NIM : 2011011036
KELAS :1A
TUGAS : IDK
DOSEN : Ns. Luh Titi Handayani, S.Kep.,M.Kes
Secara skematis Jenis dan jumlah cairan tubuh dapat digambarkan sebagai berikut
CAIRAN TUBUH :
60%
CAIRAN
PLASMA DARAH :
INTERSTITIAL :
5%
15%
Keterangan :
- Untuk laki-laki dengan berat badan 70 Kg
Sebenarnya ada kompartemen CES lain, yaitu : limfe & cairan transeluler.
Cairan transelular hanya 1-2 % BB, meliputi cairan sinovial, pleura,
intraokuler, dll.
Tabel Nilai Rata-Rata Cairan Ekstraseluler (CES) Dan Cairan Intraseluler (CIS)
Pada Dewasa Normal Terhadap BB
Usia (Tahun) CES (% BERAT CIS (% BERAT
BADAN) BADAN)
Pria :
1. 20-39 tahun 26,7 33,9
2. 40-59 tahun 23,3 31,4
3. > 59 tahun 25,3 26,2
Wanita :
1. 20-39 tahun 25,1 25,1
2. 40-59 tahun 23,3 23,4
3. > 59 tahun 23,9 21,6
b. Osmosis
Osmosis adalah perpindahan pelarut murni, seperti air, melalui
membran semipermeabel yang berpindah dari larutan yang memiliki
konsentrasi solut rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi solut
tinggi. Membran tersebut permeable terhadap zat pelarut, tetapi tidak
permeable terhadap solut (zat terlarut), yang berupa materi partikel.
Kecepatan osmosis tergantung pada konsentrasi solut di dalam larutan,
suhu larutan, muatan listrik solut, dan perbedaan antara tekanan
osmosis yang dikeluarkan oleh larutan. Konsentrasi larutan diukur
dalam osmol, yang mencerminkan jumlah substansi dalam larutan
yang berbentuk molekul, ion atau keduanya. Dalam osmosis ada tiga
istilah penting, yaitu:
Tekanan osmotik : Tekanan dengan kekuatan untuk menarik air dan kekuatan ini
bergantung pada jumlah molekul di dalam larutan. Tekanan ini
diberikan melalui membran semipermiabel dan tekanan ini tergantung
kepada aktivitas solut yang dipisahkan oleh membran.
Tekanan onkotik : Tekanan osmotik yang dihasilkan oleh protein (misal albumin),
tekanan onkotik akan menjaga cairan tetap berada di dalam
kompartemen intravaskuler.
Diuretik osmotik : Terjadi ketika terdapat peningkatan keluaran urine yang diakibatkan
oleh ekskresi substansi seperti glukosa, manitol, atau agen kontras
dalam urin.
Contoh osmosis adalah sebagai berikut:
d. Filtrasi
Filtrasi merupakan suatu proses pemindahan air dari substansi yang
dapat larut secara bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan
cairan. Proses ini berlangsung aktif di bantalan kapiler, tempat
perbedaan tekanan hidrostatik atau gradien yang menentukan
perpindahan air, elektrolit, dan substansi terlarut lain yang berada di
antara cairan kapiler dan cairan interstisiel. Perpindahan terjadi dari area
dengan tekanan tinggi ke area dengan tekanan rendah.
Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang dihasilkan oleh suatu
liquid di dalam sebuah ruangan. Darah dan cairan arteri akan memasuki
ruang kapiler jika tekanan hidrostatik lebih tinggi dari tekanan
interstisiel, sehingga cairan dan solut berpindah dari kapiler menuju sel.
Pada ujung bantalan vena kapiler, cairan dan produk-produk sisa
metabolisme berpindah dari sel menuju kapiler , karena tekanan
hidrostatiknya lebih kecil dari tekanan interstisiel.
C. Faktor Resiko
Risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yaitu berisiko
mengalami perubahan kadar elektrolit serum yang dapat mengganggu
kesehatan (Pranata, 2013).
Menurut (PPNI, 2016) risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
yaitu beresiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit.
1. Ketidakseimbangan cairan misalnya dehidrasi dan intoksikasi air
2. Kelebihan volume cairan
3. Gangguan mekanisme regulasi misalnya diabetes
4. Efek samping prosedur misalnya pembedahan
5. Diare
6. Muntah
7. Disfungsi ginjal
8. Disfungsi regulasi endokrin
STATUS ASAM-BASA :
2. Dehidrasi
Merupakan suatu kondisi defisit air dalam tubuh akibat masukan
yang kurang atau keluaran yang berlebihan. Kondisi dehidrasi bisa
terdiri dari 3 bentuk, yaitu: isotonik (bila air hilang bersama garam,
contoh: GE akut, overdosis diuretik), hipotonik (Secara garis besar
terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak dibandingkan air yang
hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di kompartemen
intravaskular berpindah ke ekstravaskular, sehingga
menyebabkanpenurunan volume intravaskular), hipertonik (Secara
garis besar terjadi kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan
natrium yang hilang. Karena kadar natrium tinggi, air di
kompartemen ekstravaskular berpindah ke kompartemen
intravaskular, sehingga penurunan volume intravaskularminimal).
