Disusun Oleh:
KELOMPOK III
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan berkatNya, laporan hasil diskusi Problem Based Learning (PBL) ini
dapat terselesaikan. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Cynthia
Eka F. Tjomiadi, S.Kep., Ns., MNS selaku dosen pembimbing dalam diskusi
PBL ini, sehingga diskusi dapat berjalan dengan lancar. Ucapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang ikut serta dalam
lancarnya pembuatan laporan hasil PBL ini.
Dalam diskusi kali ini, penulis membahas mengenai kasus seorang pria
berumur 55 tahun, dirawat diruang penyakit dalam dengan nyeri di dekat ulu hati.
saat beristirahat.
Kelompok III
LATAR BELAKANG
TAHAP 1 : KASUS
Klien Tn. U, 55 tahun, RMK 1 48 XX XX, alamat Desa Tarung Manuah, sudah
kawin, suku Dayak/Indonesia, MRS ruang penyakit dalam tanggal 12 Oktober
2021, pukul 09.00 dengan diagnose Efusi Pleura. Hasil assessment awal jam
10.00 didapatkan data sbb:
A. Anamnesa
1) Keluhan utama :
Pasien mengatakan bahwa pasien merasa nyeri di dekat ulu hati
B. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Tanda – tanda vital
TD : 120/86 mmHg
Nadi : 94
Respirasi : 21
T : 36.40C
SPO2 : 97 % terpasang oksigen
Tingkat Kesadaran : Samnolen
GCS : E:3 ; V: 2; M: 6 = 11
TB pasien selama di RS : 155 cm
BB pasien selama di RS : 31 kg
IMT Pasien selama di RS : 12,90 (Indeks Massa Tubuh pasien
kurang)
b. Kulit
Kulit Pasien tampak pucat dan kering, teraba lembab, turgor kulit < 2 detik,
CRT < 2 detik,
c. Kepala dan Leher
Di kepala pasien tampak normal, tidak ada pembesar limfa,
Superior
Sonor Sonor
Redup Redup
Inferior
Superior
Vesikuler Vesikuler
Redup Tidak
Sinistra terdengar Dextra
jelas
Redup redup
Inferior
j. Abdomen
Perkusi : timpani
Superior
Inferior
C. Kebutuhan Fisik, Psikologi, Sosial dan Spiritual
a. Aktivitas dan Istirahat (di rumah/ sebelum sakit dan
di rumah sakit/ saat sakit)
b. Personal Hygiene
Di Rumah : Pasien selama di rumah dapat melakukan personal
hygiene secara mandiri, mandi 2 kali sehari, mampu
berpakaiai secara mandiri
c. Nutrisi
Di Rumah : Sebelum pasien sakit, pasien makan 3 kali sebanyak
10 sendok makan dan minum 2-3 liter perhari.
e. Seksualitas
f. Psikososial
Psikologis:
Skor
No Pertanyaan
0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas √
- Firasat Buruk
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu √
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis √
- Gemetar √
- Gelisah √
3 Ketakutan
- Pada Gelap
- Ditinggal Sendiri
4 Gangguan Tidur
- Tidak Nyenyak √
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi √
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Sedih √
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Merasa Lemah √
- Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
Sekejap)
10 Gejala Respiratori
- Perasaan Tercekik
- Napas Pendek/Sesak √
11 Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan √
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan √
- Mual
- Muntah
12 Gejala Urogenital
- Amenorrhoe √
- Menorrhagia
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom
- Mulut Kering √
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat √
- Bulu-Bulu Berdiri
- Gelisah √
- Tidak Tenang √
- Jari Gemetar √
- Kerut Kening √
- Muka Tegang
- Muka Merah √
Total Skor:
42 – 56 = kecemasan
berat sekali
Sosial : pasien selalu ditemani oleh keluarga pasien, hubungan pasien bersama
dokter ataupun perawat ti baik
g. Spiritual
DO:
- Pasien tampak gelisah
- Hasil foto thorax menunjukan
cor dan pulmo saat ini dalam
batas normal dan efusi pleura
sinistra
- Cairan pleura sebanyak 200
cc warna kekuningan
2 DS: Penurunan kekuatan otot Gangguan mobilitas fisik
- Pasien mengatakan lemas (D.0054)
- Pasien mengatakan kurang
nafsu makan
DO:
- ADL dibantu kelurga
- GCS : 11 ( Samnolen )
- Skala otot
4444 1111
4444 1111
3 DS: Faktor psikologis Defisit nutrisi (D.0019)
- Pasien mengatakan (keengganan untuk makan)
kurang nafsu makan
- keluarga pasien
mengatakan bahwa
pasien makan bubur ±
250 cc perhari dan
minum ± 8 gelas perhari
- pasien kurang nafsu
makan
DO:
- makanan yang
disediakan tidak habis
- pasien tampak lemas
- IMT Pasien selama di
RS : 12,90 (Indeks
Massa Tubuh pasien
kurang)
TAHAP 3 MECHANISM
1. Diagnosa Keperawatan
parietal-viseral
hidrothoraks Fibrotoraks
Hambatan mekanisme
Efusi Pleura
Gesekan pada pleura saat
Pengumpulan cairan dalam rongga pleura bernafas
Respon inflamasi
Nyeri pleuritis
Ekspansi paru terbatas
Pelepasan mediator kimia
Gangguan fungsi paru MK: Nyeri akut
Ventilasi terganggu
Histamine dan subtansi Peningkatan preaibilitas
pirogenik
kapiler
Suhu tubuh meningkat Efek hiperventilasi
Eksudat purulen pada bronkus Sesak napas
Terjadi demam Produksi asam lambung
meningkat, peristaltik menurun
Peningkatan produksi sekret Gangguan ventilasi, difusi,
distribusi dan transportasi O2 MK: Pola
MK: Hipertermia napas tidak Mual, nyeri lambung
Penurunan kemampuan batuk efektif
efektif Pa O2 PCO2
MK: Defisit nutrisi
Pemeriksaan penunjang
HEMATOLOGI
MCV,MCH,MCHC
HITUNGAN JENIS
ELEKTROLIT
B. Fisiologi
Pleura memiliki fungsi mekanik yaitu melanjutkan tekanan negative thorax ke
daerah paru-paru, sehingga paru dapat mengembang karena elastis. Dalam waktu
istirahat (resting pressure) tekanan H2O dalam pleura adalah sekitar -2 sampai -5
cm, sedikit bertambah negative di apex saat dalam posisi berdiri. Saat inspirasi
tekanan negative dalam pleura meningkat menjadi -25 sampai -35 H2O. Selain
fungsi mekanik, rongga pleura steril karena mesothelial mampu bekerja melakukan
fagositesis benda asing dan cairan dalam rongga pleura yang diproduksi bertindak
sebagai lubrikans.
Cairan dalam rongga pleura sangatlah sedikit, sekitar 0,3 ml/kg, bersifat
hiponkotik dengan konsentrasi protein dalam cairan sekitar 1 gr/dl. Produksi dan
reabsorbsi cairan di rongga pleura kemungkinan besar juga dipengaruhi oleh
gerakan pernafasan dan gravitasi paru. Lokasi reabsorbsi terjadi pada pembuluh
limfe pleura parietalis dengan kecepatan 0,1 sampai 0,5 ml/kg/jam. Bila terjadi
gangguan produksi dan reabsorbsi maka akan mengakibatkan terjadinya efusi pleura
(Saferi & Mariza, 2013).
