Anda di halaman 1dari 37

NAMA : RATIH NURFIANA SETYAWATI

NIM : 2011011036
KELAS :1A
TUGAS : IDK
DOSEN : Ns. Luh Titi Handayani, S.Kep.,M.Kes

CAIRAN DAN ELEKTROLIT DAN KESEIMBANGAN ASAM BASA


 PENGATURAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Pergerakan zat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang
tidak membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis,dan transporaktifyang
membutuhkanenergi ATP yaitu pompa Na-K. Osmosis adalah bergeraknya
molekulmelalui membran semipermeabeldari larutan berkadar lebih rendah
menuju larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel
dan kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh
seluruh kompartemen sama. Tekanan osmotik plasma darah ialah 270-
290mOsm/L.
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan
bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Difusi
tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik.Pompa natrium
kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa ion natrium keluar
melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar ke
dalam.
Berikut merupakan beberapa mekanisme pengaturan keseimbangan cairan dan
elektrolit antar kompartemen.
1. Keseimbangan Donnan
Keseimbangan Donnan merupakan keseimbangan antara cairanintraseluler
dengan cairan ekstraseluler yang timbul akibat adanya peran dari sel
membran. Protein yang merupakan suatu molekul besar bermuatan negatif,
bukan hanya ukuran molekulnya yang besar namun merupakan suatu
partikel aktif yang berperan mempertahankan tekanan osmotik. Protein ini
tidak dapat berpindah, tetapi akan mempengaruhi ion untuk
mempertahankan netralitas elektron (keseimbangan muatan positif dan
negatif) sebanding dengan keseimbangan tekanan osmotik di kedua sisi
membran. Pergerakan muatanpada ion akan menyebabkan perbedaan
konsentrasi ion yang secara langsung mempengaruhi pergerakan cairan
melalui membran ke dalam dan keluar dari sel tersebut
2. Osmolalitas dan Osmolaritas
Osmolalitas digunakan untuk menampilkan konsentrasi larutan osmotik
berdasarkan jumlah partikel, sehubungan dengan berat pelarut. Lebih
khusus, itu adalah jumlah osmol disetiap kilogram pelarut. Sedangkan
osmolaritas merupakan metode yang digunakan untuk menggambarkan
konsentrasi larutan osmotik. Hal ini didefinisikan sebagai jumlah osmol
zat terlarut dalam satu liter larutan. Osmolaritas adalah properti koligatif,
yang berarti bahwa tergantung pada jumlah partikel terlarut dalam larutan.
Selain itu osmolaritas juga tergantung pada perubahan suhu.
3. Tekanan Koloid Osmotik
Tekanan koloid osmotik merupakan tekanan yang dihasilkan oleh molekul
koloid yang tidak dapat berdifusi, misalnya protein, yang bersifat menarik
air ke dalam kapiler dan melawan tekanan filtrasi. Koloid merupakan
molekul protein dengan berat molekullebih dari 20.000-30.000. Walaupun
hanya merupakan 0,5% dari osmolalitas plasma total, namun mempunyai
arti yang sangat penting. Karena, hal ini menyebabkan permeabilitas
kapiler terhadap koloid sangat kecil sehingga mempunyai efek penahan air
dalam komponen plasma, serta mempertahankan air antar kompartemen
cairan di tubuh. Bila terjadi penurunan tekanan koloid osmotik, akan
menyebabkan timbulnya edema paru.
4. Kekuatan Starling (Starling’s Forces)
Tekanan koloid osmotik plasma kira-kira 25 mmHg sedang tekanan darah
36 mmHg pada ujung arteri dari kapiler darah dan 15 mmHg pada ujung
vena. Keadaan ini menyebabkan terjadinya difusi air dan ion-ion yang
dapat berdifusi keluar dari kapiler masukke cairan interstisiil pada akhir
arteri dan reabsorsi berkisar 90% dari cairan ini pada akhir arteri dan
reabsosrsi berkisar 90% dari cairan ini pada ujung venous
 PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA
Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama
dengan pengaturan ion-ion lain dalam tubuh.5Sebagai contoh, untuk
mencapai homeostatis. Harus ada keseimbangan antara asupan atau
produksi ion hidrogen dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh. Dan
seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci dalam
pengaturan-pengaturan ion hidrogen. Akan tetapi, pengaturan konsentrasi
ion hidrogen cairan ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh lebih banyak
daripada eliminasi sederhana ion-ion hidrogen oleh ginjal. Terdapat juga
banyak mekanisme penyangga asam basa yang melibatkan darah, sel-sel,
dan paru-paru yang perlu untuk mempertahankan konsentrasi ion hidrogen
normal dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Dalam hal ini berbagai mekanisme yang turut membantu mengatur
konsentrasi ion hidrogen, dengan penekanan khusus pada kontrol sekresi
ion hidrogen ginjal dan reabsorpsi, produksi, dan ekskresi ion –ion
bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu komponen kunci sistem kontrol
asam basa dalam berbagai cairan tubuh.
Konsentrasi ion hidrogen dan pH cairan tubuh normal serta
perubahan yang terjadi pada asidosis dan alkalosis. Konsentrasi ion
hidrogen darah secara normal dipertahankan dalam batas ketat suatu nilai
normal sekitar 0,00004 mEq/liter ( 40 nEq/liter ). Variasi normal hanya
sekitar 3 sampai 5mEq/liter, tetapi dalam kondisi yang ekstrim,
konsentrasi ion hidrogen yang bervariasi dari serendah 10 nEq/liter sampai
setinggi 160 nEq/liter tanpa menyebabkan kematian.
Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah dan
dalam jumlah yang kecilini tidak praktis, biasanya konsentrasi ion
hidrogen disebutkan dalam skala logaritma, dengan menggunakan satuan
pH. pH berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen.
pHnormal darah arteri adalah 7,4, sedangkan pH darah vena dan
cairan interstetial sekitar 7,35 akibatjumlah ekstra karbondioksida (CO2)
yang dibebaskan dari jaringan untuk membentuk H2CO3. Karena pH
normal darah arteri 7,4 seseorang diperkirakan mengalami asidosis saat pH
turun dibawah nilai ini dan mengalami alkolisis saat pH meningkat diatas
7,4. Batas rendah pH dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa
jam adalah sekitar 6,8 dan batas atas adalah sekitar 8,0.
pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma
karena metabolisme sel menghasilkan asam, terutama H2CO3. Bergantung
pada jenis sel, pH cairan intraseluler diperkirakan berkisar antara 6,0 dan
7,4. Hipoksia jaringandan aliran darah yang buruk ke jaringan dapat
menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat menurunkan pH
intraseluler.
pH urin dapat berkisar dari4,5 sampai 8,0 bergantung pada status
asam basa cairan ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh
yang bersifat asam adalah HClyang diekskresikankedalam lambung oleh
oksintik ( sel-sel parietal ) dari mukosa lambung.

Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Asam dan Basa


Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui
koordinasi dari 3 sistem:
1. Sistem Buffer
Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang
dengan segera bergabung dengan asam atau basa untuk
mencegahperubahan konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan. Sistem
buffer ini menetralisir kelebihan ion hidrogen, bersifat temporer dan
tidak melakukan eliminasi. Fungsi utama sistem buffer adalah
mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh pengaruh asam fixed
dan asam organic pada cairan ekstraseluler. Sebagai buffer, sistem ini
memiliki keterbatasan yaitu:
a. Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang
disebabkan karena peningkatan CO2.
b. Sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan
pusatpengendali sistem pernafasan bekerja normal
c. Kemampuan menyelenggarakan sistem buffer tergantung pada
tersedianya ion bikarbonat.
Ada empat sistem buffer :
a. Buffer bikarbonat merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel
terutama untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat
b. Buffer protein merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan
intrasel
c. Buffer hemoglobin merupakan sistem dapar di dalam eritrosit
untuk perubahan asam karbonat
d. Buffer fosfat merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan
cairan intrasel.

Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-


basa sementara. Jika dengan buffer kimia tidak cukup
memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan
dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap
perubahan kadar ion Hdalam darah akinat rangsangan pada
kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan
kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan
tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H
secara lambat dengan menskresikan ion H dan menambahkan
bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan
amonia.
Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru
dan ginjal dalam menunjang kinerja sistem buffer adalah dengan
mengatur sekresi, ekskresi, dan absorpsi ion hidrogendan
bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat, ammonia).
Untuk jangka panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan
melalui ginjal dan paru sedangkan untuk jangka pendek, tubuh
dilindungi dari perubahan pH dengan sistem buffer. Mekanisme
buffer tersebut bertujuan untuk mempertahankan pH darah antara
7,35-7,45.
2. Sistem Paru
Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan
karbondioksida, dan karena itu juga mengendalikan kandungan asam
karbonik dari cairan ekstraseluler. Paru-parumelakukan hal ini dengan
menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap jumlah karbon
dioksida dalam darah. Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida
dalam darah arteri (PaCO2) merupakan stimulan yang kuat untuk
respirasi. Tentu saja, tekanan parsialkarbondioksida dalam darah arteri
(PaCO2) juga mempengaruhi respirasi. Meskipun demikian, efeknya
tidak sejelas efek yang dihasilkan oleh PaCO2.
Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan meningkat
sehingga menyebabkan eliminasi karbon dioksidayang lebih besar
(untuk mengurangi kelebihan asam). Pada keadaan alkalosis
metabolik, frekuensi pernapasan diturunkan, dan menyebabkan
penahanan karbondioksida (untuk meningkatkan beban asam).
3. Sistem Ginjal
Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus
mengeluarkan anion asam non volatile dan mengganti HCO3-.3Ginjal
mengatur keseimbangan asam basa dengan sekresi dan reabsorpsi ion
hidrogen dan ion bikarbonat. Pada mekanisme pemgaturan oleh ginjal
ini berperan 3 sistem buffer asam karbonat, buffer fosfat dan
pembentukan ammonia. Ion hidrogen, CO2, dan NH3diekskresi ke
dalam lumen tubulus dengan bantuan energi yang dihasilkan oleh
mekanisme pompa natrium di basolateral tubulus. Pada proses
tersebut, asam karbonat dan natrium dilepas kembali ke sirkulasi untuk
dapat berfungsi kembali. Tubulus proksimal adalah tempat utama
reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam.
Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion
bermuatan negative pada konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar
yang sangat rendahpun, ion hidrogenmempunyai efek yang besar pada
sistem biologi. Ion hidrogenberinteraksi dengan berbagai molekul
biologis sehingga dapat mempengaruhi struktur protein, fungsi enzim
dan ekstabilitas membrane. Ion hidrogensangat penting pada fungsi
normal tubuh misalnya sebagai pompa proton mitokondria pada proses
fosforilasi oksidatif yang menghasilkan ATP.
Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus meneru1s
di dalam tubuh. Perolehan dan pengeluaran ion hidrogensangat
bervariasi tergantung diet, aktivitas dan status kesehatan. Ion
hidrogendi dalam tubuh berasal dari makanan, minuman, dan proses
metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion hidrogen terbentuk sebagai
hasil metabolism karbohidrat, protein dan lemak, glikolisis anaerobik
atau ketogenesis.
 Pengertian Cairan, Elektrolit, Asam, Basa dan Analisis Gas Darah
(AGD)
Pengertian Cairan Elektrolit
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga
kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam
tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat
kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut
ion jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh
tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel
dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah
cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang
terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi
khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran
cerna.
Pengertian Asam dan Basa
Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke
zat lain (disebut sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat yang
dapat menerima ion H+ dari zat lain (disebut sebagai akseptor proton).
Suatu asam baru dapat melepaskan proton bila ada basa yang dapat
menerima proton yang dilepaskan. Satu contoh asam adalah asam
hidroklorida (HCL), yang berionasi dalam air membentuk ion-ion
hidrogen (H+) dan ion klorida (CL-) demikian juga, asam karbonat
(H2CO3) berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion bikarbonat
(HCO3-).
Asam kuat adalah asam yang berdiosiasi dengan cepat dan
terutama melepaskan sejumlah besar ion H+ dalam larutan, contohnya
adalah HCL. Asam lemah mempunyai lebih sedikit kecenderungan untuk
mendisosiasikan ion-ionnya dan oleh karena itu kurang kuat melepaskan
H+, contohnya adalah H2CO3.
Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hidrogen.
Sebagai contoh, ion bikarbonat (HCO3-), adalah suatu basa karena dia
dapat bergabung dengan satu ion hidrogen untuk membentuk asam
karbonat (H2CO3). Protein-protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai
basa karena beberapa asam amino yang membangun protein dengan
muatan akhir negatif siap menerima ion-ionhidrogen. Protein hemoglobin
dalam sel darah merah dan protein dalam sel-sel tubuh yang lain
merupakan basa-basa tubuh yang paling penting.
Basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan
H+. Oleh karena itu dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh
yang khas adalah OH-, yang bereaksi dengan H+untuk membentuk air
(H2O). Basa lemah yang khas adalah HCO3-karena HCO3-berikatan
dengan H+secara jauh lebih lemah daripada OH-. Kebanyakan asam dan
basa dalam cairan ekstraseluler yangberhubungan dengan pengaturan asam
basa normal adalah asam dan basa lemah.

Analisi Gas Darah (AGD)


Hasil analisa gas darah umumnya meliputi pengukuran terhadap
beberapa hal, antara lain:
 Asam basa (pH) darah, yaitu dengan mengukur jumlah ion hidrogen dalam
darah. Jika pH darah di bawah normal dikatakan lebih asam, sementara
jika pH di atas nilai normal maka darah dikatakan lebih basa.
 Saturasi oksigen, yaitu pengukuran jumlah oksigen yang dibawa oleh
hemoglobin di dalam sel darah merah.
 Tekanan parsial oksigen, yaitu pengukuran tekanan oksigen yang larut di
dalam darah. Pengukuran ini dapat menentukan seberapa baik oksigen
dapat mengalir dari paru ke dalam darah.
 Tekanan parsial karbon dioksida, yaitu pengukuran tekanan karbon
dioksida yang larut di dalam darah. Pengukuran ini menentukan seberapa
baik karbon dioksida dapat dikeluarkan dari tubuh.
 Bikarbonat, yaitu zat kimia penyeimbang yang membantu mencegah pH
darah menjadi terlalu asam atau terlalu basa.
Berdasarkan unsur pengukuran tersebut, ada dua jenis hasil analisa
gas darah, yaitu normal dan abnormal (tidak normal).
 Hasil normal. Hasil analisa gas darah dikatakan normal jika:
o pH darah arteri: 7,38-7,42.
o Tingkat penyerapan oksigen (SaO2): 94-100%.
o Tekanan parsial oksigen (PaO2): 75-100 mmHg.
o Tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2): 38-42 mmHg.
o Bikarbonat (HCO3): 22-28 mEq/L.
Nilai Rujukan Normal Untuk Elektrolit Serum dan Analit Gas Darah
Arteri Vena
pH 7.36 – 7.44 7.31 – 7.41
[H+] 44-36 nmol/L 41-31 nmol/L
CO2 total 19-25 nmol/L 23-30 nmol/L
PCO2 38-42 mmHg 35-40 mmHg
PO2 85-100 mmHg 35-40 mmHg
Saturasi O2 ≥ 95% PO2 70-75% PO2
Na+ 135-148 mEq/L
K+ 3,5-5,3 mEq/L
Cl- 98-106 mEq/L
HCO3- 19-25 mEq/L
Anion gap 12-18 mEq/L
Osmolalitas serum 285-310 mOsm/kg H2O

