagi ditemukan di dunia maya. Tidak ada lagi
perasaan bersalah saat mengungkapkan komentar yang negatif. Faktor anonimitas juga menjadi alasan
lain orang tidak takut mengungkapkan komentar buruk. Pengguna media sosial berlindung dibalik
akun anonim sehingga berani melakukan apa pun karena merasa tidak ada yang bisa menemukan
mereka.

2. Menggeneralisasi Cantik Sesuai dengan Standar Media

Selama ini, standar seseorang dalam menetapkan kecantikan selalu bersandar pada media. Media baik
penyiaran maupun digital berhasil mengonstruksi masyarakat, bahwa standar kecantikan adalah
seperti yang ditampilkan media.

Menurut Ibrahim (2004), citra-citra ideal tentang gambaran perempuan yang cantik terus-menerus
dikonstruksikan dan ditanamkan serta disosialisasikan melalui media. Cara ini, secara perlahan tapi
pasti telah berubah menjadi standar budaya mengenai kecantikan perempuan yang mengendap dalam
kesadaran kita.

Kondisi ini membuat masyarakat memiliki kriteria cantik seperti apa yang digambarkan oleh media.
Perempuan cantik selalu diidentikkan dengan mereka yang bertubuh langsing, berkulit putih dan
memiliki tinggi badan yang ideal. Karena itulah, perempuan yang tidak berada dalam lingkaran
tersebut dianggap tidak cantik. Akibatnya, saat menemukan orang yang tidak sama dengan hasil
konstruksi media, label jelek, gendut, hitam, norak, akan dengan sangat mudah diberikan.

3. Memuji yang Tidak Pada Tempatnya

Pujian terhadap seseorang sejatinya diberikan dengan maksud memberikan penghargaan atas apa yang
melekat atau dicapai seseorang. Namun tidak dalam perilaku body shaming. Sering kali mereka
memuji tidak pada tempatnya dengan maksud untuk melakukan penghinaan.

9
Pujian dalam ilmu psikologi adalah sebuah penguatan (reinforcement). Dalam teorinya, B.F Skinner
menyatakan bahwa dengan sebuah reinforcement diharapkan orang akan melakukan tindakan yang
diinginkan oleh pemberi pujian. Namun, pujian tidak semuanya bersifat positif. Banyak pujian yang
diberikan justru bersifat negatif dan tidak pada tempatnya. Pujian yang dilontarkan hanya sebagai satir
semata atau bersifat ironi. Maksud dari pemberi pujian tidak lain adalah menghina atau merendahkan
konten yang mereka komentari. Meski memiliki bahasa yang halus, namun pujian yang tidak
diberikan pada tempatnya adalah bagian dari “Body Shaming”.

4. Memberikan Saran Tentang Apa yang Boleh dan Tidak Boleh Dipakai

Anonimitas dalam dunia maya membuat orang merasa memiliki hak untuk melakukan apa pun.
Mereka merasa aman dengan identitas yang disembunyikan, karena dapat dengan mudah
menggantinya dengan identitas palsu. Kondisi ini membuat orang tidak lagi berpikir panjang saat
akan memberikan komentar atau pendapat, apa yang terlintas dalam pikirannya lah yang akan mereka
tulis.

Taufan (2018) menyebutkan salah satu faktor yang membuat orang dengan mudahnya memberikan
komentar negatif, jahat maupun nyinyir adalah, karena selama ini public figure dan influencer adalah
sebagai obyek. Pandangan ini membuat para netizen merasa berhak menghakimi atas apapun yang
dilakukan oleh public figure maupun influencer. Bentuk penghakiman yang dilakukan oleh netizen
memiliki sifat yang beragam mulai dari mengomentari penampilan, hingga menyarankan sesuatu
untuk dilakukan pemilik akun. Memberikan saran dengan mengungkapkan apa yang pantas dan tidak
pantas dilakukan oleh public figure, terkesan memang menjadi sebuah masukan, namun apa yang
netizen lakukan ini adalah bagian dari “body shaming”. Setiap individu adalah pribadi yang merdeka,
mereka memiliki hak untuk menggunakan apa pun. Pemberian komentar dengan maksud
menyarankan atau melarang untuk sesuatu yang seharusnya atau tidak seharusnya dipakai adalah
bagian dari body shaming.