C. Pengertian
Efusi pleura merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan adanya
penumpukan cairan pada rongga pleura yang berada di permukaan pleura visceral
dan pleura pariental. Efusi pleura adalah penyakit primer yang termasuk jarang terjadi
akan tetapi terhadap penyakit lain efusi pleura merupakan penyakit sekunder. Selain
berisi cairan, dalam efusi pleura juga terdapat penumpikan pus dan darah. Efusi
pleura merupakan salah satu penyakit yang dapat mengancam jiwa (Saferi & Mariza,
2013)
Seorang pasien dapat di diagnosa efusi pleura apabila jumlah cairan didalam
rongga pleura berakumulasi melebihi absorbsi cairan pleura. Normalnya, cairan
masuk mulai dari kapiler hingga parietalis. Selain itu cairan juga dapat memasuki
rongga pleura mulai dari ruang intrestisium paru hingga ke pleura viseralis atau dari
kavum paritonium melelui lubang kecil yang ada di daerah diapraghma. Saluran limfe
memiliki kemampuan penyerapan cairan sebesar 20 kali lebih besar dari keadaan
cairan yang dihasilkan dalam jumlah normal (Tamsuri, 2013). Akumulasi jumlah
cairan dirongga pleura dapat terjadi apabila adanya peningkatan tekanan hidrostatik
kapiler dalam darah seperti pada penyakit gagal jantung, atau jika terjadi tekanan
osmotic cairan pada darah seperti pada hipoalbuminemia. Efusi pleura juga dapat
terjadi jika tekanan dalam rongga pleura negative (turun) seperti pada atelectasis,
semua kelainan ini menimbulkan efusi pleura transudatif. Hal yang diperlukan di klinik
jika mencurigai adanya efusi pleura yaitu dengan kemampuan melakukan tindakan
torakosentesis dan kemampuan membedakan antara eksudat dan transudate
(Darmanto, 2016).
D. Etiologi/Penyebab
Kelebihan cairan pada rongga pleura disebabkan oleh satu dari 4 mekanisme dasar :
1. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
2. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
3. Penurunan tekanan osmotik koloid darah
4. Peningkatan tekanan negativ intrapleural
Penyebab effusi pleura:
1. Virus dan mikoplasma
Insidennya agak jarang bila terjadi jumlahnya tidak banyak.Contoh : Echo virus,
riketsia, mikoplasma, Chlamydia.
2. Bakteri piogenik
Bakteri berasala dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara hematogen.
Contoh aerob : strepkokus pneumonia, S.mileri,S.aureus, hemopillus,klabssiella.
Anaerob: bakteroides seperti peptostreptococcus, fusobacterium.
3. TB
Terjadi karena komplikasi TB paru melalui fokus subpleura yang robek atau melalui
aliran limfe, atau karena robeknya perkijuan kearah saluran limfe yang menuju
pleura.
4. Fungi
Sangat jarang terjadi, biasanya karena perjalanan infeksi fungi dari jaringan paru.
Contoh: aktinomiksis, koksidiomikosis. Asergilus, Kriptokokus, Histoplasma.
5. Parasit
Parasit yang dapat menginfeksi ke pleura hanya amoeba.Amoeba masuk dalam
bentuk tropozoid setelah melewati perenkim hati menembus diafragma terus ke
rongga pleura. Effusi terjadi karena amoeba menimbulkan peradangan .
6. Kelainan intra abdominal
Contoh : pancreatitis, pseudokista pancreas atau eksaserbasi akut, pancreatitis
kronis, abses ginjal.
7. Penyakit kalogen
Contoh : lupus eritematosus sistemik (SLE), arthritis rematoid(RA), sclerpderma.
8. Gangguan Sirkulasi
Contoh : gangguan CV (payah jantung), emboli pulmonal, hypoalbuminemia.
9. Neoplasma
Gejala paling khas adalah jumlah cairan effusi sangat banyak dan selalu
berakumulasi kembali dengan cepat.
10. Sebab-sebab lain. Seperti: trauma (trauma tumpul, laserasi, luka tusuk), uremia,
miksedoma, limfedema, reaksi dipersensitif terhadap obat, effusi pleura (Saferi
Andra, 2013) .
E. Klasifikasi
Menurut Darmanto (2016), ada beberapa factor yang menjadi penyebab dari efusi
pleura adalah sebagai berikut:
1. Effusi pleura transudat
Efusi pleura transudatif merupakan efusi pleura yang berjenis efusi
transudate. Efusi pleura transudatif dapat disebakan berbagai faktor antara lain
disebabkan oleh gagal jantung kongestif, emboli pada paru, sirosis hati atau yang
merupakan penyakit pada intraabdominal, dialisis peritoneal, hipoalbuminemia,
sindrom nefrotik, glomerulonefritis akut, retensi garam maupun setelah
pembedahan jantung.