 FUNGSI CAIRAN DAN ELEKTROLIT

1. Menjaga kinerja sistem saraf


Otak mengirimkan sinyal listrik melalui sel saraf, agar komunikasi
antarsel seluruh tubuh dapat terjadi. Sinyal ini disebut dengan impuls
saraf, yang dihasilkan oleh perubahan muatan listrik pada membran sel
saraf. Natrium merupakan elektrolit yang berperan dalam sistem saraf
ini. Pergerakan elektrolit natrium di membran sel saraf, menciptakan
perubahan muatan listrik tersebut.
2. Membantu kontraksi otot
Kalsium dan magnesium merupakan elektrolit yang dibutuhkan, dalam
proses kontraksi otot. Kalsium membuat serat otot bergerak satu sama
lain, saat otot memendek dan berkontraksi. Sementara itu, magnesium
dibutuhkan agar otot bisa relaksasi, setelah mengalami kontraksi.

3. Menjaga tubuh tetap terhidrasi


Elektrolit, terutama natrium, memainkan perannya dalam menjaga
keseimbangan cairan, dalam sebuah proses yang disebut osmosis.
Osmosis terjadi saat air berpindah dari larutan dengan sedikit elektrolit
(lebih encer), ke larutan yang mengandung lebih banyak elektrolit
(lebihpekat), melalui dinding membran sel.
4. Menjaga pH tubuh
Larutan yang di alam, termasuk di tubuh, memiliki tingkat keasaman
tertentu. Tingkat keasaman diukur menggunakan skala pH, dengan
rentang angka 0-14. Skala pH yang normal untuk darah adalah 7,35-
7,45. Konsentrasi elektrolit yang seimbang juga akan memelihara skala
pH atau derajat keasaman darah. Perubahan skala pH, walaupun kecil,
dapat membuat tubuh tidak bisa berfungsi dengan baik.

 JENIS CAIRAN DAN ELEKTROLIT


1. Sodium atau natrium
Sodium dibutuhkan tubuh untuk menjaga keseimbangan elektrolit,
mengendalikan cairan dalam tubuh, memengaruhi tekanan darah, dan
mengatur kontraksi otot dan fungsi saraf. Normalnya, kadar sodium
dalam darah adalah 135-145 milimol/liter (mmol/L).
2. Kalsium
Kalsium merupakan mineral penting yang digunakan oleh tubuh untuk
menstabilkan tekanan darah, mengendalikan kontraksi otot rangka,
membangun tulang dan gigi yang kuat, berperan dalam penghantaran
impuls saraf dan gerakan otot, serta membantu proses pembekuan
darah.
3. Kalium atau potasium
Manfaat kalium adalah untuk mengatur fungsi jantung dan tekanan
darah, membantu hantaran rangsang saraf, kontraksi otot, kesehatan
tulang, dan keseimbangan elektrolit; serta menjaga kesehatan saraf dan
otot. Dalam darah, jumlah kalium normal berada di kisaran 3,5-5
milimol/liter (mmol/L).
4. Klorida
Klorida dibutuhkan untuk membantu keseimbangan elektrolit atau
cairan tubuh, menjaga asam/basa (pH) tubuh, dan penting untuk
pencernaan.
5. Magnesium
Magnesium merupakan mineral elektrolit penting untuk produksi DNA
dan RNA, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mengatur kadar
glukosa darah, menjaga irama atau ritme jantung, serta berkontribusi
pada fungsi saraf dan kontraksi otot. Magnesium juga dapat
memperbaiki kualitas tidur pada penderita insomnia.
6. Fosfat
Fosfat bertugas menguatkan tulang dan gigi, serta membantu sel
menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perbaikan jaringan.
7. Bikarbonat
Mineral yang kadar normalnya 22-30 mmol/L ini berfungsi membantu
tubuh mempertahankan pH yang sehat, mengatur kadar cairan tubuh
dan mengatur fungsi jantung.

 DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH


Total cairan tubuh bervariasi menurut umur, berat badan (BB) dan
jenis kelamin. Jumlah cairan tergantung pada jumlah lemak tubuh, lemak
tubuh tidak berair, jadi semakin banyak lemak maka semakin kurang
cairan. Air adalah komponen tubuh yang paling utama. Air merupakan
pelarut bagi semua zat terlarut dalam tubuh baik dalam bentuk suspensi
maupun larutan. Air tubuh total (Total Body Water/TBW) yaitu presentase
dari berat air dibandingkan dengan berat badan total, bervariasi menurut
jenis kelamin, umur, dan kandungan lemak tubuh. Pada orang dewasa 60%
dari berat badan adalah air (air dan elektrolit).
Cairan tubuh terdapat dalam dua kompartemen cairan : cairan
intraseluler (cairan dalam sel) dan ruang ekstraseluler (cairan di luar sel).
Kurang lebih dua pertiga (2/3) dari cairan tubuh berada dalam
kompartemen cairan intraseluler, dan kebanyakan terdapat pada masa otot
skelet. Pada orang dewasa cairan intraseluler ±25 liter dengan ukuran rata-
rata atau ±40 % BB. Kompartemen ekstraseluler dibagi menjadi ruang
intravaskuler, interstisiel, dan transeluler. Cairan ekstraseluler di dalam
tubuh berjumlah sepertiga (1/3) dari TBW (Total Body Water) atau sekitar
20% BB. Ruang intravaskuler (cairan dalam pembuluh darah)
mengandung plasma (5%). Kurang lebih 3 liter dari rata-rata 6 liter cairan
darah terdiri dari plasma, tiga liter sisanya terdiri dari eritrosit, leukosit,
dan trombosit. Ruang interstisiel mengandung cairan yang mengelilingi sel
dan berjumlah sekitar 8 liter pada orang dewasa. Cairan ini terletak di
antara sel sebanyak 15%. Limfe merupakan contoh cairan interstisiel.
Ruang transeluler merupakan bagian terkecil dari cairan ekstraseluler yang
mengandung ±1 liter cairan setiap waktu (1% sampai 2% BB). Contoh dari
cairan transeluler adalah cairan serebrospinal, pericardial, sinovial,
intraocular, dan pleural, keringat serta sekresi pencernaan.
Cairan ekstraseluler (CES) mengelilingi dan dapat masuk ke dalam
sel, membawa bahan-bahan yang diperlukan untuk metabolisme dan
pertumbuhan sel dari saluran pencernaan dan paru-paru, kemudian
mengangkat sampah bekas metabolisme ke paru-paru, hepar, ginjal untuk
dibuang. Sebagai contoh plasma membawa oksigen dalam hemoglobin sel
darah merah dari paru dan membawa glukosa dari gastrointestinal ke
kapiler. Oksigen dan glukosa berpindah melintasi membran kapiler ke
ruang interstisiel kemudian melintasi membran sel ke dalam sel. Plasma
juga akan membawa produk sampah seperti karbondioksida dari sel ke
paru dan sampah metabolik ke ginjal.
Cairan intestisiel merupakan bagian terbesar dari cairan
ekstraseluler dan berhubungan erat dengan plasma. Cairan ini dipisahkan
dengan plasma oleh selaput kapiler, yang dapat dilalui oleh semua bahan
kecuali sel-sel dan molekul protein yang besar. Kurang lebih 93 % dari
plasm adalah air, terlarut di dalamnya sel-sel darah merah, darah putih dan
trombosit.
Cairan yang bersirkulasi di seluruh tubuh dalam ruang cairan
intrasel dan ekstrasel mengandung elektrolit, mineral dan sel. Elektrolit
merupakan sebuah unsur atau senyawa, yang jika melebur atau larut di
dalam air atau pelarut lain, akan pecah menjadi ion dan mampu membawa
muatan listrik. Elektrolit yang mempunyai muatan positif disebut kation
dan yang bermuatan negatif disebut anion. Konsentrasi setiap elektrolit di
dalam cairan intrasel dan ekstrasel berbeda, namun jumlah total anion dan
kation dalam setiap kompartemen cairan harus sama. Elektrolit sangat
penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk neuromuskuler dan
keseimbangan asam basa.
Mineral, yang dicerna sebagai senyawa, biasanya dikenal dengan
nama logam, non-logam, radikal atau fosfat, bukan dengan nama senyawa,
yang mana mineral tersebut menjadi bagian di dalamnya. Mineral
merupakan unsur semua jaringan dan cairan tubuh serta penting dalam
mempertahankan proses fisiologis. Mineral juga bekerja sebagai katalis
dalam respon syaraf, kontraksi otot, dan metabolisme zat gizi yang
terdapat dalam makanan serta mengatur keseimbangan elektrolit dan
produksi hormon, menguatkan struktur tulang. Sel merupakan unit
fungsional dasar dari semua jaringan hidup. Contoh sel adalah sel darah
merah (SDM) dan sel darah putih (SDP).
Cairan tubuh normalnya berpindah antara kedua kompartemen atau
ruang utama dalam upaya untuk mempertahankan keseimbangan antara
kedua ruang tersebut. Kehilangan cairan tubuh dapat mengganggu
keseimbangan ini.
Secara ringkas kompartemen cairan dibagi menjadi dua
kompartemen utama, yaitu:
1. Cairan Intraseluler (CIS)
CIS adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa,
kira-kira dua per tiga dari cairan tubuh adalah intraseluler, sama kira-
kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 Kg). sebaliknya, hanya
setengah dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraseluler.
2. Cairan Ekstraseluler (CES)
CES adalah cairan di luar sel. Ukuran relatif dari CES menurun dengan
meningkatnya usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira setengah cairan
tubuh terkandung di dalam CES. Setelah usia satu tahun, volume relatif
CES menurun sampai kira-kira sepertiga dari volume total. CES dibagi
menjadi :
a. Cairan Interstisiel (CIT)
Cairan ini berada di sekitar sel. Cairan limfe termasuk dalam
volume interstisial. Volume CIT kira-kira sebesar dua kali lebih
besar pada bayi baru lahir dibanding orang dewasa.
b. Cairan Intravaskuler (CIV)
Cairan yang terkandung dalam pembuluh darah. Volume relatif
dari CIV sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata
volume darah orang dewasa kira-kira 5-6 L, 3 L dari jumlah itu
adalah plasma, sisanya 2-3 L terdiri dari sel darah merah (SDM),
sel darah putih (SDP) dan trombosit.
c. Cairan Transeluler (CTS)
Cairan yang terdapat di dalam rongga khusus dari tubuh. Cairan
CTS meliputi cairan cerebrospinal, pericardial, pleural, sinovial,
cairan intraokular dan sekresi lambung. Sejumlah besar cairan ini
dapat bergerak ke dalam dan ke luar ruang transeluler setiap
harinya. Contoh, saluran gastrointestinal (GI) secara normal
mensekresi dan mereabsopsi sampai 6-8 L per hari.

Secara skematis Jenis dan jumlah cairan tubuh dapat digambarkan sebagai berikut
CAIRAN TUBUH :
60%

CAIRAN Membran Sel CAIRAN


INTRASELULER: EKSTRASELULER:
40% 20%

CAIRAN
PLASMA DARAH :
INTERSTITIAL :
5%
15%

Gambar Skema jenis dan jumlah cairan tubuh

Tabel Distribusi Cairan Tubuh


Kompartemen (%) terhadap BB Volume (Liter)
CIS 40 28
CES 20 14
- Interstitial (15) (11)
- Intravaskuler (5) (3)

Keterangan :
- Untuk laki-laki dengan berat badan 70 Kg
 Sebenarnya ada kompartemen CES lain, yaitu : limfe & cairan transeluler.
Cairan transelular hanya 1-2 % BB, meliputi cairan sinovial, pleura,
intraokuler, dll.

Tabel Nilai Rata-Rata Cairan Ekstraseluler (CES) Dan Cairan Intraseluler (CIS)
Pada Dewasa Normal Terhadap BB
Usia (Tahun) CES (% BERAT CIS (% BERAT
BADAN) BADAN)
Pria :
1. 20-39 tahun 26,7 33,9
2. 40-59 tahun 23,3 31,4
3. > 59 tahun 25,3 26,2
Wanita :
1. 20-39 tahun 25,1 25,1
2. 40-59 tahun 23,3 23,4
3. > 59 tahun 23,9 21,6

 PERPINDAHAN CAIRAN TUBUH


Cairan tubuh dan elektrolit berpindah melalui difusi, osmosis, transportasi
aktif, atau filtrasi. Perpindahan tersebut tergantung pada permeabilitas
membran sel atau kemampuan membran untuk ditembus cairan dan
elektrolit.
a. Difusi
Difusi didefinisikan sebagai kecenderungan alami dari suatu substansi
untuk bergerak dari suatu area dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke
area dengan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi terjadi melalui
perpindahan tidak teratur (random) dari ion dan molekul. Suatu contoh
difusi adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida antara kapiler dan
alveoli. Proses difusi dapat dilihat pada gambar berikut:

Difusi dapat terjadi jika memenuhi syarat sebagai berikut:


1. Bila partikel tersebut cukup kecil untuk melewati pori-pori protein
(misal air dan urea), maka akan terjadi difusi sederhana
2. Bila partikel tersebut larut dalam lemak (misal oksigen dan
karbondioksida), maka akan terjadi difusi sederhana
3. Partikel tidak larut lemak seperti glukosa harus berdifusi ke dalam
sel melalui substansi pembawa, maka akan terjadi difusi
dipermudah.
Faktor yang meningkatkan difusi:
1. Peningkatan suhu
2. Peningkatan konsentrasi partikel
3. Penurunan ukuran atau berat molekul dari partikel
4. Peningkatan area permukaan yang tersedia untuk difusi
5. Penurunan jarak lintas di mana massa partikel harus berdifusi

b. Osmosis
Osmosis adalah perpindahan pelarut murni, seperti air, melalui
membran semipermeabel yang berpindah dari larutan yang memiliki
konsentrasi solut rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi solut
tinggi. Membran tersebut permeable terhadap zat pelarut, tetapi tidak
permeable terhadap solut (zat terlarut), yang berupa materi partikel.
Kecepatan osmosis tergantung pada konsentrasi solut di dalam larutan,
suhu larutan, muatan listrik solut, dan perbedaan antara tekanan
osmosis yang dikeluarkan oleh larutan. Konsentrasi larutan diukur
dalam osmol, yang mencerminkan jumlah substansi dalam larutan
yang berbentuk molekul, ion atau keduanya. Dalam osmosis ada tiga
istilah penting, yaitu:

Tekanan osmotik : Tekanan dengan kekuatan untuk menarik air dan kekuatan ini
bergantung pada jumlah molekul di dalam larutan. Tekanan ini
diberikan melalui membran semipermiabel dan tekanan ini tergantung
kepada aktivitas solut yang dipisahkan oleh membran.
Tekanan onkotik : Tekanan osmotik yang dihasilkan oleh protein (misal albumin),
tekanan onkotik akan menjaga cairan tetap berada di dalam
kompartemen intravaskuler.
Diuretik osmotik : Terjadi ketika terdapat peningkatan keluaran urine yang diakibatkan
oleh ekskresi substansi seperti glukosa, manitol, atau agen kontras
dalam urin.
Contoh osmosis adalah sebagai berikut:

Apabila konsentrasi solut pada salah satu sisi membran


semipermiabel lebih besar, maka laju osmosis akan lebih cepat sehingga
terjadi percepatan transfer zat pelarut menembus membran semipermiabel.
Hal ini akan terus berlanjut sampai tercapai keseimbangan.
Osmolalitas merupakan pengukuran kemampuan larutan untuk
menciptakan tekanan osmotik dan dengan demikian akan mempengaruhi
gerakan cairan. Osmolalitas juga menggambarkan konsentrasi larutan,
menunjukkan jumlah partikel dalam satu liter larutan dan diukur dengan
miliosmol per liter (mOsm/L). Suatu larutan yang osmolalitasnya sama
dengan plasma disebut isotonik. Pemberian larutan isotonik melalui IV akan
mencegah perpindahan cairan dan elektrolit dari kompartemen intrasel.
Larutan hipotonik IV memiliki osmolalitas lebih rendah daripada plasma,
larutan ini akan mengakibatkan air berpindah ke dalam sel. Larutan
hipertonik memiliki osmolalitas lebih tinggi dari plasma, sehingga membuat
air keluar dari sel.
Perubahan osmolalitas ekstraseluler dapat mengakibatkan perubahan
pada volume cairan ekstraseluler dan intraseluler.
a. Penurunan osmolalitas CES ------gerakan air dari CES ke CIS
b. Peningkaan osmolalitas CES-----gerakan air dari CIS ke CES
Air akan terus bergerak sampai osmolalitas dari kedua
kompartemen mencapai ekuilbrium.
c. Transpor Aktif
Transport aktif memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran
energi untuk menggerakkan berbagai materi guna menembus membran
sel. Hal ini memungkinkan sel menerima molekul yang lebih besar dari
sel tersebut, selain itu sel dapat menerima atau memindahkan molekul
dari daerah berkonsentrasi tinggi. Pada transport aktif, substansi dapat
berpindah dari larutan dengan konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.
Transport aktif ditingkatkan oleh molekul pembawa (carrier molecule)
yang berada di antara sel, yang akan mengikat diri mereka sendiri
dengan molekul yang masuk ke dalam sel. Transport aktif merupakan
mekanisme sel-sel yang mengabsorbsi glukosa dan substansi-substansi
lain untuk melakukan aktivitas metabolik. Contoh transport aktif adalah
pompa natrium dan kalium. Natrium dipompa keluar dari sel dan
kalium dipompa masuk ke dalam sel, melawan gradien konsentrasi.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase
yaitu :
1. Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem
sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan
tractus gastrointestinal.
2. Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah
kapiler dan sel
3. Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari
cairan interstitial masuk ke dalam sel pembuluh darah kapiler
dan membran sel yang merupakan membrane semipermiabel
mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam
cairan tubuh ikut berpindah.

d. Filtrasi
Filtrasi merupakan suatu proses pemindahan air dari substansi yang
dapat larut secara bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan
cairan. Proses ini berlangsung aktif di bantalan kapiler, tempat
perbedaan tekanan hidrostatik atau gradien yang menentukan
perpindahan air, elektrolit, dan substansi terlarut lain yang berada di
antara cairan kapiler dan cairan interstisiel. Perpindahan terjadi dari area
dengan tekanan tinggi ke area dengan tekanan rendah.
Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang dihasilkan oleh suatu
liquid di dalam sebuah ruangan. Darah dan cairan arteri akan memasuki
ruang kapiler jika tekanan hidrostatik lebih tinggi dari tekanan
interstisiel, sehingga cairan dan solut berpindah dari kapiler menuju sel.
Pada ujung bantalan vena kapiler, cairan dan produk-produk sisa
metabolisme berpindah dari sel menuju kapiler , karena tekanan
hidrostatiknya lebih kecil dari tekanan interstisiel.