5. Mengungkapkan Keprihatinan Atas Fisik Seseorang

Komentar netizen yang juga ditemukan pada Youtube yang di upload oleh rahmawati kekeyi putri
diantaranya adalah keprihatinan yang diungkapkan oleh netizen atas bentuk fisik dari rahmawati
kekeyi putri. Bentuk keprihatinan ini tidak diberikan dengan maksud untuk mengungkapkan sebuah
empati namun lebih pada penghinaan. Ujaran atau ungkapan “Bibirnya sukar dikendalikan” ,
“percuma cantik tapi gigi kuning” adalah bagian dari “body shaming”.

Pertumbuhan penggunaan media sosial yang setiap tahun semakin meningkat, membawa dampak
sosial. Meski berada di ruang maya, namun efek penggunaan media digital juga menyentuh dunia
nyata. Terus berkembangnya komentar jahat, nyinyir baik yang berupa body shaming maupun cyber
bullying adalah konsekuensi yang melekat atas meningkatnya penggunaan media digital. Jika merujuk

10
pada APJI (assosiasi pengguna jasa internet di Indonesia) maka jumlah pengguna internet di Indonesia
sudah melampaui angka 50 persen penduduk Indonesia. Itu artinya 130 Juta penduduk Indonesia
sudah terpenetrasi dengan media digital. Dari Jumlah itu, sebagian besar menggunakan media sosial,
dengan komposisi satu individu memiliki lebih dari satu media sosial.

Sebaran usia, jenis kelamin dan tingkat sosial yang beragam dari pengguna internet, sekaligus
memunculkan karakteristik yang berbeda, ini karena tidak semua pengguna internet memiliki pola
komunikasi, kontrol sosial dan pola berpikir yang kritis. Kondisi ini membuat banyak sekali netizen
yang masih memberikan komentar yang bersifat negatif, memprovokasi, menghakimi, menghina atau
perilaku sejenis yang dikategorikan “jahat”. Para ahli menganggap semakin meningkatnya komentar
negatif dan jahat ini sebagai “penyakit sosial”. Labelisasi atas penyakit sosial ini bukan tanpa alasan,
mengingat dampak yang ditimbulkan atas komentar jahat yang diungkapkan netizen sangat luas.

Data terbaru yang dirilis oleh Komisi Perlindungan anak Indonesia menyebutkan, bahwa bullying
baik itu didunia maya maupun dunia nyata masih menjadi persoalan serius yang dihadapi anak-anak.
Banyak peristiwa bullying di dunia nyata yang dipicu oleh persoalan di dunai maya. Saling ejek,
komentar negatif, dan mengupload content negatif banyak memicu mereka melakukan kekerasan di
dunia maya. Kejadian ini berlaku terus menerus dengan tema yang hampir sama namun dengan
tempat dan latar yang berbeda. Kecepatan informasi dengan kekuatan “viralnya” justru tidak
menyurutkan netizen untuk berhenti memberikan “komentar negatif”

C. Upaya mengurangi tindakan atau perilaku body shaming dalam dunia maya

Cara Mengatasi Body Shaming

• Hiraukan Setiap Ejekan Orang Lain

Menghiraukan atau mengabaikan perkataan orang lain adalah salah satu cara yang efektif untuk
mengatasi body shaming dengan cara tidak usah memperdulikan perkataan atau komentar orang lain
terhadap diri sendiri. Mengacuhkan cibiran orang lain dan juga membalasnya dengan perkataan positif
dan bersikap masa bodoh.

• Bergaul Dengan Orang Yang Berbeda

Apabila sudah mendapat perlakuan body shaming dari orang sekitar sebaiknya mulailah mencari dan
bergaul dengan orang yang berbeda dan layak untuk dijadikan teman baru karena lingkungan yang
menerima apa adanya.