2. Efusi Pleura Eksudatif
Efusi pleura eksudatif merupakan jenis cairan eksudat yang terjadi akibat
adanya peradangan atau proses infiltrasi pada pleura maupun jaringan yang
berdekatan dengan pleura. Selain itu adanya kerusakan pada dinding kapiler juga
dapat mengakibatkan terbentuknya cairan yang mengandung banyak protein
keluar dari pembuluh darah dan berkumpul pada rongga pleura. Penyebab efusi
pleura eksudatif juga bisa di sebabkan oleh adanya bendungan pada pembuluh
limfe. Penyebab lainnya dari efusi pleura eksudatif yaitu adanya neoplasma,
infeksi, penyakit jaringan ikat, penyakit intraabdominal dan imunologik.
G. Patofisiologi ( pathway)
Penyebab efusi pleura ada gangguan jantung kogngestif yang menyebabkan
terjadinya tekanan pulmonalis meningkat sehingga tekanan hidrostatik dan onkotik
tidak seimbang, maka dapat terjadi transudasi cairan dan kapiler ke pleura ke rongga
Pleura.
Penyakit hati dan ginjal juga dapat menyebabkan terjadinya hipoproteinemia
atau kekurangan protein sehingga transportasi zat membrane terganggu dan terjadi
peningkatan premeabilitas caliper pleura ke shif cairan dari intravascular kerongga
pleura. Dari kedua penyebab diatas dapat menyebabkan hidrothoraks atau terjadinya
epusi pleura. Efusi pleura adalah terjadinya penumpukan cairan dalam rongga pleura
menyebabkan ekspansi paru terbatas terjadinya gangguan fungsi paru dan ventilasi.
meningkat Maka terjadi hiperventilasi dan produksi asam lambung meningkat,
peristaltik menurun terjadi keluhan mual dan nyeri (masalah keperawatan defisit
nutrisi).
Peradangan Pada Pleura dapat meningkatkan preamibilitas kapiler dan
gangguan absorbi getah bening ekstravasesi cairan ke rongga pleura terjadi eksudat
didalam rongga pleura mengganggu organisasi jaringan pleura perletakan vibrosa
pleura parietal-viseral atau pleura bagian luar dan pleura bagian dalam terjadi
fibrotoraks dan terjadi hambatan mekanisme terjadi gesekan pada pleura saat
bernafas dan nyeri pleuritis (MK: nyeri akut).
Efusi pleura menyebabkan respon inflamasi sehingga pelepasan mediator
kimia menyebabkan histamine dan substansi pirogenik maka suhu tubuh meningkat
dan terjadinya demam (masalah keperawatan hipertermia). Inflamasi juga
menyebabkan peningkatan preabilitas kapiler terjadi eksudat purulen pada bronkus.
