Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH KEPEMIMPINAN DAN BERPIKIR

SISTEM KESEHATAN MASYARAKAT

DOSEN PEMBIMBING :
dr. ADILA KASNI KOESNIASTIEN, MARS

Disusun Oleh :
KELOMPOK SOEHARTO

APRINA IKA NURRAHMI 1611216062


F YOSI IKHSANA 1611216052
HARYATI PUTRI HASIBUAN 1611216057
HERLINDA OKTAVIA 1611216025
PENIA RESTY 1611216074

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kepemimpinan mempunyai peranan yang sangat penting di dalam sebuah

organisasi, hal ini dikarenakan kepemimpinan merupakan sentral dari sebuah organisasi.

Disamping kedudukannya yang sentral, kepemimpinan mutlak diperlukan dimana akan

terjadi interaksi kerja yang dinamis dalam mencapai tujuan organisasi. Seorang pemimpin

tidak begitu saja dipiliih dan ditentukan. Ada kriteria-kriteria tertentu yang harus dimiliki

olehnya. Segenap kemampuan dalam berpikir dan berbuat menjadi pertimbangan yang

sangat urgen diperhatikan.

Pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat disertai dengan motivasi eksternal yang

tepat dapat mengarahkan pencapaian tujuan perseorangan maupun tujuan organisasi.

Dengan gaya kepemimpinan atau teknik motivasi yang tidak tepat, tujuan organisasi akan

terbengkalai dan pengikut dapat merasa kesal, berontak dan tidak puas. Perbedaan gaya

kepemimpinan dalam organisasi akan mempunyai pengaruh yang berbeda pula pada

partisipasi individu dan perilaku kelompok.

Beragam kepemimpinan yang dibuat oleh setiap pemimpin di dunia ini. Cara dan

pandangan mengenai suatu permasalahan menjadi daya dari kepemimpinan seseorang.

Maka tidak bisa dielakkan lagi kalau menjadi seorang pemimpin memiliki tanggung

jawab dan peran yang sangat berat. Tetapi itu semua bisa diatasi bila ia memiliki cara dan

strategi yang baik dan sesuai dengan kondisinya. Berdasarkan dari uraian diatas, bahwa

gaya kepemimpinan yang cocok dan sesuai sangat diperlukan dalam suatu organisasi.

Oleh karena itu penulis membuat makalah kepemimpinan Analisis tentang

Kepemimpinan Suharto

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana karakteristik fisik dan psikis Bapak Suharto dalam kepemimpinannya?
1.2.2 Bagaiman Bapak Suharto dapat menjadi seorang Presiden Indonesia dikaitkan

dengan teori lahirnya seorang pemimpin?


1.2.3 Apa saja sumber-sumber kekuasaan Bapak Suharto sehingga dapat dijadikan

pemimpin?
1.2.4 Bagaimana taktik mempengaruhi yang digunakan Bapak Suharto ketika menjadi

seorang pemimpin?
1.2.5 Bagaimana gaya kepemimpinan yang digunakan bapak Suharto dalam

kepemimpinannya?
1.2.6 Bagaimana gaya kepengikutan oleh pengikut bapak Suharto dalam memimpin

Indonesia selama 32 tahun?


1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kepemimpinan dan Berpikir

Sistem Kesehatan Masyarakat


1.3.2 Untuk menambah pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai salah satu

gaya kepemimpinan tokoh pemimpin Indonesia


1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana karakteristik fisik dan psikis Bapak Suharto

sehingga dijadikan seorang pemimpin


1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana Bapak Suharto dapat diangkat atau dipilih menjadi

seorang pemimpin
1.3.5 Untuk mengetahui sumber-sumber kekuasaan apa saja yang Bapak Suharto miliki

ketika dipilih menjadi seorang pemimpin


1.3.6 Untuk mengetahui taktik mempengaruhi yang digunakan Bapak Suharto ketika

menjadi seorang pemimpin


1.3.7 Untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang Bapak Suharto gunakan ketika

menjadi pemimpin Indonesia selama 32 Tahun


1.3.8 Untuk mengetahui gaya kepengikutan pengikut ketika mereka dibawah pimpinan

Bapak Suharto

1.4 Metode Penulisan


Adapun metode penulisan makalah ini adalah kami menggunakan metode study

pustaka yaitu dalam sumber pembuatan makalah ini kami menggunakan referensi

buku-buku teks yang berkaitan dengan Teori Kepemimpinan.

BAB II

PEMBAHASAN

3.1 Karaker Fisik dan Psikologis Pemimpin

3.1.1 Karakter Fisik Bapak Suharto

Seorang pemimpin memerlukan kualitas fisik dan kejiwaan sehat melebihi para

pengikutnya, agar dapat melaksanakan fungsi kepemimpinannya dengan baik. Jika

seorang pemimpin tidak sehat atau cacat jasmaninya ia akan sangat tergantung pada para

pengikutnya dan akan mempengaruhi kinerja kepemimpinannya. Pekerjaan utama

pemimpin adalah menciptakan dan merealisir visinya dengan cara mengambil keputusan
yang tepat dan mempengaruhi para pengikutnya untuk melaksanakan keputusan tersebut.

Mempengaruhi dan mengambil keputusan merupakan pekerjaan kejiwaan yang

memerlukan kesehatan jiwa.

Dengan melihat sosok bapak Suharto, maka karakter fisik seorang pemimpin yang

dimiliki didalam dirinya sangat banyak. Mulai dari wajah atau paras bapak Suharto yang

tampan. Ini dibuktikan dengan fakta bahwa di dunia internasional, terutama di

Dunia Barat, Soeharto sering dirujuk dengan sebutan populer "The

Smiling General" (bahasa Indonesia: "Sang Jenderal yang Tersenyum")

karena raut mukanya yang selalu tersenyum. Postur badannya yang

gagah dan tinggi membuat orang terpana melihatnya ditambah lagi

dengan sikapnya yang selalu rendah hati, sabar, tidak terburu buru

dalam mengambil keputusan membuat para pengikutnya kagum atas

wibawa Bapak Suharto. Disamping itu juga, kondisi kesehatan bapak

Suharto sangat baik selama masa kepemimpinannya. Bapak Suharto

tidak mempunyai sakit kronis selama masa kepemimpinannya akan

tetapi setelah mundur menjadi presiden, barulah penyakit bapak

Suharto bermunculan. Ini membuktikan bahwa kesehatan fisik yang

dimiliki bapak Suharto sangat baik selama masa kepemimpinannya.

3.1.2 Karakter Psikologis Bapak Suharto

1. Kecerdasan

David Wechsler mendefinisikan intelegensia sebagai kapasitas

untuk memahami dunia, berpikir rasional, dan memakai sumber-


sumber secara efektif jika menghadapi tantangan. Pemimpin selalu

menghadapi tantangan dalam merubah keadaan untuk mencapai

visinya. Untuk itu diperlukan kapasitas memahami lingkungannya,

berpikir rasional dan menggunakan sumber daya alam, sumber daya

modal, dan sumber daya manusia secara efektif. Hanya orang yang

cerdas yang mampu menciptakan sinerji semua sumber daya tersebut.

Berikut kisah Bapak Suharto yang dapat dikatakan bahwa Beliau

merupakan sosok Pemimpin yang cerdas. Pada 1 Juni1940, ia diterima

sebagai siswa di sekolah militer di Gombong, Jawa Tengah. Setelah enam bulan

menjalani latihan dasar, ia tamat sebagai lulusan terbaik dan menerima pangkat kopral. Ia

terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong, serta resmi menjadi

anggota TNI pada 5 Oktober1945. Dia bergabung dengan pasukan kolonial Belanda,

KNIL. Saat Perang Dunia II berkecamuk pada 1942, ia dikirim ke Bandung untuk

menjadi tentara cadangan di Markas Besar Angkatan Darat selama seminggu. Setelah

berpangkat sersan tentara KNIL, dia kemudian menjadi komandan peleton, komandan

kompi di dalam militer yang disponsori Jepang yang dikenal sebagai tentara PETA,

komandan resimen dengan pangkat mayor, dan komandan batalyon berpangkat letnan

kolonel.

Setelah Perang Kemerdekaan berakhir, ia tetap menjadi Komandan Brigade

Garuda Mataram dengan pangkat letnankolonel. Ia memimpin Brigade Garuda Mataram

dalam operasi penumpasan pemberontakan Andi Azis di Sulawesi. Kemudian, ia ditunjuk

sebagai Komadan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) Sektor Kota

Makassar yang bertugas mengamankan kota dari gangguan eks KNIL/KL.


Pak harto ada kalanya berbicara straight-forward juga dituturkan oleh Prof. Dr.

Yuwono Sudarsono Komunikasi pak Harto langsung dan Faktual Beliau kelihatannya

banyak berbicara dengan angka-angka, hafal sekali dan memahami menguasai

masalahnya secara detail. Pada setiap pidato nonteks Soeharto selalu tampil indikasi

kemampuan menangkap dan mengingat informasi-informasi penting, penggunaan dan

pemaparan data cukup lengkap dalam alur deskripsi yang merasionalisasi "motif-

motifnya".

Dari pemaparan diatas, dapat dilihat bahwa Pak Suharto merupakan pemimpin

yang mencapai prestasi dan pangkat dalam bidang yang digelutinya. Ini dikarenakan

tidak lepas dari intelegensia yang dipunyai oleh beliau. Kemudian daya tangkap, daya

ingat, kreativitas yang tinggi itu semua menunjukkan adanya indikasi kemampuan belajar

dan analisis-sintesis yang sangat baik atau kecerdasan yang tinggi pada Bapak Soeharto.

2. Emosi

Emosi pemimpin sangat mempengaruhi perilakunya dalam memimpin para

pengikutnya. Sebagai manusia, para pemimpin juga dapat gembira, merasa optimis, cinta

kecewa, marah, menangis, sedih dan bahkan menderita stress karena sangat emosional

dalam merespon keadaan. Dapat kita lihat, dalam kepemimpinan Bapak Suharto, beliau

tidak begitu menunjukkan emosi dalam kepemimpinannya dan beliau sangat mampu

mengelola emosi dalam dirinya. Contohnya:

1. Dia tak pernah lepas dari senyum dan tidak menunjukkan emosi

ketika berpidato. Dengan senyum ia menutupi konflik dan

sikapnya terhadap lawan politiknya, sehingga sulit untuk

dideteksi.
2. Ketika Pak Harto dilengserkan sebagai Presiden Indonesia,

seharusnya beliau marah dan kecewa akan tetapi beliau hanya

tampak dingin. Suharto tampak tegar ketika ia mengumumkan

pengunduran diri. Tidak ada air mata berlinang dari kedua

matanya dan beliau pun berusaha tersenyum, walaupun senyum

tersebut kelihatan tidak ikhlas.


3. Ketika marah, Suharto biasanya berbicara diluar teks pidato yang

ada ditangannya. Istilah dalam bahasa jawa pun meluncur dari

mulutnya secara spontan. Walau ia berusaha memperlihatkan

senyumnya saat itu, namun para menterinya tahu bahwa

senyum itu menunjukkan senyum marah.


4. Pada saat seorang pembantu Suharto melaporkan rencana

melaksanakan suatu proyek, Suharto diam terus sementara sang

menteri berbicara. Tidak lama kemudian beliau mengetahui dari

media massa bahwa menteri tersebut telah melaksanakan

proyeknya. Rupanya sang menteri tidak tahu, bahwa DIAM nya

bapak Suharto itu bukan berarti setuju akan tetapi tidak setuju.
5. Piye to kok ora bisa ditulung (bagaimana sih kok tidak bisa

ditolong)? adalah pertanyaan Pak Harto ketika ia merasa

limbung menghadapi kenyataan baru saja kehilangan belahan

jiwanya, Ibu Tien Soeharto-istri tercinta yang puluhan tahun

menemaninya mengarungi suka dan duka, istri yang selalu

mengobarkan semangatnya, menuangkan kasih sayang, serta

menguatkan hati. Setetes air mata Pak Harto menandai

kehilangan besar yang harus diikhlaskannya hari itu.


3. Kreativitas dan Inovasi

Kepemimpinan memerlukan pemimpin dan pengikut yang kreatif

dan inovatif. Tanpa kreativitas dan inovasi pemimpin tidak mungkin

menciptakan visi dan msi sebagai solusi problem yang dihadapi

system sosialnya atau melakukan perubahan. Memimpin negara selama lebih

dari tiga dekade bukanlah waktu yang singkat bagi seorang presiden. Selama kurun

waktu tersebut tentu banyak hal yang telah dilakukanya. Sebagai presiden yang pernah

menjabat selama 32 tahun, Presiden Soeharto telah menetapkan dan melalukan berbagai

kebijakan dalam berbagai aspek baik ekonomi, sosial, budaya maupun hankam.

Kebijakan kebijakan tersebut tentunya tidak semua terealisasi dengan baik. Ada

sebagian kebijakan yang terwujud sesuai dengan harapan dan mendatangkan

kesejahteraan, namun ada juga yang tidak bahkan menimbulkan kontroversi dari

masyarakat. Berikut beberapa kinerja yang telah dilakukan Presiden Soeharto selama

kepemimpinannya:

1. Menjadikan Indonesia kembali menjadi anggota PBB


2. Menjadikan Indonesia menjadi salah satu Negara Pendiri ASEAN
3. Melaksanakan Program Transmigrasi
4. Program Keluarga Berencana
5. Swasembada Beras
6. Membuat Konsep Trilogi Pembangunan
7. Integrasi Timor Timur
8. Membangun Taman Mini Indonesia Indah (TMII)

4. Kepribadian

Pembentukan kepribadian daripada Soeharto juga tidak bisa lepas dari teori Adler

berdasarkan urutan kelahiran. Kita menemukan bahwa soeharto berada pada 2 kondisi

urutan kelahiran dalam keluarga. Pada saat umur 1 bulan 4 tahun, ia menjadi anak
tunggal dan selanjutnya saat ia berumur 4 tahun 8 tahun, ia menjadi anak sulung, dan

umur 8 tahun sampai seterusnya ia menjadi anak tunggal kembali. Dari urutan kelahiran

ini dapat disimpulkan beberap hal di mana posisinya sebagai seorang anak tunggal yang

mewakili sifat positif seperti seorang yang bertanggung jawab dan organisator yang baik,

ini terbukti dengan kompetensinya yang dapat menjadi seorang presiden dan perwira

militer dan sifat negatif yang turun adalah masalah takut kehilangan nasib baik yang

berarti ia selalu curiga denagn orang lain dan ia berusaha untuk menaklukan oraang yang

menghalanginya kemudiam sifat pemarah yang lebih tepatnya sebagai pemarah yang

diam, jadi dia marah terhadap seseorang tetapi tidak menunjukkan secara langsung tetapi

di belakangnya ia menyuruh orang lain untuk menghukum orang tersebut. Posisi sebagai

anak tunggal ia mewarisi beberapa sifat negatif antara lain ia selalu merasa dirinya benar

dan tidak mau disalahkan, ini adalah salah satu ciri diktator yang otoriter, semua hal yang

dilakukan oleh dia dalah sesuatu hal yang benar.

5. Sikap

Kepemimpinan merupakan proses interaksi antara pemimpin

dengan para pengikutnya. Sikap pemimpin dan sikap pengikut

mempengaruhi interaksi tersebut. Sikap pemimpin mengenai apa yang

memotivasi para pengikunya, apakah seorang pemimpin dapat

dipercaya, apakah seorang pemimpin dapat membawa perubahan

pada organisasi yang dipimpinnya. Didalam kepemimpinan Bapak

Suharto, ada beberapa sikap yang ditonjolkan oleh beliau diantaranya:

1. Komitmen

Mantan Presiden Soeharto memiliki komitmen yang sangat kuat untuk mengubah
bangsa dari kondisi politik yang tidak stabil (seperti paham komunis) menjadi kondisi

yang aman dan tentram.


2. Keberanian

Presiden Soeharto merupakan sosok yang berani, baik dalam memimpin aksi

militernya maupun saat memerintah negeri ini. Dalam memimpin aksi militer, Sering

Beliau berhasil dalam setiap misinya. Sedangkan saat menjadi penguasa negeri ini,

almarhum berani dalam melawan komunis-komunis dan penguasa Dunia. Serta

presiden Soeharto tegas dalam mengambil keputusan meskipun keputusan tersebut

terkadang ditentang sekalipun.


3. Ketegaran

Saat masyarakat Indonesia menginginkan adanya reformasi besar-besaran, Presiden

Soeharto dengan tegar melepaskan sikap kediktatorannya dan mengundurkan diri

sebagai Presiden.
4. Memahami Nasib Rakyat
Setiap kali hendak bermain golf di Rawamangun, Pak Harto hanya dikawal satu jip

pengawal di belakang. Posisi duduk pun berubah, Pak Harto di samping pengemudi,

ajudan di belakang. Suatu kali ketika tiba di Jalan Paramuka dan hendak belok kiri ke

arah rawamangun, antrean kendaraan yang dihentikan polisi sudah terlalu panjang.

Terdengar klakson bersahut-sahutan. Mengetahui itu, lantas Soeharto berpesan, Lain

kali polisi tidak perlu menyetop mereka terlalu lama. Mereka kan punya keperluan

yang mendesak, sedang saya kan hanya mau berolahraga. Jadi biar saya menunggu

sebentar, kan tidak apa-apa.


Baru ketika kami tiba di Vatikan, saya bisa melaporkan bahwa krisis pangan di

Indonesia sudah teratasi, ini membuat Pak Harto tampak sedikit tenang. Seusai acara

kenegaraan, setelah tiba di tempat menginap di wisma Indonesia di Vatikan, Pak

Harto langsung mengganti pakaian kerja resmi dengan sarung dan kaos oblong.
Setelah itu beliau keluar dari kamar dan mengumpulkan kami di ruang makan dan

berkata, Sekarang saatnya kita bisa makan dengan tenang, karena saudara-saudara

kita di Tanah Air juga sudah dapat makan dengan tenang.


Saya terkejut mendapat perhatian Pak Harto yang luar biasa,

Istrimu sakit kan? Bawa sekalian berobat, tidak usah berpikir biaya.

