Anda di halaman 1dari 5

RINGKASAN 1

KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN
MATA KULIAH: SISTEM PEMERINTAHAN DESA
DOSEN: Dr. Suparman Mekka., M.,Si

DI SUSUN OLEH:
SARMILAH ( 521 041 039 )
PRODI: ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS PANCASAKTI MAKASSAR
2023/2024
RINGKASAN

KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN INDONESIA

Penulis: Dr. Inu Kencana Syafiie, M.Si.

Diterbitkan dan dicetak oleh: PT Refika Aditama

A. Pengertian Kepemimpinan

Secara etimologi kepemimpinan dapat diartikan sebagai berikut:

1. Berasal dari kata dasar “pimpin” (dalam bahasa Inggris “Lead”) berarti bimbing atau tuntun,

dengan begitu di dalamnya ada dua pihak yaitu yang dipimpin (umat) dan yang memimpin

(imam).

2. Setelah ditambah awalan “Pe-” menjadi “Pemimpin” (dalam bahasa inggris “Leader”) berarti

orang yang mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan komunikasi sehingga orang

lain tersebut bertindak sesuai dalam mencapai tujuan tertentu.

3. Apabila ditambah akhiran “-an” menjadi “pimpinan” artinya orang yang mengepalai. Dapat

dibedakan antara pemimpin dan dengan pimpinan, yaitu pimpinan (kepala) cenderung lebih

otokratis, sedangkan pemimpin (ketua) cenderung lebih demokratis.

4. Setelah dilengkapi dengan awalan “ke-“ menjadi “Kepemimpinan”(dalam bahasa Inggris

“Leadership”) berarti kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta

membujuk pihak lain agar melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama, sehingga dengan

demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses kelompok.
Beberapa pakar memberikan defenisi yang berbeda tentang kepemimpinan, antara lain sebagai

berikut:

 Menurut C.N. Copley (1902), Pemimpin itu selalu merupakan titik pusat dari suatu

kecenderungan, dan pada kesempatan lain, semua gerakan sosial kalau diamati secara

cermat akan ditemukan kecenderungan yang memiliki titik pusat.

 Menurut Ordway Tead (1929), Kepemimpinan sebagai perpaduan perangai yang

memungkinkan seseorang mampu mendorong pihak lain menyelesaikan tugasnya.

 Menurut G.U. Cleeton dan C.W. Mason (1934), Kepemimpinan menunjukkan

kemampuan mempengaruhi orsng-orang dan mencapai hasil melalui himbauan emosional

dan lebih baik dibandingkan dengan melalui penggunaan kekuasaan.

B. Pengertian Pemerintahan

Secara etimologi kata pemerintahan berasal dari kata “perintah” yang kemudian mendapat

imbuhan sebagai berikut:

1. Mendapat awalan “pe-“ menjadi kata “pemerintah” berarti badan atau organ elit yang

melakukan pekerjaan mengurus suatu negara.

2. Mendapat akhiran “-an” menjadi kata “pemerintahan” berati perihal, cara, perbuatan atau

urusan dari badan yang berkuasa dan memiliki legitimasi.

Selanjutnya berbagai definisi pemerintahan dari berbagai pakar yaitu:

 Menurut D.G.A. van Poelje (1953), Ilmu pemerintahan mengajarkan bagaimana dinas

umum disusun dan dipimpin dengan sebaik-baiknya.


 Menurut U. Rosenthal (1978), Ilmu pemerintahan adalah ilmu yang menggeluti studi

tentang penunjukan cara kerja ke dalam dan keluar, struktur dan proses pemerintahan

umum.

 Menurut H.A. Brasz (1975), Ilmu pemerintahan diartikan sebagai ilmu yang mempelajari

tentang cara bagaimana lembaga pemerintahan umum itu disusun dan difungsikan baik

secara ke dalam maupun secara keluar terhadap warganya.

C. Kepemimpinan Pemerintahan Sebagai Ilmu

Sebagi cabang ilmu pemerintahan pada gilirannya kepemimpinan pemerintahan akan menjadi

disiplin ilmu, bila kepemimpinan secara umum masih berbagai titik pandang disiplin ilmu yang

memilikinya, seperti ilmu jiwa, ilmu administrasi, ilmu manajemen, ilmu politik maka, karena

kepemimpinan pemerintahan berbeda dengan kepemimoinan swasta yang spesifik, maka

kepemimpinan pemerintahan untuk sementara dapat dikaji secara khas obyek, subyek,

sistematika, metode, keuniversalan, terminologi, filosofi, terori, prinsip, dalil, dan rumus.

Obyek forma kepemimpinan pemerintahan adalah hubungan antara pemimpin dengan yang

dipimpin dalam hal ini yang memimpin adalah pemerintah sedangkan yang dipimpin adalah

rakyatnya sendiri, obyek materinya adalah manusia.

D. Kepemimpinan Pemerintahan Sebagai Moral

Dalam suatu daerah yang tidak ada kepemimpinan pemerintahan sama sekali tidak menutup

kemungkinan terjadi berbagai dekadensi moral yang anarkis, seperti pemerkosaan, perzinahan,

pelecehan, pencurian, perampokan, penindasan, perkelahian, pembunuhan, dan berbagai jenis

lainnya, unruk itu diperlukan seorang pemegang kekuasaan yang menegakkan aturan dengan

kekuasaannya disebut dengan pemimpin pemerintahan.


Antara kekuasaan untuk kejahatan dan pelayanan untuk kebaikan seperti ini tidak boleh

dibalik perlakuannya, yaitu kekuasaan digunakan untuk orang-orang yang baik dan benar

sedangkan pelayanan yang diberikan kepada pelaku kejahatab (disebut dengan fasik) seperti

melayani lokasi pelacuran, perjudian, dan sejenis lainnya.

Itulah sebabnya sebagai pemimpin pemerintahan harus bermoral, artinya yang bersangkutan

selain ulama (rohaniawan) juga harus umara (negarawan).

Anda mungkin juga menyukai