• Memiliki Perspektif Tentang Arti Kecantikan dan Kesempurnaan

11
Berikutnya dalam mencari cara menghadapi body shaming yaitu Anda juga harus memiliki penilaian
dan perspektif mengenai arti kecantikan juga kesempurnaan versi berbeda. Jangan karena fisik yang
tidak sempurna Anda beranggapan maka Anda tidak layak dibilang cantik. Buka wawasan Anda
mengenai arti cantik yang sesungguhnya, setelah Anda tahu maka Anda akan merasa lebih percaya
diri dan yakin Anda tidak seburuk yang orang katakan.

• Berpikir Positif Dengan Kekurangan Yang Dimiliki

Setiap kekurangan yang Anda miliki jangan dijadikan sebagai penghalang bagi Anda untuk
menikmati hidup. Ingat hidup itu hanya sekali, jadi pikirkan hal lain yang lebih menyenangkan.
Jangan hanya karena cibiran orang lain Anda begitu mudah menyerah, setiap yang diciptakan Tuhan
memiliki hal yang baik. Begitu pun Anda harus bisa berpikir positif atas apa yang Anda miliki,
jadikan kekurangan Anda sebagai penyemangat hidup untuk mencapai yang lebih baik lagi.

• Cintai Diri Sendiri

Jika Anda tidak menghargai diri Anda sendiri, maka orang lain pun tentu juga tidak. Oleh sebab itu
cintailah diri Anda selayak yang Anda inginkan. Manjakan diri Anda untuk mendapatkan hal – hal
yang baik, jangan biarkan kekurangan Anda menjadi penghalang Anda untuk bahagia. Temukan
dunia baru dengan teman dan pasangan baru yang lebih mewarnai kehidupan Anda. Sehingga Anda
akan merasa nyaman dan bahagia menghadapi kehidupan setiap harinya.

• Sibukkan Dengan Hal Yang Bermanfaat

Selain dari hal di atas, satu lagi hal yang bisa Anda lakukan dalam mengisi hari – hari Anda adalah
dengan mencari kesibukan dengan berbagai kegiatan. Ada banyak cara untuk membuat Anda
menikmati waktu Anda, seperti mengikuti kursus, bergabung bersama dengan komunitas, mengikuti
kegiatan sosial dan banyak lagi lainnya. Salurkan hobi dan minat Anda dalam berbagai kegiatan,
sehingga Anda akan melupakan masalah body shaming yang terjadi.

12
PENUTUP

A. Kesimpulan

Body shaming maupun cyberbullying terus akan terjadi seiring dengan peningkatan jumlah pengguna
media sosial, karakteristik pengguna media sosial yang berbeda, akan menghasilkan pola interaksi dan
komunikasi yang berbeda. Tidak semua pengguna media sosial memiliki kecerdasan emosi, kontrol
sosial maupun “attitude” yang sama. Anonimitas menjadi satu dari banyak alasan mereka, tidak
pernah takut melakukan cyberbullying. Karena itulah, perlu diberikan sanksi yang tegas bagi mereka
yang melakukan “body shaming” maupun cyberbullying, mengingat dampak sosial dan psikis yang
ditimbulkan. Selain itu, untuk menghindari terjadinya komentar negatif dari netizen, langkah
sederhana yang bisa dilakukan oleh pengguna media sosial adalah mematikan kolom komentar, ini
dilakukan agar netizen terbatasi ruang geraknya dalam memberikan komentar.

13
B. Saran

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber
serta kritik yang membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

A. Anggraini - Jurnal Lex Justitia, 2020 - Upaya Hukum Penghinaan (Body Shaming) Dikalangan
Media Sosial Menurut Hukum Pidana dan UU ITE e-journal.potensi-utama.ac.id

SW Astuti, Y Yenny, - PRMEDIA - 2019 - “Body Shaming di Dunia Maya: Studi Netnografi pada
Akun Youtube Rahmawati Kekeyi Putri Cantika “journal.uta45jakarta.ac.id

Aviva Hana Izdihara - 5 Cara Untuk Mencegah Agar Gak Body Shaming ke Orang Lain - 27 maret
2019 - https://www.idntimes.com/life/inspiration/aviva-hana-izdihara/5-cara-untuk-mulai-cegah-agar-
gak-body-shaming-ke-orang-lain-c1c2

14

Anda mungkin juga menyukai