Anda di halaman 1dari 8

Asas Fiktif Positif Terhadap PTUN (Iyanda) Hal 1

PENGARUH ASAS FIKTIF POSITIF TERHADAP KOMPETENSI RELATIF PERADILAN


TATA USAHA NEGARA

Oleh

Iyanda A’la Aulia, Program Studi Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Tidar

E-mail: iyandaulia@gmail.com

ABSTRAK

Asas fiktif positif yang diatur dalam ketentuan Pasal 53 UU Nomor. 30 Tahun 2014 yaitu
keputusan dan/atau tindakan yang dikabulkan secara hukum sebagai akibat permohonan tersebut
tidak ditetapkan/dan atau tidak dilakukan dalam batas waktu kewajiban sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-unangan atau dalam waktu paling lama sepuluh (10) hari kerja setelah
permohonan tersebut diterima Badan/Pejabat Pemerintah. Penggunaan asas fiktif positif dalam
pengambilan Keputusan Pejabat dan/atau Badan Pejabat Pemerintah dikhawatirkan dapat
menimbulkan kebingungan dan ketidakpastian hukum. Perubahan ini harus diantisipasi dengan
baik sehingga tidak terjadi saling tumpang tindih peraturan dan juga abuse of power maupun
abuse of functions. Tulisan ini bertujuan untuk menjawab bagaimana implementasi dari asas fiktif
positif dan bagaimana pengaruhnya terhadap kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara. Dengan
metode penulisan yuridis normatif.

Kata kunci: Asas fiktif positif, Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 53 UU Administrasi
Pemerintahan No 30. Tahun 2014

PENDAHULUAN menjamin terpeliharanya hubungan


yang serasi, seimbang, serta selaras,
A. Latar Belakang antara aparatur di bidang tata usaha
Hukum tata usaha negara negara dengan para warga
adalah keseluruhan peraturan tata cara masyarakat.1
orang atau badan pribadi atau publik Dalam kehidupan sehari-sehari
dalam bersengketa di Peradilan Tata sebenarnya kita banyak terlibat dalam
Usaha Negara, sedangkan Peradilan urusan tata usaha negara yaitu
Tata Usaha Negara merupakan salah mengenai Keputusan Tata Usaha
satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi Negara (KTUN) yang dalam bahasa
rakyat pencari keadilan baik warga Belanda disebut Beschikking.
negara Indonesia, warga asing, Keputusan ini merupakan hasil dari
maupun badan hukum perdata. Tujuan produk hukum yang dibuat oleh
pembentukan dari adanya Peradilan Pejabat Tata Usaha Negara dimana
Tata Usaha Negara sebagaimana masyarakat sebagai objeknya. Namun,
ditampung dalam penjelasan umum seringkali dalam memberikan
Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 pelayanan publik, dalam rangka untuk
tentang Peradilan Tata Usaha Negara mendapatkan keputusan-keputusan
yaitu untuk mewujudkan tata yang dimohonkan masyarakat,
kehidupan negara dan bangsa yang kadangkala tidak seperti yang
aman, tentram, serta tertib yang dapat diharapkan, selain karena tidak adanya
menjamin kedudukan warga 1
UU RI NO 5 Tahun 1986 tentang PTUN
masyarakat dalam hukum dan http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/689.pdf
Asas Fiktif Positif Terhadap PTUN (Iyanda) Hal 2

