Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PBL

(PROBLEM BASED LEARNING)


“ EFUSI PLEURA “

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Medikal


Bedah Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
KELOMPOK III

Ainun Jariah, S. Kep NIM: 11194692010088


Devi Oktapia, S. Kep NIM: 11194692010089
Hifzhi Padliannor, S. Kep NIM: 11194692110103
Yahayu, S. Kep NIM: 1119469110127

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan berkatNya, laporan hasil diskusi Problem Based Learning (PBL) ini
dapat terselesaikan. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Cynthia
Eka F. Tjomiadi, S.Kep., Ns., MNS selaku dosen pembimbing dalam diskusi
PBL ini, sehingga diskusi dapat berjalan dengan lancar. Ucapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang ikut serta dalam
lancarnya pembuatan laporan hasil PBL ini.
Dalam diskusi kali ini, penulis membahas mengenai kasus seorang pria
berumur 55 tahun, dirawat diruang penyakit dalam dengan nyeri di dekat ulu hati.
saat beristirahat.

Penulis ingin mengucapkan permintaan maaf apabila dalam laporan hasil


diskusi PBL ini terdapat kata-kata yang kurang berkenan dalam penulisan
sebuah laporan. Penulis membuka diri atas kritik dan saran dari para
pembaca, guna mengembangkan penulis dalam membuat laporan yang lebih
baik di masa depan. Semoga laporan hasil diskusi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Banjarmasin, 21 Oktoer 2021

Kelompok III
LATAR BELAKANG

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan


dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi di kapiler dan pleura viseralis.
Efusi pleura merupakan suatu kelainan yang mengganggu sistem pernapasan.
Efusi pleura bukanlah diagnosis dari suatu penyakit, melainkan hanya gejala atau
komplikasi dari suatu penyakit. Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana
terdapat cairan berlebihan di rongga pleura, jika kondisi ini dibiarkan akan
mengakibatkan penderitanya mengalami gangguan pola nafas (Somantri, 2009)..
Menurut World Health Organization (WHO) efusi pleura merupakan suatu
gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa. Secara geografis penyakit ini
terdapat di seluruh dunia, bahkan menjadi problem di negara – negara yang
sedang berkembang termasuk Indonesia. Di Amerika Serikat, setiap tahunnya
terjadi 1,5 juta kasus efusi pleura. Sementara pada populasi umum secara
internasional diperkirakan setiap 1 juta orang, 3000 orang terdiagnosis efusi
pleura. Di negara – negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal
jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri. Di negara
sedang berkembang seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi
tuberkulosis. Di Indonesia kasus efusi pleura mencapai 2,7 % dari penyakit 2
infeksi saluran napas lainnya.
Efusi pleura dapat berupa transudat atau eksudat. Transudat terjadi karena
adanya peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada payah jantung
kongestif. Keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari
pembuluh. Transudasi juga dapat terjadi pada hipoproteinemia, contohnya pada
penyakit hati dan ginjal, atau penekanan tumor pada vena kava. Eksudat timbul
sekunder dari peradangan atau keganasan pleura, dan akibat peningkatan
permeabilitas kapiler atau gangguan absorbsi getah bening. Jika efusi pleura
mengandung nanah, disebut empiema. Empiema diakibatkan oleh perluasan
infeksi dari struktur yang berdekatan dan merupakan komplikasi dari pneumonia,
abses paru atau perforasi karsinoma ke dalam rongga pleura. Empiema yang
tidak ditangani dengan drainage yang baik dapat membahayakan dinding
thoraks. Eksudat yang mengalami peradangan akan mengalami organisasi, dan
terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan visceral. Ini disebut sebagai
fibrothoraks. Jika 3 fibrothoraks luas maka dapat menimbulkan hambatan
mekanisme yang berat pada jaringan – jaringan yang terdapat dibawahnya
(Saferi&Mariza, 2013).
Gejala yang sering timbul pada efusi pleura adalah sesak nafas. Nyeri bisa
timbul akibat efusi yang banyak berupa nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul
bergantung pada jumlah akumulasi cairan. Efusi pleura yang luas akan
menyebabkan sesak nafas yang berdampak pada pemenuhan kebutuhan
oksigen, sehingga kebutuhan oksigen dalam tubuh kurang terpenuhi. Hal
tersebut dapat menyebabkan metabolisme sel dalam tubuh tidak seimbang. Oleh
karena itu, diperlukan pemberian terapi oksigen (Morton, Fontaine, Hudak, Gallo,
2013). Dari penjelasan diatas maka efusi pleura dapat menyebabkan
ketidakefektifan pola napas karena adanya akumulasi cairan didalam rongga
pleura visceralis dan parietalis sehingga menyebabkan penurunan ekspansi
paru. Pada saat paru klien mengalami penurunan ekspansi, maka oksigen yang
diperlukan akan menjadi sedikit sehingga klien akan berusaha untuk bernapas
dengan cepat (takipnea) supaya oksigen yang diperoleh menjadi maksimal.
Ketidakefektifan pola napas ditandai dengan adanya dispnea, takipnea,
perubahan kedalaman pernapasan, sianosis, perubahan pergerakan dinding
dada (Somantri, 2012)
LAPORAN TUTORIAL KLINIK

TAHAP 1 : KASUS

Klien Tn. U, 55 tahun, RMK 1 48 XX XX, alamat Desa Tarung Manuah, sudah
kawin, suku Dayak/Indonesia, MRS ruang penyakit dalam tanggal 12 Oktober
2021, pukul 09.00 dengan diagnose Efusi Pleura. Hasil assessment awal jam
10.00 didapatkan data sbb:

A. Anamnesa
1) Keluhan utama :
Pasien mengatakan bahwa pasien merasa nyeri di dekat ulu hati

P : pasien mengatakan bahwa pasien mengeluh nyeri ketika pasien


istirahat sehingga membuat pasien tidak dapat tidur
Q : pasien mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan pasien seperti di
tusuk-tusuk
R : pasien mengatakan bahwa pasien merasakan lokasi nyeri di dekat
nyeri ulu hati
S : 5 (0-10)
T : pasien mengatakan bahwa nyeri pasien hilang timbul

2) Riwayat penyakit sekarang :


Keluarga pasien mengatakan bahwa sebelum di bawakan ke RSUD Ulin
Banjarmasin , pasien mengeluh nyeri dada yang seperti tertimpa beban
berat saat pasien beraktivitas yang datang hilang timbul. Keluarga pasien
juga mengeluh jika pasien sudah sekitar 1 minggu tidak BAB. Keluarga
pasien mengatakan pada tanggal 12 oktober, pasien sering merasakan
sakit perut di dekat ulu hati, sering merasa mual dan memuntahkan
makanan ± 10 x/hari dan mual -mual yang membuat keluarga panik dan
membawa pasien berobat ke RSUD Ulin Banjarmasin

3) Riwayat penyakit dahulu :


Pasien mengatakan bahwa pasien memiliki riwayat penyakit gastritis yang
menyebabkan pasien masuk rumah sakit sekitar 3 tahun yang lalu

4) Riwayat penyakit keluarga :


Pasien mengatakan bahwa tidak ada keluarga pasien yang memiliki
Riwayat penyakit yang sama seperti pasien.

B. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Tanda – tanda vital
TD : 120/86 mmHg
Nadi : 94
Respirasi : 21
T : 36.40C
SPO2 : 97 % terpasang oksigen
Tingkat Kesadaran : Samnolen
GCS : E:3 ; V: 2; M: 6 = 11
TB pasien selama di RS : 155 cm
BB pasien selama di RS : 31 kg
IMT Pasien selama di RS : 12,90 (Indeks Massa Tubuh pasien
kurang)
b. Kulit
Kulit Pasien tampak pucat dan kering, teraba lembab, turgor kulit < 2 detik,
CRT < 2 detik,
c. Kepala dan Leher
Di kepala pasien tampak normal, tidak ada pembesar limfa,

d. Penglihatan dan Mata


Mata pasien tampak simetris, sklera mata tidak ikterik, pupil isokor,
konjungtiva tampak ikterik dan tidak ada gangguan penglihatan.
e. Penciuman dan Hidung
Hidung pasien tidak ada secret, tidak ada polip, tidak ada cuping hidung,
pasien dapat mencium aroma minyak kayu putih, dan pasien tidak
menggunak alat bantu napas.

f. Pendengaran dan Telinga


Telinga pasien tampak simetris dan bersih, tidak ada cairan yang keluar
dari telinga pasien, dan pasien masih dapat mendengar suara perawat
maupun keluarga.

g. Mulut dan Gigi


Warna bibir pasien kemerahan, mukosa bibir pasien kering, tidak ada
mucositis, kondisi umum gigi pasien tampak bersih

h. Dada dan Pernafasan


Inspeksi : Bentuk dada pasien tampak gerakan dinding dada
pasien tampak tertinggal di sisi dextra, pola pernapasan
lambat

Palpasi : tidak ada getaran taktil primitus disisi dextra .

Perkusi : sonor di dada atas dextra dan pekak di bagian tengah


dextra.

Superior

Sonor Sonor

Sinistra Redup Pekak Dextra

Redup Redup

Inferior

Auskultasi : terdengar suara stridor inspirasi di dada


dextra dan sinistra pasien

Superior

Vesikuler Vesikuler

Redup Tidak
Sinistra terdengar Dextra

jelas

Redup redup

Inferior

i. Jantung dan Sirkulasi:


Inspeksi : tidak ada sianosis, tidak ada lesi dan iktus
kordis tidak telihat

Palpasi : iktus kordis teraba dan ada getaran taktil


primitus disisi sinistra
Perkusi : batas jantung normal dan tidak
ada pelebaran pada jantung

Auskultasi : bunyi jantung I-II normal dan


tidak ada suara bunyi jantung
tambahan

Sirkulasi : respirasi pasien teraba cepat dan dangkal dan


nadi teraba cepat kuat

j. Abdomen

Diisi hasil pengkajian yang meliputi:

Inspeksi : Perut tidak ada mengalami perbesaran,

Auskultasi : bising usus 6x/menit

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : timpani

k. Genetalia dan Reproduksi


Pasien berjenis kelamin lelaku dan sudah menikah dan genetalia
pasien tampak bersih, di sekitar tulang selangkangan pasien sebelah
dextra terdapat sebuat benjolan seperti telor puyuh Ɵ ±3 cm.

l. Ekstremitas Atas dan Bawah


Ekstremitas superior dan inferior sinistra dapat bergerak melawan
gravitasi dan melawan sedikit tahanan, ekstremitas superior dextra
hanya dapat bergerak jika ada kontraksi otot, sedangkan ekstremitas
inferior dextra tidak dapat bergerak.

Superior

Sinistra 4444 1111 Dextra


4444 1111

Inferior
C. Kebutuhan Fisik, Psikologi, Sosial dan Spiritual
a. Aktivitas dan Istirahat (di rumah/ sebelum sakit dan
di rumah sakit/ saat sakit)

Di Rumah : Pasien selama di rumah dapat melakukan aktivitas


secara mandiri dan istirahat cukup 7 jam sehari.

Di RS : Pasien selama di rumah sakit tidak dapat melakukan


aktivitas dan harus dibantu oleh keluarga dan istirahat
pasien terganggu. Keluarga pasien mengatakan
pasien tidak bisa tidur kemaren malam.

b. Personal Hygiene
Di Rumah : Pasien selama di rumah dapat melakukan personal
hygiene secara mandiri, mandi 2 kali sehari, mampu
berpakaiai secara mandiri

Di RS : Pasien selama di rumah sakit dapat melakukan


personal hygiene secara mandiri dan harus dibantu
oleh keluarga. Pasien hanya diseka dengan tisu ± 4-
5 kali setiap hari.

c. Nutrisi
Di Rumah : Sebelum pasien sakit, pasien makan 3 kali sebanyak
10 sendok makan dan minum 2-3 liter perhari.

