Anda di halaman 1dari 3

C.

Pengertian Hak Asasi Manusia


Istilah hak asasi menunjukkan bahwa kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorng tersebut
bersifat mendasar. Kamus besar bahasa Indonesia (1990) mengartikan hak asasi dengan “hak yang dasar
atau yang pokok”. Secara umum, hak asasi manusia (HAM) dapat diartikan sebagai hak-hak dasar atau
pokok yang melekat pada manusia yang tanpa hak-hak dasar tersebut tidak dapat hidup sebagai
manusia. Berikut beberapa definisi tentang HAM, menurut Tilaar (2001:35).

1. Hak asasi manusia adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia dan tanpa hak-hak itu
manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia.
2. Hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawahnya
bersamaan dengan kelahirannya, atau kehadirannya didalam kehidupan masyarakat.
3. Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dibawah manusia sejak lahir yang melekat sebagai
anugerah Allah SWT.

Undang-undang No.39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia, memberikan pengertian bahwa
HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
tuhan yang maha esa dan merupakan anugrah-nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia. UU NO. 39 Tahun 1999 disebut bahwa hak-hak manusia yang harus
dilindungi meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak
mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, ha katas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak
atas kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, serta hak wanita dan hak anak.

D. Ciri dan Sifat HAM


1. Ciri-Ciri HAM
Berdasarkan pengertian HAM diatas, ada beberapa ciri-ciri HAM, yakni sebagai berikut.

a. Hak asasi itu tidak diberikan atau diwariskan melainkan melekat dalam martabat kita sebagai
manusia.
b. Hak asasi itu berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, asal-usul, ras, agama,
etnis, dan pandangan politik.
c. Hak asasi itu tidak boleh dilanggar, artinya, tidak seorang pun mempunyai hak untuk membatasi
hak-hak orang lain. Orang tetap memiliki hak asasi manusia meskipun sebuah Negara membuat
hukum yang tidak melindungi bahkan melanggar hak asasi manusia.

2. Sifat-Sifat HAM
Merujuk dari pengertian HAM seperti uraian diatas, ada beberapa sifat dasar yang melekat padanya
diantara lain sebagai berikut.
a. Individual, artinya melekat erat pada kemanusiaan seseorang, bukan kelompok.
b. Universal, artinya dimiliki oleh setiap orang terlepas suku, ras, agama, Negara, dan jenis kelamin
yang dimiliki seseorang.
c. Supralegal, artinya tidak tergantung pada Negara, pemerintahan, atau undang-undang yang
mengatur hak-hak ini.
d. Kodrati, artinya HAM bersumber dari kodrat manusia.
e. Kesamaan derajat, artinya HAM mengakui adanya kesamaan sebagai ciptaan tuhan maka harkat
dan martabat ternilai sama tanpa pengecualian.

G. Problematika pelanggaran HAM di Indonesia

Begitu reformasi total digulirkan pada tahun 1998, Indonesia tengah mengalami masa transisi
dari rezim yang otoriter menuju rezim demokratis. Sebagaimana dengan pengalaman Negara-negara
lain yang memiliki masa trasisi. Indonesia juga menghadapi persoalan yang berhubungan dengan
pelanggaran HAM, yang terjadi di masa lampau yang tidak pernah diselesaikan secara adil dan
manusiawi. Selama pemerintahan orde lama hingga orede baru, kasus pelanggaran HAM terjadi dimana
termasuk kategori berat dan berlangsung secara sistematis. Tidak sedikit kalangan masyarakat telah
menjadi korban dan menderita dalam ketidak adilan, tanpa harapan akan adanya penyelesaian secara
adil.

Pendekatan pembangunan yang mengutamakan “Security Approach” selama lebih kurang 32


tahun orde baru berkuasa sebagai kunci menjaga stabilitas dalam rangka menjaga kelangsungan
pembangunan demi pertumbuhan ekonomi nasional. Pola pendekatan semacam ini, sangat berpeluang
menimbulkan pelanggaran HAM oleh pemerintah, karena stabilitas ditegakkan dengan cara-cara represif
oleh pemegang kekuasaan.

Sentralisasi kekuasaan yang dilakukan oleh orde baru selama lebih kurang 32 tahun, dengan
pemusatan kekuasaan pada pemerintahan pusat yang notabene seorang Presiden, telah mengakibatkan
hilangnya kedaulatan rakyat atas Negara sebagai akibat dari penguasaan pemimpin Negara terhadap
rakyat. Pembalikan teori kedaulatan rakyat ini mengakibatkan timbulnya peluang pelanggaran HAM oelh
Negara dan pemimpin Negara dalam bentuk pengekangan yang berakibat mematika kreatifitas warga
dan pengekangan hak politik warga selaku pemilik kedaulatan. Hal ini dilakukan oleh pemegang
kekuasaan dalam rangka melestarikan kekuasaannya.

Kualitas pelayan public yang masih rendah sebagai akibat belum terwujudnya Good Governance
yang ditandai dengan transparansi di berbagai bidang. Akuntabilitas, penegakan hukum yang
berkeadilan, dan demokratisasi, serta belum berubahnya paradigm aparat pelayan public yang masih
memposisikan dirinya sebagai birokrat bukan sebagai pelayan masyarakat akan menghasilkan pelayan
public yang buruk dan cenderung untuk timbulnya pelanggaran hak asasi manusia.

Konflik horizontal dan konflik vertical telah melahirkan berbagai tindakan kekerasan yang
melanggar hak asasi manusia baik oleh sesama kelompok masyarakat, perorangan, maupun oleh aparat.
Pelanggaran terhadap hak asasi kaum perempuan masih sering terjadi, walaupun perserikatan bangsa-
bangsa telah mendeklarasikan hak asasi manusia yang pada intinya menegaskan bahwa setiap orang
dilahirkan dengan mempunyai hak akan kebebasan dan martabat yang setara dengan tanpa
membedakan ras, warna kulit, keyakinan agama dan politik, bahasa, dan jenis kelamin. Namun, faktanya
adalah bahwa instrument tentang hak asasi manusia belum mampu melindungi perempuan.

Anda mungkin juga menyukai