kepastian juga tentang masyarakat 1. Bagaimana implementasi asas


yang kadang kala kebingungan apakah fiktif postif dalam keputusan tata
permohonannya diterima atau ditolak usaha negara?
meskipun telah memenuhi prosedur 2. Bagaimana pengaruh asas fiktif
atau persyaratan baik formil maupun positif terhadap kompetensi relatif
nonformil. Oleh karena itu, untuk peradilan tata usaha negara?
mengatasi hal-hal yang tidak C. Tujuan Penelitian
diinginkan dalam masyarakat, Penelitian ini bertujuan untuk
Pemerintah membuat keputusan baru meninjau kembali mengenai
yang terdapat dalam ketentuan Pasal implementasi asas fiktif positif dalam
53 UU Nomor. 30 Tahun 2014 tentang keputusan tata negara dan pengaruh
Administrasi Pemerintahan. Ketentuan asas fiktif positif terhadap kompetensi
ini menerapkan asas “Fiktif Positif” relatif tata usaha negara. Diharapkan
terkait keputusan atau tindakan pejabat dapat dijadikan bahan referensi dalam
pemerintah dalam rangka pelayanan menegakkan hukum juga menambah
publik guna memenuhi kebutuhan khasanah keilmuan mengenai hukum
masyarakat akan penyelenggaraan tata usaha negara.
pemerintahan. D. Tinjauan Pustaka
Asas fiktif positif yaitu Indonesia merupakan negara
keputusan dan/atau tindakan yang hukum hal ini sesuai dengan Pasal 1
dikabulkan secara hukum sebagai ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara
akibat permohonan tersebut tidak Republik Indonesia Tahun 1945
ditetapkan/dan atau tidak dilakukan artinya, segala sesuatu yang berkaitan
dalam batas waktu kewajiban dengan kehidupan masyarakat diatur
sebagaimana diatur dalam peraturan menurut hukum yang berlaku, dengan
perundang-unangan atau dalam waktu adanya hukum diharapkan setiap
paling lama sepuluh (10) hari kerja warga negara mendapatkan keadilan
setelah permohonan tersebut diterima yang sesuai dengan porsinya. Oleh
Badan/Pejabat Pemerintah. Namun, karena itu, untuk mewujudkan suatu
penggunaan asas fiktif positif dalam keadilan Pemerintah membagi sistem
pengambilan Keputusan Pejabat peradilan sesuai dengan kewenangan
dan/atau Badan Pejabat Pemerintah absolut dan kewenangan relatifnya.
dikhawatirkan dapat menimbulkan Hukum konstitusi Indonesia
kebingungan dan ketidakpastian membagi kekuasaan kehakiman dalam
hukum. Perubahan ini harus lima bidang peradilan, salah satunya
diantisipasi dengan baik sehingga tidak adalah peradilan tata usaha negara.
terjadi saling tumpang tindih peraturan Peradilan tata usaha negara bertujuan
dan juga abuse of power maupun untuk memenuhi hak dan kebutuhan
abuse of functions.2 dasar masyarakat dalam kerangka
B. Rumusan Masalah pelayanan publik. Selama ini, kualitas
Berdasarkan latar belakang, pelayanan publik di Indonesia masih
maka rumusan masalah dalam tulisan identik dengan kelambanan, biaya
ini yaitu : tinggi dan ketidakadilan. Untuk
meningkatkan kualitas pelayanan
publik pemerintah perlu memberikan
perlindungan bagi setiap warga negara
2
Rachmanto Despani Raharjo_Permohonan Keputusan dan penduduk dari penyalahgunaan
Tata Usaha Negara Fiktif Positif di
PTUN_http://jurnal.fh.unila.ac.id/
Asas Fiktif Positif Terhadap PTUN (Iyanda) Hal 3

wewenangnya. Perlu adanya payung Jenis penelitian dalam tulisan


hukum yang mengatur hal tersebut. ini yaitu yuridis normatif dengan cara
Pasal 53 Undang-Undang Nomor 30 meneliti bahan pustaka dan data
Tahun 2014 sekunder sebagai bahan dasar untuk
Bahwa ketentuan Pasal 53 Undang- menemukan kebenaran berdasarkan
Undang Nomor 30 Tahun 2014 logika keilmuan hukum melalui
tentang Administrasi Pemerintahan, penelusuran terhadap perturan-
mengatur kewenangan dan Pengadilan peraturan dan literatur-literatur yang
untuk memeriksa dan memutus sesuai dengan permaslahan yang
kewenangan Pengadilan untuk diteliti.
memeriksa dan memutus penerimaan B. Cara Penelitian
peromohonan untuk mendapat Pada tulisan ini cara penelitian
Keputusan dan/atau Tindakan Badan yang dilakukan dengan analisis konsep
atau Pejabat Pemerintah. 3 hukum (Analitical and Conseptual
Asas Fiktif Positif Approach). Menyelidiki dan
Asas fiktif positif atau Lex Silencio memahami konsep hukum yang
Positivo merupakan aturan hukum berkaitan dengan isi penelitian. Bahan
bahwa otoritas administrasi untuk yang digunakan merupakan bahan
menanggapi atau mengeluarkan premier dan sekunder. Bahan premier
permohonan keputusan atau tindakan meliputi Undang-Undang Nomor 30
yang diajukan dalam batas waktu Tahun 2014 Pasal 53 Undang-Undang
sebagaimana yang telah ditentukan Administrasi Pemerintahan, dan
peraturan dasarnya, maka otoritas Peraturan Mahkamah Agung Nomor 8
administrasi dianggap telah Tahun 2017 tentang Pedoman
mengabulkan permohonan penerbitan Beracara untuk Memperoleh Putusan
keputusan atau tindakan tersebut. atas Penerimaan Permohonan Guna
Objek Permohonan Fiktif Positif Mendapatkan Keputusan dan/atau
Objek permohonan fiktif positif yaitu Tindakan Badan Atau Pejabat
kewajiban badan dan/atau pejabat Pemerintah. Sedangkan bahan
pemerintahan untuk menetapkan sekunder yaitu buku-buku referensi
keputusan dan/atau melakukan ilmiah, jurnal hukum, artikel, surat
tindakan administrasi pemerintahan kabar yang memuat penjelasan
yang dimohonkan sesuai dengan mengenai masalah dalam penelitian.
peraturan perundang-undangan.4 C. Metode Pebelitian
5
Metode penelitian dalam
METODE PENELITIAN tulisan ini yaitu dengan cara
mengumpulkan data secara tidak
A. Jenis Penelitian langsung terhadap data sekunder. Alat
yang digunakan yaitu dengan
3
Pasal 53 UU NO 30 Tahun 2014_UU AP_ https://ptun- mengumpulkan peraturan hukum,
denpasar.go.id/page/read/94 artikel, dan jurnal. Selanjutnya
4
Pasal 3 PERMA NO 8 Tahun 2017_ dianalisis menggunakan pendekatan
https://jdih.mahkamahagung.go.id/index.php/beranda/dat
abase/2.-Kebijakan-Mahkamah-Agung/1.-Peraturan- kulitatif terhadap data sekunder
Mahkamah-Agung/Tahun-2017/PERMA-NOMOR-08- maupun primer.
TAHUN-2017/
5
Enrico Simanjuntak_Perkara Fiktif Positif dan
Permasalahan Hukumnya_Badan Peradilan Miliiter dan
Tata Usaha Negara MA HASIL PENELITIAN &
RI_http://jurnalhukumdanperadilan.org/index.php/jurnalh
ukumperadilan/article/view/3
PEMBAHASAN
Asas Fiktif Positif Terhadap PTUN (Iyanda) Hal 4

-Permohonan untuk kepentingan


A. Implementasi Asas Fiktif Positif Pemohon secara langsung.
dalam Keputusan Tata Usaha Berdasarkan kriteria dalam
Negara Pasal 3 Dalam Pasal 3 Peraturan
Permohonan fiktif positif Mahkamah Mahkamah Agung
didasarkan pada Undang-Undang (PERMA) Nomor 8 Tahun 2017. Yang
Administrasi Pemerintahan, juga diatur dapat dijadikan objek permohonan
dalam Peraturan Mahkamah fiktif positif di Pengadilan Tata Usaha
Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 8 Negara yaitu suatu permohonan
ini Tahun 2017 tentang Pedoman terhadap terbitnya keputusan dan/atau
Beracara untuk Memperoleh Putusan tindakan yang belum pernah
atas Penerimaan Permohonan Guna ditetapkan. Misalnya permohonan
Mendapatkan Keputusan dan/atau pembatasan terhadap Keputusan yang
Tindakan Badan Atau Pejabat sudah ditetapkan, maka apabila hal
Pemerintah. Peraturan ini merupakan tersebut tidak ditanggapi dalam waktu
perubahan dan penyempurnaan dari yang ditentukan, maka hal tersebut
Peraturan Pemerintahan Mahkamah bukan perkara fiktif positif, tetapi
Agung No. 5 Tahun 2015 tentang hanya gugatan biasa di pengadilan
Pedoman Beracara untuk Memperoleh Tata Usaha Negara.
Putusan atas Penerimaan Permohonan Salah satu contoh perkara
Guna Mendapatkan Keputusan/dan gugatan fiktif positif yaitu dalam kasus
atau Tindakan Badan atau Pejabat Lembaga Bantuan Hukum (LBH)
Pemerinthan. Kata “fiktif” dalam asas Padang yang menggugat Gubernur.
fiktif positif mengandung arti bahwa Dengan menggunakan dalil fiktif
permohonan yang diajukan dianggap positif LBH Padang melayangkan
atau seolah-olah ada keputusan, gugatan terhadap Gubernur Sumatera
sedangkan kata “positif” mengandung Barat. Gugatan ini dilayangkan karena
arti karena permohonan telah diterima Gubernur tidak merespons
dan diajukan permohonan ke permohonan LBH Padang perihal
Pengadilan untuk mendapatkan pencabutan Surat Keputusan Bupati
putusan penerimaan. Solok Selatan No.
Dalam Pasal 3 Peraturan 540/16/IUP/DESDM/BUP-2010. Surat
Mahkamah Mahkamah Agung ini adalah dasar persetujuan perubahan
(PERMA) Nomor 8 Tahun 2017 Kuasa Pertambangan eksploitasi
mengatur, bahwa tidak semua menjadi Izin Usaha Pertambangan
permohonan kepada pemerintah yang Operasi kepada PT Geominex Sapek.
tidak ditanggapi dapat dijadikan objek Kuasa hukum LBH Padang,
permohonan fiktif positif di menjelaskan permohonan kliennya
Pengadilan Tata Usaha Negara, akan dikirimkan langsung dan diterima
tetapi dilakukan pembatasan sebagai pihak Gubernur pada 17 November
berikut : 2016. Namun, setelah lewat 10 hari
- Permohonan dalam lingkup kerja surat permohonan diterima.
kewenangan badan dan/atau pejabat Gubernur tidak melakukan tindakan
pemerintah dimana permohonan atau mengeluarkan keputusan.
tersebut diajukan, Selanjutnya permohonan LBH
- Permohonan diajukan dalam lingkup terdaftar di pengadilan Tata Usaha
menyelenggarakan fungsi
pemerintahan,
Asas Fiktif Positif Terhadap PTUN (Iyanda) Hal 5

Negara Padang pada 8 Desember keputusan dan/atau


2016.6 peraturan perundang-
Berikut ini adalah tata cara undangan tentang
pengajuan gugatan fiktif positif pembentukan badan
berdasarkan Pasal 53 Undang-Undang pemerintah tersebut.
Admnistrasi Pemerintahan yang  Bukti surat atau tulisan
berdasar pada Peraturan Mahkamah yang berkaitan dengan
Agung Nomor 8 Tahun 2017 tentang permohonan yang sudah
Pedoman Beracara Untuk Memporeleh diterima lengkap oleh
Putusan atas Penerimaan Permohonan termohon.
Guna Mendapatkan Keputusan b. Daftar calon saksi dan/atau
dan/atau Tindakan Badan atau Pejabat ahli dalam hal Pemohon
Pemerintah. bermaksud mengajukan saksi
1. Permohonan diajukan kepada dan/atau ahli.
pengadilan yang wilayah c. Daftar bukti-bukti lain yang
hukumnya meliputi tempat berupa informasi elektronik
kedudukan termohon. atau dokumen elektronik bila
2. Dalam hal termohon dipandang perlu.
berkedudukan di luar negeri, 5. Apabila pemohonan belum
permohonan diajukan kepada lengkap, Panitera memberitahukan
Pengadilan Tata Usaha Negara kepada pemohon tentang
Jakarta; kelengkapan permohonan yang
3. Permohonan diajukan melalui harus dilengkapi dan pemohon
Kepaniteraan Pengadilan (Petugas wajib melengkapinya dalam waktu
Meja I). paling lama 7 (tujuh) hari kerja
4. Panitera wajib melakukan sejak diterimanya pemberitahuan
penilitian administrasi kekurangan berkas.
permohonan dan memeriksa 6. Apabila kelengkapan permohonan
kelengkapan alat bukti tidak dipenuhi, ma kaPanitera
permohonan yang bermaterai mengembalikan berkas
cukup (untuk alat bukti surat) guna permohonan kepada Pemohon dan
mendukung permohonan, menyatakan bahwa permohonan
sekurang-kurangnya berupa: tersebut tidak diregistrasi dalam
a. Bukti yang berkaitan dengan Buku Register Permohonan.
identitas Pemohon : 7. Permohonan dapat diajukan
 Dalam hal Pemohon kembali dengan permohonan baru
perorangan: fotokopi kartu disertai dengan kelengkapan
tanda penduduk atau permohonan.
identitas lain yang sah. 8. Dalam hal berkas permohonan
 Dalam hal pemohon badan dinilai lengkap, berkas
hukum perdata: fotokopi permohonan dinyatakan diterima
akta pendirian dan/atau dengan memberikan Akta
anggaran dasar/anggaran Penerimaan Berkas Perkara yang
rumah tangga. ditandatangani Panitera setelah
 Dalam hal pemohon badan panjar biaya perkara dibayarkan
pemerintahan: Fotokopi melalui bank yang ditunjuk untuk
6
itu atau melalui mesin EDC (mesin
Urgensi Perma Pelaksanaan Fiktif Positif dalam
PTUN_http://m.hukumonline.com/
Asas Fiktif Positif Terhadap PTUN (Iyanda) Hal 6

gesek kartu debit/kredit) yang permohonan, luas dan batas


tersedia; pembuktian hakim, dan akses hukum
9. Permohonan yang sudah lengkap bagi pihak ketiga yang merasa
dan memenuhi persyaratan dicatat dirugikan terhadapa keputusan fiktif
dalam Buku Register Perkara dan positif.
diberi nomor perkara dengan kode: Kewenangan Pengadilan
“nomor urut”/P/FP/tahun Tata Usaha Negara dalam mengadili
daftar/PTUN-DPS. perkara permohonan fiktif posituf
10. Panitera memberikan akta sebagai yaitu bersifat final dang mengikat.
bukti pencatatan permohonan Artinya putusan langsung berkekuatan
dimaksud. hukum tetap pada pengadilan tingkat
11. Dalam permohonan yang telah pertmama. Peradilan satu tingkat
diregister kemudian dicabut, maka pertama merupakan implementasi dari
Panitera menerbitkan Akta asas perdilan cepat, sederhana, dan
Pencabutan Permohonan dan biaya ringan. Pemberian kewenanagan
diberitahukan kepada pemohon ini secara tidak langsung dapat
disertai dengan pengembalian memperkuat kapasitas Pengadilan Tata
berkas.7 Usaha Negara, tapi disisi lain
B. Pengaruh Asas Fiktif Positif pemberian kewenangan ini
Terhadap Kewenangan Peradilan mengandung tuntutan agara sumber
Tata Usaha Negara daya manusia Hakim tingkat satu
Asas fiktif positif tidak hanya harus meningkatkan intelektualnya. 8
diterapakan di Indonesia namun juga Mengingat penyelesaian
di berbagai negara seperti Perancis. perkara permohonan fiktif positif
Asas fiktif positif dianggap dapat bersifat final, maka Hakim harus
meningkatkan kualitas pelayanan mempertimbangkan secara
publik. Keputusan fiktif positif komprehensif. Hakim dalam
sebagaiaman diatur dalam Pasal 53 mengabulkan atau tidaknya
Undang-Undang Administrasi permohonan tidak sebatas persyaratan
Pemerintahan menegaskan bahwa formal tetapi juga aspek subtansial,
adanya peningkatan kualitas pelyanan bagaimana kebijakan tersebut
publik sebagai salah satu bentuk dari menyangkut bidang atau urusan yang
reformasi birokrasi dalam menjalankan dimohon dan bagaimana implikasi
fungsi dan tugasnya. bagi atau terhadap pihak ketiga yang
Perkara fiktif positif terkait.
memberikan kewenangan pengadilan
sangat besar diberikan oleh pembuat
undang-undang. Terlebih lagi PENUTUP
berlakunya asas fiktif positif dalam
Undang-Undang Admnistrasi Negara KESIMPULAN & SARAN
tidak dibarengi dengan Perubahan
pada Undang-Undang Peradilan Tata
Usaha Negarayang masih menganut
A. KESIMPULAN
asas fiktif negatif. Disamping itu
Asas fiktif positif merupakan
tataran praktik juga masih ditemukan
pembaharuan dalam hukum di
permasalahan mengenai objek
8
Bambang Heriyanto_Problematika Penyelesaian
7
Tata Cara Mengajukan Permohonan Fiktif_ Pasal 53 Perkara Fiktif Positif di Pengadilan Tata Usaha
UUAP_https://ptun-denpasar.go.id/page/read/94 Negara_http://journal.unpak.ac.id/
Asas Fiktif Positif Terhadap PTUN (Iyanda) Hal 7

Indonesia khususnya bidang Peradilan antara Undang-Undang Peradilan Tata


Tata Usaha Negara. Permohonan fiktif Usaha Negara dan Undang-Undang
positif didasarkan pada Undang- Administrasi Negara sehingga terdapat
Undang Administrasi Pemerintahan, kejelasan dan kepastian hukum dalam
juga diatur dalam Peraturan batasan waktu dan pelaksanaan kedua
Mahkamah Mahkamah Agung Undang-Undang tersebut.
(PERMA) Nomor 8 ini Tahun 2017 Perlu dilakukan
tentang Pedoman Beracara untuk penyempurnaan terhadap Peraturan
Memperoleh Putusan atas Penerimaan Mahkamah Agung mengenai
Permohonan Guna Mendapatkan permohonan fiktif positif, yang
Keputusan dan/atau Tindakan Badan menyangkut norma hukum
Atau Pejabat Pemerintah. Peraturan ini pembuktian agara ada kesamaan antar
merupakan perubahan dan Hakim dalam melakukan pembuktian,
penyempurnaan dari Peraturan terkait dengan subtansi mengingat
Pemerintahan Mahkamah Agung No. 5 bahwa pitusan perkara fiktif positif
Tahun 2015 tentang Pedoman bersifat final pada oeradilan tingkat
Beracara untuk Memperoleh Putusan pertama.
atas Penerimaan Permohonan Guna Permohonan fiktif positif
Mendapatkan Keputusan/dan atau harus ditangani oleh hakim yang
Tindakan Badan atau Pejabat profesional agar dalam penanganan
Pemerinthan. Kata “fiktif” dalam asas perkara dapat dihasilkan putusan yang
fiktif positif mengandung arti bahwa benar dan berkeadilan serta
permohonan yang diajukan dianggap bermanfaat.
atau seolah-olah ada keputusan,
sedangkan kata “positif” mengandung DAFTAR PUSTAKA
arti karena permohonan telah diterima UU RI NO 5 Tahun 1986 tentang
dan diajukan permohonan ke PTUN
Pengadilan untuk mendapatkan http://www.dpr.go.id/dokjdih/documen
putusan penerimaan. t/uu/689.pdf Bambang
Mengingat penyelesaian Pasal 53 UU NO 30 Tahun 2014_UU
perkara permohonan fiktif positif AP_ https://ptun-
bersifat final, maka Hakim harus denpasar.go.id/page/read/94
mempertimbangkan secara Pasal 3 PERMA NO 8 Tahun 2017_
komprehensif. Hakim dalam Tentang Pedoman Beracara Untuk
mengabulkan atau tidaknya Memperoleh Putusan Atas Penerimaan
permohonan tidak sebatas persyaratan Permohonan Guna Mendapatkan
formal tetapi juga aspek subtansial, Keputusan dan/atau Tindakan Badan
bagaimana kebijakan tersebut Atau Pejabat_
menyangkut bidang atau urusan yang Pemerintahhttps://jdih.mahkamahagun
dimohon dan bagaimana implikasi g.go.id/index.php/beranda/database/2.-
bagi atau terhadap pihak ketiga yang Kebijakan-Mahkamah-Agung/1.-
terkait. Peraturan-Mahkamah-Agung/Tahun-
B. SARAN 2017/PERMA-NOMOR-08-TAHUN-
Berdasarkan hasil pembahasan 2017/
dan kesimpulan pada tulisan ini yaitu, Rachmanto Despani
asas fiktif positif perlu diperbaiki lagi Raharjo_Permohonan Keputusan Tata
agar tidak ada penyelwengan
wewennang. Harus adanya sinergi
Asas Fiktif Positif Terhadap PTUN (Iyanda) Hal 8

Usaha Negara Fiktif Positif di


PTUN_http://jurnal.fh.unila.ac.id/
Tata Cara Mengajukan Permohonan
Fiktif Positif_Pasal 53 UUAP
_https://ptundenpasar.go.id/page/read9
4
Heriyanto_Problematika Penyelesaian
Perkara Fiktif Positif di Pengadilan
Tata Usaha
Negara_http://journal.unpak.ac.id/
Enrico Simanjuntak_Perkara Fiktif
Positif dan Permasalahan
Hukumnya_Badan Peradilan dan Tata
Usaha MA RI_
http://jurnalhukumdanperadilan.org/in
dex.php/jurnalhukumperadilan/article/
view/3
Urgensi Perma Pelaksanaan Fiktif
Positif dalam
PTUN_http://m.hukumonline.com/

Anda mungkin juga menyukai