Gajimu kan tidak seberapa, kecil di sana. Biar nanti ada yang

mengurus biayanya, kata Pak Harto.


5. Pemberi Nasehat
Menjadi pejabat itu jangan untuk mencari jenang (materi), tapi carilah jeneng (nama

baik). Kalau kamu sudah memperoleh jeneng, maka jenang akan datang kepadamu

dengan sendirinya,
Bisnis itu ada hukumnya. Kamu tidak boleh menzalimi orang. Kalau utang harus

dikembalikan. Berdagang harus jujur, kalau tidak maka kita tidak akan dipercaya

orang, begitu salah satu pesan Pak Harto.


6. Tegas Mengatasi Masalah
Pak Harto adalah pemimpin yang memahami begitu banyak masalah, sehingga beliau

bisa mengatasinya untuk kemudian membangun negara Indonesia dengan baik.

Memang ada yang berpendapat bahwa pemerintahan Pak Harto keras, tetapi tidak

mungkin suatu pemerintahan tidak berlaku tegas, dengan membiarkan sama sekali

adanya masalah-masalah.
6. Pengambil Resiko
Bapak Soeharto sebagai orang yang berani mengambil keputusan yang penuh

risiko. Beliau tidak ragu-ragu untuk mengambil tanggungjawab. Keputusan semacam itu

jelas bukan keputusan yang diambil sesaat, tetapi merupakan keputusan yang sudah

diperhitungkan dengan teliti dan didasarkan pada intuisi yang tajam. Kepribadian beliau

yang menarik, disamping menunjukkan kemampuan di bidang militer yang tinggi, setelah terpilih

menjadi Presiden beliau juga menunjukkan kelebihan beliau didalam menguasai masalah-masalah

sosial, politik dan ekonomi secara luas dan berbobot. Kesemuanya itu jelas merupakan dasar bagi
keberhasilan beliau sebagai negarawan didalam memimpin negara yang kita cintai ini. Dapat

dilihat didalam kepemimpinan pak harto yaitu:

Setelah meninggalkan istana, Sjafrie pun bertanya pada Soeharto mengapa nekat

mengunjungi Bosnia yang berbahaya. Termasuk menyampingkan keselamatan dirinya. Ya kita

kan tidak punya uang. Kita ini pemimpin Negara Non Blok tetapi tidak punya uang. Ada negara

anggota kita susah, kita tidak bisa membantu dengan uang ya kita datang saja. Kita tengok. Yang

penting orang yang kita datangi merasa senang, morilnya naik dan mereka menjadi tambah

semangat, jawab pak Harto.

7. Proaktifitas dan Kewirausahaan


Presiden Soeharto juga cenderung ditampilkan sebagai seorang pemimpin yang

lebih reaktif dibanding proaktif.Ia lebih sering memberikan tanggapan atau respon

terhadap pernyataan orang lain dibanding menunjukkan gagasan/pemikirannya sendiri.

Pesan-pesan verbal sebagaimana tercakup dalam ucapan atau pernyataan yang

disampaikan Presiden Soeharto kepada berbagai pihak lebih banyak berisi tanggapan

dirinya terhadap pertanyaan, opini, sikap, dan perilaku para pejabat dan masyarakat yang

dipimpinnya. Selain itu juga Presiden Soeharto digambarkan sebagai pemimpin yang

memiliki fleksibelitas dalam melaksanakan tugas dan fungsi kepemimpinannya. Namun

disamping itu juga Pak Harto memiliki sikap kewirausahaan dalam kepemimpinannya.

Contohnya:

Soeharto berencana ingin berjualan nasi dan nugget ikan dengan harga murah agar

rakyat bisa makan dengan layak. Sekarang harga beras berapa? tanya Soeharto.

Husni menjawab Rp 6.200 dan itu beras impor dari Vietnam.

Mendengar itu Pak Harto tampak sedih. Wajahnya kecewa. Berarti swasembada

pangan saya gagal, kata Soeharto. Di pertemuan lain, Soeharto berencana membuat
program 10 ribu gerobak dorong yang menjual nasi murah berisi nasi, nugget ikan,

sayuran dan sambal. Selain rakyat bisa membeli makanan bergizi, penjualnya pun bisa

mendapat untung. Sebungkus Rp 5.500, modalnya Rp 4.500, jadi pedagang mendapat

Rp 1.000. Kalau sehari laku 50 bungkus sebulan didapat Rp 1,5 juta. Kalau ada 10 ribu

gerobak, berarti ada 10 ribu keluarga yang sejahtera, terang Pak Harto.

8. Integritas
Diawal masa pemerintahan bapak Suharto, beliau sangat menunjukkan integritas

yang sangat tinggi. Dengan nilai-nilai dan norma kejujuran yang ada didalam dirinya,

beliau berhasil membawa Indonesia menjadi maju, menjadi salah satu Negara yang

dikenal dunia Internasional dengan segala program yang beliau buat. Akan tetapi

sepanjang perjalanan kepemimpinannya, integritas bapak Suharto mulai menurun dimata

para pengikutnya. Ditandai dengan banyaknya praktik KKN yang terjadi dinegara

Indonesia selama masa pemerintahannya. Sehingga beliau dicekal oleh rakyat Indonesia

untuk turun dari kursi Kepresidenan. Disini dapat dilihat, semakin baik integritas yang

dimiliki seorang pemimpin, maka pengikutnya akan tunduk dan percaya padanya, akan

tetapi jika sebuah integritas dimasuki nilai-nilai kebohongan, kemunafikan, praktik KKN,

dan lain sebagainya integritas itu sendiri yang akan membunuh karir seorang pemimpin.
3.2 TEORI KEPEMIMPINAN SUHARTO
Di dalam teori kepemimpinan ini, kelompok menganalisis bahwa bapak Suharto

dijadikan presiden Indonesia dikarenakan beliau adalah seorang sosok sederhana yang

Kharismatik dan mempunyai sifat-sifat pemimpin sehingga beliau layak dijadikan

pemimpin pada saat itu. Kaharisma yang dimiliki bapak Suharto dimulai dari prestasinya

dalam bidang militer sehingga membuat penguasa Indonesia pada saat itu, mulai melirik

ke Beliau. Pak Harto mempunyai kemampuan istimewa dan kekuasaan personal dalam

menjalankan visinya. Semua pengikutnya tunduk kepada beliau, dalam mengambil


keputusan pun harus menunggu persetujuan beliau. Disamping itu pak harto juga memilki

charisma yang membuat para pengikutnya selalu melihat beliau sebagai sosok yang

sederhana, selalu senyum, sabar, dan kalem dalam setiap menghadapi dan mengatasi

masalah. Pak harto juga memilki sifat cerdas, tegas, kreatif dan inovatif, percaya diri,

mempunyai motivasi, berani, adaptabilitas, pengambil resiko dan dominan sehingga sifat-

sifat tersebut yang mendukung Beliau menjadi pemimpin yang Kharismatik.

3.3 SUMBER-SUMBER KEKUASAAN

1. Kekuasaan Posisional
Menurut Yulk kekuasaan posisional merupakan potensi mempengaruhi yang

bersumber dari otoritas yang sah, control atas sumber-sumber dan imbalan, control atas

hukuman, control atas informasi dan control atas organisasi kerja dan lingkungan fisik

kerja. Didalam kepemimpinan Suharto ini, sumber kekuasaan yang didapatnya sehingga

ia menjadi seorang presiden dimulai dari prestasinya dibidang militer untuk menduduki

jabatan-jabatan atau posisi tertentu, yang kemudian namanya semakin dikenal sehingga

dalam menjalankan tugasnya beliau dikenal sebagai perwira yang pemberani dan selalu

selesai dalam mengatasi masalah yang menimpa Indonesia pada saat itu. Dibawah ini

beberapa contoh prestasi militer yang pernah ia raih, sampai keluarnya SUPERSEMAR

yang mengangkat beliau untuk menjadi presiden Indonesia yaitu:

Ditahun 1941 tepatnya di Sekolah Bintara, Gombong di Jawa Tengah, Soeharto

terpilih sebagai Prajurit Telaten, sejak kecil ia memang bercita-cita menjadi seorang

tentara atau militer. kemudian pada tanggal 5 Oktober 1945 setelah Indonesia merdeka,

Soeharto kemudian resmi menjadi anggota TNI. Dalam ikatan dinas pendek itu, Soeharto

berhasil menjadi lulusan terbaik. Ia kemudian praktik di Batalyon XIII di Tempel dekat
Malang, dan menjabat sebagai wakil komandan regu. Karena Perang Dunia ke-2 sedang

terjadi, Soeharto segera dikirim ke Bandung begitu ia mendapatkan pangkat sersan.

Nama Soeharto kemudian semakin dikenal dengan serangan tiba tibanya untuk

menguasai Yogyakarta pada tanggal 1 Maret 1949 yang dilakukannya dalam waktu enam

jam. Kemudian pada tahun 1950, Soeharto bekerja sebagai pejabat militer di Divisi

Dipenogoro Jawa Tengah. Pada tahun 1961, Soeharto berhasil mencapai pangkat Brigadir

Jenderal dan memimpin Komando Mandala yang bertugas merebut Irian Barat.