Di RS : keluarga pasien mengatakan bahwa


pasien makan bubur ± 250 cc perhari
dan minum ± 8 gelas perhari dan
kurang nafsu makan. Makanan yang
disediakan tidak habis.

d. Eliminasi (BAB dan BAK)


Di Rumah : BAB : sebelum sakit BAB pasien normal 3 kali/hari
dalam konsitas lembek
BAK : sebelum sakit BAK pasien normal 3-5 kali/hari
± 1000 cc/hari
Di RS : BAB : setelah sakit BAB pasien tidak normal 3
kali/minggu dalam konsitas keras

BAK : setelah sakit pasien menggunakan pampers


dan BAK pasien sering sehingga berat popok
± 1 kg dalam 2 kali ganti /hari.

e. Seksualitas

Keluarga pasien mengatakan pasien sudah dirawat di rumah sakit ±


2 minggu sehingga selama masa pengobatan seksualitas pasien
belum terpenuhi

f. Psikososial

Psikologis:

Skala Cemas (Hamilton Rating Scale for Anxiety/ HARS) :

Skor
No Pertanyaan
0 1 2 3 4

1 Perasaan Ansietas

- Cemas √

- Firasat Buruk

- Takut Akan Pikiran Sendiri

- Mudah Tersinggung

2 Ketegangan

- Merasa Tegang

- Lesu √

- Tak Bisa Istirahat Tenang √

- Mudah Terkejut

- Mudah Menangis √

- Gemetar √
- Gelisah √

3 Ketakutan

- Pada Gelap

- Pada Orang Asing

- Ditinggal Sendiri

- Pada Binatang Besar

- Pada Keramaian Lalu Lintas

- Pada Kerumunan Orang Banyak

4 Gangguan Tidur

- Sukar Masuk Tidur √

- Terbangun Malam Hari √

- Tidak Nyenyak √

- Bangun dengan Lesu √

- Banyak Mimpi-Mimpi

- Mimpi Buruk

- Mimpi Menakutkan

5 Gangguan Kecerdasan

- Sukar Konsentrasi √

- Daya Ingat Buruk √

6 Perasaan Depresi

- Hilangnya Minat

- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi

- Sedih √

- Bangun Dini Hari √

- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari

7 Gejala Somatik (Otot)

- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot √


- Kaku √

- Kedutan Otot

- Gigi Gemerutuk

- Suara Tidak Stabil √

8 Gejala Somatik (Sensorik)

- Tinitus

- Penglihatan Kabur

- Muka Merah atau Pucat

- Merasa Lemah √

- Perasaan ditusuk-Tusuk

9 Gejala Kardiovaskuler

- Takhikardia

- Berdebar

- Nyeri di Dada

- Denyut Nadi Mengeras √

- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan

- Detak Jantung Menghilang (Berhenti

Sekejap)

10 Gejala Respiratori

- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada

- Perasaan Tercekik

- Sering Menarik Napas √

- Napas Pendek/Sesak √

11 Gejala Gastrointestinal

- Sulit Menelan √

- Perut Melilit

- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan √

- Perasaan Terbakar di Perut

- Rasa Penuh atau Kembung √

- Mual

- Muntah

- Buang Air Besar Lembek

- Kehilangan Berat Badan

- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi) √

12 Gejala Urogenital

- Sering Buang Air Kecil √

- Tidak Dapat Menahan Air Seni √

- Amenorrhoe √

- Menorrhagia

- Menjadi Dingin (Frigid)

- Ejakulasi Praecocks

- Ereksi Hilang

- Impotensi

13 Gejala Otonom

- Mulut Kering √

- Muka Merah

- Mudah Berkeringat √

- Pusing, Sakit Kepala √

- Bulu-Bulu Berdiri

14 Tingkah Laku Pada Wawancara

- Gelisah √

- Tidak Tenang √

- Jari Gemetar √
- Kerut Kening √

- Muka Tegang

- Tonus Otot Meningkat

- Napas Pendek dan Cepat √

- Muka Merah √

Total Skor 37 = kecemasan berat

Total Skor:

Keterangan: kurang dari 14 = tidakada


kecemasan
Skor: 0 = tidak ada
14 – 20 = kecemasan
1 = ringan ringan
2 = sedang 21 – 27 = kecemasan
sedang
3 = berat
28 – 41 = kecemasan
4 = berat sekali
berat

42 – 56 = kecemasan
berat sekali

Sosial : pasien selalu ditemani oleh keluarga pasien, hubungan pasien bersama
dokter ataupun perawat ti baik

g. Spiritual

Selama sakit pasien agak kesulitan menjalankan sholat 5 waktu di


karenaka pasien lebih banyak tirah baring, selalu berdoa untuk
kesembuhannya
Nama Dosis Cara Komposisi Golonga Indikasi/ Efek
No Obat Pemberian n Kontraindikasi Samping
(Isi) Obat
1. NaCl Dosis IV NaCI 0.9%. Obat NaCl 0.9% merupakan Detak jantung
tergantung Setiap 500 mL Keras sediaan infus steril yang cepat
pada usia, berat mengandung : mengandung elektrolit demam
badan, kondisi 4,5 Natrium untuk mengganti cairan gatal-gatal atau
klinis, dan Klorida (NaCl) tubuh yang hilang karena ruam
penentuan hasil Air untuk injeksi beberapa faktor, suara serak
laboratorium ad 500 mL misalnya dehidrasi,kerja iritasi
pasien. otot jantung serta nyeri sendi,
menjaga keseimbangan kaku, atau
kadar air dalam tubuh. bengkak
dada sesak
pembengkakan
pada wajah,
bibir,
tenggorokan,
atau lidah
2. Sukralfat Suspensi 500 Injeksi IV Sucralfate 500 Obat Untuk mengatasi tukak Konstipasi,
mg/5 cc mg resep lambung, ulkus sakit kepala,
duodenum, atau gastritis mulut kering,
kronis. Obat ini akan pusing, diare,
menempel di bagian insomnia, perut
lambung atau usus yang kambung, mual
luka dan melindunginya muntah.
dari asam lambung,
enzim pencernaan, dan
garam empedu.
3. Omeprazole Dosisnya 40 Injeksi IV Tiap ml Resep Merupakan terapi pilihan Sakit kepala,
mg, sehari mengandung: Dokter untuk kondisi-kondisi diare, nyeri
sekali. Omeprazole berikut yang tidak dapat abdomen, mual,
sodium 42,6 mg menerima pengobatan muntah, infeksi
setara dengan peroral: ulkus duodenum, saluran nafas
omeprazole 40 ulkus gaster, esofagitis atas, vertigo,
mg ulseratif dan sindrom ruam,
Zolinger-Ellison. konstipasi,
batuk, astenia,
nyeri tulang
belakang, dan
lain-lain.
4. Ondansetron Ondansetron 16 Injeksi IV Ondansetron 4 Obat Untuk mencegah serta Gangguan
mg. mg/2 mL, Resep mengobati mual dan pencernaan,
Ondansetron 8 muntah yang bisa seperti diare
mg/4 mL. disebabkan oleh efek dan sembelit.
samping kemoterapi, Mual dan
radioterapi, atau operasi. muntah.
Obat ini hanya boleh Pusing, sakit
dikonsumsi dengan resep kepala, dan
dokter. gangguan tidur.
5. NAC Harus dengan Oral Acetylcysteine Obat Untuk mengencerkan Mual muntah,
resep dokter 200 mg Resep dahak pada beberapa sakit perut,
3x1 dalam 1 kondisi, seperti asma, pilek, sariawan,
kapsul atau PPOK. demam.
Terapi farmakologi
TAHAP 2 : HYPOTESIS

No. DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS: Agen cidera fisiologis Nyeri Akut (D. 0077)
- Pasien mengatakan bahwa inflamasi
pasien merasa nyeri di dekat
ulu hati
P : pasien mengatakan
bahwa pasien mengeluh
nyeri ketika pasien
istirahat sehingga
membuat pasien tidak
dapat tidur
Q : pasien mengatakan
bahwa nyeri yang
dirasakan pasien seperti
di tusuk-tusuk
R : pasien mengatakan
bahwa pasien merasakan
lokasi nyeri di dekat nyeri
ulu hati
S : 5 (0-10)
T: pasien mengatakan
bahwa nyeri pasien hilang
timbul
- Keluarga pasien mengatakan
pasien tidak bisa tidur.

DO:
- Pasien tampak gelisah
- Hasil foto thorax menunjukan
cor dan pulmo saat ini dalam
batas normal dan efusi pleura
sinistra
- Cairan pleura sebanyak 200
cc warna kekuningan
2 DS: Penurunan kekuatan otot Gangguan mobilitas fisik
- Pasien mengatakan lemas (D.0054)
- Pasien mengatakan kurang
nafsu makan

DO:
- ADL dibantu kelurga
- GCS : 11 ( Samnolen )
- Skala otot

4444 1111
4444 1111
3 DS: Faktor psikologis Defisit nutrisi (D.0019)
- Pasien mengatakan (keengganan untuk makan)
kurang nafsu makan
- keluarga pasien
mengatakan bahwa
pasien makan bubur ±
250 cc perhari dan
minum ± 8 gelas perhari
- pasien kurang nafsu
makan
DO:
- makanan yang
disediakan tidak habis
- pasien tampak lemas
- IMT Pasien selama di
RS : 12,90 (Indeks
Massa Tubuh pasien
kurang)

TAHAP 3 MECHANISM

1. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis inflamasi


2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
2. Pathway
Gagal jantung kongestif Penyakit hati dan ginjal Peradangan pada pleura/pleuritis

Tekanan pulmonalis meningkat Hipoproteinemia Peningkatan preamibilitas kapiler

Gangguan absorbs getah bening


Transport zat membrane terganggu
Ketidakseimbangan tekanan hidrostatik Ekstravasesi cairan ke rongga pleura
dan onkotik

Peningkatan premeabilitas kapiler pleura Eksudat kedalam rongga pleura


Transudasi cairan dan kapiler pleura ke
rongga pleura
Shif cairan dari intravaskular ke rongga pleura Organisasi jaringan pleura

Perlekatan vibrosa pleura

parietal-viseral
hidrothoraks Fibrotoraks

Hambatan mekanisme
Efusi Pleura
Gesekan pada pleura saat
Pengumpulan cairan dalam rongga pleura bernafas
Respon inflamasi
Nyeri pleuritis
Ekspansi paru terbatas
Pelepasan mediator kimia
Gangguan fungsi paru MK: Nyeri akut

Ventilasi terganggu
Histamine dan subtansi Peningkatan preaibilitas
pirogenik
kapiler
Suhu tubuh meningkat Efek hiperventilasi
Eksudat purulen pada bronkus Sesak napas
Terjadi demam Produksi asam lambung
meningkat, peristaltik menurun
Peningkatan produksi sekret Gangguan ventilasi, difusi,
distribusi dan transportasi O2 MK: Pola
MK: Hipertermia napas tidak Mual, nyeri lambung
Penurunan kemampuan batuk efektif
efektif Pa O2 PCO2
MK: Defisit nutrisi

MK: bersihan jalan MK:Gangguan


napas tidak efektif pertukaran gas (Somantri, 2012)
TAHAP 4 MORE INFO

Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium (19/10/2021)

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN METODA

HEMATOLOGI

Hemoglobin 10,4 12,0-16,0 d/dl Colorimetric

Leukosit 7,3 4,0- 10,5 ribu/ul Impedance

Eritrosit 4,59 4,00- 5,30 juta/ul Impedance

Hematokrit 31,3 37,0-47,0 % Analizer calculates

Trombosit 284 150-450 ribu/ul Impedance

RDW-CV 27,0 12.1-14,0 % Analizer calculates

MCV,MCH,MCHC

MCV 68,2 75,0-96,0 fl Analizer calculates

MCH 22,7 28,0-32,0 pg Analizer calculates

MCHC 33,2 33,0-37,0 % Analizer calculates

HITUNGAN JENIS

Basophil % 0,1 0,0-1,0 %

Eosonofil % 2,9 1,0-3,0 %

Neutrofil % 81,8 50,0-81,0 % Impedance

Limfosit % 9,6 20,0-40,0 % Impedance

Monosit% 5,6 2,0-8,0 %

Basophil # 0,01 <1,00 ribu/ul

Eosonofil # 0,21 <3,00 ribu/ul

Neutrofil # 5,97 2,50-7,00 ribu/ul Impedance


Limfosit # 0,70 1,25-4,00 ribu/ul Impedance

Monosit# 0,41 0,30-1,00 ribu/ul

ELEKTROLIT

Natrium 135 136-145 Meq/L ISE

Kalium 3,4 3,5-5,1 Meq/L ISE

Clorida 106 98-108 Meq/L ISE

2. Pemeriksaan Rontgen dan CT-Scan

a. Rontgen Thorak (04/10/2021) Massa Paru Dextra Lobus Suption Anterior

Kesan : efusi pleura sinistra

3. LABORATORIUM PATALOGI ANATOMI

Makroskopis : cairan sebanyak 250 cc, warna kekuningan .


