Anda di halaman 1dari 6

Nama : Yuli Yuliana

NIT : 20050579

Prodi : D1 Ground handling

Kelas : Bravo

KEPEMIMPINAN

Buatlah uraian singkat mengenai kepemimpinan 3 presiden Indonesia! (bebas


anda pilih). Bagaimanakah gaya kepemimpinan dan strategi yang digunakan
presiden tersebut dikaitkan dengan materi Kepemimpinan?

1 . Presiden Ir.Soekarno
Gaya kepemimpinan Soekarno dalam memimpin Indonesia, dapat dipahami bahwa menjadi
seorang pemimpin yang karismatik yang memiliki kekuatan energi, daya tarik, dan perwibawaan
yang luar biasa untuk memengaruhi orang lain sehingga iya mempunyai pengikut yang sangat
besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Ir. Soekarno pada masa
kepemimpinannya sebagai presiden pertama Indonesia telah mampu merubah orang dan
melakukan banyak hal. Gaya ini terbukti mampu membawa Negara Indonesia menjadi negara
yang merdeka terbebas dari belenggu penjajahan dan membuat kemajuan diberbagai sektor.
Kepemimpinan soekarno telah menghasilkan banyak karya nyata diantaranya mampu
mengorbankan semangat revolusi, merebut kembali Papua Barat, membawa Indonesia menjadi
Gerakan Non Block (GNB). Tetapi tentunya disetiap gaya kepemimpinan memiliki keunggulan dan
kelemahan. Kelemahan dari gaya kepepmimpian karismatik Soekarno diantaranya Para pemimpin
karismatik mudah mengambil keputusan yang berisiko, ketergantungan yang tinggi sehingga
regenerasi untuk pemimpin yang berkompeten sulit, dan struktur organisasinya tidak jelas atau
kabur dan bawahan selalu didesak agar menerima keputusan tersebut sebagai keputusan bersama
.

Strategi yang dilakukan oleh Presiden Ir.Soekarno melalui hasil karyanya sebagai berikut.

 Mengobarkan Semangat Revolusi


 Merebut Papua Barat
 Gerakan Non-Blok
Adapun Kelemahan dari Gaya kepemimpian dan Strategi tersebut yaitu seperti:

 Para pemimpin karismatik mudah mengambil keputusan yang berisiko.


 Pemimpin karismatik cenderung memiliki khayalan bahwa apa yang dilakukan pasti
benar karena pengikutnya sudah terlanjur percaya
 Ketergantungan yang tinggi sehingga regenerasi untuk pemimpin yang berkompeten
sulit.
 Mampu menarik orang u ntuk datang kepada sayareka. Setelah beberapa lama, orang -
orang yang datang ini akan kecewa karena ketidakkonsistenan .
 Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan ketika mendengar pertanggungjawaban
jawaban, si pemimpin akan memberikan alasan, halermintaan maaf, dan janji.
 Bawahan cenderung bers ifat fanatisme.
 Bawahan tidak memiliki inisiatif dala bertindak karena tidak diberi kesempatan
 Keputusan yang diambil tidak berdasarkan musyawarah bersam sebuah karena
menganggap dirinya sudah melakukan yang benar
 Daya kreativitas dan kreativitas para pengikut cukup rendah karena tidak ada
kesempatan untuk mengembangkannya
 Struktur organisasinya tidak jelas atau kabur dan bawahan selalu didesak agar
menerima keputusan tersebut sebagai keputusan bersama.
 Salah satu contoh kegagalan kepemimpinan Soekarno adalah terhambatnya
pembangunan di Tahun 1950. Pembangunan semesta dan berencana baru dapat
berjalan setelah kembali ke UUD 1945 yang memungkinkan demokrasi terpimpin dan
ekonomi terpimpin.

2. Presiden Soeharto
Gaya Kepemimpinan Presiden Soeharto merupakan gabungan dari gaya kepemimpinan
Proaktif-Ekstraktif dengan Adaptif-Antisipatif, yaitu gaya kepemimpinan yang mampu
menangkap peluang dan melihat tantangan sebagai sesuatu yang berdampak positif serta
mempunyal visi yang jauh ke depan dan sadar akan perlunya langkah-langkah penyesuaian.

Sesuai dengan masalah dan tujuan yang penulis angkat, pengukuran gaya kepemimpinan
Presiden Soeharto di sini diukur dari aspek-aspek: (1) Status kepemimpinan dan kekuasaan; (2)
Orientasi pada hubungan; (3) Orientasi pada tugas; (4) Cara mempengaruhi orang lain, dan (5)
Kepribadian. Maka hasil analisis menunjukkan kecenderungan-kecenderungan sebagai berikut.

 Status kepemimpinan dan kekuasaan

Presiden Soeharto cenderung digambarkan sebagai seorang pemimpin yang menjadi pusat
kekuasaan pemerintah dan negara.

 Orientasi pada hubungan


Dilihat dari orientasinya pada pemeliharaan hubungan, Presiden Soeharto cenderung
ditampilkan sebagai seorang pemimpin yang otoriter, atau dalam istilah Likert (1961) disebut
“exploitative-authoritative”, kurang demokratis. Hasil analisis menunjukkan, dari periode ke
periode berita yang beredar menunjukkan isi pesan Presiden Soeharto berfungsi menghibur,
memberikan dorongan dan bimbingan serta mengundang kritik konstruktif sebagaimana
umumnya pemimpin yang demokratis jumlahnya relatif kecil.

Kecuali pada periode awal kekuasaannya, Presiden Soeharto dalam berita suratkabar juga
cenderung ditampilkan sebagai pemimpin yang mengutamakan hubungan dengan lembaga
pemerintah yang dipimpinnya dibanding dengan lembaga-lembaga politik lainnya.

Presiden Soeharto juga cenderung ditampilkan sebagai seorang pemimpin yang lebih reaktif
dibanding proaktif. Ia lebih sering memberikan tanggapan atau respon terhadap pernyataan
orang lain dibanding menunjukkan gagasan/pemikirannya sendiri. Pesan-pesan verbal
sebagaimana tercakup dalam ucapan atau pernyataan yang disampaikan Presiden Soeharto
kepada berbagai pihak lebih banyak berisi tanggapan dirinya terhadap pertanyaan, opini, sikap,
dan perilaku para pejabat dan masyarakat yang dipimpinnya

Selain itu juga  Presiden Soeharto digambarkan sebagai pemimpin yang memiliki fleksibelitas
dalam melaksanakan tugas dan fungsi kepemimpinannya. Isi pesan-pesan politiknya dari
periode ke periode mengalami pasang-surut. Pada periode awal kepemimpinannya, yakni
selama masa  jabatan pertama 1968-1973, dominasi gagasan-gagasan sendiri lebih menonjol
dalam pesan-pesan politik Presiden Soeharto. Namun, pada periode pengamalan dan
pematangan kepemimpinan, yakni selama masa jabatan kedua sampai kelima 1973-1993,
dominasi gagasan-gagasan sendiri semakin menurun, dan kecenderungan ini diimbangi dengan
meningkatnya tanggapan atau respon yang ia berikan terhadap gagasan, ucapan, dan tindakan-
tindakan orang lain. Sedangkan pada periode puncak dan akhir kepemimpinannya, yakni
selama masa jabatan keenam dan ketujuh 1993-1998, isi pesan-pesan politik Presiden Soeharto
semakin didominasi oleh tanggapan atau respon yang ia berikan terhadap gagasan, ucapan,
dan tindakan-tindakan orang lain.

 Orientasi pada tugas

Presiden Soeharto cenderung menunjukkan dirinya sebagai pemimpin yang lebih sering
memberikan perhatian sangat umum terhadap lingkup pembangunan nasional.

Hasil analisis juga menunjukkan, Presiden Soeharto cenderung direpresentasikan sebagai


seorang pemimpin yang lebih mementingkan pembangunan ekonomi dibanding pembangunan
sektor-sektor lainnya. Baik pada periode awal, periode pengamalan dan pematangan, maupun
pada periode puncak dan akhir kepemimpinannya, topik pembangunan yang paling sering
dibicarakan oleh Presiden Soeharto adalah ekonomi. Dari sektor-sektor pembangunan yang
pernah dibicarakannya, dua sektor yang paling sering dibicarakan Presiden Soeharto adalah
sektor Hankam, dan sektor Politik, Aparatur Negara, Penerangan, Komunikasi, dan Media
Massa. Topik yang paling jarang dibicarakan pemimpin tersebut adalah topik pembangunan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

 Cara mempengaruhi orang lain

Presiden Soeharto digambarkan sebagai seorang pemimpin yang otoriter, yang menerapkan
gaya kepemimpinan coercive, yang selalu menginginkan agar perintah dan instruksinya
dipatuhi orang lain dengan segera.

alasan yang juga sering dijadikan landasan argumentasi Presiden Soeharto ketika meminta
orang lain untuk mematuhi pesan-pesannya adalah perlunya memelihara persatuan dan
kesatuan bangsa, upaya mempertahankan stabilitas politik, upaya menciptakan masyarakat adil
dan makmur, upaya membangun kehidupan demokrasi, dan upaya lainnya.

Ketika ia meminta orang lain agar mau mematuhi pesan-pesannya, Presiden Soeharto biasanya
memilih kata-kata atau kalimat tertentu. Ia lebih sering menggunakan kata-kata atau kalimat
netral dibanding membujuk (persuasive) atau memerintah (instructive ataucoercive). Kesan
yang dapat ditimbulkan dari cara menyampaikan perintah atau instruksi yang demikian adalah
bahwa pada akhirnya perintah atau instruksi Presiden Soeharto diserahkan kepada masing-
masing orang untuk menentukan sikap; apakah mematuhi atau tidak mematuhi pesan-pesan
itu.

Meskipun demikian, penjelasan yang disampaikan Presiden Soeharto umumnya hanya berupa
penjelasan tentang arti kata / istilah, ungkapan, dan kalimat-kalimat yang diucapkannya. Ia
jarang sekali memberikan penjelasan yang bersifat mendorong penggunaan logika agar orang
lain secara sadar dan sukarela mau menerima pesan-pesan yang disampaikannya. Kepada
orang-orang yang menjadi sasaran pesan-pesannya, ia jarang memberikan contoh-contoh
penerapan pesan, menjelaskan manfaat apabila pesan itu diikuti, atau menjelaskan akibat
apabila pesan itu tidak diikuti. Tujuan komunikasi yang dilakukan Presiden Soeharto tampaknya
hanya agar orang lain menjadi mengetahui, tetapi tidak sampai pada taraf memahami,
mencoba, dan memutuskan untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu.

 Kepribadian

Menurut penulis Presiden Soeharto adalah seorang pemimpin yang sederhana, tidak suka
menonjolkan diri di hadapan orang lain. Ketika berbicara dengan orang lain atau
menyampaikan pesan-pesan kepada bawahan atau orang-orang yang dipimpinnya dalam
berbagai organisasi, ia tidak suka menunjukkan keberhasilan atau jasa-jasa yang dimilikinya.

Apabila ia berusaha menonjolkan diri sendiri, cara yang digunakan Presiden Soeharto biasanya
adalah mengemukakan pengalaman atau jasa-jasa yang pernah diberikannya kepada bangsa
dan negara pada masa lalu. Dalam menyampaikan pesan-pesan kepada bawahan dan orang-
orang yang dipimpinnya, Presiden Soeharto berusaha menunjukkan jasanya yang besar dalam
membela bangsa dan negara Indonesia, berani melawan musuh-musuh negara baik pada masa
perjuangan kemerdekaan maupun pada masa pemberontakan G30S/PKI, dan keberhasilannya
dalam penyelenggaraan pembangunan nasional.

3. Presiden Joko Widodo


Gaya kepemimpinan Joko Widodo dalam memimpin Indonesia adalah sebagai berikut.

a) Persuasif, gaya kepemimpinan dengan otoritas dan control utama ada pada pimpinan
dalam menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan dengan mengambil
masukan dari bawahan.
b) Konsultatif, gaya kepemimpinan dengan cara memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk menyajikan rancangan rancangan keputusan sementara dalam
menghadapi atau memecahkan suatu masalah kemudian rancangan tersebut
didiskusikan dan diarahkan menuju gagasan seorang pemimpin itu sendiri. Dengan cara
demikian seorang pemimpin akan tahu pendapat masing-masing bawahannya dengan
kesempatan secara bebas berpendapat.
c) Partisipatif, gaya kepemimpinan dengan memberikan kesempatan yang luas kepada
anggota dan bawahan untuk menyampaikan pendapatnya. Pemimpin dan bawahan
bekerjasama namun pemimpin tidak berperan langsung dan mendelegasikan kepada
staff senior. Meskipun pendelegasian diberikan namun tanggung jawab tetap ada di
tangan pimpinan.
d) Musyawarah, gaya kepemimpinan yang mengedepankan nilai gotong royong dan
kekeluargaan. Perilaku kepemimpinan disini diimplementasikan dengan saling tolong-
menolong, saling membantu dan bekerja sama. Dalam menyelesaikan suatu masalah,
pemimpin mengambil keputusan bersama. Joko Widodo adalah Presiden ke-7 Indonesia
yang dipilih rakyat dengan Pemilihan Umum berdemokrasi. Kemenangan Jokowi sebagai
Presiden RI dalam berbagai analisis menyatakan bahwa gaya kepemimpinan jokowi
diterima masyarakat karena Jokowi dekat dengan rakyat dan sosok yang sederhana.

Jokowi tergolong pemimpin yang mengedepankan musyawarah dalam menjalankan dan


memberikan kebijakannya. Walaupun dalam beberapa kasus Jokowi terlihat lemah dan plin
plan dalam mengambil sikap. Sehingga itu yang disayangkan oleh beberapa pengamat terhadap
kepemimpinan jokowi.

Gaya kepemimpinann dan komunikasi Jokowi yang sederhana seharusnya segera


ditindaklanjuti dengan kepemimpinan yang mumpuni. Karena kepemimpinan yang dimiliki
Jokowi hari ini mumpuni di dalam namun tidak dengan di luar. Jokowi selayaknya menunjukkan
kewibawaannya .
Dalam Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun 2008 tentang Kebijakan Umum Pertahanan
Negara disebutkan bahwa Strategi Pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia disusun
dalam bentuk strategi penangkalan berupa:

1. Pertahanan multilapis dengan dukungan penuh rakyat dalam peran TNI di darat, laut an
udara.

2. Merupakan pertahanan total secara terpadu antara militer dan nirmiliter untuk menghadapi
segala ancaman

3. Pada tingkat nasional merupakan jaringan terpadu ketahanan nasional sampai ke daerah
hingga ke pelosok perbatasan dan daerah terpencil dengan semangat bela negara dalam diri
rakyatnya

4. Di dalam regional merupakan jaringan kerjasama antar bangsa-bangsa Asean dengan


memperkuat komponen militer dan nir militer (ekonomi, budaya dan identitas) secara terpadu
dalam menjaga, melindungi dan memelihara kepentingan nasional negara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai