Disusun oleh :
YULIANUS TRI SUTRISNO
NPM 2111515I08
2. Epidemiologi
Data departemen kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kesakitan
diare di Indonesia saat ini adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk semua
golongan umur dan 1,6 – 2,2 episode diare setiap tahunnya untuk
golongan umur balita. Angka kematian diare golongan umur balita adalah
sekitar 4 per 1000 balita. Di laboratorium kesehatan anak RSUD Dr.
soetomo pada tahun 1996 didapatkan 871 penderita diare yang dirawat
dengan dehidrasi ringan 5%, dehidrasi sedang 7,1%, dan dehidrasiberat 23
%.tahun 2000 terdapat 1160 penderita diare yang dirawat dengan 227
(19,56 %) penderita yang meninggal karena dehidrasi.
3. Etiologi
a. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio cholera ), Virus
( Enterovirus ), Parasit ( Cacing ), Kandida ( Candida Albicans ).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain ( OMA sering terjadi
pada anak-anak ).
c. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kurang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
4. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan
toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
Beberapa kasus diare ditemui penyebaran patogen dikarenakan
makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah:
a. Gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga
usus berlebihan sehingga timbul diare ).
b. Gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air
dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
c. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa
(Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang,
output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
a. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak
dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian
pada diare.
b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama
tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor
tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena
adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam
meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan
ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare,
lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal
ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan
glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala
hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga
40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
d. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh :
1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat.
2) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran
dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
3) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan
diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
e. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock)
hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan
otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan
meninggal.
5. Patway GEA
6. Jenis - jenis diare :
a. Diare Cair Akut
Diare cair akut yaitu feses yang dikeluarkan cair dan sering tampak
adanya darah, yang berakhir kurang dari 14 hari.
b. Disentri
Diare dengan adanya darah dalam feses, frekuensi sering dan feses
sedikit-sedikit.
c. Diare Persisten
Diare yang berakhir dalam 14 hari atau lebih, dimulai dari diare akut
atau disentri.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium.
1) Pemeriksaan tinja.
2) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah
astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan
analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
3) Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi
ginjal.
b. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad
renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien
diare kronik.
8. Tanda dan Gejala
a. Buang air besar lebih dari 3 x dalam sehari
b. Muntah dan tidak nafsu makan
c. Demam
d. Nyeri abdomen, kram
e. Membran mukosa mulut dan bibir kering
f. Kehilangan berat badan dan lemah
g. Dehidrasi
h. Sakit kepala
i. Feses mengandung darah
j. Rasa panas di ulu hati
k. Turgor kulit tidak elastis
l. Tachikardi
9. Komplikasi
a. Dehidrasi
Gastroenteritis bisa mengakibatkan seseorang mengalami dehidrasi,
dehidrasi dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
1) Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada
keadaan syok.
2) Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat
dan dalam.
3) Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran
klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan
kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai
sianosis.
b. Hipovolemia
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Malnutrisi
f. Hipoglikemia
10. Penatalaksanaan
a. Pencegahan : vakin rotaviru, salmonella typhi, vibrio kolera
b. Rehidrasi
c. Diit
d. Obat-obatan :
1) Antibiotika
2) Antiemetik
3) Antimotility
4) Antispasmium
j. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan umum :keadaan umum tampak lemah, kesadaran
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah,
tekanan darah menurun pada diare sedang, pernapasan agak cepat,
frekuensi berkemih berkurang
2) Pemeriksaan sistematik :
a) Inspeksi : mata : cekung, kering, sangat cekung; selaput lendir,
mulut dan bibir kering, pengukuran panjang badan, berat badan
menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar
abdomen membesar, anus kemerahan, kepala : ubun-ubun tak
teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun
lebih, dispnea, pernafasan cepat lebih dari 40 x/menit karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan), warna kulit pucat,
kemerahan pada daerah perianal.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare
atau output berlebihan dan intake yang kurang.
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
skunder terhadap diare.
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, peningkatan
frekwensi diare.
5. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
3. Intervensi
a. Diagnosa 1 :Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
1) Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR
: 16- 20 x/ menit
2) Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong,
UUB tidak cekung.
3) Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari.
Intervensi :
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Rasional : Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan
kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan
terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
2) Pantau intake dan output
Rasional : Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus
membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa
metabolisme.
3) Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama
dengan kehilangan cairan 1 lt
4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3
lt/hr
Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5) Kolaborasi :
a. Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
Rasional : Koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk
mengetahui faal ginjal (kompensasi).
b. Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan
cepat.
c. Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
Rasional : anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan
elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi
normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.
b. Diagnosa 2 :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak adekuatnya intake dan output
Kriteria hasil :
1) Nafsu makan meningkat
2) BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat
tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin).
Rasional : Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat
merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus.
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau
sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat.
Rasional : situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu
makan.
3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan.
Rasional : Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam.
Rasional : Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah
makanan.
5) Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a) Terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu.
b) Obat-obatan atau vitamin ( A)
Rasional : Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses
pertumbuhan
c. Diagnosa 3 :
Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
dampak sekunder dari diare
Kriteria hasil :
1) Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
2) Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio
leasa)
Intervensi :
1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
Rasional : Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh
( adanya infeksi)
2) Berikan kompres hangat
Rasional : merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan
produksi panas tubuh
3) Kolaborasi pemberian antipirektik
Rasional : Merangsang pusat pengatur panas di otak
d. Diagnosa 4.:
Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan
peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan : Resiko gangguan integritas kulit pasien terhindar setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
1) Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
2) Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik
dan benar
Intervensi
1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
Rasional : Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila
basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
Rasional : Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh
karena kelebaban dan keasaman feces
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
Rasional : Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang
lama sehingga tak terjadi iskemi dan iritasi .
e. Diagnosa 5 :
Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
Kriteria hasil :
1) Mau menerima tindakan perawatan,
2) Klien tampak tenang dan tidak rewel
Intervensi :
1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
Rasional : Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
f. Diagnosa 6 :
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
Intervensi :
g. Diagnosa 7 :
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit, prognosis dan pengobatan.
Kriteria hasil :
Intervensi :
h. Diagnosa 8 :
Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, prosedur yang
menakutkan.
Intervensi :
Basuki, Andi., & Sofiati, Dian. (2010). Neurology In Daily Practice. Edisi 1.
Bandung : Bagian/UPF Ilmu Penyakit Saraf.
patoppppppa