Dapat menyebabkan sesak napas (MK: pola napas tidak efektif) eksudat juga
menimbulkan terjadi produksi sekret dan kemampuan batuk efektif menurun (masalah
keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif). Dan juga dapat menyebabkan
gangguan ventilasi, difusi, distribusi dan transfortasi oksigen maka terjadi pao2
menurun dan pco2 meningkat (MK: Gangguan Pertukaran Gas)
H. Pathway
Gagal jantung kongestif Penyakit hati dan ginjal Peradangan pada pleura/pleuritis
parietal-viseral
hidrothoraks Fibrotoraks
Hambatan mekanisme
Efusi Pleura
Gesekan pada pleura saat
bernafas
Pengumpulan cairan dalam rongga pleura
Respon inflamasi
Nyeri pleuritis
Ekspansi paru terbatas
Pelepasan mediator kimia
Gangguan fungsi paru MK: Nyeri akut
Ventilasi terganggu
Histamine dan subtansi
Peningkatan preaibilitas
pirogenik
kapiler
Suhu tubuh meningkat Efek hiperventilasi
Eksudat purulen pada bronkus Sesak napas
Terjadi demam Produksi asam lambung
meningkat, peristaltik menurun
Peningkatan produksi sekret Gangguan ventilasi, difusi,
distribusi dan transportasi O2 MK: Pola
MK: Hipertermia napas tidak Mual, nyeri lambung
Penurunan kemampuan batuk efektif
efektif Pa O2 PCO2
MK: Defisit nutrisi
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Pasien tampak sesak nafas
b. Tingkat kesadaran : Composmentis
c. TTV
RR : Takhipnea
N : Takhikardia
S : Jika ada infeksi bisa hipertermia
TD : Bisa hipotensia
d. Kepala : Mesochepal
e. Mata : Conjungtiva anemis
f. Hidung : Sesak nafas, cuping hidung
g. Dada : Gerakan pernafasan berkurang
h. Pulmo (paru-paru )
Inspeksi : Terlihat ekspansi dada simetris, tampak sesak nafas
tampak penggunaan otot bantu nafas
Palpasi : Vokal Fremitus menurun
Perkusi : Pekak (skonidulnes), redup
Auskultasi : Bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas
bagian yang terkena
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan torak sinar
Terlihat :
- sudut kostofrenik tumpul
- obstruksi diafragma sebagian “putih” komplet (opaqul densitas) pada area yang sakit
b. Torasintesis
Mengambil cairan efusi dan untuk melihat jenis cairannya serta adakah bakteri
dalam cairan.
c. Biopsi pleura
Jika penyebab efusi adalah Ca untuk menunjukan adanya keganasan.
d. GDA
variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi gangguan mekanis
pernafasan, dan kemampuan mengkompensasi PaCO2 kadang-kadang meningkat
PaO2 mungkin normal atau menurun, saturasi O2 biasanya menurun.
6. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neuroplasma)
2. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernapas,
kelemahan otot pernapasan)
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
4. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mencerna makanan
5. Hipertermia b.d Proses penyakit infeksi
2. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
1 Nyeri akut b.d agen cidera Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
fisiologis (mis. Inflamasi, (L.08066) (I.08238)
iskemia, neuroplasma) Setelah dilakukan Observasi:
(D. 0078) asuhan keperawatan Identifikasi lokasi,
Definisi : selama 1x8 jam karakteristik, durasi,
Pengalaman sensorik atau diharapkan Tingkat frekuensi, kualitas,
emosional yang berkaitan nyeri Menurun dengan intensitas nyeri
dengan kerusakan jaringan kriteria hasil: Identifikasi skala nyeri
aktual atau fungsional, dengan 1. Keluhan nyeri
Identifikasi respons
onset mendadak atau lambat menurun nyeri non verbal
dan berintensitas ringan hingga 2. Ekspresi meringis Identifikasi faktor yang
berat yang berlangsung kurang berkurang
memperberat dan
dari 3 bulan.
3. Rasa gelisah memperingan nyeri
Batasan karakteristik:
berkurang Identifikasi
Gejala dan tanda mayor
4. TTV dalam pengetahuan dan
Subjektif
rentang normal keyakinan tentang
1. Mengeluh nyeri
nyeri
Objektif
Identifikasi pengaruh
1. Tampak meringis
nyeri pada kualitas
2. Bersikap protektif (mis.
hidup
Waspada,posisi menghindari
Monitor efek samping
nyeri)
penggunaan analgetik
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat Terapeutik:
5. Sulit tidur
Berikan teknik
Gejala dan tanda minor
nonfarmakologi untuk
Subjektif
mengurangi rasa nyeri
(tidak tersedia)
Kontrol lingkungan
Objektif
yang memperberat
1. Tekanan darah meningkat
rasa nyeri
2. Pola napas berubah
Fasilitasi istirahat dan
3. Nafsu makan berubah
tidur
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri Pertimbangkan jenis
Andina dan Yuni, 2017. Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesipnal, Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Jakarta:EGC
Nuha Medika.