Anda di halaman 1dari 3

Gaya Kepemimpinan Autokratis Dibalik Senyum Presiden Soeharto

Pemimpin secara singkat berarti seseorang yang diamanatkan untuk mendorong,


menggerakkan dan menyakinkan suatu kelompok, komunitas, organisasi, lembaga hingga
negara. Dalam memilih pemimpin biasanya tidak hanya asal tunjuk, pemilihan seorang
pemimpin didasarkan oleh banyak faktor dan melalui berbagai tahapan sehingga pemimpin
mampu membangun iklim yang harmonis. Pemimpin yang baik yaitu pemimpin yang dapat
mengkoordinasikan, mengsinerginkan dan memaksimalkan sumber daya yang ada. Untuk
mencapai visi misi yang diharapkan seorang pemimpin biasanya memiliki gaya atau
karateristik kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dapat diartikan sebagai pola perilaku yang
membentuk strategi yang diterapkan seorang pemimpin, baik yang tampak atau tidak tampak
oleh orang lain. Tentunya seorang pemimpin dalam memimpin memiliki karateristik untuk
mengarahkan, memotivasi, membimbing, dan mengelola anggotanya untuk tujuan bersama.

Salah satu pemimpin terkenal di Indonesia yaitu Presiden Republik Indonesia kedua,
yang akrab disapa Pak Harto. Presiden Soeharto dengan nama Jendral Besar Purnawirawan
Haji Muhammad Soeharto, lahir di Kumusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni 1921. Presiden
Soeharto adalah salah satu presiden Indonesia yang berangkat dari dunia militer. Karier
Presiden Soeharto saat berada di militer sangat cemerlang karena beliau banyak menempati
jabatan penting. Semasa kariernya di militer, beliau mendapat julukan “The Smilling
General” yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti “Sang Jendral yang Tersenyum”.
Presiden Soeharto dikenal sebagai sosok tegas dan murah senyum. Selama memimpin
Indonesia beliau dijuluki “Bapak Pembangunan Indonesia”.

Presiden Soeharto selama 32 tahun memimpin Indonesia tidak lepas dari berbagai
kontroversi. Dari permulaan Orde Baru, angka-angka pertumbuhan makro ekonomi sangat
mengesankan. Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ini juga menyebabkan ketidakpuasan
masyarakat karena dianggap terlalu fokus kepada investor asing. Dalam politik nasional,
Presiden Soeharto berhasil memperkuat posisinya pada tahun 1970an. Produksi minyak
domestik membawa keuntungan besar. Pendapatan ini digunakan untuk pembanguan
infrastruktur dan program-program pendidikan juga program pengentasan kemiskinan.
Hingga pada tahun 1980an. Presiden Suharto berada di puncak kekuasaanya, pemilu
dimenangkannya secara mudah, pihak militer hingga partai-partai politik dan juga pegawai
negeri sipil bekerja hanya untuk mengimplementasikan kebijakan yang dibuat oleh Presiden
Soeharto. Tahun 1990an institusi internasional besar seperti Bank Dunia, menyatakan
Indonesia sebagai “Keajaiban Asia”. Institusi lainnya menggambarkan performa ekonomi
Indonesia sebagai “Macan Asia” dan “High Performing Asian” (HPAE). Dibalik prestasi
yang telah dicurahkan Presiden Soeharto banyak juga catatan hitam dan kisah kelam pada
masa kepemimpinan Soeharto. Hak Asasi Manusia atau HAM tidak selalu dihormati pada era
Presiden Soeharto, selama dekade terakhir pemerintahannya, banyak masyarakat Indonesia
frustasi dengan tingkat korupsi, kolusi, dan nepotisme. Pemerintah selalu bisa merujuk pada
pembangunan ekonomi yang mengesankan namun disaat yang bersamaan pemerintah
melkukan lip service kepada masyarakat dengan mengklaim bahwa ada usaha untuk
memberantas korupsi di negara ini. Selain itu, praktik demokrasi telah ditindas selam hampir
lebih dari 30 (tiga puluh) tahun dengan mengatasnamakan kepentingan keamanan dalam
negeri dengan cara pembatasan partai politik, kebebasan pers yang dibatasi, dan penahanan
lawan-lawan politik. Kursi-kursi kepemerintahan mayoritas diberikan kepada militer dan
semua tentara serta pegawai negeri hanya dapat memberikan suara hanya pada satu partai
yaitu Partai Golkar.

Presiden Soeharto sendiri menjadi Presiden Indonesia selama 32 tahun dan lengser
pada tahun 1998. Awal kejatuhan Presiden Soeharto disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
yang pertama banyak nyawa yang melayang semasa kepemimpinannya. Dilansir dari Komisi
untuk Orang Hilang dan Korban Tindak kekerasan (Kontras) mencatatt beberapa peristiwa
yang menimbulkan hilangnya nyaa seseorang yaitu penculikan beberapa aktivis, peristiwa
Petrus (Penembakan Misterius) dan masih banyak lagi. Krisis moneter yang menghantam
rupiah, faktor kejatuhan ekonomi Indonesia juga berperan menjadi jatuhnya kepemimpinan
Presiden Spoeharto. Krisis Finansial yang mengantam wilayah Asia, khususnya indoneisa
menjadi tonggak bagi rakyat untuk menganti pemimpin mereka. Harga barang yang semakin
melonjak, daya beli semakin menurun membuat rakyat berteriak menyerukan reformasi.
Faktor selanjutnya yaitu banyak terdapat pelanggaran sosial masyarakat. Saat rezim orde baru
berkuasa, hak rakyat ditindas dan diambil secara paksa. Contoh kasusnya yaitu perampasan
tanah rakyat Kedung Ombo pada tahun 1985 dan pengambilan tanah rakyat atas nama PT
Perkebunan Nusantara (PTPN) pada sekitar tahun 1985-1989.

Menilik kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Presiden Soeharto pada masa


kepemimpinanya Presiden Seoharto merupakan gaya kepemimpinan Autokratis . Gaya ini
cenderung memusatkan kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte bagaiamana tugas harus
dieselesaikan, membuat keputusan secara sepihak, dan memnimalisasi partispasi atau bahkan
kritik dari orang lain. Ciri-ciri dari pemimpin autokratis yaitu:
1. Semua kebijakan ditentukan oleh Pemimpin
2. Komunikasi hanya satu arah saja yaitu kebawah saja
3. Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya terhadap kerja
setiap bawahannya
4. Pemeberdayaan sangat rendah
5. Pemimpin menempatkan tuntutan tinggi terhadap bawahan

Dari ciri-ciri tersebut ada pada dalam kepemimpinan Presiden Soeharto dimana beliau
menerapkan perintahnya harus selalu diterapkan dan intruksinya harus cepat dilaksanakan.
Gaya kepemimpinan autokratis ini tidak selalu buruk terbukti ada beberapa kebijakan dari
beliau yang membawa nama Indonesia di kancah internasional dan pembangunan yang
dilakukan oleh beliau yang hingga saat ini bisa dirasakan manfaatnya untuk rakyat
Indonesia. Adapun dampak positif dari gaya kepemimpinan autokratis yaitu proses kerja yang
efisien, manajemen krisis yang cepat, disiplin dan tertib, peningkatan produktivitas, dan ada
komunikasi yang jelas. Sedangkan kekirangan dari gaya kepemimpinan imi yaitu berpotensi
mematikan pemikiran kreatif dan peluang inovasi, membuat bawahan merasa dipaksa bekerja
dan menurunkan moral mereka, dan bisa menimbulkan upaya micromanaging.

Begitulah gaya kepemimpinan Presiden kedua Indonesia, Presiden Soeharto yang menuai
pro dan kontra. Dalam gaya kepemimpinan Presiden Soeharto kita dapat mengambil sisi
positif dari gaya kepemimpinannya juga keberhasilannya menjadi Presiden selama 32 tahun
memimpin Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai