Anda di halaman 1dari 22

ASPEK HUKUM KEPERAWATAN

Hargianti Dini Iswandari


dini_iswandari@yahoo.com
1
I. Pengertian Hukum

Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan atau


kaidah dalam suatu kehidupan bersama; atau
keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku
dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat
dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.

Hukum adalah keseluruhan peraturan yang mengatur


dan menguasai manusia dalam kehidupan bersama.
Berkembang di dalam masyarakat dalam kehendak,
merupakan sistem peraturan, sistem asas-asas,
mengandung pesan kultural karena tumbuh dan
berkembang bersama masyarakat.

2
Pengertian Hukum kesehatan :
Adalah ketentuan2 yang mengatur hak dan kewajiban
baik dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya
kesehatan maupun dari individu dan masyarakat
yang menerima upaya kesehatan tersebut dalam segala
aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta
organisasi dan sarana.

Hukum Kesehatan adalah kumpulan peraturan


yang berkaitan langsung dengan pemberian perawatan
dan juga penerapannya kepada hukum perdata,
hukum pidana dan hukum administrasi
(Prof. Van der Mijn).
• Hukum Kesehatan lebih luas dari pada
Hukum Kedokteran atau Hukum Perawatan.
3
Mengapa perlu Undang-undang Kesehatan

1. Kesehatan-kesejahteraan merupakan cita-cita


bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945;
2. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan sumber
daya manusia yang merupakan modal pembangunan
nasional;
3. Perlunya penyelenggaraan upaya kesehatan yang
menyeluruh dan terpadu;
4. Perundang-undangan yang ada tidak sesuai lagi.

4
Mengapa perlu Undang-Undang Praktik Keperawatan

1. Alasan filosofi: Perawat telah berkonstribusi


besar dlm peningkatan derajat kes, tapi belum
diimbangi dgn perlindungan hukum, bahkan cenderung
menjadi objek hukum.
2. Perawat memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional,
etis dan profesional, semangat pengabdian yang tinggi,
berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi luhur dan dapat
memegang teguh etika profesi.
3. Tujuan menyusun UU: lingkup profesi yang jelas,
kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai
pihak (masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak
terkait lainnya), keterwakilan yang seimbang,
optimalisasi profesi, fleksibilitas, efisiensi dan keselarasan,
universal, keadilan, serta kesetaraan dan kesesuaian
interprofesional (WHO, 2002) 5
II. FUNGSI DAN TUJUAN HUKUM

Hukum:
1. Berlaku untuk umum
2. Disusun oleh badan pemerintah / kekuasaan
3. Tercantum secara rinci dalam kitab UU
dan lembaran/berita negara
4. Pelanggaran diselesaikan melalui pengadilan
5. Sanksi pelanggaran tuntutan
6. Penyelesaian pelanggaran memerlukan bukti fisik

6
Fungsi Hukum dalam Praktik Perawat

- Memberikan kerangka utk menentukan tindakan


keperawatan mana yang sesuai dengan hukum
- Membedakan tanggung jawab perawat dengan
profesi lain
- Membantu menentukan batas-batas kewenangan
tindakan keperawatan mandiri
- Membantu mempertahankan standard praktik
keperawatan dengan meletakkan posisi perawat
yg memiliki akuntabilitas dibawah hukum.

7
TUJUAN Undang- Undang praktek Keperawatan :

A. Tujuan utama
1. Memberi landasan hukum terhadap praktik keperawatan
2. Melindungi masyarakat maupun perawat

B. Tujuan Khusus
1. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan dan kesehatan yang diberikan oleh perawat.
2. Melindungi masyarakat dari tindakan yang dilakukan
perawat .
3. Menetapkan standar pelayanan keperawatan
4. Menapis ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
5. Menilai boleh tidaknya perawat menjalankan praktik
keperawatan
6. Menilai ada tidaknya kesalahan dan atau kelalaian yang
dilakukan perawat dalam memberi pelayanan.
8
III. HUKUM PUBLIK VS HUKUM PRIVAT

Perbedaan terletak pada


penitik beratan hubungan hukum yang terjadi.
Pada hukum publik :
Titik berat hubungan hukum adalah
kepentingan umum atau orang dengan negara.
Pada hukum privat:
Titik berat hubungan hukum adalah
kepentingan perseorangan atau orang dengan orang.

