Mufrodat
أموالهم قوامون
Harta mereka Pemimpin
Maka nasehatilah
فعظوهن Tempat tidur
mereka املضاجع
Maka jangan
mencari :فالتبغوا Pisahkanlah
mereka
Asbabun Nuzul
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa Hasan Al Basri berkata “Seorang wanita
mendatangi Nabi SAW. Dan mengadukan kepada beliau bahwa suaminya telah
menamparnya. Beliau pun bersabda,”balaslah sebagai khisashnya”. Lalu Allah menurunkan
firman-Nya,”laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri)...” . maka wanita itu
kembali ke rumah tanpa meng-qishashnya.
Ibnu Mardawih juga meriwayatkan bahwa Ali berkata “seorang laki-laki dari Anshar
mendatangi Nabi SAW dengan istrinya, lalu istrinya berkata “wahai Rasulullah, suami saya
ini telah memukul wajah saya hingga membekas. Rasulullah pun bersabda “ seharusnya dia
tidak perlu melakukannya”. Lalu Allah menurunkan firman-Nya,” laki-laki (suami) itu
pelindung bagi perempuan (istri)...”(An-Nisa’:34).
Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, yakni laki- laki adalah pemimpin
wanita, bertindak sebagai orang dewasa terhadapnya, dan mendidiknya tatkala dia
melakukan penyimpangan. "Karena Allah telah mengunggulkan sebagian mereka atas
sebagian yang lain." Yakni, karena laki-laki lebih unggul daripada wanita. “Dan karena
mereka telah menginfakkan hartanya” berupa mahar, belanja, dan tugas yang dibebankan
oleh Allah untuk mengurus mereka. Dan oleh sebab itu, maka wanita wajib mentaati laki-
laki sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah serta memelihara hartanya.
“Wanita yang shalih adalah yang taat kepada suaminya dan melakukan pemeliharaan
ketika suami tidak ada”, yakni memelihara dirinya sendiri dan harta suaminya ketika suami
tidak ada.[8]
Ayat ini mengandung pelajaran yang besar bagi kaum perempuan yakni agar supaya
mereka menjaga dirinya, kehormatannya, harga dirinya, serta harta suaminya ketika suami
mereka tidak ada.
Jika kamu melihat ada indikasi (tanda-tanda) bahwa istrimu melakukan nusyuz, yakni istri
yang mengadukan hal ihwal suaminya kepada orang lain, menolak perintahnya, berpaling
dari suaminya, dan membuat suaminya marah. maka berikut ini adalah beberapa tindakan
edukatif (bersifat mendidik) yang bisa dilakukan, yaitu:
1) Berilah nasihat dan ingatkanlah akan siksa Allah lantaran dia mendurhakai suaminya,
karena Allah telah mewajibkan istri untuk mentaati suaminya, dan ketaatan itu merupakan
hak sang suami.
2) Hindarilah dia di tempat tidur. Yang dimaksud al-hajru ialah tidak menggaulinya, tidak
tidur di atas tempat tidurnya atau membelakanginya.
3) Pukullah mereka, yakni jika istri tidak meninggalkan perbuatan buruknya setelah
dinasihati dan diboikot, maka kamu boleh memukulnya dengan pukulan yang tidak
melukai. Para ahli fiqih mengatakan: “pukulan yang tidak melukai ialah yang tidak sampai
mematahkan tulang dan tidak meninggalkan bekas”.[9]
Maksudnya jika istri kembali mentaati suaminya dalam segala hal yang diinginkan suami
agar dilakukan istri, dalam arti segala hal yang dibolehkan Allah, maka setelah itu tidak
ada jalan bagi suami untuk menyudutkannya, memukulnya, dan menjauhinya di tempat
tidur.
Allah memperingatkan kepada kaum suami dengan kekuasaan dan kebesaran-Nya, supaya
suami tidak mengdhalimi istri dan berlaku curang. Dia adalah pelindung bagi mereka
(istri). Dia akan memberikan siksanya kepada suami yang berlaku kurang baik kepada
istrinya (dhalim) karena telah menganiaya istri.[10]
Ayat 34 dari surat An-Nisa 'tidak menunjukkan asal usul pria lebih tinggi
dari asal usul wanita, tetapi mendukung bahwa di antara tugas-tugas laki-
laki itu adalah mengendalikan keluarga, sementara wanita tidak ditugasi
bertanggung jawab atas hal itu.