Sekembalinya dari sana, Soeharto mendapat kenaikan pangkat menjadi mayor jenderal

dan ditarik ke Markas Besar ABRI oleh Jenderal A.H. Nasution. Pada pertengahan tahun

1962, Soeharto diangkat menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

(Kostrad).

Pada Tahun 1965, Mayjen Soeharto untuk segera mengamankan Jakarta terutama

setelah mendapatkan kabar bahwa Letjen Ahmad Yani, Menteri / Panglima Angkatan

Darat tidak diketahui keberadaannya. Hal ini sebenarnya berdasarkan kebiasaan yang

berlaku di Angkatan Darat bahwa bila Panglima Angkatan Darat berhalangan hadir, maka

Panglima Kostrad yang menjalankan tugasnya. Tindakan ini diperkuat dengan turunnya

Surat Perintah yang dikenal sebagai Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) dari Presiden

Soekarno yang memberikan kewenangan dan mandat kepada Soeharto untuk mengambil

segala tindakan untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. Langkah yang diambil

Soeharto adalah segera membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) sekalipun sempat

ditentang Presiden Soekarno, penangkapan sejumlah menteri yang diduga terlibat G-30-S

(Gerakan 30 September).

1. Otoritas formal (formal authority)


Merupakan kekuasaan berdasarkan persepsi hak prerogative, kewajiban dan

tanggung jawab yang berhubungan dengan posisi khusus dalam organisasi. Persyaratan

penerimaan otoritas adalah legitimasi seseorang menduduki posisi kepemimpinan dalam

organisasi secara sah, ini dapat kita lihat dari kisah pak soeharto :

Jalan panjang dan berliku dilalui Soeharto ketika merintis karier militer dan juga

karier politiknya. Dalam bidang militer Soeharto memulainya dengan pangkat sersan

tentara KNIL, dari situ ia kemudian menjadi Komandan PETA pada zaman penjajahan

Jepang, setelah itu ia menjabat sebagai komandan resimen berpangkat mayor kemudian

menjabat komandan batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel.

Sejarah bangsa Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peristiwa yang dikenal

sebagai serangan Umum 1 Maret 1949, itu merupakan peristiwa yang menjadi catatan

penting dalam sejarah bangsa ketika resmi merdeka dari penjajahan bangsa Belanda

selama tiga setengah abad. Banyak versi mengatakan bahwa Peranan Soeharto ketika

merebut Yogyakarta yang waktu itu sebagai Ibukota Republik Indonesia dalam Serangan

Umum 1 Maret tidak bisa dipisahkan.

Tujuan dari serangan umum 1 Maret adalah menunjukan pada dunia internasional

tentang eksistensi dari TNI (Tentara Nasional Indonesia) ketika itu dalam membela

Bangsa Indonesia. Dalam kepemimpinannya, Soeharto berhasil merebut kota Yogyakarta

dari cengkraman penjajah Belanda pada waktu itu. Pada waktu itu beliau juga menjadi

pengawal dari Panglima Besar Jendral Sudirman. Dalam operasi pembebasan Irian Barat

dari tangan Belanda ketika itu beliau yang menjadi panglima Mandala yang dipusatkan di

Makassar.

2. Kontrol atas sumber dan imbalan (control over resources and reward)
Makin tinggi seseorang dalam hirarki organisasi maka ia akan mengontrol sumber

yang terbatas jumlahnya di organisasi, eksekutif puncak mengontrol dan memutuskan

lebih banyak sumber daripada menejer. Menejer atau pemimpin diberi wewenang untuk

menaikan gaji, promosi pangkat atau jabatan dan sebagainya. Dapat kita lihat dari kisah

pak soeharto :

Ketika peristiwa G-30-S/PKI meletus pada tanggal 1 Oktober 1965, Soeharto

kemudian bergerak cepat mengambil alih kendali pimpinan Angkatan Darat ketika itu dan

kemudian mengeluarkan perintah yang cepat untuk mengatur dan mengendalikan

keadaan negara yang kacau akibat dari kudeta oleh PKI.

Setelah peristiwa G-30-S/PKI, Soeharto kemudian menjabat sebagai Panglima

Angkatan Darat menggantikan Jendral Ahmad Yani yang gugur di tangan PKI.Selain

sebagai Panglima Angkatan Darat, Soeharto juga menjabat sebagai Pangkopkamtib yang

ditunjuk oleh Presiden Soekarno pada waktu itu.

Puncak karier Soeharto ketika ia menerima Surat Perintah Sebelas Maret atau

yang dikenal sebagai "Supersemar" oelh Presiden Soekarno pada bulan maret 1966

dimana tugasnya adalah mengendalikan keamanan dan juga ketertiban negara yang kacau

setelah kudeta yang dilakukan oleh PKI dan mengamalkan ajaran Besar Revolusi Bung

Karno.

Setelah peristiwa G-30-S/PKI keadaan politik dan juga pemerintahan Indonesia

makin memburuk, kemudian pada bulan maret 1967 dalam sidang istimewa MPRS yang

kemudian menunjuk Soeharto sebagai Presiden Kedua Republik Indonesia yang

menggantikan Presiden Soekarno, dimana pengukuhan dilakukan pada Maret 1968.


Masa pemerintahan presiden Soeharto dikenal dengan masa Orde Baru dimana

kebijakan politik baik dalam dan luar negeri diubah oleh Presiden Soeharto. Salah

satunya adalah kembalinya Indonesia sebagai anggota PBB (Perserikatan Bangsa Bansa)

pada tanggal 28 September 1966 setelah sebelumnya pada masa Soekarno, Indonesia

keluar sebagai anggota PBB

2. Kekuasaan Personal

Kekuasaan personal bersumber pada potensi yang ada pada diri seseorang dan

hubungan dengan oranglain yang berupa keahlian, pertemanan/loyalitas dan kharisma.

Dapat dilihat dari kisah pak Soeharto dibawah ini bahwa Soeharto menggunakan sumber

kekuasaan personal, dimana didalamnya terdapat keahlian, perteman/loyalitas dan

Kharisma Soeharto dalam membuat suatu strategi bersama dengan teman-temannya

untuk mengelabui bangsa Indonesia.

Peristiwa G30S 1965 lebih tepat bila didefinisikan sebagai pengkianatan regim

Soeharto terhadap bangsanya sendiri, bukan pengkianatan PKI. Dengan jurus maling

teriak maling, Soeharto dkk, Mendirikan monumen Lubang Buaya dan

menginstruksikan agar seluruh jalan-jalan utama di Indonesia diberi nama para jendral

yang tewas tersebut. Licik namun indah sekali bukan? Yang perlu dicamkan ialah: kalau

menipu jangan tanggung-tanggung!

Dijaman Soeharto (Orba): agama diperalat untuk menggaet suara pemilih disaat

Pemilu, misalnya saja penyalahgunaan dai Zainudin MZ yang sengaja sering

ditampilkan di TV, kemudian sengaja digelari Dai Sejuta Umat agar rakyat mudah

terpikat. Jurus ini disebut politik kambing putih. Setelah populer, dai ini dibawa safari

Ramadhan oleh menteri Harmoko untuk menipu rakyat demi kemenangan GOLKAR.
Memenangkan suara pemilu suatu daerah diuamakan melalui para ulamannya. Semenjak

regim ORBA s/d saat ini para kyai dan ulama terus diperebutkan oleh politikus untuk

menjadi sekedar alat politik. Oleh regim Suharto, para ulama busuk ini dibuatkan wadah

yang dinamai MUI. Oleh orang bijak, kata MUI lebih tepat kalau diterjemahkan sebagai

Majelis Ulama Istana (atau alat penguasa).

3. Kekuasaan Proses Politikal


1. Kontrol atas sumber proses pengambilan keputusan (control overdicision

process)

Kekuasaan dalam organisasi dapat dipertahankan dengan memperoleh control

atau keputusan-keputusan yang penting dari sumber-sumber yang langka dalam

penyusunan rencana kebijakan. disamping itu juga dapat menjadi anggota tim, dewan

dalam menentukan keputusan, dapat dilihat dari kutipan kisah pak Soeharto, bahwa :

Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Pengucilan politik

dilakukan terhadap orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Sanksi

kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk mengadili

pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak.

Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat "dibuang" ke Pulau

Buru bahkan sebagian yang terkait atau masih pendukung dari Partai PKI dihabisi dengan

cara dieksekusi massal di hutan oleh militer pada waktu itu. Program pemerintah

Soeharto diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional, terutama stabilisasi dan

rehabilitasi ekonomi.

Yang dimaksud dengan stabilisasi ekonomi berarti mengendalikan inflasi agar

harga barang-barang tidak melonjak terus. Dan rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan

secara fisik sarana dan prasarana ekonomi. Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan
sistem ekonomi berencana yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah

terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Program stabilsasi ini dilakukan dengan cara membendung laju inflasi. Dan

pemerintahan Soeharto berhasil membendung laju inflasi pada akhir tahun 1967-1968,

tetapi harga bahan kebutuhan pokok naik melonjak.

2. Koalisi

Dalam organisasi sering orang tidak dapat bertindak sendiri untuk memperoleh

apa yang dikehendakinya. Proses umum untuk ini adalah membentuk koalisi atau aliansi

untuk mendukung atau menentang kebijakan, program atau perubahan. Dapat dilihat dari

kisah pak Soeharto :

Sesudah dibentuk Kabinet Pembangunan pada bulan Juli 1968, pemerintah

mengalihkan kebijakan ekonominya pada pengendalian yang ketat terhadap gerak harga

barang khususnya sandang, pangan, dan kurs valuta asing. Sejak saat itu ekonomi

nasional relatif stabil.

Setelah berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia, maka langkah

selanjutnya yang ditempuh pemerintah Orde Baru adalah melaksanakan pembangunan

nasional. Pembangunan nasional yang diupayakan pemerintah waktu itu direalisasikan

melalui Pembangunan Jangka pendek dan Pembangunan Jangka Panjang.

Pambangunan Jangka Pendek dirancang melalui Pembangunan Lima Tahun

(Pelita).Setiap Pelita memiliki misi pembangunan dalam rangka mencapai tingkat

kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sedangkan Pembangunan Jangka Panjang

mencakup periode 25-30 tahun.


Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang

berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan

Negara.Pembangunan nasional dilaksanakan dalam upaya mewujudkan tujuan nasional

yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945.

Pada masa orde baru, pemerintah menjalankan kebijakan yang tidak mengalami

perubahan terlalu signifikan selama 32 tahun.Dikarenakan pada masa itu pemerintah

sukses menghadirkan suatu stablilitas politik sehingga mendukung terjadinya stabilitas

ekonomi.

Karena hal itulah maka pemerintah jarang sekali melakukan perubahan-perubahan

kebijakan terutama dalam hal anggaran negara. Pada masa pemerintahan orde baru,

kebijakan ekonominya berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ekonomi

tersebut didukung oleh kestabilan politik yang dijalankan oleh pemerintah.

Hal tersebut dituangkan ke dalam jargon kebijakan ekonomi yang disebut dengan

Trilogi Pembangungan, yaitu stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan

pemerataan pembangunan. Dari keberhasilannya inilah sehingga Presiden Soeharto

kemudian disebut sebagai "Bapak Pembangunan".

3.5 JENIS KEKUASAAN

1. Otoritas
Orang mempunyai otoritas yang menduduki jabatanya secara sah. Sah atau

legitimate artinya dipilih secara sah oleh orang yang berhak memilih atau diangkat oleh

orang yang berhak mengangkatnya. Dapat dilihat dari kisah dibawah ini bahwa Pak

Soeharto melalui presiden Soekarno kemudian dalam sidang istimewa MPRS yang

kemudian menunjuk Soeharto sebagai Presiden Kedua Republik Indonesia.


Puncak karier Soeharto ketika ia menerima Surat Perintah Sebelas Maret atau

yang dikenal sebagai "Supersemar" oleh Presiden Soekarno pada bulan maret 1966

dimana tugasnya adalah mengendalikan keamanan dan juga ketertiban negara yang kacau

setelah kudeta yang dilakukan oleh PKI dan mengamalkan ajaran Besar Revolusi Bung

Karno.

Setelah peristiwa G-30-S/PKI keadaan politik dan juga pemerintahan Indonesia

makin memburuk, kemudian pada bulan maret 1967 dalam sidang istimewa MPRS yang

kemudian menunjuk Soeharto sebagai Presiden Kedua Republik Indonesia yang

menggantikan Presiden Soekarno, dimana pengukuhan dilakukan pada Maret 1968.

2. Jenis kekuasan keahlian

Kekuasaan keahlian merupakan kekuasaan yang berdasarkan kualitas personal

seseorang bukan hanya berdasarkan posisinya dalam organisasi atau pun system social,

Jadi dapat disimpulkan dari Kisah Pak Soeharto dibawah ini bahwa Pak soeharto

mempunyai keahlian dalam menyusun strategi untuk mensukseskan suatu gerakan untuk

Indonesia meski soeharto harus mengelabui bangsa indonesia dan juga Pak Soeharto

memiliki hubungan dengan pemegang kekuasaan lainnya sehingga strateginya bisa

berjalan lancar pada saat itu.

Begawan politik Soeharto memang hebat dalam menaklukan dan membodohi

bangsanya sendiri. Pada peristiwa G30S di tahun 1965, beliau mampu menyembunyikan

rahasia terkotor dan terbesar bangsa Indonesia melalui manipulasi sejarah 1965. Pada

peristiwa Reformasi 1998, kembali beliau dengan indahnya mengecoh bangsanya sendiri

melalui manipulasi reformasi. Para politisi dan profesor dari Luar Negeri sampai tidak

habis herannya, mereka meminta bangsa Indonesia untuk secara cerdas menganalisa hal
ini mengingat fakta sejarah didunia mengatakan bahwa jatuhnya rezim diktator atau

koruptor selalu dibarengi dengan: a) kaburnya penguasa ke luar negeri atau terbunuh b)

partai pendukung utamanya dibubarkan c) militer kembali ke barak d)ada

repatriasi/pengembalian harta rampokan presiden, keluarga, dan kroninya kepada Negara

e) Namun anehnya, selain keempat hal ini tidak terjadi di Indonesia, yang paling ajaib

adalah Soeharto justru diperkenankan menunjuk penggantinya yaitu Habibie (mana ada

diktator direformasi dibolehkan menunjuk pengganti?).

Penunjukan Habibie merupakan titik balik sejarah dan awal dari segala mala

petaka bangsa Indonesia. Kelima point ini terjadi dikarenakan kepiawaian regim Soeharto

dalam menyusupi gerakan reformasi, salah satu pimpinan reformasi adalah kader sejati

Soeharto yang telah lama dipersiapkan dan sengaja diselundupkan, maka jadilah

reformasi palsu seperti kita alami ini. Ternyata sejarah menandaskan bahwa bangsa

Indonesia telah berkali-kali hanya dijadikan sekedar objek penipuan dan pembodohan,

dari peristiwa 1965, hilangnya Supersemar, Serangan umum 1 Maret di Yogya, Tragedi

Mei 1998, manipulasi reformasi 1998, dan berbagai kerusuhan yang direkayasa. Ini

menunjukkan betapa piawainya Soeharto dalam memainkan politiknya dengan strategi

politisasi agama Islam, dalam pengertian menyatunya militer dengan Islam (petinggi TNI

AD dengan petinggi Muhammadiah).

3. Kharisma

Kekuasaan kharisma pertama-tama bisa bersumber pada keunggulan fisik,

Seorang yang penampilannya gagah, cantik, kuat dan sebagainya seperti halnya kisah pak

Seharto dibawah ini bahwa pak Soeharto memiliki kharisma dari kewibawaanya, gaya
bicaranya dan juga senyum khas dimiliki pak Soeharto yang memukau atau membuat

orang menginginkanfisik atau Kharisma seperti yang dimilikipak Soeharto.

Suka atau tidak, harus diakui bahwa beliau adalah sosok kharismatik yang

kewibawaannya susah dicari bandingannya pada para pemimpin bangsa saat ini.

Kharisma seorang Pak Harto terlihat begitu natural, tidak dibuat buat atau sekadar

tebar pesona. Masih lekat dalam benak kita bagaimana gaya bicaranya yang tenang,

datar, tetapi mengandung makna filosofis begitu dalam. Tak jarang beliau menyelipkan

beberapa pepatah atau ungkapan Bahasa Jawa di sela sela pidatonya. Peribahasa Jer

basuki mawa bea, mikul dhuwur mendem jero atau yang semisalnya acapkali menjadi

selingan dalam pidato resmi beliau.

Dan juga Soeharto adalah pemimpin yang sangat terkenal, terutama di dunia

barat. Soeharto juga kerap kali dipanggil dengan sebutan The Smiling General atau yang

artinya adalah Jenderal yang Tersenyum. Hal ini tak lain karena raut mukanya yang selalu

tersenyum dalam setiap acara resmi yang dilakukannya. Terlepas dari kontroversi dan

kesalahan yang pernah dia buat, tentu dia juga sosok yang menginspirasi banyak orang

dan memberikan banyak perubahan untuk negara kita.

4. Kekuasaan Imbalan

Merupakan potensi agen untuk memberikan valensi positif dan menghilangkan

atau mengurangi valensi negatife. Valensi positif adalah sesuatu yang diharapkan

sedangkan valensi negative adalah hal yang dihindari. Dapat dilihat kisah dibawah ini

bahwa Pak Soeharto diharapkan untuk dapat menjamin keamanan, ketenangan, serta

kestabilan jalannya revolusi.


Setelah dilantik sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat pada 14 Oktober1965,

ia segera membubarkan PKI dan ormas-ormasnya. Tepat 11 Maret1966, dia menerima

Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno melalui tiga jenderal,

yaitu Basuki Rachmat, Amir Machmud, dan M Yusuf. Isi Supersemar adalah memberikan

kekuasaan kepada Soeharto untuk dan atas nama Presiden/Panglima Tertinggi/Panglima

Besar Revolusi agar mengambil tindakan yang dianggap perlu demi terjaminnya

keamanan, ketenangan, serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi.

Sehari kemudian, 12 Maret 1966, Menpangad Letjen Soeharto membubarkan PKI dan

menyatakan sebagai partai terlarang di Indonesia.

5. Kekuasaan Koneksi

Kekuasaan koneksi adalah hubungan atau koneksi dengan pemegang kekuasaan

lainnya atau konektor didalam atau diluar organisasi, dapat dilihhat dibawah ini bahwa

adanya koneksi Soeharto dengan CIA sehingga dapat dukungan dalam penumpasan

komunis.

Soeharto dikatakan menerima dukungan CIA dalam penumpasan komunis.

Diplomat Amerika 25 tahun kemudian mengungkapkan bahwa mereka telah menulis

daftar "operasi komunis" Indonesia dan telah menyerahkan sebanyak 5.000 nama kepada

militer Indonesia Been Huang, bekas anggota kedutaan politik AS di Jakarta mengatakan

di 1990 bahwa: "Itu merupakan suatu pertolongan besar bagi Angkatan Bersenjata.

Mereka mungkin membunuh banyak orang, dan saya kemungkinan memiliki banyak

darah di tangan saya, tetapi tidak seburuk itu. Ada saatnya di mana anda harus memukul
keras pada saat yang tepat." Howard Fenderspiel, ahli Indonesia di State Department's

Bureau of Intelligence and Research di 1965: "Tidak ada yang peduli, selama mereka

adalah komunis, bahwa mereka dibantai. Tidak ada yang bekerja tentangnya." 1 Dia

mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia dalam rangka membebaskan sumber daya di

militer.

6. Kekuasan Paksa

Para penegak hokum, polisi, jaksa dan hakim sering harus menggunakan

kekuasaan paksa (coercive power) terhadap para pelanggar hukum. Mereka memaksa

para pelanggar hokum yang tidak mematuhi hokum karena dalam jabatan dan perannya

mereka mempunyai kekuasaan memaksa. Akan tetapi penguasa sering menggunakannya

untuk memaksa rakyat mengikuti kehendaknya dengan demokrasi dan hak azasi manusia.

Dapat dilihat dari kisah Pak Soeharto dibawah ini yang memaksakan kehendaknya untuk

memperpanjang otomatis masa jabatan gubernur Sumatera meski menurut Tim Menteri

Dalam Negeri kurang berprestasi.

Syahdan, suatu ketika ada seorang menteri di sumatera yang menurut Tim

Departemen Dalam Negeri kurang berprestasi. Tapi diluar kabar beredar bahwa Presiden

sudah menyetujui masa jabatan kedua bagi gubernur tersebut. Ketika itu memang banya

sekaligubernur atau bupati yang menjabat dua kal. Rudini tidaksetuju perpanjangan

otomatis. kalau memang prestasinya outstanding, duakali OK. tapi kalau enggak buat

apa ?

Didampingi Moerdiono, Menteri/sekretaris Negara, Rudini bertemu Presiden.

Lalu saya bertanya kenpa gubernur itu diperpanjang masa jabatany, padahal surat
pemberhentian atas dirinya sudah diparaf oleh Presiden. Dan Pak Moer jadi saksinya.

Kenapa tiba-tiba keputusan itu berubah?

Pak Harto, tutur Rudini, hanya senyam-senyum mendengar protesnya. Keputusan

itu, tutur Presiden, bukan dibuat oleh seorang pejabat saja. Lalu presiden menyinggung

perolehan suara Golkar sebesar 92% diprovinsi itu pada pemilihan umum 1997.

Rudiniharus puas dengan penjelasan presiden, Ya kalau itu maunya presiden, berarti

tanggung jawab diambiloleh presiden; bukan lagi Menteri Dalam Negeri.

3.5 TAKTIK MEMPENGARUHI

1. Taktik Menekan

Taktik menekan meliputi paksaan, ancaman, intimidasi, tindakan merintangi

untuk mendapatkan sesuatu, menahan bantuan atau permintaan yang berulang-ulang dari

agen agar target mematuhi perintah atau permintaan agen. Dapat dilihat dari kisah

Soeharto dibawah ini bahwa akan dilakukan pengucilan politik bagi orang-orang yang

terkait dengan PKI.

Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Pengucilan politik

dilakukan terhadap orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia.

Sanksi kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa

untuk mengadili pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak.

Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat "dibuang" ke Pulau

Buru bahkan sebagian yang terkait atau masih pendukung dari Partai PKI dihabisi

dengan cara dieksekusi massal di hutan oleh militer pada waktu itu. Program

pemerintah Soeharto diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional,

terutama stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi.


Pada waktu itu pemerintah bersiap melakukan devaluasi rupiah karena

perekonomian Indonesia semakin buruk. Suhud kemudian ditugaskan

Prof.Widjojo selaku Mentri Koordinator Ekonomi untuk menghitung berapa kira-

kira kenaikan biaya produksi di sector industry akibat tindakan devaluasi. setelah

rampung senin ia berikan kepada Pak Widjojo namun tiada reaksi. Tapi kemudian

Suhud mendengar ada ribut-ribut diluar. Ia pun kemudian dipanggil presiden.

Yang mengahadap adalah Suhud, Rusmin, Barli Halim, dan Shudarmono. Beliau

marah sekali kata Suhud


Siapa yang siarkan harga-harga ini sesudah devaluasi ? ini menteri Perindustrian,

kenapa ini ? bentak Soeharto


Mendapat serangan kilat suhud memberanikan diri untuk menjawab. ini bukan

untuk disiarkan Pak, Ini perintah pak Widjojo untuk dibahas hari ini saya tidak

antidevaluasi, hanya diminta untuk menghitung.


Ya kenapa ini jatuh presiden kemudian menyebutkan beberapa nama Menteri

(maksudnya orang-orang yang memperoleh data itu) Suhud buru menjawab itu

bukan urusan saya pak.


Suhud bukan tidak tahu kalau daftar yang dibuat stafnya jatuh kebebrapa mentri

lainnya, seperti mentri Perdagangan Radius Pawiro. Setelah diam sejena, Presiden

masih dalam keadaan marah memerintahkan Sudomo : Domo, kalau ada orang

naikkan harga, tangkap, suruh sapu jalan!. jelek sekali pancaran muka Pak

Soeharto.
Siap, Bapak Presiden! jawab sudomo sambil memperlihatkan sikap hormat

sempurna.
2. Taktik legitimasi

Legitimasi adalah taktik mempengaruhi yang mempergunakan hak formal agen

karena menduduki posisi tertentu dalam suatu organisasi. Dapat dilihat dari kisah pak
Soeharto dibawah ini bahwa pak Soeharto menggunakan hak formalnya sebagai seorang

yang menduduki jabatan dalam organisasi ia memberikan perintah,dan meminta

bawahanya melakukan sesuatu.

Dalam perjalanan pulangnya dari lawatannya ke Yugoslavia dan uni Soviet, diatas

pesawat Presiden Soeharto berbicara dengan pers. Ia mengingatkan semua pihak

bahwa Orde Baru sudah bertekad untuk melaksanakan kemurnian Pancasila dan

UUD 1945. Hal itu berarti secara konstitusional silakan melakukan apa saja,

sampai mengganti saya ;jalannya sudah ada, yaitu melalucara konstitusional

tetapi klau dilakukan diluar itu, apakan diaseorang pemimpin politik atau sampai

Jendral sekalipun, akan saya gebuk. Siapa saja akan saya gebuk karena saya

harus menerbitkan pelaksanaan konstitusi itu! (Kompas, 29-9-1989).


3. Taktik Konsultasi

Taktik konsultasi adalah mengajak target untuk ikut serta dalam perencanaan

kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan mengevaluasi kegiatan. Target diajak dalam proses

konsultasi pengambilan keputusan dalam organisasi

Setelah membuka sidang dengan sambutan singkat, presiden mempersilakan

menteri menanggapinya atau memberikan laporan. Mentri mana yang berbicara,

biasanya sudah diatur terlebih dahulu oleh menteri/seketaris Negara. Tiga atau

maksimal empat mentri berbicara. Selesai para mentrinya menyampaikan

laporannya, presiden menanggapi, tapi kadag juga tidak. Biasanya mentri lain

yang dipersilakan memberikan tanggapan. Tidakada dialog.


Suatu ketika Mantan Menteri DalamN egeri ini mendapat perintah Pak Harto

(Disampaikan oleh Pak Dharmono, alm) untuk menjadi ketua umum Golkar .

Menurut Rudini, ia bukan menolak untuk memimpin Golkar. Perintah ini dapat
mencoret kepala Negara sendiri karena mengangkat wasit pemilu menjadi

peserta pemilu. Maka, sebagai pembantu presiden, Rudinimerasa bertanggung

jawab untuk mengoreksi tindakan Presiden. Dan ternyata Pak Harto tidakmarah,

tetapi dapat memahami koreksi yang disampaikan Rudini. Hanya saja, Menurut

Rudinipak Soeharto agak kecewa karena ia tidak segera mengajukan nama lain

setelah ia menyatakan keberatan menjadi Ketua Umum Golkar.

Dari dua kisah tentang Pak Harto diatas adakalanya pak Harto bisa diajak untuk

berkonsultasi untuk bertukar pendapat dalam memecahkan masalah namun kadang ada

faktor-faktor yang mempengaruhi tidak lancarnya komunikasi tersebut yaitu, siapa

komunikanya, apa permasalahannya, dan bagaimana mood-nya ketika itu.

3.6 GAYA KEPEMIMPINAN YANG DIGUNAKAN SUHARTO

Diawali dengan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tahun 1966

kepada Letnan Jenderal Soeharto, maka Era Orde Lama berakhir diganti dengan

pemerintahan Era Orde Baru. Pada awalnya sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan

menonjol dari Presiden Soeharto adalah kesederhanaan, keberanian dan kemampuan

dalam mengambil inisiatif dan keputusan, tahan menderita dengan kualitas mental yang

sanggup menghadapi bahaya serta konsisten dengan segala keputusan yang ditetapkan.

Gaya Kepemimpinan Presiden Soeharto merupakan gabungan dari gaya

kepemimpinan Proaktif-Ekstraktif dengan Adaptif-Antisipatif, yaitu gaya kepemimpinan

yang mampu menangkap peluang dan melihat tantangan sebagai sesuatu yang berdampak

positif serta mempunyal visi yang jauh ke depan dan sadar akan perlunya langkah-

langkah penyesuaian. Berikut gaya kepemimpinan yang digunakan Suharto selama masa

kepemimpinannya menurut kelompok yaitu:


a. Study Ohio State University

1. Initiating structure

Adalah derajat sampai seberapa besaR pemimpin mendefinisikan dan menstruktur

tugas dan perannya dan bawahannya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Ex: Selain itu, alasan yang juga sering dijadikan landasan argumentasi Presiden Soeharto

ketika meminta orang lain untuk mematuhi pesan-pesannya adalah perlunya memelihara

persatuan dan kesatuan bangsa, upaya mempertahankan stabilitas politik, upaya

menciptakan masyarakat adil dan makmur, upaya membangun kehidupan demokrasi, dan

upaya lainnya.

b. Study University Of Michigan


1. Gaya Kepemimpinan Otoriter Eksploitative
Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala

keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya secara penuh. Segala pembagian tugas

dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para

bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.


Soeharto lebih cenderung mmemusatkan perhatiannya ke bidang produksi, tanpa

memperhatikan hubungan dengan bawahannya. Hal tersebut diperjelas dengan sikapnya

yang punya visi dan misi. Target jangka pendek dan jangka panjangnya sangat jelas.

Mahir dalam strategi, detailis dan pandai dalam menggunakan kesempatan.

Pembawaaannya formal dan tidak hangat dalam bergaul. Soeharto tidak kenal teman,

pendukung, atau sekutu lama. Dia sangat ruthless memecat dan menyingkirkan orang

yang dia pandang tidak berguna atau tampil sebagai rival.


Pada masa pemerintahan presiden Soeharto Orde baru masa pemerintahan

tersebut sangat otoriter, semua rakyat harus tunduk patuh pada pemerintah. Tidak boleh

ada pemberitaan terntang pemerintah. Pada masa itu pers sangat dibatasi oleh pemerintah.
Pemerintah lebih suka mengembangkan sayapnya tanpa melalui pers. Dan juga tidak

boleh ada yang menjatuhkan pemerintah, tidak boleh ada yang mengkritik tentang kinerja

pemerintah. Karena pada dasarnya sudah di atur semua oleh pemerintah. Pemerintahan

pada masa Orde baru memang bisa dikatakan pemerintahan yang otoriter, karena pada

masa pemerintahan presiden Soeharto hanya beliau yang boleh mengatur segala sesuatu

yang ada dalam pemerintahan. Pada awalnya sifat kepemimpinan yang baik dan

menonjol dari Presiden Soeharto adalah kesederhanaan, keberanian, dan kemampuan

untuk mengambil inisiatif dan keputusan, tahan menderita dengan kualitas mental yang

sanggup menghadapi bahaya srta konsisten dengan segala keputusan yang ditetapkan.
Ciri dari gaya kepemimpinan ini adalah:
1. Berorientasi pada tugas yang terstruktur tinggi dan tidak percaya kepada

karyawan.
ex: Seperti pada tahun-tahun pemerintahan Suharto diwarnai dengan praktik

otoritarian di mana tentara memiliki peran dominan di dalamnya. Kebijakan

dwifungsi ABRI memberikan kesempatan kepada militer untuk berperan dalam

bidang politik di samping perannya sebagai alat pertahanan negara. Demokrasi

telah ditindas selama hampir lebih dari 30 tahun dengan mengatasnamakan

kepentingan keamanan dalam negeri dengan cara pembatasan jumlah partai

politik, penerapan sensor dan penahanan lawan-lawan politik. Sejumlah besar

kursi pada dua lembaga perwakilan rakyat di Indonesia diberikan kepada militer,

dan semua tentara serta pegawai negeri hanya dapat memberikan suara kepada

satu partai penguasa Golkar.


2. Authoritarian, pengambilan keputusan dilakukan di manajemen dan diturunkan

melalui rantai komando serta tidak mengikut sertakan karyawan dalam

pengambilan keputusan.
Ex: Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto warga Tionghoa juga dilarang

untuk berekspresi. Sejak tahun 1967, warga keturunan dianggap sebagai warga pribumi,

yang secara tidak langsung juga menghapus hak-hak asasi mereka. Kesenian barongsai

secara terbuka, perayaan hari raya Imlek, dan pemakaian Bahasa Mandarin dilarang,

meski kemudian hal ini diperjuangkn oleh komunitas Tionghoa Indonesia terutama dari

komunitas pengobatan Tionghoa karena pelarangan sama sekali akan berdampak pada

resep obat yang mereka buat yang hanya bisa ditulis dengan bahasa Mandarin. Mereka

pergi hingga ke Mahkamah Agung dan akhirnya Jaksa Agung Indonesia waktu itu

memberikan izin dengan catatan bahwa Tionghoa Indonesia berjanji tidak menghimpun

kekuatan untuk memberontak dan menggulingkan pemerintahan Indonesia.

Satu-satunya surat kabar berbahasa Mandarin yang diizinkan terbit adalah Harian

Indonesia yang sebagian artikelnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Harian ini dikelola

dan diawasi oleh militer Indonesia dalam hal ini adalah ABRI meski beberapa orang

Tionghoa Indonesia bekerja juga disana. Agama tradisional Tionghoa dilarang. Akibatnya

agama Konghucu kehilangan pengakuan pemerintah. Pemerintahan Orde baru berdalih

bahwa warga Tionghoa yang populasinya ketika itu mencapai kurang lebih 5 juta dari

keseluran rakyat Indonesia dikhawatirkan akan menyebarkan pengaruh komunisme di

Tanah Air. Padahal, kenyataan berkata bahwa kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai

pedagang, yang tentu bertolak belakang dengan apa yang ajarkan oleh komunisme, yang

sangat mengharamkan perdagangan dilakukan. Orang Tionghoa dijauhkan dari kehidupan

politik praktis. Sebagian menghindari dunia politik karena khawatir akan keselamatan

dirinya.
Bila melihat dari penjelasan singkat di atas maka jelas sekali terlihat bahwa

mantan Presiden Soeharto memiliki gaya kepemimpinan yang otoriter, dominan, dan

sentralistis. Sebenarnya gaya kepemimpinan otoriter yang dimiliki oleh Almarhum

merupakan suatu gaya kepemimpinan yang tepat pada masa awal terpilihnya Soeharto

sebagai Presiden Republik Indonesia. Hal ini dikarenakan pada masa itu tingkat

pergolakan dan situasi yang selalu tidak menentu dan juga tingkat pendidikan di

Indonesia masih sangat rendah. Namun, dirasa pada awal tahun 1980-an dirasa cara

memimpin Soeharto yang bersifat otoriter ini kurang tepat, karena keadaan yang terjadi

di Indonesia sudah banyak berubah. Masyarakat semakin cerdas dan semakin paham

tentang hakikat Negara demokratis. Dengan sendirinya model kepemimpinan Soeharto

tertolak oleh kultur atau masyarakat. Untuk tetap mempertahkan kekuasaannya Soeharto

menggunakan cara-cara represif pada semua pihak yang melawannya.

.3.6 GAYA KEPENGUIKUTAN SUHARTO


1. Gaya kepengikutan pencapai prestasi adalah pengikut yang menyenangi simbol-simbol

nyata yang mencerminkan kesuksesan dan mengambil resiko, akan tetapi menghindari

resiko besar untuk memperoleh kesuksesan. Mereka merupakan orangorang produktif ,

menuntukan tujuan dan menginginkan balikan prestasi tinggi.


Ex:
Prof. Dr. Muladi yang menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Hak Asasi Manusia

(KOMNAS HAM) dan beberapa anggota KOMNAS HAM menghadap presiden antara

lain, untuk mengusulkan pencabutan Undang Undang Anti Subversi sebab undang

undng ini menimbulkan masalah masalah nasional dan internasional.


Menjelang Sidang Umum MPR tahun 1988, aksi-aksi mahasiswa menunjukkan

peningkatan. Samar samar sudah muncul tuntutan supaya wakil wakil rakyat di MPR

tidak lagi memilih Soeharto sebagai Presiden. Sejumlah media massa mulai berani
menyinggung soal suksesi kepemimpinan nasional. Lebih dari itu, kelompok petisi 50

juga meningkatkan kritik terhadap kepemimpinan Soeharto .


2. Gaya Kepengikutan Sadar Status
Jika atasannya mengemukakan cara untuk melakukan perintah, ia menganggap

atasan nya sebagai orang yang hirarkinya lebih tinggi lebih benar dan harus diikuti apa

adanya.
Ex:
Menurut A.M. Hendropriyono, Menteri Transmigrasi dalam kabinet terakhir orde baru,

menteri menteri pak Harto semua takut. Kalau pak Harto sudah katakana A, ya harus A

tidak ada tawar menawar lagi.


3. Pragmatist Follower ( Pengikut Pragmatis)
Ia jarang setia terhadap tujuan organisasi tapi tak pernah berusaha merubahnya. Pada

waktu bersamaan ia bermain politik melakukan tawar menawar untuk untungan pribadi.
Ex:
Ketika menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD), Jendral Rudini mendapat

informasi bahwa salah satu stafnya, seorang perwira menengah, diam - diam suka

ngobjek pengurusan sertifikat tanah. Kebetulan perwira ini berurusan dengan Ibu Tien

Soeharto. Dan sertifikat yang diurusnya ternyata palsu. Rudini tidak tinggal diam, lalu

menindak perwira tersebut. Tapi, diluar kemudian terbetik rumor yang mempertanyakan

tindakan Rudini. Justru perwira yang bertindak itu diisukan orang baik. Merasa jengkel

dengan isu miring ini, Rudini pun berusaha menemui ibu Tien di Cendana untu

menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya.

Dicky Iskandar Dinata pada tahun 1900-an menjabat Direktur Utama Bank Duta. Ia

diseret ke pengadilan karena tindak korupsi yang dilakukannya. Ia menggunakan uang

milik Bank Duta umtuk bermain Valuta Asing (Valas). Ketika itu, sebetulnya banyak

eksekutif muda perbankan yang bermain valas kerena keuntungan besar yang bisa
diraupnya. Tapi, bisnis valas penuh spekulasi dan resiko. Maka,seseorang bisa

memperoleh untung besar ,bisa juga buntung besar. Celaka bagi Dicky , hobinya

bermain valas akhirnya membuat Bank Duta menderita kerugian sampai Rp 870 miliar.
4. Gaya Kepengikutan Pencari Solusi
Ditandai dengan tingginya memperhatikan atasan dan menyelesaikan tugas. Jika pengikut

tidak sejalan dengan atasannya, pengikut berupaya mendiskusikan pokok masalah dalam

proses problem solving. Pengikut tidak mau menerima pembatasan atau pendapat orang

lain tanpa adanya fakta pendukung. Ia tidak dapat menerima perilaku atasan dan teman

sekerjanya yang tidak efektif.


Ex:
Suatu ketika mantan Menteri Dalam Negeri ini mendapat perintah Pak Harto (yang di

sampaikan Pak Darmono ,alm.) untuk menjadi Ketua Umum Golkar. Setelah terima

perintah itu , Rudini merasa harus berbuat sesuatu agar atasannya (presiden) tidak salah

langkah. maka ia berkata pada Pak Dharmono: saya ini Mendagri merangkap Ketua LPU

(lembaga Pemilihan Umum) yang harus memipin pemilihan umum yang pesertanya

adalah Golkar, PPP, dan PDI. Kalau saya ketua umum Golkar, berarti saya ini Ketua

Umum Golkar yang sakaligus pemimpin pemilu. Inikan tidak fair Wong saya peserta

pemilu, masak saya juga yang memimpin pemilu. Sama saja saya yang memenangkan

diri saya. Jadi tidak baik ,pak.


Ternyata, argument Rudini, menurut pengakuannya, bisa di terima Pak Harto. Cuma

dalam suatu pertemuan dengan presiden Rudini di tanya : ya,sudah! Tapi

siapa(calonnya)? maksudnya kalau bukan Rudini siapa sebaiknya yang diangkat sebagai

Ketua Umum Golkar. Beberapa saat kemudian Pak Harto menyebut nama Wahono (alm)

yang waktu itu menjabat Gubernur Jawa Timur. Ia memerintahkan Rudini untuk

mengganti Wahono sebagai Gubernur Jawa Timur. Maka Wahono pun ditarik ke Jakarta

menjadi Inspektur Jendral Pembangunan .


Pada awal bulan oktober 1995 Sarwono Kusumaatmadja, Menteri Negeri Lingkungan

Hidup, tiba tiba melancarkan kritik terhadap pemerintah Soeharto. Sarwono menilai

telah terjadi ketidakberesan dalam komunikasi politik. Akibat sulit menentukan arah

dialog politik yang mempu menumbuhkan kesadaran perpecapaian cita cita bangsa

Komunikasi yang jelek membuat orang binggung, tidak tahu lagi yang mana yang benar

dan yang mana yang tidak. Tidak lama kemudian Sarwono mengecam perilaku pemimpin

kita yang dinilai membinggungkan. Ia juga mengungkap dominasi ekonomi kelompok

kelompok tertentu dengan cara cara yang tidak fair.


5. Gaya Kepengikutan Kamikaze
Merupakan orang yang menginginkan perubahan organisasi apapun resikonya. Akan

tetapi kamikaze merupakan orang yang tidak matang, mempunyai konsep

mengembangkan diri sendiri kecil, tidak takut gagal dan mempunyai kebutuhan simbol

kesuksesan yang besar. Mereka umumnya pengikut yang produktif dan inovatif.

Ex:
Sehari setelah peristiwa Malari (malapetaka 15 januari 1974 aksi kekerasan brutal

anti jepang di Jakarta ketika Perdana Menteri Tanaka tiba yang di antara lain di tandai

dengan pembakaran kendaraan bermotor eks jepang dan gedung gedung pertokoan.

Media catak tersebut dianggap ikut melakukan provokasi sehingga menimbulkan

kebencian masyarakat terhadap jepang.


Dalam kasus Malari , Soeharto yakin media massa ikut berdosa. Paling tidak, di mata

Soeharto, media massa (a) turut membakar sentiment anti jepang melalui pemberitaan

pemberitaannya sehingga aksi aksi mahasiswa kian hari kian panas dan brutal dan (b)

mengadu domba antara sesama pembantu dekatnya.


6. Gaya Kepengikutan Menyimpang
Tidak mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dengan sistem imbalan dan tidak takut

kelihatan gagal dalam organisasi karenanya mereka merespon bertentangan dengan

organisasi.
Ex:
Ketika berasa di Dresden, Jerman , pada 5 April 1995 terjadi aksi unjuk rasa anti

Soeharto. Bahkan, beberapa pendemo berhasil menerobos petugas keamanan dan

mengebrak-gebrak mobil yang ditumpangi Soeharto. Soeharto gusar mendapat

sambutan yang tidak diinginkannya itu.

BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh kelompok, disebutkan bahwa

karakter fisik yang dimilki bapak Suharto adalah tampan, gagah, tinggi, dan berwibawa.

Bapak Suharto memilki kesehatan jasmani yang cukup baik selama masa

kepemimpinannya. Adapun karakter psikologis yang dimilki bapak Suharto yaitu

memilki kecerdasan yang tinggi, emosi yang selalu diredam atau dikenal sebagai sosok

pemarah yang diam, mempunyai kreativitas dan inovasi yang tinggi untuk bangsa

Indonesia, pengambil resiko, mempunyai integritas diawal masa kepemimpinannya,

mempunyai komitmen yang tinggi, berani, dan tegar dalam setiap menghadapi masalah.

Pak Suharto dijadikan pemimpin dikarenakan teori sifat-sifat pemimpin dan

kharismatik yang dimilkinya seperti cerdas, tegas, kreatif dan inovatif, dominan, berani,
sabar, kalem, rendah hati sehingga beliau mempunyai karier didunia militer yang sangat

baik kemudian beliau dikenal oleh para penguasa Indonesia pada saat itu.

Sumber-sumber kekuasaan yang dimilki oleh beliau adalah kekuasaan posisional,

kekuasaan personal, dan kekuasaan proses political. Jenis kekuasaan yang digunakan oleh

beliau selama memimpin Indonesia yaitu kekuassan otoritas, charisma, kekusaan

keahlian, kekuasaan imbalan, kekuasaan koneksi, dan kekuasaan paksa. Taktik

mempengaruhi yang Bapak Suharto gunakan yaitu taktik legitimasi, taktik konsultasi,

taktik menekan. Gaya kepemimpinan yang digunakan beliau selama menjadi Presiden

Indonesia yaitu otoriter eksploitatif sedangkan gaya kepengikutan beliau ialah gaya

kepengikutan pencapai prestasi, sadar status, pencari solusi, pragmatis, kamikaze, dan

gaya kepengikutan penyimpang.

4.2 Saran

Dengan terbentuknya makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun bagi pembaca umumnya dan dosen pembimbing khususnya

sehingga kami dapat memahami dan mempelajari konsep tentang kepemimpinan lebih

baik lagi.
DAFTAR PUSTKA
Lesmana, Tjipta. 2009. Dari Soekarno Sampai SBY: Intrik dan Lobi Politik Para
Penguasa. Pt Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 2006. Biografi. http://kepustakaan-
presiden.pnri.go.id diakses pada 18 September 2016.

Anda mungkin juga menyukai