Mikroskopis : hapusan terdiri atas eritrosit dan beberapa sel limfoid.
Kesimpulan : sitology cairan pleura
Tidak mengandung sel ganas
TAHAP 5 DON’T KNOW

1. Mengapa terjadinya terjadinya efusi pleura ?


Jawaban :
Karena keadaan dimana terdapatnya cairan yang berlebihan jumlahnya di dalam
cavum pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan
dan reabsrobsi (penyerapan) cairan pleura ataupun adanya cairan cavum pleura
yang volumenya melebihi batas normal.
2. Apakah efusi pleura dapat menular seperti TBC
Jawaban :
Efusi pleura merupakan penyakit sekunder dari TBC, hal ini terjadi karena iritasi
dari selaput pleura yang menyebabkan gangguan permeabilitas membrane
sehingga menurunkan tekanan onkotik yang menyebabkan cairan masuk ke
dalam rongga pleura. Efusi pleura tidak dapat menularkan seperti TBC ( kecuali
terpapar cairan efusinya )
3. Apakah cairan efusi pleura bisa dapat kambuh lagi ?
Jawaban :
Selama masih ada gangguan pada paru, efusi pleura yang telah disedot atau
dikeluarkan masih dapat kambuh lagi karena cairan tersebut memang secara
normal di produksi oleh tubuh
4. Komplikasi apa saja yang terjadi pada orang penderita efusi pleura
Jawaban :
Komplikasi yang terjadi pada penderita efusi pleura adalah atelectasis, yaitu
kerusakan pada paru akibat alveolus tidak terisi udara. Empyema yaitu
kumpulan nanah di rongga pleura. Pneumothorax, yaitu penumpukan udara
pada rongga pleura.
5. Apa etiologi dari efusi pleura
Jawaban :
Efusi pleura terjadi akibat peningkatan tekanan di pembuluh darah atau
rendahnya kadar protein di dalam darah, sehingga cairan meresmbes ke pleura.
Sejumlah penyakit yang sering menjadi penyebab kondisi ini adalah gagal
jantung kongestif, sirosis hati, keganasan atau kanker, emboli paru,
hipoalbuminea, dan gangguan ginjal seperti nefrotik.
6. Berapakah klasifikasi dari efusi pleura ?
Jawaban :
Klasifikasi efusi pleura ada 2, yaitu efusi transudatif dan efusi pleura
eksudatif. Efusi pleura transudatif merupakan efusi pleura yang berjenis efusi
transudate. Efusi pleura transudatif dapat disebakan berbagai faktor antara
lain disebabkan oleh gagal jantung kongestif, emboli pada paru, sirosis hati
atau yang merupakan penyakit pada intraabdominal, dialisis peritoneal,
hipoalbuminemia, sindrom nefrotik, glomerulonefritis akut, retensi garam
maupun setelah pembedahan jantung. Sedangkan Efusi pleura eksudatif
merupakan jenis cairan eksudat yang terjadi akibat adanya peradangan atau
proses infiltrasi pada pleura maupun jaringan yang berdekatan dengan
pleura. Selain itu adanya kerusakan pada dinding kapiler juga dapat
mengakibatkan terbentuknya cairan yang mengandung banyak protein keluar
dari pembuluh darah dan berkumpul pada rongga pleura. Penyebab efusi
pleura eksudatif juga bisa di sebabkan oleh adanya bendungan pada
pembuluh limfe. Penyebab lainnya dari efusi pleura eksudatif yaitu adanya
neoplasma, infeksi, penyakit jaringan ikat, penyakit intraabdominal dan
imunologik.

TAHAP 6 LEARNING ISSUE


TAHAP 7 PROBLEM SOLVING
1. Hasil Telaah Literatur
Laporan Pendahuluan
Efusi Pleura
A. Anatomi

Gambar Anatomi Fisiologi Pleura (Sugeng Bambang, 2011).


Pleura adalah suatu membrane serosa yang melapisi permukaan dalam
dinding thoraks di bagian kanan dan kiri, melapisi permukaan superior diafragma
kanan dan kiri, melapisi mediastinum kanan dan kiri (semuanya disebut pleura
parietalis), kemudian pada pangkal paru, membrane serosa ini berbalik melapisi paru
(pleura viseralis) pleura viseralis dapat berinvaginasi mengikuti fisura yang terbagi
pada setiap lobus paru (Darmanto, 2016).

Pleura merupakan lapisan pembungkus paru. Di mana antara pleura yang


membungkus pulmo dekstra dan sinistra dipisahkan oleh adanya mediastinum.
Pleura dari interna ke eksterna terbagi atas 2 bagian :
1. Pleura viseralis
adalah pleura yang berada pada permukaan paru, terdiri dari satu lapis sel
mesothelial yang tipis < 30µm yang terletak di permukaan bagian luarnya.
Terdapat sel-sel limfosit yang berada diantara celah-celahnya. Endopleura yang
berisikan fibrosit dan histiosit berada di bawah sel-sel mesothelial, dan di
bawahnya merupakan lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat
elastis. Sedangkan pada lapisan paling bawah terdapat jaringan interstitial
subpleura, didalamnya banyak mengandung pembuluh darah kapiler.
2. Pleura Parietalis yaitu bagian pleura yang berbatasan dengan dinding thoraks.
Pleura parietalis yaitu pleura yang letaknya berbatasan dengan dinding
thorax, memiliki jaringan yang lebih tebal yang tersusun dari sel-sel mesothelial
dan juga tersusun dari jaringan ikat seperti kolagen dan elastis. Sedangakan jika
pada jaringan ikat tersebut banyak tersusun kapiler dari intercostalis dan
mamaria interna, pada pembuluh limfe banyak terdapat reseptor saraf sensoris
yang sangat peka terhadap rangsangan rasa sakit dan juga perbedaan
temperature. Yang keseluruhannya tersusun dari intercostalis pada dinding dada
dan alirannya pun akan sesuai dengan dermatom dada. Sehingga dapat
mempermudah dinding dada yang berada di atasnya menempel dan melepas.
Sehingga berfungsi untuk memproduksi cairan pleura.
Kedua lapisan pleura tersebut saling berkaitan dengan hilus pulmonalis yang
berfungsi sebagai penghubung pleura (ligament pulmonalis). Pada lapisan pleura
ini terdapat rongga yang dinamakan cavum pleura. Cavum pleura memiliki sedikit
kandungan cairan pleura yang berfungsi untuk menghindari adanya gesekan
antar pleura saat sedang melakukan proses pernapasan (Saferi & Mariza, 2013).

B. Fisiologi
Pleura memiliki fungsi mekanik yaitu melanjutkan tekanan negative thorax ke
daerah paru-paru, sehingga paru dapat mengembang karena elastis. Dalam waktu
istirahat (resting pressure) tekanan H2O dalam pleura adalah sekitar -2 sampai -5
cm, sedikit bertambah negative di apex saat dalam posisi berdiri. Saat inspirasi
tekanan negative dalam pleura meningkat menjadi -25 sampai -35 H2O. Selain
fungsi mekanik, rongga pleura steril karena mesothelial mampu bekerja melakukan
fagositesis benda asing dan cairan dalam rongga pleura yang diproduksi bertindak
sebagai lubrikans.
Cairan dalam rongga pleura sangatlah sedikit, sekitar 0,3 ml/kg, bersifat
hiponkotik dengan konsentrasi protein dalam cairan sekitar 1 gr/dl. Produksi dan
reabsorbsi cairan di rongga pleura kemungkinan besar juga dipengaruhi oleh
gerakan pernafasan dan gravitasi paru. Lokasi reabsorbsi terjadi pada pembuluh
limfe pleura parietalis dengan kecepatan 0,1 sampai 0,5 ml/kg/jam. Bila terjadi
gangguan produksi dan reabsorbsi maka akan mengakibatkan terjadinya efusi pleura
(Saferi & Mariza, 2013).

C. Pengertian
Efusi pleura merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan adanya
penumpukan cairan pada rongga pleura yang berada di permukaan pleura visceral
dan pleura pariental. Efusi pleura adalah penyakit primer yang termasuk jarang terjadi
akan tetapi terhadap penyakit lain efusi pleura merupakan penyakit sekunder. Selain
berisi cairan, dalam efusi pleura juga terdapat penumpikan pus dan darah. Efusi
pleura merupakan salah satu penyakit yang dapat mengancam jiwa (Saferi & Mariza,
2013)
Seorang pasien dapat di diagnosa efusi pleura apabila jumlah cairan didalam
rongga pleura berakumulasi melebihi absorbsi cairan pleura. Normalnya, cairan
masuk mulai dari kapiler hingga parietalis. Selain itu cairan juga dapat memasuki
rongga pleura mulai dari ruang intrestisium paru hingga ke pleura viseralis atau dari
kavum paritonium melelui lubang kecil yang ada di daerah diapraghma. Saluran limfe
memiliki kemampuan penyerapan cairan sebesar 20 kali lebih besar dari keadaan
cairan yang dihasilkan dalam jumlah normal (Tamsuri, 2013). Akumulasi jumlah
cairan dirongga pleura dapat terjadi apabila adanya peningkatan tekanan hidrostatik
kapiler dalam darah seperti pada penyakit gagal jantung, atau jika terjadi tekanan
osmotic cairan pada darah seperti pada hipoalbuminemia. Efusi pleura juga dapat
terjadi jika tekanan dalam rongga pleura negative (turun) seperti pada atelectasis,
semua kelainan ini menimbulkan efusi pleura transudatif. Hal yang diperlukan di klinik
jika mencurigai adanya efusi pleura yaitu dengan kemampuan melakukan tindakan
torakosentesis dan kemampuan membedakan antara eksudat dan transudate
(Darmanto, 2016).

D. Etiologi/Penyebab
Kelebihan cairan pada rongga pleura disebabkan oleh satu dari 4 mekanisme dasar :
1. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
2. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
3. Penurunan tekanan osmotik koloid darah
4. Peningkatan tekanan negativ intrapleural
Penyebab effusi pleura:
1. Virus dan mikoplasma
Insidennya agak jarang bila terjadi jumlahnya tidak banyak.Contoh : Echo virus,
riketsia, mikoplasma, Chlamydia.

2. Bakteri piogenik
Bakteri berasala dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara hematogen.
Contoh aerob : strepkokus pneumonia, S.mileri,S.aureus, hemopillus,klabssiella.
Anaerob: bakteroides seperti peptostreptococcus, fusobacterium.
3. TB
Terjadi karena komplikasi TB paru melalui fokus subpleura yang robek atau melalui
aliran limfe, atau karena robeknya perkijuan kearah saluran limfe yang menuju
pleura.
4. Fungi
Sangat jarang terjadi, biasanya karena perjalanan infeksi fungi dari jaringan paru.
Contoh: aktinomiksis, koksidiomikosis. Asergilus, Kriptokokus, Histoplasma.
5. Parasit
Parasit yang dapat menginfeksi ke pleura hanya amoeba.Amoeba masuk dalam
bentuk tropozoid setelah melewati perenkim hati menembus diafragma terus ke
rongga pleura. Effusi terjadi karena amoeba menimbulkan peradangan .
6. Kelainan intra abdominal
Contoh : pancreatitis, pseudokista pancreas atau eksaserbasi akut, pancreatitis
kronis, abses ginjal.
7. Penyakit kalogen
Contoh : lupus eritematosus sistemik (SLE), arthritis rematoid(RA), sclerpderma.
8. Gangguan Sirkulasi
Contoh : gangguan CV (payah jantung), emboli pulmonal, hypoalbuminemia.
9. Neoplasma
Gejala paling khas adalah jumlah cairan effusi sangat banyak dan selalu
berakumulasi kembali dengan cepat.
10. Sebab-sebab lain. Seperti: trauma (trauma tumpul, laserasi, luka tusuk), uremia,
miksedoma, limfedema, reaksi dipersensitif terhadap obat, effusi pleura (Saferi
Andra, 2013) .

