KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN
MATA KULIAH: SISTEM PEMERINTAHAN DESA
DOSEN: Dr. Suparman Mekka., M.,Si
DI SUSUN OLEH:
SARMILAH ( 521 041 039 )
PRODI: ILMU PEMERINTAHAN
A. Pengertian Kepemimpinan
1. Berasal dari kata dasar “pimpin” (dalam bahasa Inggris “Lead”) berarti bimbing atau tuntun,
dengan begitu di dalamnya ada dua pihak yaitu yang dipimpin (umat) dan yang memimpin
(imam).
2. Setelah ditambah awalan “Pe-” menjadi “Pemimpin” (dalam bahasa inggris “Leader”) berarti
orang yang mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan komunikasi sehingga orang
3. Apabila ditambah akhiran “-an” menjadi “pimpinan” artinya orang yang mengepalai. Dapat
dibedakan antara pemimpin dan dengan pimpinan, yaitu pimpinan (kepala) cenderung lebih
membujuk pihak lain agar melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama, sehingga dengan
demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses kelompok.
Beberapa pakar memberikan defenisi yang berbeda tentang kepemimpinan, antara lain sebagai
berikut:
Menurut C.N. Copley (1902), Pemimpin itu selalu merupakan titik pusat dari suatu
kecenderungan, dan pada kesempatan lain, semua gerakan sosial kalau diamati secara
B. Pengertian Pemerintahan
Secara etimologi kata pemerintahan berasal dari kata “perintah” yang kemudian mendapat
1. Mendapat awalan “pe-“ menjadi kata “pemerintah” berarti badan atau organ elit yang
2. Mendapat akhiran “-an” menjadi kata “pemerintahan” berati perihal, cara, perbuatan atau
Menurut D.G.A. van Poelje (1953), Ilmu pemerintahan mengajarkan bagaimana dinas
tentang penunjukan cara kerja ke dalam dan keluar, struktur dan proses pemerintahan
umum.
Menurut H.A. Brasz (1975), Ilmu pemerintahan diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
tentang cara bagaimana lembaga pemerintahan umum itu disusun dan difungsikan baik
Sebagi cabang ilmu pemerintahan pada gilirannya kepemimpinan pemerintahan akan menjadi
disiplin ilmu, bila kepemimpinan secara umum masih berbagai titik pandang disiplin ilmu yang
memilikinya, seperti ilmu jiwa, ilmu administrasi, ilmu manajemen, ilmu politik maka, karena
kepemimpinan pemerintahan untuk sementara dapat dikaji secara khas obyek, subyek,
sistematika, metode, keuniversalan, terminologi, filosofi, terori, prinsip, dalil, dan rumus.
Obyek forma kepemimpinan pemerintahan adalah hubungan antara pemimpin dengan yang
dipimpin dalam hal ini yang memimpin adalah pemerintah sedangkan yang dipimpin adalah
Dalam suatu daerah yang tidak ada kepemimpinan pemerintahan sama sekali tidak menutup
kemungkinan terjadi berbagai dekadensi moral yang anarkis, seperti pemerkosaan, perzinahan,
lainnya, unruk itu diperlukan seorang pemegang kekuasaan yang menegakkan aturan dengan
dibalik perlakuannya, yaitu kekuasaan digunakan untuk orang-orang yang baik dan benar
sedangkan pelayanan yang diberikan kepada pelaku kejahatab (disebut dengan fasik) seperti
Itulah sebabnya sebagai pemimpin pemerintahan harus bermoral, artinya yang bersangkutan