Anda di halaman 1dari 5

RINGKASAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN TM 7

DINI AKALILI GHAISANI / 191221140

IKM 2A

Leadership atau kepemimpinan tidak berarti identik dengan kekuatan,


jabatan, posisi atau bagan alir (flowchart) namun lebih kepada kemampuan
menjalin hubungan baik dengan orang atau sebutan lainnya suatu kehidupan yang
memengaruhi orang lain. Ada beberapa definisi dari kepemimpinan antara lain
interaksi antara pemimpin dan yang dipimpin untuk mengubah dan
memberdayakan perilaku yang dipimpin sehingga mereka mampu memimpin
dirinya sendiri dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi dan tujuan pribadi.
Bisa juga dikatakan bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang
sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu, berdasarkan
akseptasi atau penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang
tepat bagi situasi khusus. Berdasarkan dua definisi tersebut bisa diartikan
kepemimpinan adalah kemampuan memengaruhi bawahan atau kelompok untuk
bekerja sama mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

Dalam kepemimpinan terdapat gaya kepemimpinan, menurut Franklyn


(1951) dalam Onong Effendy (1993: 200) mengutarakan ada tiga gaya pokok
kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan otokratis, kepimimpinan demokratis, dan
kepemimpinan yang bebas. Kepemimpinan otokratis merupakan gaya
kepemimpinan yang memiliki kriteria dimana selalu menganggap organisasi
sebagai milik pribadi dan mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi,
menganggap bawahan sebagai alat semata serta tidak mau menerima kritik dan
saran. Tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan paksaan dan
bersifat menghukum. Kepemimpinan demokratis adalah gaya kepemimpinan yang
menganggap bahwa bawahan sebagai makhluk yang termulia di dunia, selalu
berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dalam kepentingan
dan tujuan pribadi dari pada bawahannya, terbuka untuk pendapat. Terakhir,
kepemimpinan bebas yang berkebalikan dengan kepemimpinan otokratis.
Menurut Ki Hajar Dewantara ada tiga prinsip dasar kepemimpinan yaitu Ing
Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Ing ngarso
sung tuladha (Jadilah suri tauladan) mengandung arti bahwa seorang pemimpin
harus dapat memberikan teladan yang baik bagi pengikut. Dalam memberikan
teladan pemimpin hendaknya memberikan keselarasan antara perkataan dan
perbuatan. Pemimpin harus mampu untuk menguasai diri sehingga pemimpin dapat
diikuti dan menjadi suri tauladan yang baik. Ing madyo mangun karso (Jadilah
penggerak dan motivator). Sejatinya pemimpin harus bisa berbaur dan bekerja sama
dengan bawahannya. Keberadaan pemimpin ditengah-tengah anggota diartikan
untuk membangun dan membangkitkan motivasi serta semangat juang yang ada.
Tut Wuri Handayani (Memberikan kesempatan dan dukungan). Seorang pemimpin
harus memberikan dorongan moral maupun semangat kepada pengikutnya.
Dorongan moral ini diharapkan akan menumbuhkan semangat dan kepercayaan
diri. Selain itu, sikap percaya antara pemimpin dan pengikutnya juga harus
ditumbuhkan.

Kepemimpinan dan manajemen kerap dipertukarkan karena aktivitas


manajemen mencakup perencanaan (planning), pengarahan (leading),
pengorganisasian (organizing), dan pengendalian (controlling) dianggap tidak
berbeda dengan aktivitas kepemimpinan. Berdasarkan Mullins (2005) manajemen
dan kepemimpinan adalah hal yang berbeda karena kepemimpinan menekankan
pada komunikasi, memotivasi, dan mendorong semangat bawahan agar bertindak
secara maksimal untuk suatu tujuan. Manajer disebut sebagai pimpinan sedangkan
kepemimpinan atau leader disebut sebagai pemimpin. Hollingsworth
mengungkapkan perbedaan mendasar antara manajemen dan kepemimpinan
(Mullins, 2005), yaitu seorang manajer melakukan administrasi, sedangkan seorang
pemimpin melakukan inovasi. Seorang manajer memelihara apa yang ada,
sedangkan seorang pemimpin membangun apa yang diperlukan. Seorang manajer
fokus pada sistem dan struktrur, sedangkan seorang pemimpin fokus pada
pelakunya. Seorang manajer melakukan pegawasan, sedangkan pemimpin
membangun kepercayaan. Seorang manajer melihat hal-hal yang detail, sedangkan
pemimpin melihat hal-hal yang umum atau menyeluruh. Seorang manajer
melakukan segala sesuatunya dengan benar, sedangkan pemimpin memilih apa
yang semestinya dilakukan.

Ada tiga teori utama mengenai kepemimpinan yang terdiri dari Trait
Approach (The Great Man Theory), Behavioral Approach (The Behavioral Theory),
dan Interactional Approach (The Interactional Theory). Teori kepemimpinan orang
hebat muncul pada masa ketidakpercayaan pada teori kepemimpinan genetika.
Teori kepemimpinan orang hebat menyarankan bahwa kepemimpinan adalah
sesuatu yang terlahir dari keluarga yang “hebat” dianggap mewarisi keterampilan
dan karakteristik seorang pemimpin, dan memang beberapa individu yang
dilahirkan dalam keluarga yang ‘tepat’ mencapai hal-hal besar dan mengubah
rangkaian sejarah manusia (Stanley, 2017). Dengan kata lain, konsep mendasar dari
teori ini adalah orang-orang dilahirkan dengan berbagai karakteristik yang
membuat mereka sebagai pemimpin secara alami. Keunggulan teori kepemimpinan
orang hebat adalah memberikan penjelasan tentang kelebihan karakteristik bawaan
individu yang menjadikannya sebagai pemimpin. Namun, teori ini memiliki
kelemahan berkaitan dengan permasalahan gender (Harisson, 2018). Trait
Approach atau teori sifat memiliki poin utama dimana pemimpin besar ada karena
dilahirkan dengan sifat khusus yang membuat mereka menjadi pemimpin besar
(Northouse, 2013, 2016).

Teori perilaku (behaviour) fokus pada apa yang seharusnya pemimpin


lakukan pada pekerjaan (Lussier & Achua, 2010) dan bagaimana pemimpin
berperilaku terhadap bawahannya dalam berbagai konteks (Harrison, 2018;
Northouse, 2016) atau dengan kata lain, teori perilaku berupaya menjelaskan gaya
berbeda yang digunakan para pemimpin efektif atau menegaskan natur dari
pekerjaan pemimpin. Keunggulan dari teori ini adalah menyediakan penjelasan
tentang proses kepemimpinan berdasarkan perilaku pemimpin yang bersifat empiris
(Northouse, 2016). Namun, teori ini gagal mempertimbangkan kemungkinan
situasi yang berkaitan dengan kepemimpinan (Harisson. 2018). Teori interaksional
menjelaskan bahwa perilaku seorang pemimpin ditentukan oleh kepribadian dan
situasi dimana mereka berbeda.
Kekuasaan dapat membuat pemimpin memengaruhi perilaku para
bawahannya. Kekuasaan (power) seringkali diartikan sebagai pengaruh (influence)
atau otoritas (authority). Seseorang memiliki kekuasaan dikatakan sebagai
seseorang yang berpengaruh atau seseorang mempunyai wewenang untuk
melakukan sesuatu. Kekuasaan merupakan salah satu sumber seorang pemimpin
untuk mendapatkan hak untuk mengajak atau memengaruhi orang lain sedangkan
otoritas dapat dirumuskan sebagai suatu bentuk khusus dari kekuasan yang
biasanya melekat pada jabatan yang ditempati oleh pemimpin. Dengan demikian,
otoritas adalah kekuasan yang disahkan (legalitimazed) oleh suatu peranan formal
seseorang dalam suatu organisasi. Frech dan Raven (Thoha, 2010) membagi sumber
kekuasan menjadi lima. Pertama, kekuasaan keahlian (expert power). Kekuasaan
ini ada sebagai akibat dari keahlian yang dimiliki seseorang. Kekuasaan ini
didasarkan pada pengetahuan, keahlia, kecakapan, dan kemampuan seseorang
dalam suatu bidang tertentu. Kedua, kekuasaan legitimasi (legitimate power).
Seseorang akan memiliki kekuasan legitimasi bila orang tersebut memiliki jabatan
tertentu. Semakin tinggi jabatan yang dimiliki, maka semakin pengaruh yang
dimilikinya.

Ketiga, kekuasaan referensi (referent power). Kekuasaan referensi adalah


kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena pemimpin tersebur memiliki
karisma yang menarik. Keempat, kekuasaan penghargaan (reward power).
Kekuasan penghargaan adalah kekuasan yang dimiliki pemimpin bersumber dari
kemampuan pemimpin untuk memberikan hadiah, penghargaan atau upah kepada
bawahannya. Kelima, kekuasaan paksaan (coercive power). Kekuasaan paksaan
adalah kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin karena pemimpin tersebut
memiliki posisi yang sangat kuat.

Kesimpulannya kepemimpinan tidak selalu terkait dengan kekuatan tetapi


kemampuan menjalin hubungan baik dengan orang lain. Kepemimpinan sering
dipertukarkan dengan manajemen karena aktivitas manajemen yang memiliki
kesamaan seperti kepemimpinan. Namun kepemimpinan menekankan pada
komunikasi, memotivasi, dan mendorong semangat bawahan agar bertindak secara
maksimal untuk suatu tujuan. Manajer adalah pimpinan sedangkan Leader adalah
pemimpin. Kekuasaan dapat memengaruhi perilaku para bawahannya.
DAFTAR PUSTAKA

Cahya, D., et al. 2021. Restorasi Kepemimpinan Nasional Berlandaskan Nilai


Luhur Budaya Bangsa: Studi Kasus Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara.
https://doi.org/10.20961/shes.v5i1.57801 [online]. (diakses tanggal 18
Maret 2023).

Gaol, N., 2020. Teori Kepemimpinan: Kajian dari Genetika sampai Skill. Jurnal
Manajemen dan Bisnis, 5(2), pp. 163-165.

Sudrajad, Yuniantoro. 2022. Analisa Gaya Kepemimpinan Otokratis, Demokratis


dan Laissez Faire dalam Birokrasi Pemerintahan.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-balinusra/baca-
artikel/15571/ANALISA-GAYA-KEPEMIMPINAN-OTOKRATIS-
DEMOKRATIS-DAN-LAISSEZ-FAIRE-DALAM-BIROKRASI-
PEMERINTAHAN [online]. (diakses tanggal 18 Maret 2023).

Suyanto, Edy. 2018. Mengenal Kepemimpinan dan Model Kepemimpinan.


https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12708/Mengenal-
Kepemimpinan-dan-Model-Kepemimpinan [online]. (diakses tanggal 18
Maret 2023).

Yudiaatmaja, Fridayana, 2013. Kepemimpinan: Konsep, Teori dan Karakternya.


Jurnal Media Komunikasi FIS, 12(2), pp. 30-32.

Anda mungkin juga menyukai