 Regulasi Keseimbangan dan Ketidakseimbangan Cairan dan


Elektrolit dan Faktor Resiko
A. Regulasi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pergerakan zat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan
transpor pasif, yang tidak membutuhkan energi terdiri dari difusi dan
osmosis,dan transporaktifyang membutuhkanenergi ATP yaitu pompa
Na-K. Osmosis adalah bergeraknya molekulmelalui membran
semipermeabeldari larutan berkadar lebih rendah menuju larutan
berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan
kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh
seluruh kompartemen sama. Tekanan osmotik plasma darah ialah 270-
290mOsm/L.
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori.
Larutan akan bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan
berkonsentrasi rendah. Difusi tergantung kepada perbedaan
konsentrasi dan tekanan hidrostatik.Pompa natrium kalium merupakan
suatu proses transpor yang memompa ion natrium keluar melalui
membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar
ke dalam.
Berikut merupakan beberapa mekanisme pengaturan
keseimbangan cairan dan elektrolit antar kompartemen.
1. Keseimbangan Donnan
Keseimbangan Donnan merupakan keseimbangan antara
cairanintraseluler dengan cairan ekstraseluler yang timbul akibat
adanya peran dari sel membran. Protein yang merupakan suatu
molekul besar bermuatan negatif, bukan hanya ukuran molekulnya
yang besar namun merupakan suatu partikel aktif yang berperan
mempertahankan tekanan osmotik. Protein ini tidak dapat
berpindah, tetapi akan mempengaruhi ion untuk mempertahankan
netralitas elektron (keseimbangan muatan positif dan negatif)
sebanding dengan keseimbangan tekanan osmotik di kedua sisi
membran. Pergerakan muatanpada ion akan menyebabkan
perbedaan konsentrasi ion yang secara langsung mempengaruhi
pergerakan cairan melalui membran ke dalam dan keluar dari sel
tersebut
2. Osmolalitas dan Osmolaritas
Osmolalitas digunakan untuk menampilkan konsentrasi
larutan osmotik berdasarkan jumlah partikel, sehubungan dengan
berat pelarut. Lebih khusus, itu adalah jumlah osmol disetiap
kilogram pelarut. Sedangkan osmolaritas merupakan metode yang
digunakan untuk menggambarkan konsentrasi larutan osmotik. Hal
ini didefinisikan sebagai jumlah osmol zat terlarut dalam satu liter
larutan. Osmolaritas adalah properti koligatif, yang berarti bahwa
tergantung pada jumlah partikel terlarut dalam larutan. Selain itu
osmolaritas juga tergantung pada perubahan suhu.
3. Tekanan Koloid Osmotik
Tekanan koloid osmotik merupakan tekanan yang
dihasilkan oleh molekul koloid yang tidak dapat berdifusi,
misalnya protein, yang bersifat menarik air ke dalam kapiler dan
melawan tekanan filtrasi. Koloid merupakan molekul protein
dengan berat molekullebih dari 20.000-30.000. Walaupun hanya
merupakan 0,5% dari osmolalitas plasma total, namun mempunyai
arti yang sangat penting. Karena, hal ini menyebabkan
permeabilitas kapiler terhadap koloid sangat kecil sehingga
mempunyai efek penahan air dalam komponen plasma, serta
mempertahankan air antar kompartemen cairan di tubuh. Bila
terjadi penurunan tekanan koloid osmotik, akan menyebabkan
timbulnya edema paru.
4. Kekuatan Starling (Starling’s Forces)
Tekanan koloid osmotik plasma kira-kira 25 mmHg sedang
tekanan darah 36 mmHg pada ujung arteri dari kapiler darah dan
15 mmHg pada ujung vena. Keadaan ini menyebabkan terjadinya
difusi air dan ion-ion yang dapat berdifusi keluar dari kapiler
masukke cairan interstisiil pada akhir arteri dan reabsorsi berkisar
90% dari cairan ini pada akhir arteri dan reabsosrsi berkisar 90%
dari cairan ini pada ujung venous.

B. Regulasi Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit


Secara umum, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berkaitan
dengan gangguan pada natrium dan kalium. Konsep
ketidakseimbangan tersebut adalah sebagai berikut menurut (FKUI,
2018):
1. Ketidakseimbangan elektrolit umumnya disebabkan oleh
pemasukan dan pengeluaran natrium yang tidak seimbang.
Kelebihan natrium dalam darah akan meningkatkan tekanan
osmotic dan menahan air lebih banyak sehingga tekanan darah
akan meningkat.
2. Ketidakseimbangan kalium jarang terjadi, namun jauh lebih
berbahaya disbanding dengan ketidakseimbangan natrium.
Kelebihan ion kalium darah akan menyebabkan gangguan berupa
penurunan potensial trans-membran sel. Pada pacemaker jantung
menyebabkan peningkatan frekuensi dan pada otot jantung
menurunkan kontraktilitas bahkan ketidakberdayaan otot (flaccid)
dan dilatasi. Kekurangan ion kalium ini menyebabkan frekuensi
denyut jantung melambat.

Gangguan keseimbangan cairan pada manusia bisa diakibatkan


oleh keadaan-keadaan patologis atau penyakit. Keadaan patologis
tersebut antara lain :
1. Kehilangan cairan meningkat : muntaber/gastroenteritis,
kebocoran kapiler pada sindrom syok dengue, demam tinggi,
cairan lambung berlebihan, ileus pada sepsis, peritonitis, dan
luka bakar.
2. Masukan cairan berkurang/terhenti : mual, muntah, ileus koma,
puasa pasca bedah, tidak mau/tidak mampu minum yang
cukup.
3. Asupan cairan berlebihan : infus berlebihan, redistribusi ISF
masuk ke IVF.
4. Produksi urine terhenti : gagal ginja akut, gagal jantung lanjut.

C. Faktor Resiko
Risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yaitu berisiko
mengalami perubahan kadar elektrolit serum yang dapat mengganggu
kesehatan (Pranata, 2013).
Menurut (PPNI, 2016) risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
yaitu beresiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit.
1. Ketidakseimbangan cairan misalnya dehidrasi dan intoksikasi air
2. Kelebihan volume cairan
3. Gangguan mekanisme regulasi misalnya diabetes
4. Efek samping prosedur misalnya pembedahan
5. Diare
6. Muntah
7. Disfungsi ginjal
8. Disfungsi regulasi endokrin

 Regulasi Keseimbangan dan Ketidakseimbangan Asam dan Basa dan


Faktor yang Mempengaruhi
A. Regulasi Keseimbangan Asam Basa
Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama
dengan pengaturan ion-ion lain dalam tubuh.5Sebagai contoh, untuk
mencapai homeostatis. Harus ada keseimbangan antara asupan atau
produksi ion hidrogen dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh. Dan
seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci dalam
pengaturan-pengaturan ion hidrogen. Akan tetapi, pengaturan
konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler yang tepat melibatkan
jauh lebih banyak daripada eliminasi sederhana ion-ion hidrogen oleh
ginjal. Terdapat juga banyak mekanisme penyangga asam basa yang
melibatkan darah, sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk
mempertahankan konsentrasi ion hidrogen normal dalam cairan
ekstraseluler dan intraseluler.
Dalam hal ini berbagai mekanisme yang turut membantu mengatur
konsentrasi ion hidrogen, dengan penekanan khusus pada kontrol
sekresi ion hidrogen ginjal dan reabsorpsi, produksi, dan ekskresi ion –
ion bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu komponen kunci sistem
kontrol asam basa dalam berbagai cairan tubuh.
Konsentrasi ion hidrogen dan pH cairan tubuh normal serta
perubahan yang terjadi pada asidosis dan alkalosis. Konsentrasi ion
hidrogen darah secara normal dipertahankan dalam batas ketat suatu
nilai normal sekitar 0,00004 mEq/liter ( 40 nEq/liter ). Variasi normal
hanya sekitar 3 sampai 5mEq/liter, tetapi dalam kondisi yang ekstrim,
konsentrasi ion hidrogen yang bervariasi dari serendah 10 nEq/liter
sampai setinggi 160 nEq/liter tanpa menyebabkan kematian.
Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah dan
dalam jumlah yang kecilini tidak praktis, biasanya konsentrasi ion
hidrogen disebutkan dalam skala logaritma, dengan menggunakan
satuan pH. pH berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen.
pHnormal darah arteri adalah 7,4, sedangkan pH darah vena dan
cairan interstetial sekitar 7,35 akibatjumlah ekstra karbondioksida
(CO2) yang dibebaskan dari jaringan untuk membentuk H2CO3.
Karena pH normal darah arteri 7,4 seseorang diperkirakan mengalami
asidosis saat pH turun dibawah nilai ini dan mengalami alkolisis saat
pH meningkat diatas 7,4. Batas rendah pH dimana seseorang dapat
hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8 dan batas atas adalah
sekitar 8,0.
pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma
karena metabolisme sel menghasilkan asam, terutama H2CO3.
Bergantung pada jenis sel, pH cairan intraseluler diperkirakan berkisar
antara 6,0 dan 7,4. Hipoksia jaringandan aliran darah yang buruk ke
jaringan dapat menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat
menurunkan pH intraseluler.
pH urin dapat berkisar dari4,5 sampai 8,0 bergantung pada status
asam basa cairan ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh
yang bersifat asam adalah HClyang diekskresikankedalam lambung
oleh oksintik ( sel-sel parietal ) dari mukosa lambung.

B. Regulasi Ketidakseimbangan Asam Basa


Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:
1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat
hipoventilasi. Pembentukan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam
ini akan meningkatkan konsentrasi ion H.
2. Alkalosis respiratori, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang
berlebihan akibat hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun
sehingga pembentukan ion H menurun.
3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh
gangguan ventilasi paru. Diare akut, diabetes mellitus, olahraga
yang terlalu berat, dan asidosis uremia akibat gagal ginjal akan
menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H
bebas meningkat.
4. Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma
karena defisiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi
bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi karena kehilangan ion H
karena muntah-muntah dan minum obat-obat alkalis. Hilangnya
ion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk
menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma
meningkat.

C. Faktor yang Mempengaruhi


Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui
koordinasi dari 3 sistem:
1. Sistem Buffer
Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang
dengan segera bergabung dengan asam atau basa untuk
mencegahperubahan konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan.
Sistem buffer ini menetralisir kelebihan ion hidrogen, bersifat
temporer dan tidak melakukan eliminasi. Fungsi utama sistem
buffer adalah mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh
pengaruh asam fixed dan asam organic pada cairan ekstraseluler.
Sebagai buffer, sistem ini memiliki keterbatasan yaitu:
a. Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler
yang disebabkan karena peningkatan CO2.
b. Sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan
pusatpengendali sistem pernafasan bekerja normal
c. Kemampuan menyelenggarakan sistem buffer tergantung
pada tersedianya ion bikarbonat.

Ada empat sistem buffer :


a. Buffer bikarbonat merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel
terutama untuk perubahan yang disebabkan oleh non-
bikarbonat
b. Buffer protein merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan
intrasel
c. Buffer hemoglobin merupakan sistem dapar di dalam eritrosit
untuk perubahan asam karbonat
d. Buffer fosfat merupakan sistem dapar di sistem perkemihan
dan cairan intrasel.

Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-


basa sementara. Jika dengan buffer kimia tidak cukup
memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan
dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap
perubahan kadar ion Hdalam darah akinat rangsangan pada
kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan
kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan
tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H
secara lambat dengan menskresikan ion H dan menambahkan
bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan
amonia.
Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme
paru dan ginjal dalam menunjang kinerja sistem buffer adalah
dengan mengatur sekresi, ekskresi, dan absorpsi ion hidrogendan
bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat, ammonia).
Untuk jangka panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan
melalui ginjal dan paru sedangkan untuk jangka pendek, tubuh
dilindungi dari perubahan pH dengan sistem buffer. Mekanisme
buffer tersebut bertujuan untuk mempertahankan pH darah antara
7,35-7,45.
2. Sistem Paru
Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan
karbondioksida, dan karena itu juga mengendalikan kandungan
asam karbonik dari cairan ekstraseluler. Paru-parumelakukan hal
ini dengan menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap
jumlah karbon dioksida dalam darah. Kenaikan dari tekanan parsial
karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) merupakan stimulan
yang kuat untuk respirasi. Tentu saja, tekanan
parsialkarbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) juga
mempengaruhi respirasi. Meskipun demikian, efeknya tidak sejelas
efek yang dihasilkan oleh PaCO2.
Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan
meningkat sehingga menyebabkan eliminasi karbon dioksidayang
lebih besar (untuk mengurangi kelebihan asam). Pada keadaan
alkalosis metabolik, frekuensi pernapasan diturunkan, dan
menyebabkan penahanan karbondioksida (untuk meningkatkan
beban asam).
3. Sistem Ginjal
Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus
mengeluarkan anion asam non volatile dan mengganti HCO3.
Ginjal mengatur keseimbangan asam basa dengan sekresi dan
reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Pada mekanisme
pemgaturan oleh ginjal ini berperan 3 sistem buffer asam karbonat,
buffer fosfat dan pembentukan ammonia. Ion hidrogen, CO2, dan
NH3diekskresi ke dalam lumen tubulus dengan bantuan energi
yang dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium di basolateral
tubulus. Pada proses tersebut, asam karbonat dan natrium dilepas
kembali ke sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali. Tubulus
proksimal adalah tempat utama reabsorpsi bikarbonat dan
pengeluaran asam.
Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion
bermuatan negative pada konsentrasi yang sangat rendah. Pada
kadar yang sangat rendahpun, ion hidrogenmempunyai efek yang
besar pada sistem biologi. Ion hidrogenberinteraksi dengan
berbagai molekul biologis sehingga dapat mempengaruhi struktur
protein, fungsi enzim dan ekstabilitas membrane. Ion
hidrogensangat penting pada fungsi normal tubuh misalnya sebagai
pompa proton mitokondria pada proses fosforilasi oksidatif yang
menghasilkan ATP.
Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus
meneru1s di dalam tubuh. Perolehan dan pengeluaran ion
hidrogensangat bervariasi tergantung diet, aktivitas dan status
kesehatan. Ion hidrogendi dalam tubuh berasal dari makanan,
minuman, dan proses metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion
hidrogen terbentuk sebagai hasil metabolism karbohidrat, protein
dan lemak, glikolisis anaerobik atau ketogenesis.

 Nilai Hasil Pemeriksaan Cairan Elektrolit dan Keseimbangan Asam


Basa
A. Nilai Hasil Pemeriksaan Cairan Elektrolit

Elektrolit Nilai Normal (adults)


Venus boold
Sodium 135-145 mEq/L
Potassium 3.5-5.0 mEq/L
Chloride 95-105 mEq/L
Calcium 4.0-5.5 mEq/L
Magnesium 1.5-2.5 meq/L
Phospate 1.8-2.6 mEq/L
Serum Osmolality 280.300 mOsm/kg water

B. Nilai Hasil Pemeriksaan Keseimbangan Asam Basa

INTERPRETASI tanpa ELEKTROLIT


Contoh Hasil Pemeriksaan :
pH = 7,22 (N: 7,35-7,45)
pCO2 = 15 mmHg (N: 35-45 mmHg)
HCO3- = 6mmol/l (N: 22-26 mmol/l)
Interpretasi
pH ↓ ---------> Asidosis/Asidemia
pCO ↓ --------> Alkalosis Respiratorik (sekunder)
HCO3- ↓ --------> Asidosis Metabolik (primer)

STATUS ASAM-BASA :

ASIDOSIS METABOLIK DENGAN KOMPENSASI ALKALOSIS


RESPIRATORIK

 Dampak Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit dan


Ketidakseimbangan Asam Basa
A. Dampak Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit
1. Overdehidrasi
Kelebihan atau intoksikasi cairan dalam tubuh, sering terjadi
akibat adanya kekeliruan dalam tindakan terapi cairan. Kejadian
tersebut seharusnya tidak perlu sampai terjadi. Penyebab
overhidrasi meliputi, adanya gangguan ekskresi air lewat ginjal
(gagal ginjal akut), masukan air yang berlebihan pada terapi cairan,
masuknya cairan irigator pada tindakan reseksi prostat transuretra,
dan korban tenggelam.Gejala overhidrasi meliputi, sesak nafas,
edema, peningkatan tekanan vena jugular, edema paru akut dan
gagal jantung. Dari pemeriksaan lab dijumpai hiponatremi dalam
plasma.

2. Dehidrasi
Merupakan suatu kondisi defisit air dalam tubuh akibat masukan
yang kurang atau keluaran yang berlebihan. Kondisi dehidrasi bisa
terdiri dari 3 bentuk, yaitu: isotonik (bila air hilang bersama garam,
contoh: GE akut, overdosis diuretik), hipotonik (Secara garis besar
terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak dibandingkan air yang
hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di kompartemen
intravaskular berpindah ke ekstravaskular, sehingga
menyebabkanpenurunan volume intravaskular), hipertonik (Secara
garis besar terjadi kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan
natrium yang hilang. Karena kadar natrium tinggi, air di
kompartemen ekstravaskular berpindah ke kompartemen
intravaskular, sehingga penurunan volume intravaskularminimal).
3. Hiponatremia
Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar
natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar
natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah, dan
diare. Hal tersebut menimbulkan rasa haus yang berlebihan, denyut
nadi cepat, hipotensi, konvulsi, dan membran mukosa kering.
Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, maka hiponatremia ini dapat
disebabkan oleh kekurangan cairan yang berlebihan seperti kondisi
diare yang berkepanjangan.
4. Hipernatremia
Hipernatremia merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium
dalam plasma tinggi yang ditandai dengan adanya mukosa kering,
oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit
membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan,
konvulsi, suhu badan naik, serta kadar natrium dalam plasma lebih
dari 145 mEq/L. Kondisi demikian dapat disebabkan oleh dehidrasi,
diare, dan asupan air yang berlebihan sedangkan asupan garamnya
sedikit.

5. Hipokalemia
Hipokalemia suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam
darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering
terjadi pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan. Kondisi
hipokalemia ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya
tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perutnya
kembung, lemah dan lunaknya otot, denyut jantungnya tidak
beraturan (aritmia), penurunan bising usus, serta kadar kalium
plasmanya menurun hingga kurang dari 3,5 mEq/L.
6. Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium
dalam darah tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka
bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik, pemberian kalium yang
berlebihan melalui intravena. Hiperkalemia ditandai dengan adanya
mual, hiperaktivitas sistem pencernaan, aritmia, kelemahan, jumlah
urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan iritabilitas (peka
rangsang), serta kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5
mEq/L.
7. Hipokalsemia
Hipokalsemia merupakan kekurangan kadar kalsium dalam
plasma darah. Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan
kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang
dari 4,3 mEq/L, serta kesemutan pada jari dan sekitar mulut.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar
gondok atau kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.
8. Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu keadaan kelebihan kadar
kalsium dalam darah. Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami
pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara
berlebihan. Hiperkalsemia dengan adanya nyeri pada tulang,
relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar kalsium
dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
9. Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam
darah. Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor,
kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disorientasi dan
konvulsi, serta kadar magnesium dalam darah kurang 1,3 mEq/L.
10. Hipermagnesia
Hipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium
dalam darah. Hal ini ditandai dengan adanya koma, gangguan
pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
B. Dampak ketidakseimbangan Asam Basa
1. Asidosis respiratorik
Asidosi respiratorik merupakan suatu keadaan yang disebabkan
oleh karena kegagalan sistem pernapasan dalam membuang
karbondioksida dari cairan tubuh. Hal tersebut mengakibatkan
terjadinya kerusakan pada pernapasan, peningkatan PCO2 arteri di
atas 45 mmHg, dan penurunan pada pH yakni kurang dari 7,35.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh adanya penyakit obstruksi,
trauma kepala, perdarahan, dan lain-lain.
2. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik merupakan suatu keadaan kehilangan basa
atau terjadi penumpukan asam. Keadaan ini ditandai dengan
adanya penurunan pH kurang dari 7,35 dan HCO 3 kurang dari 22
mEq/L.
3. Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik suatu keadaan kehilangan CO2 dari paru-
paru yang dapat menimbulkan terjadinya paCO2 arteri kurang dari
35 mmHg, pH lebih dari 7,45. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
karena adanya hiperventilasi, kecemasan, emboli paru-paru, dan
lain-lain.
4. Alkalosis metabolik
Alkalosis metabolik suatu keadaan kehilangan ion hidrogen atau
penambahan basa pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan
bikarbonat plasma lebih dari 26 mEq/L dan pH arteri lebih dari
7,45.
REFERENSI
Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD.Management of Patients with
Fluid and Electrolyte Disturbances. Dalam Morgan & Mikhail’s
Clinical Anesthesiology 5thed. New York: Mc-Graw Hill. 2013

Waterhouse BR, Famery AD. The Organization and Composition of Body


Fluids. Anaesthesia & Intensive Care Medicine. 2012

Mangku G, Senapathi TGA.Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam


Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks; 2010.

Abramowitz M. Acid-Base Balance and Physical Function. Clinical


Journal of the American Society of Nephrology. 2014;9(12):2030
2032.

Hamm L, Nakhoul N, Hering-Smith K. Acid-Base Homeostasis. Clinical


Journal ofthe American Society of Nephrology. 2015;10(12):2232
2242.

Sacks G. The ABC's of Acid-Base Balance. The Journal of Pediatric


Pharmacology and Therapeutics. 2004;9(4):235-242.

Seifter JL. Integration of acid–base and electrolyte disorders.N Engl J


Med. 2014;371(19):1821–1831.

Kompas. 2019. Apa itu Elektrolit? Apa Fungsinya bagi Tubuh?.


https://lifestyle.kompas.com/read/2019/09/02/114507120/apa-itu
elektrolit-apa-fungsinya-bagi-tubuh?page=all Diakses tanggal 2
September 2019.
Andrian, dr. Kevin. 2017. Mengenal Berbagai Elektrolit dalam Tubuh.
https://www.alodokter.com/mengenal-berbagai-elektrolit-dalam
tubuh Diakses tanggal 28 November 2017.

Media, Mitra Wacana. 2016. Ilmu Keperawatan


Dasar.https://www.researchgate.net/publication/311455903_Ilmu
Keperawatan_Dasar Diakses tanggal Januari 2016.

Anonim. 2019. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit. http://budirahayu.ip


dynamic.com:81/sdki/d-0037-risiko-ketidakseimbangan-elektrolit/
Diakses tanggal 27 September 2019.

Sherwood, Lauralee. (2004). Human physiology: From cells to systems.


5th ed. California: Brooks/ Cole-Thomson Learning, Inc.

SIlverthorn, D.U. (2004). Human physiology: An integrated approach. 3 rd


ed. San Francisco: Pearson Education.

Dayamanti, Eka Putri dkk. 2015. Keterampilan Dasar Kebidanan II.


Yogyakarta: CV Budi Utama.
Horne, M. M & Swearingen,P. L. (2000). Keseimbangan cairan,elektrolit,
& Asam Basa. (ed. 2). Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Willy, dr Tjin. 2018. Analisa Gas Darah dan Hal-hal Penting yang Ada di
Dalamnya.https://www.alodokter.com/analisa-gas-darah-dan-hal
hal-penting-yang-ada-di-dalamnya Diakses tanggal 8 Juni 2018.

Anda mungkin juga menyukai