9
Hukum Publik:
1. Hukum Tata Negara:
hukum yang mengatur tentang lembaga-lembaga negara
atau alat-alat serta perangkat negara
2. Hukum Administrasi Negara:
hukum yang mengatur tentang bagaimana cara
lembaga-lembaga negara menjalankan tugas dan
wewenangnya
3. Hukum Pidana:
hukum yang berisi tentang aturan-aturan yang
harus di taati oleh masyarakat, dan apabila
melanggar akan mendapat sanksi
(terdiri dari kejahatan dan pelanggaran)
4. Hukum Internasional:
adalah seperangkat asas dan kaidah yang mengatur
masalah atau persoalan yang melintasi batas negara
yang tidak bersifat perdata 10
Hukum Privat:

1. Hukum perdata (dalam arti sempit)


adalah hukum perdata sebagaimana terdapat
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
saja (BW)

2. Hukum Perdata (dalam arti luas)


adalah hukum perdata yang terdapat dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW)
serta undang-undang lainnya yang mengatur
masalah perdata. (Hukum dagang,dll)

11
IV. HAK, KEWAJIBAN DAN PERSETUJUAN

Informed Consent ???

HAK ASAZI
1. Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
(the right to health care),
2. Hak untuk mendapatkan informasi
(the right to information), dan
3. Hak untuk ikut menentukan
(the right to determination)

12
Hak atas informasi

1. Diberikan sebelum dilakukan tindakan medis,


ringan maupun berat.
2. Pasien berhak bertanya seputar rencana tindakan medis
yang akan diterimanya, apabila informasi yang diberikan
dirasakan masih belum jelas,
3. Pasien berhak meminta pendapat atau penjelasan
dari dokter lain untuk memperjelas atau membandingkan
informasi tentang rencana tindakan medis yang
akan dialaminya (second opinion)
4. Pasien berhak menolak rencana tindakan medis tersebut

13
Pemberian informasi selayaknya bersifat
obyektif, tidak memihak, tanpa tekanan.
Setelah menerima semua informasi tersebut,
pasien harus diberi waktu untuk berfikir dan
mempertimbangkan keputusannya.

14
Informasi yang diperoleh:
1. Bentuk tindakan medis
2. Prosedur pelaksanaannya
3. Tujuan dan keuntungan dari pelaksanaannya
4. Resiko dan efek samping dari pelaksanaannya
5. Resiko / kerugian apabila rencana tindakan medis
itu tidak dilakukan
6. Alternatif lain sebagai pengganti rencana tindakan
medis itu, termasuk keuntungan dan kerugian dari
masing-masing alternatif tersebut

15
Kriteria pasien yang berhak
1. Pasien tersebut sudah dewasa. batas 21 tahun.
2. Pasien dalam keadaan sadar.
Pasien harus bisa diajak berkomunikasi secara wajar
dan lancar.
3. Pasien dalam keadaan sehat akal.

Jadi yang paling berhak untuk menentukan dan memberikan


pernyataan persetujuan terhadap rencana tindakan medis
adalah pasien itu sendiri.
Namun apabila pasien tersebut tidak memenuhi 3 kriteria
diatas maka dia dapat diwakili oleh wali keluarga
atau wali hukumnya.

16
Hak suami/istri pasien
Untuk beberapa jenis tindakan medis yang berkaitan
dengan kehidupan berpasangan sebagai suami-istri.
Misalnya tindakan terhadap organ reproduksi, KB,
dan tindakan medis yang bisa berpengaruh terhadap
kemampuan seksual atau reproduksi dari pasien tersebut.