E. Klasifikasi
Menurut Darmanto (2016), ada beberapa factor yang menjadi penyebab dari efusi
pleura adalah sebagai berikut:
1. Effusi pleura transudat
Efusi pleura transudatif merupakan efusi pleura yang berjenis efusi
transudate. Efusi pleura transudatif dapat disebakan berbagai faktor antara lain
disebabkan oleh gagal jantung kongestif, emboli pada paru, sirosis hati atau yang
merupakan penyakit pada intraabdominal, dialisis peritoneal, hipoalbuminemia,
sindrom nefrotik, glomerulonefritis akut, retensi garam maupun setelah
pembedahan jantung.
2. Efusi Pleura Eksudatif
Efusi pleura eksudatif merupakan jenis cairan eksudat yang terjadi akibat
adanya peradangan atau proses infiltrasi pada pleura maupun jaringan yang
berdekatan dengan pleura. Selain itu adanya kerusakan pada dinding kapiler juga
dapat mengakibatkan terbentuknya cairan yang mengandung banyak protein
keluar dari pembuluh darah dan berkumpul pada rongga pleura. Penyebab efusi
pleura eksudatif juga bisa di sebabkan oleh adanya bendungan pada pembuluh
limfe. Penyebab lainnya dari efusi pleura eksudatif yaitu adanya neoplasma,
infeksi, penyakit jaringan ikat, penyakit intraabdominal dan imunologik.

F. Manesfestasi Klinik/Tanda dan Gejala


Menurut Saferi & Mariza (2013) gambarakn klinis efusi pleura tergantung pada
penyakit dasarnya :
1. Sesak napas
2. Rasa berat atau nyeri pada dada
3. Bising jantung (pada payah jantung)
4. Batuk yang kadang-kadang berdarah pada perokok (ca bronkus)
5. Lemas yang progresif
6. Bb menurun (pada neoplasma)
7. Demam subfebril (pada tb)
8. Demam menggigil (pada empiema)
9. Asitesis (pada sirosi hati)
10. Asites dengan tumor pelvis (pada sindrom meig)

G. Patofisiologi ( pathway)
Penyebab efusi pleura ada gangguan jantung kogngestif yang menyebabkan
terjadinya tekanan pulmonalis meningkat sehingga tekanan hidrostatik dan onkotik
tidak seimbang, maka dapat terjadi transudasi cairan dan kapiler ke pleura ke rongga
Pleura.
Penyakit hati dan ginjal juga dapat menyebabkan terjadinya hipoproteinemia
atau kekurangan protein sehingga transportasi zat membrane terganggu dan terjadi
peningkatan premeabilitas caliper pleura ke shif cairan dari intravascular kerongga
pleura. Dari kedua penyebab diatas dapat menyebabkan hidrothoraks atau terjadinya
epusi pleura. Efusi pleura adalah terjadinya penumpukan cairan dalam rongga pleura
menyebabkan ekspansi paru terbatas terjadinya gangguan fungsi paru dan ventilasi.
meningkat Maka terjadi hiperventilasi dan produksi asam lambung meningkat,
peristaltik menurun terjadi keluhan mual dan nyeri (masalah keperawatan defisit
nutrisi).
Peradangan Pada Pleura dapat meningkatkan preamibilitas kapiler dan
gangguan absorbi getah bening ekstravasesi cairan ke rongga pleura terjadi eksudat
didalam rongga pleura mengganggu organisasi jaringan pleura perletakan vibrosa
pleura parietal-viseral atau pleura bagian luar dan pleura bagian dalam terjadi
fibrotoraks dan terjadi hambatan mekanisme terjadi gesekan pada pleura saat
bernafas dan nyeri pleuritis (MK: nyeri akut).
Efusi pleura menyebabkan respon inflamasi sehingga pelepasan mediator
kimia menyebabkan histamine dan substansi pirogenik maka suhu tubuh meningkat
dan terjadinya demam (masalah keperawatan hipertermia). Inflamasi juga
menyebabkan peningkatan preabilitas kapiler terjadi eksudat purulen pada bronkus.
Dapat menyebabkan sesak napas (MK: pola napas tidak efektif) eksudat juga
menimbulkan terjadi produksi sekret dan kemampuan batuk efektif menurun (masalah
keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif). Dan juga dapat menyebabkan
gangguan ventilasi, difusi, distribusi dan transfortasi oksigen maka terjadi pao2
menurun dan pco2 meningkat (MK: Gangguan Pertukaran Gas)
H. Pathway

Gagal jantung kongestif Penyakit hati dan ginjal Peradangan pada pleura/pleuritis

Tekanan pulmonalis meningkat Hipoproteinemia Peningkatan preamibilitas kapiler

Gangguan absorbs getah bening


Transport zat membrane terganggu
Ketidakseimbangan tekanan hidrostatik Ekstravasesi cairan ke rongga pleura
dan onkotik

Peningkatan premeabilitas kapiler pleura Eksudat kedalam rongga pleura

Transudasi cairan dan kapiler pleura ke


rongga pleura
Shif cairan dari intravaskular ke rongga pleura Organisasi jaringan pleura

Perlekatan vibrosa pleura

parietal-viseral
hidrothoraks Fibrotoraks

Hambatan mekanisme

Efusi Pleura
Gesekan pada pleura saat
bernafas
Pengumpulan cairan dalam rongga pleura
Respon inflamasi
Nyeri pleuritis
Ekspansi paru terbatas
Pelepasan mediator kimia
Gangguan fungsi paru MK: Nyeri akut

Ventilasi terganggu
Histamine dan subtansi
Peningkatan preaibilitas
pirogenik
kapiler
Suhu tubuh meningkat Efek hiperventilasi
Eksudat purulen pada bronkus Sesak napas
Terjadi demam Produksi asam lambung
meningkat, peristaltik menurun
Peningkatan produksi sekret Gangguan ventilasi, difusi,
distribusi dan transportasi O2 MK: Pola
MK: Hipertermia napas tidak Mual, nyeri lambung
Penurunan kemampuan batuk efektif
efektif Pa O2 PCO2
MK: Defisit nutrisi

