Anda di halaman 1dari 66

1

BAB 1
PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian serta manfaat dan relevansi penelitian.

1.1 Latar Belakang

Hasil beberapa studi yang dilakukan oleh Jaringan Epidemologi Indonesia

(1992) terhadap perawat dan siswa keperawatan menunjukkan bahwa

pengetahuan tentang HIV/AIDS sudah mencukupi,tetapi kesadaran terhadap

resiko penularan HIV/AIDS dalam menjalankan tugas masih rendah,seperti

mereka kurang mengerti tentang cara yang benar mensterilkan peralatan,dan

belum diterapkannya universal precaution pada penanganan cairan tubuh. Hal ini

disebabkan sebagian besar tenaga perawat dan siswa keperawatan belum

mendapat informasi yang benar tentang HIV/AIDS,sumber informasi masih

terbatas hanya dari media massa,peserta didik belum mendapatkan pelajaran

tentang HIV/AIDS secara lengkap walaupun hal tersebut sudah terdapat dalam

kurikulum.(Jaringan Epidemologi Indonesia,1992)

Penyakit AIDS yang disebabkan oleh human immunodefciency virus (HIV)

sudah menyebar dengan cepat diberbagai bagian dunia dan WHO sudah

mengatakan sebagai sebuah pandemi yang dapat mengancam kelestarian umat

manusia(Hadi P.,dkk :15).Lebih mengerikan lagi,adalah informasi yang diperoleh

dari pusat AIDS International atau Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Harvard,Amerika Serikat yakni jumlah orang yang terinfeksi virus AIDS yang

1
2

telah berkembang secara penuh akan terus meningkat sampai 10 kali lipat.

(Rahardian Vrisuba,2001;17).

Penyakit AIDS bagaikan gunung es (ice berg phenomena) yang tampak

hanya puncaknya saja.Operasionalnya ibarat salju yang menggelinding menerjang

siapa saja yang tidak waspada.(Ghazali M.Amin,2001;129)

Menurut Prof.J.Man memperkirakan bahwa tahun 2005 akan terjadi ledakan

AIDS.Perambahannya merupakan deret ukur plus dengan kecepatan setiap satu

menit 3 orang terinfeksi pada tahun tersebut.Mereka yang terkena infeksi pada

tahun tersebut mencapai 110 juta orang,artinya 1 diantara 50 penduduk terinfeksi

HIV/AIDS.Di Indonesia saat ini, pengidap HIV adalah 80 – 120 ribu.Menurut

laporkan Depkes RI sejak tahun 1987 hingga Maret 2002 ada 2.876 kasus

HIV/AIDS.(Jawa Post,Sabtu 15 Juni 2002;15)

Keganasan dan bahaya AIDS,sangat mengerikan dan tidak

berampun,terutama karena ia selalu akan menjatuhkan vonis mati,kepada siapa

saja yang telah menjadi korbannya.(Rahardian Vrisuba,2001;32) Hebatnya AIDS

di samping mematikan juga merupakan penyakit yang berlabel eksekutif,mahal

perawatannya.

Kepedulian pada pencegahan HIV/AIDS sangat tergantung pada

pengetahuan dan sikap,perilaku dan faktor-faktor lain yang terkait.Sebagai tenaga

keperawatan (mahasiswa keperawatan) yang merupakan barisan terdepan serta

mempunyai peran sangat besar dalam melawan HIV/AIDS (Dewit,1998;183),

oleh karena itu tenaga keperawatan harus dibekali dengan pengetahuan dan sikap

2
3

serta perilaku yang menunjang pelaksanaan tugasnya di masyarakat khususnya

dalam hal pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.

Dengan melihat fenomena-fenomena diatas,perlu adanya penelitian tentang

pengetahuan dan sikap mahasiswa Akademi Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Surabaya terhadap kepedulian pada pencegahan HIV/AIDS.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Pernyataan Masalah

Sehubungan dengan berbagai permasalahan diatas,peneliti ingin mengetahui

tentang pengethuan dan sikap mahasiswa tentang pencegahan dan

penanggulangan HIV/AIDS di Surabaya.

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1) Bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap pencegahan

dan penanggulanagn HIV/AIDS

2) Darimana informasi tentang HIV/AIDS yang diperoleh mahasiswa

3) Bagaimana kepedulian mahasiswa terhadap pencegahan HIV/AIDS dan

bentuk kegiatan

4) Apa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa tentang

pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS

1.2.2 Pertanyaan Masalah

1) Bagaimanakah tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap

pencegahan dan penanngulangan HIV/AIDS?

2) Darimanakah informasi HIV/AIDS yang diperoleh mahasiswa?

3
4

3) Bagaimanakah kepedulian mahasiswa terhadap pencegahan dan

penanggulangan HIV/AIDS dan bentuk kegiatan?

4) Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa

tentang pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap

mahasiswa Akper Unmuh Surabaya terhadap pencegahan dan penanggulangan

HIV/AIDS.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengetahui sumber informasi tentang HIV/AIDS dari mahasiswa

2) Mengetahui pengetahuan mahasiswa tentang HIV/AIDS

3) Mengetahui kepedulian mahasiswa terhadap pencegahan dan penanggulangan

HIV/AIDS di masyarakat

4) Mengetahui ada tidaknya adanya hubungan pengetahuan dan sikap mahasiswa

terhadap pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Institusi

1) Dapat mengetahuan pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap pencegahan

dan penanggulangan HIV/AIDS

2) Dapat menentukan strategi untuk pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS

di kampus

4
5

1.4.2 Bagi PSIK

Adapun manfaat penelitian ini bagi PSIK FK Unair adalah dapat menjadikan

masukan perbandingan teori dan kenyataan dalam kaitannya dengan pengetahuan

dan siakp terhadap pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS

1.4.3 Bagi Peneliti

Adapun manfaat bagi peneliti ini adalah menjadikan suatu masukan dan

merupakan pengalaman tentang pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap

pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.Untuk membuktikan bahwa

pengetahuan yang cukup dapat menentukan dapat menentukan sikap yang positif

atau menunjang kesehatan dalam ilmu pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku

1.5 Relevansi

AIDS,merupakan sindrom yang fatal ini telah melanda dunia dan mengancam

eksistensi manusia, serta terjadi peningkatan kasus dari tahun ke tahun. Mengingat

kesadaran terhadap resiko penularan HIV/AIDS dalam menjalankan tugas masih

rendah,seperti kurang mengerti cara yang benar mensterilkan peralatan,dan belum

diterapkanya universal precaution serta penanganan cairan secara benar,

mengingat Surabaya adalah Kota Metropolitan kedua di Indonesia,sangat

potensial akan terjadi peningkatan HIV/AIDS.Penelitian ini relevan dengan

masalah tersebut,terutama mengenai pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap

kepedulian pada pencegahan HIV/AIDS,dengan demikian diharapkan dengan

pengetahuan yang cukup dan sikap yang baik mahasiswa keperawatan dapat ikut

mencegah HIV/AIDS.

5
6

BAB 2

TINJAUAN TEORI

Pada bab ini berisi tinjauan pustaka yang meliputi (1) konsep dasar tentang

AIDS,(2) Pengetahuan,dan Sikap.

2.1 Konsep Dasar tentang AIDS

2.1.1 Pengertian AIDS

AIDS merupakan singkatan dari Aquired Immune Deficiency Syndrome.

AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem

kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV.Dalam bahasa Indonesia dialihkan

sebagai sindrom cacat kekebalan tubuh dapatan.(Depkes RI,1997;17)

2.1.2 Cara transmisi

HIV ditransmisikan dengan cara terbatas,antara lain melalui kontak

seksual,komponen darah,dan secara perinatal.(Peter dan Esther,1997;615)

HIV telah diisolasi dari sejumlah cairan tubuh,termasuk darah,saliva,urin,cairan

serebrospinal,dan keringat.Virus HIV seringkali menginfeksi sel limfosit T

helper (juga dikenal dengan nama T4+,CD4+,OKT4+).Walupun begitu temuan

tersebut tidak berarti bagi kesehatan.Tidak ada bukti yang menyatakan

bahwakontak dengan saliva atau air mata penderita dapat menyebabkan seseorang

terinfeksi.(Richard dan Borucki,1997:9)

Kegiatan dan/atau perilaku yang dianggap mempunyai resiko tinggi dan

seringkali adahubungannya dengan infeksi HIV antara lain hubungan seksual

6
7

melalui vagina dan atau hubungan seksual melalui anal serta kegiatan seksual

lainnya yang potensial dapat menyebabkan seseorang terinfeksi oleh

HIV.Kegiatan seksual lain yang mungkin dapat menyebabkan terjadinya infeksi

HIV antara lain :

(1) Anilingus:menginduksi hubungan intim di daerah anal dengan menggunakan

lidah.

(2) Cunnilingus: menginduksi hubungan intim di daerah vagina/klitoris dengan

menggunakan lidah(resiko lebih tinggi saaat menstrulasi)

(3) Fellatio:menginduksi hubungan intim padadaerah genital pria dengan

menggunakan lidah dan penghisapan (resiko lebih tinggi bila ejakulasi terjadi di

dalam mulut)

(4) Fisting:memasukan atau meletakan tangan,kepalan tangan,ataupun lengan

bawah ke dalam rektum atau vagina

(5) Urolagnia:menginduksi hubungan intim dengan cara mengeluarkan urin ke

dalam kulit (lebih berisiko bila terdapat luka terbuka pada kulit,oral,vagina,atau

rektum)

(6) Memakai benda-benda seks pada rektum dan/atau vagina

(7) Bergantian menggunakan jarum suntik dan penggunaan yang sering pada

pecandu obat

(8) Penderita hemofillia dan mereka yang menerima transfusi darah terutama

sebelum pertengahan tahun 1985

7
8

(9) Transmisi ibu-janin: wanita yang terinfeksi HIV menularkan HIV ke janin

yang dikandungnya bak saat dalam kandungan maupun saat melahirkan (25% dari

35% kasus).

Kegiatan dan/atau perilaku yang dianggap mempunyai resiko rendah dan

seringkali tak ada hubungannya dengan infeksi HIV antara lain:

(1) Transmisi okupasi: dari bukti yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa tenaga

kesehatan mempunyai resiko kecil terhadap tansmisi okupasi(misalnya melalui

jarum suntik) (kurang dari 0.4% atau 1:200).

(2) Kontak yang tak disengaja: tidak ada bukti yang menyatakan bahwa AIDS

atau HIV dapat ditransmisikan melalui udara,makanan,air,cairan

muntahan,arthrooda(nyamuk),atau melalui kontak yang tak disengaja (misal

berpelukan atau berciuman).

2.1.3 Imunologi

Imunitas merupakan respon adaptif yang normal.Sistem imun ini melindungi

tubuh dari invasi mikroba dan mencegah terjadinya proliferasi sel yang

mengalami mutasi seperti yang terjadi pada pertumbuhan neoplasma.

(Borucki,1997;17)

Saat ini pengetahuan mengenai sistem imun semakin meningkat melalui

pengalan-pengalaman almi yang diperoleh dari individu yang mendapat gangguan

pada sistem kekebalan tubuhnya baik itu yang diperoleh karena faktor herediter

maupun karena kelainan kongenital.Dari pengalan-pengalaman tersebut diketahui

bahwa perkembangan respon imun yang normal dapat terjadi dua perlengkapan

senajata yang bekerja secara paralel,yang pertama Humoral dan yang lain adalah

8
9

Seluler.Pengertian Humoral dan Seluler menyatakan bahwa sistem imun humoral

bekerja melalui antibodi dan sistem imun seluler melaui sel di mana sebagian sel

tersebut adalah sel T yang bersifat sitotoksik.(Borucki,1997;17)

Kedua persenjataan tersebut pada awalnya tergantung pada sel-sel untuk

mengenali,memproses,dan mempresentasikan antigen-antigen asing.Antigen-

presenting-cells (APCs) ini biasanya berasal dari monosit/atau makrofag dan

mempunyai cara yang unik dalam mengenali dan memberikan reaksi terhadap

berbagai antigen asing yang sebelumnya tidak dikenal.Antigen APCs sangat unik

karena mereka dapat berrespon terhadap berbagai antigen asing.APCs

menfagositosis antigen asing (bakteri,virus,parasit,sel-sel tumor,jaringan yang

ditransplantasikan),memproses antigen tersebut kemudian memperlihatkan

antigen tersebut pada permulaan sel mereka sehingga sel-sel respon imun yang

lainnya (sel-sel B dan T) dapat mengenali antigen-antigen ini sebagai antigen

asing .Setelah matang,sel B dan sel T akan mengenali antigen tersebut secara

spesifik dan hanya bekerja menghadapi antigen itu saja.Kedua sel tersebut dapat

saja berespon terhadap antigen yang mirip tetapi sama sekali tidak akan berespon

terhadap antigen yang sangat berbeda dengan antigen target mereka.Kemampuan

respon imun tubuh untuk mengenali berbagi macam antigen kemudian tergantung

pada skenario yang diatas yang diulang terus-menerus sehingga tubuh mengenali

setiap antigen asing yang baru.(Borucki,1997;17-18)

Sekali terstimulasi oleh interaksi APC,antigen asing dan berbagi macam

modulator imun (interferon dan interleukin),sel-sel B mengalami transformasi

dan membelah diri dalam proses ekspansi klonal.Selama proses maturasi

9
10

berlangsung sel-sel B menjadi sel-sel plasma yang membawa imunoglobulin

spesifik (suatu antibodi yang disingkat menjadi Ig atau Ab) pada permukaan

selnya dan bila terangsang akan mensekresi imunoglobulin disekitar

lingkungannya.Sel-sel plasma mungkin masih tetap belum bekerja selama respon

awal sampai permukaan imunoglobulin mereka (surface imunoglobulins: sIg)

berjumpa dengan antigen asing.Permukaan imunoglobulin sel-sel plasma dan

imunoglobulin yang disekresikan bereaksi terhadap antigen yang sama.

(Borucki,1997;18)

Secara keseluruhan,antibodi yang diketahui terdiri dari lima kelas yaitu

IgG,IgM,IgA,IgD,dan IgE.Sebagian besar imunoglobulin yang bersirkulasi ke

dalam darah adalah dari kelas IgG dan empat subkelasnya yaitu

IgG1,IgG2,IgG3,dan IgG4.IgA disebut juga secretory Ab) merupakan

imunoglobulin yang dominan berada di air liur,bronkus,dan bagian tubuh lain

yang mensekresi mukus.Setelah mereka mengalami pemaparan pertama dengan

satu antigen,imunoglobulin dari kelas IgM secara khusus muncul terlebih dahulu

kemudian secara cepat diikuti oleh respon sekunder yang sama dengan

ditunjukkan oleh antibodi dari kelas IgG.Kelas IgM merupakan antibodi dengan

masa hidup yang pendek yaitu sekitar 6 enam bulan,sedang IgG mempunyai masa

hidup yang lebih lama,biasanya sampai beberapa tahun.Pola kemunculan IgM

yang timbul terlebih dahulu baru kemudian diikuti oleh IgG sering kali digunakan

sebagai alat bantu dalam diagnostik,karena IgM akan muncul diawal proses

infeksi akut dan hanya terdeteksi pada waktu yang pendek.IgD merupakan

komponen terbesar dari imunoglobulin permukaan (sIg) sel B,dan IgE merupakan

10
11

imunoglobulin efektor pada saat terjadi reaksi hipersensitivitas tipe 1

(immediate,alergi,anafilaksis).(Borucki,1997;18-19)

Respon imun seluler lebih bersifat komplek dan melibatkan komponen tiga

macam populasi sel-sel T yang berbeda dengan fungsi yang berbeda pula yaitu

helper kemudian supresor dan sitotoksik.Fungsi sel T helper dan supresor adalah

membantu mengatur aktifitas respon efektor cell-mediated.(Borucki,1997;19)

Sel helper bekerja dengan meningkatkan atau memeprluas agresifitas respon

cell-mediated (CMI).Penggolongan sel-sel T seringkali didasarkan pada penanda

yang dibawa oleh sel tersebut dipermukaannya.Adanya penanda permukaan ini

mengingatkan adanya fungsi yang berbeda pada subpopulasi dari sel-sel T;sebagai

contoh,sebagian besar sel-sel T dengan aktifitas helper secara fenotip adalah sel-

sel CD4.Sel-sel CD4 kemudian mewakili subpopulasi dari sel mediated respon

imun.(Borucki,1997;19-20)

Virus penyebab imunodefisiensi pada manusia beriaktan dengan CD4

(OKT4) pada permulaan sel-sel CD4+ secara progresif terinfeksi oleh HIV,dan

fungsi sel helper yang penting secara bertahap menghilang.HIV juga menginfeksi

monosit atau makrofage,sel-sel yang mempresentasikan antigen dan selanjutnya

memperlemah respon imun untuk bereaksi terhadap antigen-antigen baru

(neoantigens) dengan mengganggu aktifitas sel-sel CD4 dan APC yang sangat

penting dalam respon terhadap neoantigen.(Borucki,1997;20)

Sel-sel CD4 yang dapat ditekan tanpa adanya infeksi HIV,infeksi oleh virus

serupa,atau karena sebab-sebab lain kondisi ini disebut limfositopenia TCD4+

Idiopatik atau ICL.ICL mempunyai sifat yang heterogen dalam hal pengaruhnya

11
12

terhadap berbagai macam populasi dan menunjukkan maifestasi klinik yang

berbeda ,kedua sifat tadi membuat ICL tidak sama dengan infeksi HIV dan

AIDS.(Borucki,1997;20)

2.1.4 Etiologi dan Patogenesis

Human immunodefisiciency virus dianggap sebagai virus penyebab

AIDS.Virus ini termasuk dalam famili retroviridae.(Borucki, 1997;23)

Nama retroviridae atau retrovirus diberikan pada jenis virus ini karena

kemampuannya yang unik untuk mentransfer informasi genetik mereka dari RNA

ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut reserve transkripse,cara ini

meruapakan kebalikan dari proses transkripsi (dari DNA ke RNA) dan translasi

(dari RNA ke protein).Walupun pada awalnya retrovirus dididentifikasi

keganasan,tetapi pada saat ini semakin jelas hubungannya dengan berbagai

penyakit degeratif seperti AIDS.Retrovirus secara umum dibagi menjadi dua kelas

yaitu transforming retroviruses (onkogenik) dan non transforming retroviruses

(lentivirus).(Borucki,1997;23)

Bila dibandingkan dengan virus-virus yang lain,retrovirus sukar berpindah

dari satu pejamu ke pejamu yang lainnya.Ketidakmampuan untuk berpindah ini

mencerminkan labilitas yang besar pada virion.Semua jenis retrovirus dapat

diinaktivasi dengan mudah oleh deterjan dalam kadar ringan,pemanasan

ringan,pengeringan serta cairan dengan pH rendah,sedang atau tinggi.Oleh karena

itu transmisi virus ini diperkirakan tidak dapat terjadi melalui kontak fisik kecuali

bila terkena darah atau cairan tubuh lainnya (seperti saat terjadinya hubungan

seksual),maupun dari ibu ke janin yang dikandungnya.Kebanyakan infeksi

12
13

retrovirus termasuk HIV didahului oleh suatu periode laten yang berlangsung

selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun.Periode laten yang panjang ini

sudah harus diduga terjadi pada virus yang cara transmisi utamanya adalah

vertikal atau kontak intim,karena virus yang membunuh pejamunya sebelum dapat

ditransmisi tidak adapat bertahan hidup lama di alam.(Borucki,1997;24-25)

Hasil studi terakhir menyebutkan bahwa pada periode laten di mana

replikasi HIV dalam darah rendah ,replikasinya pada jaringan limfoid,termasuk

kelenjar limfe,limpa,tonsil,dan adenoid,sangat tinggi.(Borucki,1997;25)

Selanjutnya,dari bukti epidemologi awal pada penderita AIDS diperkirakan

adanya agen yang dapat dipindahkan mungkin dalam bentuk virus,terutama

semenjak diketahui bahwa cara transmisinya diketahui sama dengan virus

hepatitis B yaitu melalui kontak seksual dan pertukaran darah dan produknya

melalui transfusi.Hilangnya fenotip sel T CD4 secara perlahan dan selektif juga

diperkirakan karen kemampuan afintas yang besar pada sel jenis ini.

(Borucki,1997;25)

Keluarga Retroviridae pada manusia diketaui bersifat leukemogenik sel T

dan menyebar melalui kontak yang dekat (terutama kontak seksual) dan/atau

produk darah,maka dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis retrovirus baru

yang diperkirakan yang diperkirakan sebagai agen penyebeb AIDS.Hampir dalam

waktu yang bersamaan dua kelompok peneliti,yang satu berasal Perancis

diketahui oleh Luc Montagnier dan kelompok peneliti lain yang berasal dari

Amerika,di bawah pimpinan pimpinan Robert C. Gallo mengisolasi retrovirus

yang berasal dari penderita yang menderita AIDS.Kelompok peneliti dari Perancis

13
14

menamai virus tersebut Lymphadeno associated virus (LAV),sedangkan Gallo

menamai virus tersebut HTLV-III karena sebelumnya telah terindentifikasi

retrovirus leukemogenik pada sel T lain yaitu,HTLV-1 dan HTLV-II.Kedua virus

tersebut pada akhirnya dinyatakan sebagai agen yang identik dan melalui

kesepakatan bersama disebut sebagai human immunodeficiency virus-1(HIV-1

atau HIV).Virus HIV kedua yang menyebabkan penyakit dengan spektrum yang

sama telah berhasil diisolasi dan disebut dengan HIV-2.Angka kejadian dari

penyakit yang disebabkan oleh virus HIV-2 ini di Amerika Serikat tercatat sangat

jarang terjadi.(Borucki,1997;26)

Genom dari HIV mempunyai persamaan yang sangat erat dengan

retroviridae lainnya dan terorganisasi dalam tiga segmen pemberi kode yaitu

kelompok segmen yang mempunyai komponen protein antigen (the group

associated antigen protein components : GAG),mantel pembungkus (the

envelope:ENV),dan segmen polimerasi (POL).Virus HIV mempunyai

kemampuan tambahan yang dapat memberikan kode untuk komponen

pengatur,termasuk fungsi positif (memperbesar) dan fungsi negatif

(menghambat).(Borucki,1997;26)

Gen HIV-ENV memberiakan kode pada sebuah protein 160-kilodalton (kD)

yang kemudian membelah menjadi bagian 120-kD (eksternal) dan 41-kD

(transmembranosa).Keduanya merupakan glikosilat;glikoprotein 120 (gp120)

yang berikatan dngan CD4 dan mempunyai peran yang sangat penting dalam

membantu perlekatan virus dengan sel target; Glikoprotein 41(gp41) mungkin

saja terlibat dalam perlekatan antara sel terinfeksi sel sehat dan dalam

14
15

pembentukan sinsitium.Antibodi yang terbentuk karena adanya kedua

glikoprotein ini sangat khas terdapat dalam darah penderita yang terjangkit infeksi

HIV.(Borucki,1997;26)

Protein-protein GAG merupakan komponen struktural utama dari virus

ini.salah satu dari prtein-protein tersebut yaitu jenis protein 24-kD,p24,dapat

ditemukan pada serum penderita yang menunjukan proses infeksi dan

perkembangbiakan virus sedang berlangsung denagn aktif.dari data-data yang

terkumpul diperkirakan adanya antigen ini pada serum penderita menandakan

bahwa prognossis yang lebih buruk.Pada Penderita yang terinfeksi oelh virus

HIV,di dalam peredaran darahnya akan ditemukan antibodi sebagai akibat adanya

satu atau lebih protein-protein GAG.Antibodi-antibodi yang bekerja melawan

komponen-komponen GAG atau ENV inilah yang diperiksa sewaktu dilakukan

skrening darah dengan cara ELISA.(Borucki,1997;26-27)

Gen POL bekerja memberikan kode genetik untuk tiga komponen utama

yaitu reserve transcriptase (RT),protease (PR) dan integrase (IN).Komponen

pertama yaitu RT disebut demikian karena bukanya mentranskripsikan DNA

menjadi RNA seperti skenario pada umumnya,tetapi justru mengubah virus RNA

menjadi DNA,peristiwa inilah yang disebut transkripsi terbalik.Karena sel-sel

pejamu manusia tidak memerlukan proses sepeti ini,maka proses transkripsi

terbalik yang unik ini menjadi suatu cara yang berguna untuk pengobatan.

(Borucki,1997;27)

Penyakit HIV akan diderita seumur hidup,tindakan-tindakan yang cukup

keras harus diambil untuk mencegah penyebaran yang cepat dari virus

15
16

tersebut.Hal yang perlu diingat adalah tidak semua orangnya yang menderita

infeksi virus HIV akan langsung menunjukkan gejala-gejala klinik,sehingga

transmisi dapat terus terjadi saat penderita masih dalam periode

asimtomatik.Individu yang mempunyai resiko untuk memperoleh infeksi HIV dan

mereka yang tercatat pernah menderita penyakit hubungan seksual lain perlu

mendapatkan konseling mengenai pentingnya pemeriksaan HIV.Jika individu

pada akhirnya menyetujui untuk dilakukan pemeriksaan maka pemberian

konseling setelah pemeriksaan pada individu tersebut sangat dianjurkan walaupun

hasilnya negatif.(Borucki,1997;27)

2.1.5 Klasifikasi,Gejala,dan Tanda klinis

Menurut Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit (CDC,186-188)

mengklasifikasikan HIV/AIDS tergantung pada patofisiologi penyakit akibat

peningkatan defisit imun dan penurunan fungsi.Klasifikasi HIV/AIDS adalah

sebagai berikut :

(1) Group I; infeksi akut,seperti gejala flu dan tes antibodi terhadap HIV negatif.

(2) Group II (Asimtomatis); tes antibodi terhadap HIV positif,tidak ada gejala-

gejala dan laboratorium yang mengarah ke HIV/AIDS

(3) Group III (Simtomatis); tes antibodi terhadap HIV Positif,dan terjadi

pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (Persisten generalized

lymphadenopathy)

(4) Group IVA; tes antibodi terhadap HIV positif,dan terjadi penyakit

konstitusional (demam atau diare yang persisten,penurunan berat badan lebih

10% dari berat badan normal)

16
17

(5) Group IVB; sama dengan group IVA disertai adanya penyakit

neurologi,dementia,neurophati,dan myelophati.

(6) Group IVC; sama dengan group IVB disertai sel CD4 < 200 mm ,dan terjadi

infeksi opurtunistik.

(7) Group IV-D; sama dengan group IVC disertai terjadi tuberkulosis

paru,kanker servikal yang invasif,dan keganasan yang lain.

2.1.6 Cara Pencegahan

Sampai saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan

AIDS,belum ada vaksin yang dapat mencegah terjadinya AIDS,dan belum ada

metode yang terbukti dapat menghilangkan infeksi karier HIV.(Lyons&

Valentine,1997;255)Karena alasan ini,segala usaha harus dilakukan untuk

mencegah AIDS dengan cara : (1) Hindarkan hubungan seksual di luar nikah dan

usahakan hanya berhubungan dengan satu pasangan seksual,(2)Pergunakan

kondom,terutama bagi kelompok perilaku resiko tinggi,(3)Seorang ibu darahnya

telah diperiksa dan ternyata positif HIV hendaknya jangan hamil ,karena bisa

memindahkan virusnya kepada janin yang dikandungya,(4)Orang-orang yang

tergolong pada kelompok perilaku resiko tinggi hendaknya tidak menjadi donor

darah,dan (5) Menggunakan jarum suntik dan alat tusuk lainnya seperti;

akupuntur,jarum tatto,jarum tindik,dll hendaknya sekali pakai dan harus terjamin

streilitasnya.(Depkes,2002).

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik Untuk HIV

Ada dua pemeriksaan yang sering dipakai untuk mendeteksi adanya antibodi

terhadap HIV.Yang pertama adalah ELISA (enzyme-linked immunosorbent

17
18

assay),bereaksi terhadap antibodi yang ada adalam serum dengan memperlihatkan

warna yang lebih tua jika terdeteksi antibodi virus dalam jumlah

besar.Pemeriksaan ELISA mempunyai mempunyai sensitifitas 93% sampai 98%

dan spesifitasnya 98% sampai 99% Kuhnl,1985).Tetapi hasil positif palsu (atau

negatif palsu) dapat berakibat luar biasa,karena akibatnya sangat serius.Oleh

sebab itu,pemeriksaan ELISA diulang dua kali,dan jika keduanya menunjukkan

hasil positif,dilanjutkan dengan pemeriksaan yang lebih spesifik,yaitu Western

blot.Pemeriksaan Western blot juga dilakukan dua kali.Pemeriksaan ini lebih

sedikit memberikan hasil positif palsu atau negatif palsu.Jika seseorang telah

dipastikan mempunyai seropositif terhadap HIV,maka dilakukan pemeriksaan

klinis dan imunologik untuk menilai keadaan penyaki,dan mulai dilakukan usaha

untuk mengendalaikan infeksi.(Price & Wilson,1995;204)

2.2 Pengetahuan dan Sikap Terhadap Pencegahan HIV/AIDS

2.2.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.Penginderaan terjadi

melalui panca Indera manusia,yakni indra

penglihatan,pendengaran,penciuman,rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga.(Notoatmodjo, 1993;94)

Menurut Notoadmodjo (1993) menyatakan bahwa “semakin banyak indra

yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas

pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh”.(Notoadmodjo, 1997;109)

18
19

Pengetahuan sering datang dari pengalaman (WHO, ;7).dari pengalaman

dan penelitian,ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak di dasari pengetahuan.

Pengetahuan pada hakekatnya merupakan,segenap apa yang kita ketahui

tentang suatu obyek tetentu.(Jujun s.Suriasumantri, 2000;104)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang(Overt behaior).(Notoadmojo, 1997;94)

2.2.2 Sikap

Sikap merupakan reflek suka dan tidak suka.(WHO,1988; ).Sikap adalah

reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau

obyek.(Notoadmodjo, 1997;97)

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk

bertindak sesuai dengan sikap obyek tadi.Jadi sikap senantiasa terarah terhadap

suatu hal,suatu obyek,tidak ada sikap yang tanpa obyek.Manusia dapat

mempunyai sikap terhadap bermacam-macam hal.(Heri Purwanto, ;62),

Menurut Notoatmodjo (1993) menyatakan,”suatu sikap belum otomatis

terwujud dalam suatu tindakan (over behavior)”.(Notoatmodjo,1993;99)

Menurut Neil Niven (2002;41) sikap terbentuk dari 3 komponen :

(8) Komponen afektif: komponen ini berhubungan dengan perasaan dan emosi

tentang seseorang atau sesuatu.

(9) Komponen kognitif: sikap tentunya mengandung pemikiran atau kepercayaan

tentang seseorang atau ssesuatu obyek.

19
20

(10) Komponen perilaku: sikap terbentuk dari tingkah laku seseorang dan

perilakunya.

2.2.3 Modifikasi Teori Determinan Perilaku

2.2.3.1 Pemikiran dan Perasaan (Thoughts and Feling)

(1) Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

Dengan meningkatnya prevalensi HIV di Indonesia,ada potensi untuk penularan

HIV lewat pelayanan kesehatan.Kekurangtahuan mahasiswa di bidang kesehatan

mengenai HIV/AIDS merupakan potensi untuk penularan HIV lewat pelayanan

kesehatan sehingga akan meningkatkan prevalensi HIV di Indonesia.(Jaringan

Epidemologi Nasional, 1995;7)

(2) Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka terhadap obyek,sikap sering

diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.Sikap

membuat seseorang mendekat,atau menjauhi.Dalam hal ini siap positif tentang

pencegahan HIV/AIDS tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata.Hal ini

disebabkan karena kurang berhati-hati dengan tindakan yang memudahkan

mereka tertular HIV.Tindakan berisiko (seperti sarung tangan robek,tertusuk

jarum,dan terkena cairan vagina atau darah ibu atau bayi).(Hadi P.,dkk,1993;15)

(3) Nilai (value)

Dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi

pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat.

(Notoatmodjo,1993;106)

20
21

Cara pencegahan penularan HIV di tempat kerja petugas kesehatan (mahasiswa di

bidang kesehatan) berbeda dengan cara pencegahan lainnya di luar pusat

pelayanan kesehatan sehingga menganggap semua pasien yang dirawat di RS

potensial mengidap HIV/AIDS juga akan menimbulkan kehati-hatian dalam

perawatan.

2.2.3.2 Orang Penting Sebagai Referensi (Personal References)

Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap

penting.Apabila seseorang itu penting.Apabila seseorang itu penting

untuknya,maka yang ia atau perbuat cenderung untuk diikuti.

(Notoatmodjo,1993;106).Pemerintah harus membuat aturan yang tegas bila tenaga

kseshatan tidak memperhatikan prosedur sterilisasi yang benar.

2.2.3.3 Sumber-sumber daya (Resources)

Sumber-sember daya di sini mencakup fasilitas-

fasilitas,uang,waktu,tenaga,dan sebagainya.Semua itu berpengaruh terhadap

perilaku seseorang atau kelompok masyarakat.Pengaruh sumber-sumber daya

terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif.

Salah satu keadaan yang memungkinkan penularan HIV di Indonesia

adalah sarana pelayanan kesehatan tidak selalu melaksanakan prosedur sterilisasi

dalam pemakaian jarum,semprit,dan peralatan lain yang invasif.(Jaringan

Epidemologi Nasional,1992;2)

21
22

2.2.3.4 Kebudayaan (Culture)

Kebudayaan atau pola hidup yang terdiri dari perilaku

normal,kebiasaan,nilai-nilai,dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu

masyarakat.(Notoatmodjo, 1993;106)

Pemakaian jarum suntik berulang yang dilakukan oleh petugas kesehatan

(mahasiswa) merupakan potensi untuk penularan HIV lewat pelayanan kesehatan.

( Jaringan Epidemologi Nasional,1992;13)

Dari teori tim WHO tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

B = f (TF,PR,R,C)

Dimana

B : Behavior PR : Personal References


f : fungsi R : Resources
TF : Thoughts and Feeling C : Culture

2.3 Kerangka Konseptual

2.3.1 Narasi

Pengetahuan dan sikap masiswa dipengaruhi oleh sumber informasi yang

diterima tentang pencegahan HIV/AIDS.Pengetahuan dan sikap mahasiswa ini

akan mempengaruhi kepedulian pada pencegahan HIV/AIDS.

Kepedulian pencegahan HIV/AIDS dipengaruhi oleh; orang penting sebagai

referensi (Personal references),seperti; tenaga kesehatan (dokter,perawat,dan lain-

lain);Cultur (Budaya) pemakaian alat kesekatan (jarum suntik yang

berulang).Sedangkan sumber daya yaitu sarana pelayanan kesehatan tidak

melaksanakan prosedur sterilisasi.

22
23

Kepedulian terhadap pencegahan HIV/AIDS akan mempengaruhi

pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia umumnya khususnya di

Surabaya.

Karena kompleksnya masalah ini,maka peneliti hanya ingin meneliti tingkat

pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap kepedulian pada pencegahan

HIV/AIDS.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka konseptual berikut.

23
24

2.3.2 Bagan Kerangka Konsep

SUMBER INFORMASI

Pengetahuan HIV/AIDS THOUGHT & FEELING Sikap


- Pengertian HIV/AIDS Kepercayaan dan Nilai - PenderitaHIV/AIDS
- Cara transmisi HIV
- Imunulogi
- Etiologi&Patogenesis
- Klasifikasi,gejala,dan tanda
klinis
- Cara pencegahan
- Pemeriksaan HIV/AIDS

Kepedulian pada pencegahan HIV/AIDS


Personal Reference - Peringatan dari Penderita Sumber
- Tenaga Kesehatan - Ikut Seminar - Sarana
(Dokter,Perawat,) - Tersedianya leaflet/stiker anti HIV/AIDS pelaya-
- Dosen - Tes terhadap HIV/AIDS nan yg
- Orang Tua tidak
- Ulama
melak--- Pemerintah
sanakan
prose-
dur ste-
rilisasi

Budaya
-Pemakaian alat
kesehatan berulang-
ulang

Pencegahan terhadap HIV/AIDS

Keterangan
: yang diteliti
------------- : Tidak diteliti

24
25

B = f(Tf,PR,C,R)
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab berikut ini akan diuraikan tentang desain penelitian, kerangka

kerja penelitian, populasi, sampel dan sampling, identifikasi variabel, teknik

pengumpulan dan analisa data, masalah etika dan keterbatasan dalam penelitian.

3.1 Desain Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode Cross sectional

(Burns & Grove, 1999) untuk mengukur tingkat pengetahuan dan sikap

mahasiswa Akper Unmuh Surabaya terhadap kepedulian pada pencegahan

HIV/AIDS pada suatu waktu tertentu.

3.2 Kerangka Kerja

Independen dependen

Sumber Informasi Pengetahuan&Sikap Kepedulian pada


Pencegahan HIV/AIDS

Pengetahuan
-Pengertian HIV/AIDS - Peringatan dari penderita
-Cara transmisi HIV - Ikut seminar
-Imunologi - Tersedianya leaflet/stiker
-Etiologi&Patogenesis tentang HIV/AIDS
-Klasifikasi,gejala,dan tanda - Tes terhadap HIV/AIDS
klinis
-Cara pencegahan
-Pemeriksaan HIV

Sikap
-Penderita HIV

25
26

3.3 Populasi, sampel dan sampling

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah

yang diteliti (Nursalam & Siti Pariani,2000;64).Populasi penelitian ini adalah

mahasiswa Akademi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surabaya.

3.3.2 Besar sampel

Besar sample adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan sample


(Zainudin,1999).Pada penelitian ini besar sample adalah sebagian mahasiswa
Akper Unmuh Surabaya.
Besar sampel dalam penelitian ini ditetapkan dengan rumus :
N.z.p.q
n =
d(N-1)+z.p.q

n = Perkiraan jumlah sampel


N = Perkiraan besar populasi
Z = Nilai standar normal untuk  : 0.05 (1.96)
P = Perkiraan proporsi,jika tidak diketahui dianggap 50%
q = 1- p (100% - p)
D = Tingkat kesalahan yang dipilih
Berdasarkan rumus tersebut diatas dan jumlah mahasiswa Akper Unmuh
Surabaya per 30 Mei 2002 yaitu 180 mahasiswa,maka perhitungan besar sampel
adalah :
180(1,96)2.0,5.0,5
n =
(0,05)(180-1) + (1,96)2 .0,5.0,5

180(1,96)2.0,5.0,5
n =
(0,05)(180-1) + (1,96)2.0,5.0,5

26
27

180(3,84).0,25
n =
(0,050(179)+(3,84).0,25

172,87
n =
9,91

n = 17,44 dibulatkan menjadi 18 mahasiswa


Jadi sampel yang akan diambil adalah 18 mahasiswa

3.3.4 Sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk

dapat mewakili populasi (Burns&Grove,1991;37)

Sampling dengan menggunakan teknik simple random sampling yaitu setiap

anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel

(Polit & Hungler,285)

3.4 Identifikasi variabel dan definisi operasional

3.4.1 Variabel penelitian

Macam-macam variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

1) Variabel independen : Pengetahuan

Yaitu Pengetahuan tentang ;pengertian HIV/AIDS;cara

transmisi;imunologi;etiologi&patogenesis;klasifikasi,gejala, dan tanda klinis; cara

pencegahan HIV/AIDS,dan pemeriksaan HIV.

27
28

(2) Variabel independen : Sikap

Yaitu sikap responden terhadap penderita HIV/AIDS

(3) Variabel dependen : kepedulian pada pencegahan HIV/AIDS

Yaitu kepedulian mahasiswa pada pencegahan HIV/AIDS meliputi :

peringatan dari penderita,ikut seminar,tersedianya leaflet/stiker anti HIV/AIDS

dan test HIV.

3.4.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor


Independen Pengetahuan adalah Pengetahuan Kuesioner Ordinal Kategori:
Pengetahuan merupakan hasil dari mahasiswa 1.Baik:
tahu,dan ini terjadi setelah tentang :
orang melakukan -Pengertian 2. Kurang :
pengindraan terhadap HIV/AIDS
suatu obyek -Cara
tertentu.Pengindraan transmisi
terjadi melalui panca indra -Imunologi
manusia, yakni indra -Etiologi dan
penglihatan,pendenga- patogenesis
ran,penciuman,rasa,danrab -Klasifikasi,
a,sebagian gejala dan
besarpengetahuan manusia tanda klinis
diperoleh melaui mata dan -Cara
telinga. pencegahan
(Notoatmodjo,1993) -Pemeriksaan
HIV
Independen Sikap menggambarkan Sikap terhadap Kuesioner Ordinal Kategori :
Sikap suka atau tidak suka -Penderita 1.Baik :
sesorang terhadap obyek. HIV/AIDS 3-5
(Notoatmodjo,1993) 2.Kurang :
0-2
Dependen Kepedulian atau perhatian Kegiatan Kuesioner Ordinal Kategori:
Kepedulian pada pencegahan nyata dari dan 1.Baik
pada HIV/AIDS mahasiswa : observasi 5–8
pencegahan -Memberi-
HIV/AIDS kan penyu- 2.Kurang
luhan pada 0-4
masyarakat
-tersedianya
leflet/stiker
anti
HIV/AIDS,
mengikuti
seminar,sert
a suka rela
untuk

28
29

pemeriksa-
an HIV

3.5 Pengumpulan data dan Analisa Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan membagikan

kuesioner yang akan diisi responden kemudian untuk jawaban yang kurang jelas

dilakukan wawancara langsung di lokasi penelitian yaitu di Akademi

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Data yang dikumpulkan meliputi tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa

Akper Unmuh Surabaya terhadap kepedulian pada pencegahan HIV/AIDS.Data

yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan penyuntingan.Data dianggap

memenuhi syarat bilamana :

(1) Seluruh data terisi lengkap dan jelas

(2) Responden pengisi data terkontrol dan tidak dipengaruhi orang lain

(3) Tidak terdapat faktor perancu data : tambahan informasi dari orang lain.

Data yang telah terkumpul kemudian diolah yang meliputi identifikasi masalah

penelitian,kemudian pengujian masalah penelitian dengan uji statistik yang

digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap reponden

terhadap kepedulian pada pencegahan HIV/AIDS dengan Uji Korelasi Spearman.

Seluruh teknis pengolahan data statistikal dilakukan secara komputerisasi

dengan menggunakan software Statistical Product and Service Solution (SPSS).

3.6 Masalah Etika

1) Persetujuan

29
30

Responden ditetapkan setelah terlebih dahulu mendapatkan penjelasan

tentang kegiatan penelitian, tujuan dan dampak bagi mahasiswa, serta setelah

responden menyatakan setuju untujk dijadikan responden secara tertulis melalui

Informed Concern. Calon responden yang tidak menyetujui untuk dijadikan

responden tidak akan dipaksa.

2) Anomanitas (tanpa nama)

Seluruh responden yang dijadikan dalam sampel penelitian tidak akan

disebutkan namanya baik dalam kuesioner maupun dalam penyajian pelaporan

penelitian

3) Kerahasiaan

Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian akan dirahasiakan

identitas spesifiknya (nama, gambar/foto, ciri-ciri fisik) dan hanya informasi

tertentu saja yang ditampilkan.

3.7 Keterbatasan

(1) Sampel penelitian yang digunakan hanya terbatas pada mahasiswa Akademi

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surabaya saja sehingga kurang

representatif untuk dilakukan generalisasi hasil.

(2) Waktu yang digunakan dalam penelitian ini terbatas sehingga hasil penelitian

tidak dapat digeneralisasikan

(3) Alat ukur data dirancang oleh peneliti sendiri tanpa melakukan uji coba

sehingga hasil yang didapat mungkin kurang valid,oleh karena itu validitas

dan reabilitasnya masih perlu diuji coba.

30
31

Daftar Pustaka

Abraham,Charles & Shanley,Eamon (1997),Psikologi Sosial Untuk Perawat,


Jakarta : Penerbit EGC,

Amin,Ghazali M.,(2002),AIDS,Pesan Moral dan Gaya Hidup Dalam Ketahan


Keluarga,: Mentari, Universitas Muhammadiyah Aceh.

Bayne, Marilyn V & Ignatavicus, Donna D (1991) Medical – Surgical Nursing, A


Nursing Proccess Approach, Philadelphia :W. B Saunders Co.

31
32

Burns, Nancy & Grove, Susan K. (1999) Understanding Nursing Research, 2nd
ed., Philadelphia: W.B Saunders Co.

Departemen Kesehatan RI (1997),AIDS dan Penanggulangan,Depkes RI.

Depkes RI.(2002),AIDS.http://www.charweb.org/health/aids/mainpage.html

Dewit,Susan C.(1998),Essentials of Medical Surgical Nursing, Philadelphia: W.B


Saunders Co.

Faugier,Jean & Hicken Ian (1996), AIDS and HIV The nursing
Response,Chapman & Hall.

Heri Purwanto,Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan, Jakarta :


Penerbit EGC.

Jaringan Epidemologi Nasional (1995),AIDS & Petugas Kesehatan.JEN.

Jaringan Epidemologi Nasional (1995),Saripati AIDS di Indonesia.JEN.

Jawa Pos (2002),Pria Indonesia Tak Setia,Jawa Pos.15 Juni

Muma,Richard D.,dkk (1997),(alih bahasa Sinta Prawitasari),HIV: Manual Untuk


Tenaga Kesehatan, Jakarta : Penerbit EGC.

Niven,Neil (2002),Psikologi Kesehatan:Pengantar Untuk Perawat dan Profesi


Kesehatan Lain,Edisi2, Jakarta : Penerbit EGC.

Notoatmodjo,Soekidjo (1997),Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Rineka


Cipta.

Notoatmodjo,Soekidjo (1993),Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu


Perilaku Kesehatan, Yogyakarta : Andi Offset.

Nursalam,Pariani ,S.(2001),Pendekatan Praktis Metodologi Riset


Keperawatan,Jakarta :CV.Sagung Seto

Polit,Denise F. & Hungler,Bernadette P.,Nursing Research Principles and


Methods, Philadelphia: J.B Lippincott Company.

Price,Sylvia A. & Wilson,Lorraine M.(1995),Patofisiologi :Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit, Jakarta : Penerbit EGC

Suriasumantri, Jujun S.,(2000),Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer,Jakarta:


Penerbit Pustaka Sinar Harapan.

32
33

Vrisaba,Rahardian (2001),Kiat Menangkal AIDS, Bandung : CV.Pionir Jaya,

World Health Organization (1988), Education for Health, A Manual on Health


Education In Primary Health Care.Geneva,WHO.

Zainudin,(1999).Metodologi Penelitian.Surabaya:Airlangga University Press.

Abraham & Stanley(1996), Konseling Keperawatan, Penerbit EGC, jakarta

Ader, Albert (1996) Psichoneuroimmunology, J.B Lippincott Company,


Philadelphia

33
34

Bayne, Marilyn V & Ignatavicus, Donna D (1991) Medical – Surgical Nursing, A


Nursing Proccess Approach, W. B Saunders Co,, Philadelphia

Burns, Nancy & Grove, Susan K. (1999) Understanding Nursing Research, 2nd
ed., W.B Saunders Co., Philadelphia

Chitty, Kay K. (1997) Professional Nursing, Concepts and Challenge, 2nd edition,
W.B Saunders Co, Philadelphia

Carpenito, Linda Juall (1995) Nursing Diagnosis, JB Lippincott Co. Philadelphia

Dempsey, Patricia Ann & Dempsey, Arthur D. (1995) Nursing Research With
Basic Statistical Application, Jones & bartlett Publ., Boston

George, Julia B (1990) Nursing Theories, The Base For Professional Nursing
Practice, Appleton & Lange, Conecticut

Guyton & Hall (1996) Fisiologi Kedokteran, Penerbit EGC, Jakarta

Kozier,Barbara; Erb, Glenora (1991) Fundamentals Of Nursing, Concepts,


Proccess and Practice, Addison-Wesley Co. Inc.,Philadelphia

Lillis, Carol; Taylor, Carol (1997) Fundamentals of Nursing, The Arts and
Science of Nursing Care, 3rd ed.,J.B. Lippincott Co., Philadelphia

Lonnquist, Linne E & Weiss, Gregory L (1997) The Sociology of Health, Healing
and Illness, 2nd edition, Prentice-Hall, New Jersey

Oswari, E (1993) Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Price, S.A; Wilson, LM (1995) Fisiologi Proses-Proses Penyakit, edisi Terjemah,


Penerbit EGC, Jakarta

Rothrock, Jane C (1999) Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif, EGC,


Jakarta

Sastroasmoro, S & Ismail, S, (1995). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinik,


Binarupa Aksara, Jakarta.

Schwartz (2000) Ilmu Bedah, edisi Tejemah, Penerbit EGC, Jakarta

Santoso, Singgih (2000) Statistical Product and Service Solutions Versi 7,5, Cet.
3, Elek Media Computindo, Jakarta

34
35

Stromborg, Marylin F. (1988) Instruments for Clinical Nursing Research,


Appleton & lange, Connecticut

Sugiyono (2001) Statistik Nonparametris Untuk Penelitian, Cet. 2, C.V Alfabeta,


Bandung

Sugiyono (2000) Statistik Untuk Penelitian, Cet. 2, C.V Alfabeta, Bandung

Zainuddin, Muhammad (1988) Metodologi Penelitian, __________ , _______

35
36

36
37

Hipotesis :

Hipotesis awal : Tindakan preoperasi tidak behubungan dengan tingkat

kecemasan pre operasi pada klien fraktur

Hipotesis Kerja : Tindakan preoperasi berhubungan tingkat kecemasan pre

operasi pada klien fraktur

37
38

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini dibahas hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Ruang Bedah B

RSUD Dr. Soetomo selama tanggal 14 Februari 2002 sampai dengan 16 Maret

2002; yang meliputi gambaran deskriptif responden, gambaran deskriptif tingkat

kecemasan dan tindakan keperawatan serta analisa hubungan antara tindakan

keperawatan dan tingkat kecemasan.

4.1 Hasil

4.1.1 Karakteristik Responden

b) Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Diagram 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur

38
39

Berdasarkan diagram diatas terlihat bahwa sebagian besar responden (60,0

%) merupakan kelompok usia 31-40 tahun.

c) Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat pendidikan

Diagram 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa tingkat pendidikan terbanyak dari

responden adalah SLTA (46,7 %).

d) Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Diagram 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

39
40

Dari diagram diatas tampak gambaran bahwa sebagian besar responden

(43,3 %) memiliki pekerjaan swasta.

a d) Tingkat Kecemasan Responden

b Tingkat kecemasan klien dapat digambarkan dalam diagram

sebagai berikut :

Diagram 4.4 Tingkat Kecemasan Responden

Berdasarkan pada gambar diatas terlihat bahwa berdasarkan Skala

Hamilton Anciety Rating Scale; tingkat kecemasan responden dalam rentang

tidak cemas, cemas ringan dan cemas sedang. Jumlah terbanyak adalah klien

dengan kecemasan ringan yaitu 17 responden (56,7 %), selanjutnya

kelompok dengan tanpa kecemasan sebanyak 9 responden (30 %) dan

kecemasan sedang sebanyak 4 responden (13,3 %).

b) Tindakan Perawatan Preoperatif

Jumlah tindakan keperawatan preoperatif pada tiap-tiap responden

tergambar dalam diagram :

40
41

Diagram 4.5. Tindakan Keperawatan Preoperatif

Berdasarkan pada gambaran diatas maka terlihat bahwa sebagian

besar tindakan keperawatan yang diselenggarakan oleh perawat kurang

adekuat yaitu sebanyak 25 tindakan (83,3 %) dan sedang sebanyak 5

tindakan (16,7 %).

4.1.2 Hubungan antara persiapan preoperasi dan tingkat kecemasan

Hubungan antara tindakan keperawatan preoperatif dengan tingkat

kecemasan dapat digambarkan diagram berikut :

Diagram 4.6:Hubungan Tindakan Keperawatan Preoperatif dan Tingkat


Kecemasan pada responden

Berdasarkan grafik diatas tergambar adanya pola hubungan antara

tingkat pelayanan keperawatan preoperatif dimana terdapat gambaran bahwa

41
42

responden yang mendapatkan tindakan preoperatif relatif banyak cenderung

memiliki kecemasan yang relatif rendah.

Berdasarkan uji hubungan yang dilakukan dengan menggunakan uji

Spearman-Rank didapatkan nilai kemaknaan 0,0106 < 0,05 atau Ho ditolak;

yang berarti bahwa terdapat hubungan antara tindakan keperawatan

preoperatif terhadap tingkat kecemasan. Selanjutnya bedasarkan koefisien

korelasi Spearman didapatkan nilai –0,459 yang berarti bahwa hubungan

yang dibentuk antara tindakan keperawatan preoperatif dengan tingkat

kecemasan cukup kuat (Notoadmodjo, 1993) dan hubungan yang terbentuk

bernilai negatif yang artinya antara tindakan keperawatan dan tingkat

kecemasan bersifat saling meniadakan.

4.2 Pembahasan

42
43

Berdasarkan pada karakteristik responden didapatkan bahwa sebagian

besar responden berusia 31-40 tahun (60,0 %). Hal ini dimungkinkan karena

fraktur dapat disebabkan oleh trauma baik langsung maupun tidak langsung

(Oswari, 1993) yang kemungkinannya besar terjadi pada kelompok usia produktif,

baik akibat kecelakaan kerja maupun kecelakaan lainnya. (Lonquist & Weiss,

1997). Selanjutnya berdasarkan pekerjaan juga didapatkan bahwa penderita

sebagian besar bekerja swasta (46,7 %). Hal ini dimungkinkan karena kelompok

dengan pekerjaan swasta merupakan kelompok yang dituntut oleh lingkungan

kerja menjadi besar; selain itu juga karena RSUD Dr. Soetomo terletak di daerah

perkotaan sehingga sektor diluar pertanian dan sektor nonformal dan swasta

menjadi lebih menonjol.

Berdasarkan tingkat kecemasan klien didapatkan bahwa sebagian besar

klien mengalami kecemasan (70 %) dan 30 % yang lain tidak dikatagorikan

mengalami kecemasan. Hal ini sesuai dengan konsep bahwa klien yang akan

dioperasi akan mengalami kecemasan (Chitty, 1997). Dari data juga didapat

bahwa tingkat kecemasan klien berfariasi dari tingkatan tidak mengalami

kecemasan; kecemasan ringan dan kecemasan sedang. Hal ini sesuai dengan

pendapat Peplau (1963) dalam (Chitty, 1997) yang menyebutkan bahwa

kecemasan dapat terjadi dalam suatu rentang (kontinuum). Adanya tingkat

kecemasan ringan sebanyak 17 responden (56,7 %) yang lebih banyak dari

kecemasan sedang (13,3 %) merupakan suatu kondisi yang tampaknya perlu

dicermati karena menurut Carpenito (1999) kecemasan pada klien yang akan

menjalani operasi biasanya merupakan kecemasan derajad sedang. Namun hal ini

43
44

dapat dijelaskan kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor : 1) alat ukur

yang digunakan merupakan alat ukur untuk mengukur derajad kecemasan umum

sehingga mungkin kurang valid dalam mengukur derajad kecemasan preoperasi;

2) Tingkat kecemasan yang diukur merupakan tingkat kecemasan yang telah

mendapatkan inervensi keperawatan; sehingga kemungkinan derajad kecemasan

yang terjadi telah mengalami penurunan akibat tindakan keperawatan preoperatif.

Berdasarkan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh para

perawat Ruang Bedah B RSUD Dr. Soetomo Surabaya terhadap klien yang akan

dioperasi; terdapat gambaran bahwa tindakan keperawatan yang memiliki rentang

kurang sebanyak 25 (83,3 %) tindakan dan tindakan keperawatan preoperatif

yang cukup sebanyak 5 tindakan (16,5 %). Namun dari seluruh responden tidak

ada yang tidak mendapatkan tindakan keperawatan preoperatif. Adanya tindakan

yang dalam tingkat yang berbeda dimungkinkan karena pengambilan data yang

dilakukan masih dalam tahap-tahap preoperatif sehingga memungkinkan adanya

tindakan keperawatan yang diberikan pada klien setelah pengambilan data; dan

hal ini tidak diikuti oleh peneliti sehingga seluruh tindakan kepeawatan selesai

dilaksanakan.

Berdasarkan pada uji hubungan antara tindakan keperawatan preoperatif

dan tingkat kecemasan didapatkan adanya hubungan antara tingkat kecemasan dan

tindakan keperawatan dalam signifikansi p = 0,0106. Selanjutnya berdasarkan

koefisien korelasi Spearman didapatkan nilai –0,459 yang berarti bahwa

hubungan yang dibentuk antara tindakan keperawatan preoperatif dengan tingkat

kecemasan cukup kuat (Notoadmodjo, 1993). Hal ini secara teoritik dapat

44
45

diterangkan bahwa adanya berbagai tindakan keperawatan merupakan bentuk

dukungan profesional dan dukungan sosial yang dapat memberikan pengaruh baik

fisik maupun psikologis sehingga klien merasa lebih aman dan akhirnya

kecemasan dapat menurun (Lonquis & Weiss, 1997). Selain itu juga karena

kecemasan lebih merupakan pengalaman psikologis dan lebih sering timbul

karena ketidaktahuan tentang konsekuensi pembedahan dan prosedur bedah itu

sendiri (Chitty, 1997; Stuard&Laraia, 1998) maka klien yang mendapatkan

persiapan preoperasi tentu akan lebih memiliki pemahaman karena dalam

persiapan preoperatif terkandung unsur persiapan psikologis dan sekaligus bentuk

komunikasi untuk mengurangi ketidaktahuan tentang konsekuensi pembedahan.

( Lilis & taylor, 1997).

45
46

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa :

1) Klien dengan fraktur yang akan menjalani operasi di ruang bedah B

mengalami kecemasan dalam rentang tidak ada cemas sampai dengan

kecemasan ringan. Derajad kecemasan terbanyak adalah kecemasan ringan

(56,7 %).

2) Klien dengan fraktur yang akan menjalani operasi mendapatkan tindakan

keperawatan preoperatif.. Jumlah/kuantitas tindakan keperawatan preoperatif

yang diberikan rata-rata masih kurang sesuai dengan apa yang diharapkan.

3) Terdapat hubungan tindakan keperawatan preoperatif terhadap tingkat

kecemasan pada klien fraktur yang dirawat di ruang bedah B,dimana

koefisien korelasi sebesar -0,459 atau hubungan yang terbentuk cukup kuat.

Hubungan yang terbentuk merupakan hubungan negatif (saling meniadakan)

dimana tindakan keperawatan dapat menurunkan derajad kecemasan

5.2 Saran

Mengacu pada hasil kesimpulan diatas; maka disarankan agar :

1) Perlunya dilakukan penelitian dalam lingkup yang lebih luas sehingga hasil

penelitian dapat digeneralisasikan, dengan melibatkan faktor-faktor

46
47

pengontrol/perancu yang mungkin mempengaruhi tindakan keperawatan

preoperatif maupun terhadap tingkat kecemasan.

2) Perlunya disusun alat ukur khusus dalam pengukuran kecemasan untuk situasi

preoperatif sehingga lebih mampu mencerminkan gambaran tingkat

kecemasan yang sebenarnya.

3) ditingkatkannya kuantitas dan kualitas pelayanan keperawatan preoperatif

yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial dan spiritual

4) Perlunya disusun/diteliti suatu prosedur baku yang memungkinkan tindakan

penurunan/reduksi kecemasan pada klien keperawatan preoperatif.

47
48

Daftar Pustaka

Abraham & Stanley(1996), Konseling Keperawatan, Penerbit EGC, jakarta

Ader, Albert (1996) Psichoneuroimmunology, J.B Lippincott Company,


Philadelphia

Bayne, Marilyn V & Ignatavicus, Donna D (1991) Medical – Surgical Nursing, A


Nursing Proccess Approach, W. B Saunders Co,, Philadelphia

Burns, Nancy & Grove, Susan K. (1999) Understanding Nursing Research, 2nd
ed., W.B Saunders Co., Philadelphia

Chitty, Kay K. (1997) Professional Nursing, Concepts and Challenge, 2nd edition,
W.B Saunders Co, Philadelphia

Carpenito, Linda Juall (1995) Nursing Diagnosis, JB Lippincott Co. Philadelphia

Dempsey, Patricia Ann & Dempsey, Arthur D. (1995) Nursing Research With
Basic Statistical Application, Jones & bartlett Publ., Boston

George, Julia B (1990) Nursing Theories, The Base For Professional Nursing
Practice, Appleton & Lange, Conecticut

Guyton & Hall (1996) Fisiologi Kedokteran, Penerbit EGC, Jakarta

Kozier,Barbara; Erb, Glenora (1991) Fundamentals Of Nursing, Concepts,


Proccess and Practice, Addison-Wesley Co. Inc.,Philadelphia

Lillis, Carol; Taylor, Carol (1997) Fundamentals of Nursing, The Arts and
Science of Nursing Care, 3rd ed.,J.B. Lippincott Co., Philadelphia

Lonnquist, Linne E & Weiss, Gregory L (1997) The Sociology of Health, Healing
and Illness, 2nd edition, Prentice-Hall, New Jersey

Oswari, E (1993) Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Price, S.A; Wilson, LM (1995) Fisiologi Proses-Proses Penyakit, edisi Terjemah,


Penerbit EGC, Jakarta

Rothrock, Jane C (1999) Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif, EGC,


Jakarta

Sastroasmoro, S & Ismail, S, (1995). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinik,


Binarupa Aksara, Jakarta.

48
49

Schwartz (2000) Ilmu Bedah, edisi Tejemah, Penerbit EGC, Jakarta

Santoso, Singgih (2000) Statistical Product and Service Solutions Versi 7,5, Cet.
3, Elek Media Computindo, Jakarta

Stromborg, Marylin F. (1988) Instruments for Clinical Nursing Research,


Appleton & lange, Connecticut

Sugiyono (2001) Statistik Nonparametris Untuk Penelitian, Cet. 2, C.V Alfabeta,


Bandung

Sugiyono (2000) Statistik Untuk Penelitian, Cet. 2, C.V Alfabeta, Bandung

Zainuddin, Muhammad (1988) Metodologi Penelitian, __________ , _______

49
50

LAMPIRAN 1

50
51

LAMPIRAN 2 :

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Nama saya adalah Fahrun Nur Rosyid, saya adalah mahasiswa


Program Studi S-I Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Surabaya yang saat ini sedang melakukan
penelitian berjudul :

STUDI TENTANG PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA


AKPER UNMUH SURABAYA TERHADAP KEPEDULIAN PADA
PENCEGAHAN HIV/AIDS

Untuk maksud diatas, maka kami mohon kepada Bapak/Ibu


untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

Adapun hal-hal yang perlu Bapak/Ibu ketahui adalah :


 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana
hubungan asuhan keperawatan preoperasi terhadap reduksi
kecemasan pada pasien.
 Waktu penelitian paling banyak dua puluh menit. Selama
masa penelitian Bapak/Ibu diharapkan menjawab petanyaan
yang diajukan oleh peneliti.
 Selama waktu penelitian Bapak/Ibu boleh melakukan
aktivitas seperti biasanya.
 Identitas Bapak/Ibu akan dirahasiakan sepenuhnya oleh
peneliti, dan hanya data yang Bapak/Ibu isikan yang akan
digunakan demi kepentingan penelitian
 Penelitian ini tidak akan memungut biaya sedikitpun kepada
Bapak/Ibu
 Jika kemudian Bapak/Ibu berkeberatan untuk meneruskan
penelitian ini, Bapak/Ibu boleh keluar dari penelitian
 Hal-hal yang belum jelas dapat ditanyakan pada peneliti.

Peneliti

Fahrun Nur
Rosyid

51
52

LAMPIRAN 3

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah mendapatkan pengertian secukupnya tentang tujuan penelitian dan


pengaruh penelitian bagi diri saya, maka saya menyatakan bersedia untuk menjadi
peserta/ responden penelitian yang dilakukan oleh Anas Tamsuri dengan judul

STUDI TENTANG HUBUNGAN TINDAKAN KEPERAWATAN


PREOPERATIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KLIEN
DI RUANG BEDAH B RSUD Dr. SOETOMO

Persetujuan ini saya buat dengan sadar dan tanpa paksaan dari siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Surabaya, ……………….2002
Saksi, Yang menyetujui,

( …………………… ) ( …………………… )
Nama Jelas Nama Jelas

52
53

LAMPIRAN 4

Lembar Kuesioner

Umur : ……………tahun
Pendidikan :  SD  SLTP  SLTA  Diploma/Sarjana
Jenis Kelamin :  Pria  Wanita
Pekerjaan : ……………………
Jenis Operasi : ……………………………….

Tindakan PreOperatif yang dilakukan perawat


Berilah tanda Cheklist () pada kotak didepan setiap pernyataan yang benar
(pernah dilakukan oleh perawat)
 Memberi tahu bahwa anda akan dioperasi
 Memberi tahu jenis operasi yang akan dilakukan
 Memberi tahu tujuan operasi
 Memberi tahu resiko/komplikasi operasi
 Memberi tahu teknik / tindakan operasi (gambaran operasi)
 Memberi tahu lokasi / tempat dimana terdapat luka operasi nantinya
 Menanyakan apakah Saudara merasa takut karena operasi
 Berusaha memberikan ketenangan batin pada Saudara
 Melakukan sentuhan untuk menunjukkan adanya empati dan perhatian
 Menjawab/menerangkan tindakan apa yang akan dilakukan pada Saudara
 Menjawab/menerangkan apakah nantinya anda sadar selama operasi
 Menjawab/menerangkan dampak/resiko operasi pada Saudara
 Menjawab/menerangkan dimana anda dioperasi; dan kapan anda dapat
bertemu dengan keluarga setelah operasi
 Menjawab/menerangkan biaya yang diperlukan selama operasi
 Mengajarkan batuk dan nafas dalam
 Mengajarkan teknik mengatasi rasa sakit/ nyeri setelah pembedahan
 Mengajarkan latihan lengan dan bagaimana anda nantinya berlatih untuk
duduk dan melakukan pergerakan tubuh setelah operasi
 Menerangkan alat-alat yang akan dipakai selama operasi
 Memberikan dukungan emosional, menjawab pertanyaaan atau memberikan
dukungan spiritual
 Menganjurkan anda berpuasa sebelum operasi
 Mencukur dan menyiapkan daerah operasi
 Mengecek bahwa bahan dan obat-obatan telah lengkap
 Mengecek tensi darah, nadi dan suhu tubuh
 Melanjutkan persiapan nutrisi dan hidrasi
 Melepaskan/menganjurkan untuk melepas alat bantu dan perhiasan
 Melakukan perawatan mulut

53
54

 Mengosongkan perut dengan obat urus-urus (pencahar) dan atau


mengeluarkan isi perut (berak) anda dengan obat/tindakan tertentu

Apakah saat ini saudara mengalami gejala-gejala berikut ?

Perasaan cemas, ditandai dengan : SKORE


 Cemas
 Firasat buruk
 Takut akan pikiran sendiri

Ketegangan yang ditandai oleh :


 Merasa tegang
 Lesu
 Tidak dapat istirahat dengan nyenyak
 Mudah menangis
 Gemetar
 Gelisah
 Mudah terkejut
Ketakutan ditandai oleh :
 Ketakutan pada gelap
 Ketakutan ditinggal sendiri
 Ketakutan pada orang asing
 Ketakutan pada binatang besar
 Ketakutan pada keramaian lalu lintas
 Ketakutan pada kerumunan orang banyak
Gangguan tidur ditandai oleh :
 Sukar masuk tidur
 Terbangun malam hari
 Tidak pulas
 Bangun dengan lesu
 Mimpi-mimpi
 Mimpi buruk
 Mimpi yang menakutkan

Gangguan kecerdasan ditandai oleh :


 Daya ingat buruk
Perasaan depresi ditandai oleh :
 Kehilangan minat
 Sedih

54
55

 Bangun dini hari


 Kurangnya kesenangan pada hobi
 Perasaan berubah sepanjang hari

Gejala somatik ditandai oleh :


 Nyeri pada otot
 Kaku
 Kedutan otot
 Gigi gemeretak
 Suara tidak stabil
Gejala Sensorik ditandai oleh :
 Tinitus
 Penglihatan kabur
 Muka merah dan pucat
 Merasa lemah
 Perasaan ditusuk-tusuk

Gejala Kardiovaskuler ditandai oleh :


 Takikardia
 Berdebar-debar
 Nyeri dada
 Denyut nadi mengeras
 Rasa lemas seperti mau pingsan
 Detak jantung hilang sekejap

Gejala pernafasan ditandai oleh :


 Rasa tertekan di dada
 Perasaan tercekik
 Merasa nafas pendek dan sesak
 Sering menarik nafas panjang

Gejala Gastrointestinal ditandai oleh :


 Sulit menelan
 Mual
 Perut melilit
 Gangguan pencernaan
 Nyeri lambung sebelum atau sesudah makan
 Rasa panas di perut
 Perut terasa kembung
 Muntah

55
56

 Enek
 Defekasi lembek
 Berat badan menurun
 Konstipasi

Gejala Urogenital ditandai oleh :


 Sering kencing
 Tidak dapat menahan kencing
 Amenorrhoe
 Menorrhagia
 Frigiditas
 Ejakulasi prekok
 Ereksi hilang
 Impoten
Gejala Otonom ditandai oleh :
 Mulut kering
 Muka kering
 Mudah berkeringat
 Pusing, sakit kepala
 Bulu roma berdiri

Perilaku sewaktu wawancara, ditandai oleh :


 Gelisah
 Tidak tenang
 Jari gemetar
 Mengerutkan dahi atau kening
 Muka tegang
 Tonus otot meningkat
 Nafas pendek dan cepat
 Muka merah

Teknik Pengisian Skore :


- Skor 0 : tidak ada gejala sama sekali
- Skor 1 : 1 dari gejala yang ada
- Skor 2 : separuh dari gejala yang ada
- Skor 3 : lebih dari separuh gejala yang ada
- Skor 4 : Semua gejala ada
Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor seluruh item

56
57

LAMPIRAN 5

57
58

58
59

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL PARAMETER ALAT SKALA SKOR


UKUR
1 Perawatan Adalah tindakan Tindakan keperawatan preoperatif Quesio- Ordinal  Baik bila
Preoperatif keperawatan yang (Lilis & taylor, 1997) : ner melaksa-nakan >
(Independen) diselenggarakan oleh perawat  Memberi tahu bahwa anda akan 76 % tindakan
selama masa sebelum operasi dioperasi atau 15 item
disebut sebagai perawatan  Memberi tahu jenis operasi yang tindakan
preoperasi (preoperative care) akan dilakukan  Sedang bila
dimana pada masa ini perawat  Memberi tahu tujuan operasi melak-sanakan 56
melakukan persiapan-persiapan  Memberi tahu resiko/komplikasi – 75 % tindakan
yang berhubungan dengan operasi atau seba-nyak 11-
rencana operasi yang akan  Memberi tahu teknik / tindakan 15 item tindakan
dijalankan nantinya (Potter operasi (gambaran operasi)  Kurang bila
&Perry, 1987). Kegiatan  Memberi tahu lokasi / tempat melak-sanakan <
preoperatif dimaksud adalah dimana terdapat luka operasi 55 % tindakan
tindakan yang diberikan secara nantinya atau ku-rang dari
langsung oleh perawat terhadap 11 item tindakan
 Menanyakan apakah Saudara
klien (melibatkan klien secara
merasa takut
langsung). Tindakan
 Menjawab/menerangkan tindakan
keperawatan dibedakan dalam
apa yang akan dilakukan
kurang, sedang dan baik dengan
kriteria berdasarkan tindakan  Menjawab/menerangkan apakah
keperawatan preoperatif (lilis & nantinya anda sadar selama operasi
taylor, 1997)  Menjawab/menerangkan dampak/
resiko operasi
 Menjawab/menerangkan dimana
anda dioperasi;
 menerangkan biaya operasi
 Mengajarkan batuk dan nafas
dalam
 Mengajarkan teknik mengatasi

59
60

rasa sakit Mengajarkan latihan


setelah operasi
 Memberikan dukungan emosional,
spiritual
 Menganjurkan berpuasa
 Mencukur daerah operasi
 Mengecek bahan dan obat-obatan
 Mengecek tanda vital
 nutrisi dan hidrasi
 Melepaskan alat bantu dan
perhiasan
 Melakukan perawatan mulut
 Mengosongkan perut

2 Cemas Kecemasan adalah rasa Penilaian terhadap : Hamilton Ordinal Penilaian hasil yaitu
(dependen) keprihatinan yang terus-menerus 1) Perasaan cemas Anxiety dengan menjumlah
yang tidak jelas secara alami 2) Ketegangan rating nilai skor item 1
dan berhubungan dengan 3) Ketakutan Scale sampai dengan 14
perasaan ketidakpastian dan 5) Gangguan tidur dengan ketentuan
keputusasaa (Stuart, Gail 6) Gangguan kecerdasan sebagai berikut :
W;Laraia, Michele T, 1998) 7) Perasaan depresi - S
Kecemasan dapat ditentukan 8) Gejala somatik kor kurang dari 6=
dengan menggunakan Hamilton 9) Gejala Sensorik tidak ada
Anxiety Rating Scale (Hawari, 10) Gejala Kardiovaskuler kecemasan
2000). 11) Gejala pernafasan - S
12) Gejala Gastrointestinal kor 6 sampai
13) Gejala Urogenital dengan 14=
14) Gejala Otonom kecemasan ringan
15) Perilaku sewaktu wawancara - S
kor 15 sampai

60
61

dengan 27 = ke-
cemasan sedang
- S
kor lebih dari 27 =
berat

61
62

SATUAN ACARA PENYULUHAN


BIMBINGAN SPIRITUAL KLIEN PREOPERATIF

No Tujuan Umum Tujuan Khusus MATERI/KEGIATAN Metode Alat Bantu Waktu Evaluasi
1 Klien Pra kondisi Tujuan Penyuluhan Ceramah 1 menit Mengukur
mengalami Klien memahami TujuanHidup dalam Islam Ceramah Brosur 3 menit derajad
penurunan tujuan hidup dalam Tanya Jawab kecemasan 5
kecemasan Islam menit sebelum
dan 5 menit
Klien memahami Fungsi Sakit dalam hidup Ceramah Brosur 4 menit setelah
Fungsi sakit bagi manusia Tanya Jawab penyuluhan
kehidupan manusia

Klien berserah diri Aplikasi : - 2 menit


pada Tuhan Berdo’a bersama Berdoa

62
63

63
64

Klien dengan situasi PROSES


Preoperatif Hiperplasi Prostat KEPERAWATAN
mengalami kecemasan (Konseptual Roy)
(Chitty, 1993; Lilis & Taylor,
1993; Rotrock, 1999; Bayne &
Ignatavicus, 1991)

Tujuan Keperawatan : Tindakan keperawatan :


Meningkatkan respon Manipulasi stimulus fokal,
adaptif dalam 4 tipe model kontekstual dan stimulus
adaptif : fisiologis, konsep residual baik secara internal
diri, peran dan inter- maupun eksternal yang
dependensi (George, 1993; berpengaruh terhadap individu
Fitzpatric & Whall, 1989) (George, 1993)
Manipulasi spiritual termasuk
stimulus kontekstual dan
mempengaruhi kognator :
konsep diri
(Martindez dalam George, 1993)

Input Proses Effectors Output

Tingkat Fungsi Fisik Respon Adaptif


Koping Mekanisme
Adaptasi Konsep Diri Dan
Regulator
Stimuli Fungsi Norma Respon Inefektif
Kognator
Interdependensi

Rencana Kognator : Konseling Konsep diri


Tingkat kecemasan
Operasi Spiritual Norma

Pre test
Klien
Preoperatif Tingkat
Kecemasan
Konseling
Spiritual
Pendidikan
Peng.agama sebelumnya
: Tidak diteliti Post Test Pengalaman operasi
sebelumnya
: Diteliti Nyeri/ggn fisik
Pola koping lain
Kondisi Ruang rawat

64
65

: Perlakuan
LEMBAR EVALUASI
PENYELENGGARAAN KONSELING SPIRITUAL

Isilah kegiatan yang telah dilaksanakan selama konseling dengan memberi tanda
checklist () pada kolom kegiatan dibawah ini.

 Memperkenalkan diri
 Menyebutkan tujuan kegiatan konseling dan perihal penelitian
 Memperkenalkan tujuan hidup menurut islam
 Menyebutkan hikmah dan fungsi sakit dalam islam
 Membuat kesimpulan pentingnya sabar dan tawakal
 Memberi kesempatan untuk bertanya
 Berdo’a bersama

LEMBAR KONTROL RESPONDEN


Berilah tanda cheklist terhadap kondisi kilen selama masa observasi penelitian

 Menyatakan menolak untuk melanjutkan penelitian


 Tidak mendengarkan dan atau meminta untuk tidak mendapatkan konseling
spiritual
 Mendapatkan tindakan invasif atau manipulasi yang memerlukan waktu lebih
dari 5 menit
 Terlihat menahan nyeri, menyatakan adanya rasa nyeri dan adanya rasa tidak
enak selama masa penelitian
 Klien melakukan tindakan/kegiatan yang memerlukan waktu lebih dari 5
menit.

65
66

JENIS TINDAKAN Frek


Memberi tahu rencana operasi 30
Memberi tahu jenis operasi yang akan dilakukan 13
Memberi tahu tujuan operasi 9
Memberi tahu resiko/komplikasi operasi 2
Memberi tahu teknik / tindakan operasi (gambaran operasi) 2
Memberi tahu lokasi / tempat dimana terdapat luka operasi 6
Menanyakan apakah Saudara merasa takut karena operasi 10
Berusaha memberikan ketenangan batin pada Saudara 2
Melakukan sentuhan untuk menunjukkan adanya empati dan 1
perhatian
Menjawab/menerangkan tindakan apa yang akan dilakukan pada 2
Saudara
Menjawab/menerangkan apakah nantinya anda sadar selama operasi 0
Menjawab/menerangkan dampak/resiko operasi pada Saudara

Menjawab/menerangkan dimana anda dioperasi; dan kapan anda 0


dapat bertemu dengan keluarga setelah operasi
Menjawab/menerangkan biaya yang diperlukan selama operasi 7
Mengajarkan batuk dan nafas dalam 0
Mengajarkan teknik mengatasi rasa sakit/ nyeri setelah pembedahan 0
Mengajarkan latihan lengan dan bagaimana anda nantinya berlatih 0
untuk duduk dan melakukan pergerakan tubuh setelah operasi
Menerangkan alat-alat yang akan dipakai selama operasi 0
Memberikan dukungan emosional, menjawab pertanyaaan atau 9
memberikan dukungan spiritual
Menganjurkan anda berpuasa sebelum operasi 30
Mencukur dan menyiapkan daerah operasi 29
Mengecek bahwa bahan dan obat-obatan telah lengkap 30
Mengecek tensi darah, nadi dan suhu tubuh 30
Melanjutkan persiapan nutrisi dan hidrasi 30
Melepaskan/menganjurkan untuk melepas alat bantu dan perhiasan 0
Melakukan perawatan mulut 0
Mengosongkan perut dengan obat urus-urus (pencahar) dan atau 30
mengeluarkan isi perut (berak) anda dengan obat/tindakan
tertentu

66

Anda mungkin juga menyukai