3. Hiponatremia
Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar
natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar
natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah, dan
diare. Hal tersebut menimbulkan rasa haus yang berlebihan, denyut
nadi cepat, hipotensi, konvulsi, dan membran mukosa kering.
Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, maka hiponatremia ini dapat
disebabkan oleh kekurangan cairan yang berlebihan seperti kondisi
diare yang berkepanjangan.
4. Hipernatremia
Hipernatremia merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium
dalam plasma tinggi yang ditandai dengan adanya mukosa kering,
oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit
membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan,
konvulsi, suhu badan naik, serta kadar natrium dalam plasma lebih
dari 145 mEq/L. Kondisi demikian dapat disebabkan oleh dehidrasi,
diare, dan asupan air yang berlebihan sedangkan asupan garamnya
sedikit.
5. Hipokalemia
Hipokalemia suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam
darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering
terjadi pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan. Kondisi
hipokalemia ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya
tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perutnya
kembung, lemah dan lunaknya otot, denyut jantungnya tidak
beraturan (aritmia), penurunan bising usus, serta kadar kalium
plasmanya menurun hingga kurang dari 3,5 mEq/L.
6. Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium
dalam darah tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka
bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik, pemberian kalium yang
berlebihan melalui intravena. Hiperkalemia ditandai dengan adanya
mual, hiperaktivitas sistem pencernaan, aritmia, kelemahan, jumlah
urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan iritabilitas (peka
rangsang), serta kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5
mEq/L.
7. Hipokalsemia
Hipokalsemia merupakan kekurangan kadar kalsium dalam
plasma darah. Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan
kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang
dari 4,3 mEq/L, serta kesemutan pada jari dan sekitar mulut.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar
gondok atau kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.
8. Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu keadaan kelebihan kadar
kalsium dalam darah. Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami
pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara
berlebihan. Hiperkalsemia dengan adanya nyeri pada tulang,
relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar kalsium
dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
9. Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam
darah. Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor,
kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disorientasi dan
konvulsi, serta kadar magnesium dalam darah kurang 1,3 mEq/L.
10. Hipermagnesia
Hipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium
dalam darah. Hal ini ditandai dengan adanya koma, gangguan
pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
B. Dampak ketidakseimbangan Asam Basa
1. Asidosis respiratorik
Asidosi respiratorik merupakan suatu keadaan yang disebabkan
oleh karena kegagalan sistem pernapasan dalam membuang
karbondioksida dari cairan tubuh. Hal tersebut mengakibatkan
terjadinya kerusakan pada pernapasan, peningkatan PCO2 arteri di
atas 45 mmHg, dan penurunan pada pH yakni kurang dari 7,35.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh adanya penyakit obstruksi,
trauma kepala, perdarahan, dan lain-lain.
2. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik merupakan suatu keadaan kehilangan basa
atau terjadi penumpukan asam. Keadaan ini ditandai dengan
adanya penurunan pH kurang dari 7,35 dan HCO 3 kurang dari 22
mEq/L.
3. Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik suatu keadaan kehilangan CO2 dari paru-
paru yang dapat menimbulkan terjadinya paCO2 arteri kurang dari
35 mmHg, pH lebih dari 7,45. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
karena adanya hiperventilasi, kecemasan, emboli paru-paru, dan
lain-lain.
4. Alkalosis metabolik
Alkalosis metabolik suatu keadaan kehilangan ion hidrogen atau
penambahan basa pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan
bikarbonat plasma lebih dari 26 mEq/L dan pH arteri lebih dari
7,45.
REFERENSI
Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD.Management of Patients with
Fluid and Electrolyte Disturbances. Dalam Morgan & Mikhail’s
Clinical Anesthesiology 5thed. New York: Mc-Graw Hill. 2013
Willy, dr Tjin. 2018. Analisa Gas Darah dan Hal-hal Penting yang Ada di
Dalamnya.https://www.alodokter.com/analisa-gas-darah-dan-hal
hal-penting-yang-ada-di-dalamnya Diakses tanggal 8 Juni 2018.