MK: bersihan jalan MK:Gangguan


napas tidak efektif pertukaran gas (Somantri, 2012)
I. Komplikasi
1. Fibrothoraks
Efusi pleura eksudat yang sudah tidak dapat ditangani oleh tindakan drainase
dengan baik maka akan menimbulkan pelekatan pada fibrosa antara pleura viseralis
dan pleura parietalis
2. Atelectatis
Merupakan pengembangan paru-paru yang tidak sempurna di sebabkan karena
adanya penekanan akibat efusi pleura.
3. Fibrosis
Merupakan suatu keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam
jumlah yang berlebihan.
J. Penatalaksanaan
Penataleksanaan efusi pleura menurut Saferi & Mariza (2013)
1. Torakosintesis
a. Untuk membuang cairan pleura
b. Mendapatkan specimen untuk analisis
c. Menghilangkan dispnea
2. Pemasangan selang dada atau drainage
Hal ini dilakukan jika torakosintesis menimbulkan nyeri, penipisan protein dan
elektrolit.
3. Obat-obatan
Antibiotik, jika agen penyebab adalah kuman atau bakteri
4. Penatalaksanaan cairan
Pemberian nitrogen mustard atau tetrasiklin melalui selang dada
K. Penataleksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Umur, alamat, pekerjaan
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Nyeri dada, sesak nafas, takipneu, hipoksemia
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-
tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat
badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan
itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru,
pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan
untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan
lain sebagainya
3. Pola fungsional Gordon yang terkait
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran
tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain
juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS
pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari
sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme
akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan
umumnya lemah nutrisi dan metabolik
b. Pola persepsi sensori dan kognitif
Akibat dari efusi pleura adalah penekanan pada paru oleh cairan sehingga
menimbulkan rasa nyeri
c. Pola aktivitas dan latihan
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan akan cepat
mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga akan
mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. Dan untuk memenuhi
kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan
keluarganya.
d. Istirahat dan tidur
Karena adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahatnya

4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Pasien tampak sesak nafas
b. Tingkat kesadaran : Composmentis
c. TTV
RR : Takhipnea
N : Takhikardia
S : Jika ada infeksi bisa hipertermia
TD : Bisa hipotensia
d. Kepala : Mesochepal
e. Mata : Conjungtiva anemis
f. Hidung : Sesak nafas, cuping hidung
g. Dada : Gerakan pernafasan berkurang
h. Pulmo (paru-paru )
Inspeksi : Terlihat ekspansi dada simetris, tampak sesak nafas
tampak penggunaan otot bantu nafas
Palpasi : Vokal Fremitus menurun
Perkusi : Pekak (skonidulnes), redup
Auskultasi : Bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas
bagian yang terkena
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan torak sinar
Terlihat :
- sudut kostofrenik tumpul
- obstruksi diafragma sebagian “putih” komplet (opaqul densitas) pada area yang sakit
b. Torasintesis
Mengambil cairan efusi dan untuk melihat jenis cairannya serta adakah bakteri
dalam cairan.
c. Biopsi pleura
Jika penyebab efusi adalah Ca untuk menunjukan adanya keganasan.
d. GDA
variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi gangguan mekanis
pernafasan, dan kemampuan mengkompensasi PaCO2 kadang-kadang meningkat
PaO2 mungkin normal atau menurun, saturasi O2 biasanya menurun.
6. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neuroplasma)
2. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernapas,
kelemahan otot pernapasan)
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
4. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mencerna makanan
5. Hipertermia b.d Proses penyakit infeksi

2. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
1 Nyeri akut b.d agen cidera Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
fisiologis (mis. Inflamasi, (L.08066) (I.08238)
iskemia, neuroplasma) Setelah dilakukan Observasi:
(D. 0078) asuhan keperawatan  Identifikasi lokasi,
Definisi : selama 1x8 jam karakteristik, durasi,
Pengalaman sensorik atau diharapkan Tingkat frekuensi, kualitas,
emosional yang berkaitan nyeri Menurun dengan intensitas nyeri
dengan kerusakan jaringan kriteria hasil:  Identifikasi skala nyeri
aktual atau fungsional, dengan 1. Keluhan nyeri
 Identifikasi respons
onset mendadak atau lambat menurun nyeri non verbal
dan berintensitas ringan hingga 2. Ekspresi meringis  Identifikasi faktor yang
berat yang berlangsung kurang berkurang
memperberat dan
dari 3 bulan.
3. Rasa gelisah memperingan nyeri
Batasan karakteristik:
berkurang  Identifikasi
Gejala dan tanda mayor
4. TTV dalam pengetahuan dan
Subjektif
rentang normal keyakinan tentang
1. Mengeluh nyeri
nyeri
Objektif
 Identifikasi pengaruh
1. Tampak meringis
nyeri pada kualitas
2. Bersikap protektif (mis.
hidup
Waspada,posisi menghindari
 Monitor efek samping
nyeri)
penggunaan analgetik
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat  Terapeutik:

5. Sulit tidur
 Berikan teknik
Gejala dan tanda minor
nonfarmakologi untuk
Subjektif
mengurangi rasa nyeri
(tidak tersedia)
 Kontrol lingkungan
Objektif
yang memperberat
1. Tekanan darah meningkat
rasa nyeri
2. Pola napas berubah
 Fasilitasi istirahat dan
3. Nafsu makan berubah
tidur
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri  Pertimbangkan jenis

6. Berfokus pada diri sendiri dan sumber nyeri

7. Diaforesis dalam pemilihan


strategi meredakan
nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
DAFTAR PUSTAKA

Andina dan Yuni, 2017. Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesipnal, Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

R. Darmanto, Djojodibroto. 2016. Buku Ajar Medikal Bedah Respyrologi,

Jakarta:EGC

Saferi W, Andra., Mariza P, Yessie. 2013. KMB 2 :Keperawatan Medikal


Bedah (Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep). Yogyakarta :
Nuha Medika

Somantri, I. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta:Salemba Medika.

Sugeng, Bambang. 2011. Diklat Anatomi Situs Pneumothoraks. Semarang :


UNISSULA Fakultas Ilmu Kedokteran.

Tamsuri, Anas. (2013) Klien Gangguan Pernapasan: Seri Asuhan Keperawatan


Jakarta : EGC

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai