TUGAS AKHIR
ANALISIS PROFIL KEPEMIMPINAN TOKOH NASIONAL
[SUSILO BAMBANG YUDHOYONO]
Oleh :
b. Tegas
Sebagian kecil masyarakat menilai dalam pemerintahan SBY tidak tegas dan
lamban dalam mengatasi masalah di Indonesia, padahal sejatinya SBY adalah sosok yang
tegas dan peduli. Contohnya ketika pembekalan konsolidasi pemerintah dengan bupati
dan ketua DPRD kabupaten se-Indonesia di Lemhanas, 2008. Saat melihat ada salah satu
peserta yang mengantuk, Presiden langsung menghentikan pidatonya. kalau mengantuk
keluar saja ... seharusnya Anda merasa berdosa pada rakyat. Sebagai pemimpin, Anda
punya tanggung jawab dan mengemban amanah rakyat. Saat kita bicarakan masalah
rakyat, kok malah tidur.
Harus bisa dan tegas merupakan salah satu model kepemimpinan SBY yang harus
dimiliki oleh pemimpin Negara yang bakal melanjutkan estafet kepemimpinan SBY, karena
kedua model penting tersebut yang dapat mengantarkan citra diri pemimpin Negara di mata
rakyatnya.
2. Bidang Hukum
Masalah penegakan hukum merupakan masalah yang selama ini dianggap paling krusial.
Masalah-masalah hukum yang mulai dihadapi SBY terkait dengan bencana alam maupun
bencana akibat kesalahan manusia yang terjadi pada awal pemerintahannya, mulai bencana
tsunami di Aceh, gempa di Yogyakarta, jatuhnya pesawat Adam Air, sampai lumpur Lapindo di
Sidoarjo dan bencana akibat pembagian BLT (bantuan langsung tunai) sebagai kompensasi BBM
(bahan bakar minyak).
Kemudian juga mulai muncul masalah kedaulatan negara dan hukum internasional yang
terkait dengan kasus intervensi beberapa negara (Amerika Serikat dan Singapura) dalam
pencarian lokasi jatuhnya Adam Air dan kotak hitamnya. Pemerintahan SBY, dapat
membangkitkan semangat dan solidaritas kemanusiaan sampai tingkat internasional untuk
memberikan bantuan bagi para korban bencana, selain penggunaan instrumen hukum untuk
menanggulangi bencana alam melalui Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007. SBY
menunjukkan usaha secara signifikan penanggulangan bencana baik melalui aspek hukum
nasional maupun aspek diplomasi dengan dunia internasional. Kepemimpinan SBY yang selama
ini dikritik sebagai kepemimpinan yang lamban dan lemah juga terlihat dalam beberapa kasus
bertindak gamang dan terkesan mendua, bahkan satu kasus yang sampai saat ini belum
terselesaikan, yaitu kasus pembunuhan Munir, SBY mulai bertindak kritis karena dipengaruhi
oleh kegigihan dari Suciwati, istri almarhum, yang berhasil menarik perhatian kalangan
internasional. Akan tetapi ketidaktegasan pemerintah SBY juga ternyata masih ada, terutama
dalam penyelesaian kasus Soeharto yang sampai saat ini tidak ada perkembangan selanjutnya
bahkan terkesan hilang tertutup oleh kasus-kasus lain. Sedangkan dalam beberapa kasus lainnya
SBY dianggap telah bertindak benar dan konstitusionil, antara lain ketidakhadirannya dalam
sidang interpelasi DPR untuk kasus persetujuan resolusi DK PBB atas nuklir Irak, maupun dalam
memilih Boediono dan meninggalkan koalisi yang telah dibuatnya dengan beberapa partai lain.
Pemberantasan terorisme yang sampai saat ini berlangsung bisa jadi merupakan salah
satu kelebihan pemerintahan SBY yang seolah tidak kenal kompromi terhadap para pelaku
terorisme, hal ini juga didukung oleh latar belakang SBY dari jajaran militer. Pembentukan
pasukan khusus anti terorisme atau Detasemen khusus 88 Anti Terorisme (Densus 88), yang
didasarkan atas Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme,
merupakan salah satu strategi yang cukup dapat diandalkan dalam rangkamengeliminasi atau
bahkan menghapuskan terorisme dari bumi Indonesia.
Masalah utama yang menjadi tantangan bagi pemerintahan SBY yangsampai saat ini pun
masih dicurigai sebagai bagian dari pemerintahan Soeharto,walaupun sudah sedikit memudar
dengan beberapa tindakan tegas terhadappara pelaku korupsi tanpa tebang pilih, yaitu terkait
kasus Aulia Pohanbesannya. Namun kenyataan bahwa pemerintahan SBY sampai saat ini
punbelum mampu membawa kasus korupsi Soeharto ke pengadilan, jugamenunjukkan bahwa
SBY yang berlatar belakang sama dengan Soeharto, yaitusama-sama mantan Jenderal TNI,
bersuku Jawa, Islam, dan sama-sama dalam kultur Orde Baru, ternyata belum bisa tegas dan
berani. Komitmen terhadap pemberantasankorupsi seharusnya tidak terbatas padakata-kata saja,
akan tetapi harusdiwujudkan dalam tindakan dan perilaku yang benar. Dorongan politik dari
pemerintahan SBY sangat diperlukan untuk mendukung tindakan dari Kepolisian, Kejaksaan,
dan Pengadilan dalam memberantas korupsi, apalagi dengan adanya KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi)yang dibentuk berdasarkan Undang-undangNomor 30 Tahun 2002
tentang KomisiPemberantasan Tindak Pidana Korupsi. KPK saat ini sedang menjadi target, yaitu
munculnya kasus Antasari Azhar, yang kemungkinan sebagai alat perseteruanterhadap KPK yang
sepak terjangnya mampu mengusik dan mendobrak benteng korupsi di lembaga-lembaga Negara
yang ada, baik di Kepolisian, Kejaksaan,Pengadilan, pemerintahan sampai DPR.
Tentu saja hal ini masih memerlukan pembuktian dalam persidangan yang setelah
beberapa bulan masih juga belum bisa digelar, apakah Antasari memang menjadi otak dari kasus
pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen, Direktur PT. Putra Rajawali Banjaran, seperti yang
dituduhkan kepadanya. Korupsi adalah tindak kejahatan yang juga extraordinary, sehingga
pemberantasan korupsi merupakan tanggung jawab dan diperlukankerjasama pihak eksekutif,
legislatif, yudikatif, dan seluruh lembaga negara yang ada.
Ada juga masalah lemahnya diplomasi Indonesia dalam menghadapi persoalan-persoalan
dengan negara lain baik yang menyangkut nasib warga Negara Indonesia di luar negeri, misalnya
TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Malaysia, Hongkong, dan Arab Saudi, atau masalah ancaman
terhadap wilayah NKRI, masalah hubungan Indonesia dengan Negara terdekat seperti Singapura,
Australia, dan Malaysia, serta sikap Indonesia terhadap masalah-masalah Internasional.
Hubungan Indonesia dengan Negara-negara lain, apalagi negara. terdekat atau negara
tetangga, merupakan bagian yang sangat penting dalam rangka eksistensi NKRI di dalam kancah
internasional. Eksistensi NKRI dalam dunia Internasional sangat dipengaruhi oleh kekuatan-
kekuatan internal Indonesia sendiri, karena itu kekuatan diplomasi Indonesia yang ditunjukkan
sekarang pada dasarnya juga menunjukkan kekuatan di dalam Negara Indonesia. Kasus-kasus
yang dialami warga negara di luar negeri ternyata sampai saat ini masih terus terjadi, baik yang
menyangkut tindak pidana kekerasan, pelecehan seksual, penganiayaan sampai pembunuhan,
maupun yang menyangkut masalah ketenagakerjaan. Hal ini merupakan tanggung jawab
pemerintah dalam memberikan perlindungan bagi warga negara Indonesia terutama di luar negeri
dan berkaitan dengan kemampuan diplomasi Indonesia dengan negara lain.
Wujud komitmen Indonesia tersebut dapat dilihat dari berbagai kesepakatan yang telah
dibuat dan tentunya harus ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan yang tegas dan berani dari
pemerintah. Peningkatan daya tawar diplomatik juga harus dilakukan sehubungan dengan makin
banyaknya warga negara Indonesia yang mendapat perlakuan tidak manusiawi di luar negeri
selain tentunya peningkatan kualitas SDM (sumber daya manusia) misalnya dalam kasus TKI di
luar negeri.
Perselisihan antara Indonesia dengan negara tetangga yang menyangkut wilayah negara,
di satu sisi memerlukan penyelesaian secara yuridis, akan tetapi dalam kasus- kasus tertentu
seperti kasus Blok Ambalat, sekiranya lebih diperlukan tindakan diplomatik yang kuat agar
Indonesia dapat lebih melindungi diri dari ancaman dan tantangan dari negara sekitarnya. Untuk
itu kekuatan atau daya tawar Indonesia harus lebih ditingkatkan melalui korps diplomatik yang
kuat dan kompak. Apalagi Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar dalam rangka
membentuk dirinya menjadi negara adidaya yang didukung oleh kekuatan alam dan sosial yang
beraneka ragam. Diperlukan peningkatan kekuatan baik fisik maupun non- fisik, antara lain yang
menyangkut peningkatan SDM yang tidak hanya bisa mengirimkan TKI yang berposisi sebagai
PRT (pekerja rumah tangga), juga penambahan anggaran untuk Alusista. Dengan demikian sisi
diplomasi NKRI merupakan bagian yang penting untuk mendapat perhatian lebih dalam rangka
pembangunan pemerintahan SBY di masa 2009-2014 mendatang.
3. Bidang Pendidikan
Pendidikan merupakan hal mendasar. Pendidikanlah yang menentukan kualitas sumber
daya manusia. Kebijakan dalam bidang pendidikan diterapkan oleh kepemimpinan SBY.
Beberapa diantaranya adalah meningkatkan anggaran pendidikan menjadi 20% dari keseluruhan
APBN. Meneruskan dan mengefektifkan program rehabilitasi gedung sekolah yang sudah
dimulai pada periode 2004-2009, sehingga terbangun fasilitas pendidikan yang memadai dan
bermutu dengan memperbaiki dan menambah prasarana fisik sekolah, serta penggunaan
teknologi informatika dalam proses pengajaran yang akan menunjang proses belajar dan
mengajar agar lebih efektif dan berkualitas. Pemanfaatan alokasi anggaran minimal 20 persen
dari APBN untuk memastikan pemantapan pendidikan gratis dan terjangkau untuk pendidikan
dasar 9 tahun dan dilanjutkan secara bertahap pada tingkatan pendidikan lanjutan di tingkat
SMA.
Perbaikan secara fundamental kualitas kurikulum dan penyediaan buku-buku yang
berkualitas agar makin mencerdaskan siswa dan membentuk karakter siswa yang beriman,
berilmu, kreatif, inovatif, jujur, dedikatif, bertanggung jawab, dan suka bekerja keras.
Meneruskan perbaikan kualitas guru, dosen serta peneliti agar menjadi pilar pendidikan yang
mencerdaskan bangsa, mampu menciptakan lingkungan yang inovatif, serta mampu menularkan
kualitas intelektual yang tinggi, bermutu, dan terus berkembang kepada anak didiknya. Selain
program sertifikasi guru untuk menjaga mutu, juga akan ditingkatkan program pendidikan dan
pelatihan bagi para guru termasuk program pendidikan bergelar bagi para guru agar sesuai
dengan bidang pelajaran yang diajarkan dan semakin bermutu dalam memberikan pengajaran
pada siswa. Memperbaiki remunerasi guru dan melanjutkan upaya perbaikan penghasilan kepada
guru, dosen, dan para peneliti. Memperluas penerapan dari kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) untuk mendukung kinerja penyelenggaraan pembangunan di bidang
pendidikan. Mendorong partisipasi masyarakat (terutama orang tua murid) dalam menciptakan
kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan aspirasi dan
tantangan jaman saat ini dan kedepan. Mengurangi kesenjangan dalam akses pendidikan dan
kualitas pendidikan, baik pada keluarga berpenghasilan rendah maupun daerah yang tertinggal.
Pemberiaan program beasiswa serta pelaksanaan dan perluasan Program Keluarga Harapan
(PKH), serta memberikan bantuan tunai kepada rumah tangga miskin dengan syarat mereka
mengirimkan anaknya ke bangku sekolah.