17
Keadaan Gawat Darurat

Proses pemberian informasi dan permintaan persetujuan


rencana tindakan medis ini bisa saja tidak dilaksanakan
oleh dokter apabila situasi pasien tersebut dalam kondisi
gawat darurat.
Dalam kondisi ini, dokter akan mendahulukan
tindakan untuk penyelamatan nyawa pasien.
Prosedur penyelamatan nyawa ini tetap harus dilakukan
sesuai dengan standar pelayanan / prosedur medis yang
berlaku disertai profesionalisme yang dijunjung tinggi.

18
Setelah masa kritis terlewati
dan pasien
sudah bisa berkomunikasi,
maka pasien berhak untuk mendapat
informasi lengkap tentang tindakan medis
yang sudah dialaminya tersebut.

19
Tidak berarti kebal hukum
Pelaksanaan informed consent ini semata-mata
menyatakan bahwa pasien (dan/atau walinya yang sah)
telah menyetujui rencana tindakan medis yang akan
dilakukan.
Pelaksanaan tindakan medis itu sendiri tetap harus sesuai
dengan standar proferi kedokteran.
Setiap kelalaian, kecelakaan, atau bentuk kesalahan lain
yang timbul dalam pelaksanaan tindakan medis, tetap bisa
membuat pasien merasa tidak puas dan berpotensi
mengajukan tuntutan hukum.
Informed consent tidak menjadikan tenaga medis kebal
terhadap hukum atas kejadian yang disebabkan
karena kelalaiannya dalam melaksanakan tindakan medis.

20
KLIEN
HAK KEWAJIBAN
1. Mendapatkan informasi secara, benar, jelas, dan jujur 1. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang
tentang tindakan Keperawatan yang akan dilakukan; masalah kesehatannya;
2. meminta pendapat Perawat lain dan/atau tenaga kesehatan 2. mematuhi nasihat dan petunjuk Perawat;
lainnya; 3. mematuhi ketentuan yang berlaku di Fasilitas Pelayanan
3. mendapatkan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode Kesehatan; dan
etik, standar Pelayanan Keperawatan, standar profesi, 4. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan;
4. memberi persetujuan atau penolakan tindakan Keperawatan
yang akan diterimanya; dan
5. memperoleh keterjagaan kerahasiaan kondisi kesehatannya.
6. Pengecualian pada point 5 dapat dilakukan dalam hal : Dasar Hukum: Pasal 40 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014
a. kepentingan kesehatan Klien; tentang Keperawatan
b. pemenuhan permintaan aparatur penegak hukum dalam
rangka penegakan hukum;
c. persetujuan Klien sendiri;
d. kepentingan pendidikan dan penelitian; dan
e. ketentuan Peraturan Perundang-undangan

Dasar Hukum: Pasal 38 dan 39 Undang-Undang Nomor 38 Tahun


2014 tentang Keperawatan

21
PERAWAT
HAK KEWAJIBAN
1. memperoleh perlindungan hukum sepa+njang 1. melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan
melaksanakan tugas sesuai dengan standar pelayanan, Keperawatan sesuai dengan standar Pelayanan
standar profesi, standar prosedur operasional, dan Keperawatan dan ketentuan Peraturan Perundang-
ketentuan Peraturan Perundang-undangan; undangan;
2. memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari 2. memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode
Klien dan/atau keluarganya; etik, standar Pelayanan Keperawatan, standar profesi,
3. menerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan
yang telah diberikan; Perundang-undangan;
4. menolak keinginan Klien atau pihak lain yang 3. merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat
bertentangan dengan kode etik, standar pelayanan, atau tenaga kesehatan lain yang lebih tepat sesuai
standar profesi, standar prosedur operasional, atau dengan lingkup dan tingkat kompetensinya;
ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan 4. mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan
5. memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar standar;
5. memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas,
dan mudah dimengerti mengenai tindakan Keperawatan
Dasar Hukum: Pasal 36 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 kepada Klien dan/atau keluarganya sesuai dengan batas
tentang Keperawatan kewenangannya;8
6. melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari
tenaga kesehatan lain yang sesuai dengan kompetensi
Perawat; dan
7. melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh
Pemerintah.

Dasar Hukum: Pasal 37 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014


tentang Keperawatan

22

Anda mungkin juga menyukai