Kasus P. Manajemen
Kasus P. Manajemen
Analisis:
Pada kasus diatas dapat dilihat bahwa PT. Lapindo Brantas telah menyalahi etika
berbisnis. Dalam berbisnis kita juga harus memperhatikan faktor kelestarian lingkungan
sekitar kita yang juga dapat menopang usaha bisnis tersebut. Seharusnya PT. Lapindo Brantas
sudah dapat menghitung atau memperkirakan bahaya atau dampak yang akan ditimbulkan
bila melakukan pengeboran. Perusahaan harus tahu seberapa batas yang sewajarnya
dilakukan pengeboran. Karena ulah perusahaan tersebut, banyak pihak yang dirugikan, baik
makhluk hidup disekitarnya juga dampak negatif terhadap lingkungan. Hal ini tentunya harus
menjadi pembelajaran bagi kita semua, terutama perusahaan-perusahaan besar yang ingin
membuat suatu usaha atau tindakan bagi perusahaannya agar lebih memikirkan faktor
lingkungan disekitar wilayah yang bersangkutan.
ANALISIS:
Dilihat dari kasus dan penjabaran materi diatas, menurut pendapat
saya dalam kasus penurunan harga iPhone yang dilakukan oleh Steve
Jobs selaku CEO termasuk kedalam Keputusan yang dilakukan secara
Strategis, karena keputusan ini dibuat oleh manajemen puncak yaitu CEO
dari suatu organisasi. Disini Steve Jobs menggunakan proses
pengambilan keputusan dengan cara Keputusan Design atau INTUITING
yaitu dengan pengembangan dan analisis terhadap berbagai kemungkinan
tindakan dengan kata lain Steve Jobs berfikir bahwa dengan menurunkan
harga iPhone maka kemungkinan akan menghasilkan keuntungan yang
lebih dari sebelumnya dengan penjualan iPhone dipasaran yang terus
melonjak dan makin banyak peminat iPhone. Karena iPhone ini dijual
dengan harga murah (harga promosi) dengan maksud untuk
mempromosikan lebih luas product iPhone dan mengenalkannya kepada
masarakat yang lebih luas. Makin banyak pengguna iPhone maka makin
terkenal produk tersebut dan nantinya iPhone tersebut pantas dijual
dengan harga tinggi.
Tetapi yang dilakukan Steve Jobs termasuk kedalam metode
Kewenangan Tanpa Diskusi dimana pengambilan keputusan ini
diputuskan oleh pemimpin otokratik atau dalam kepemimpinan militer
dan kelemhannya yaitu mudah muncul rasa ketidakpercayaan para
anggota organisasi terhadap keputusan yang ditentukan pimpinannya
dalam arti sekalinya pemimpin tersebut mengecewakan anggotanya maka
anggota tidak akan percaya lagi terhadap pemimpin.
Dan keputusan pada perusahaan Apple ini merupakan Keputusan
yang Tidak Terprogram karena keputusan ini tidak dapat memutuskan
bagaimana merespon permasalahan tersebut, sehingga terdapat
ketidakpastian apakah solusi yang diputuskan dapat menyelesaikan
permasalahan atau tidak, akibatnya keputusan tidak terprogram
menghasilkan lebih sedikit alternatif keputusan.
Jadi Steve Jobs dalam melakukan penurunan harga iPhone
menggunakan tipe keputusan strategi, proses pengambilan desain atau
intuiting dan metode kewenangan tanpa diskusi serta menghasilkan
sebuah Keputusan yang tidak terprogram mengakibatkan
KEKECEWAAN pelanggan Apple yang membeli product tersebut
sebelum harga promo, para pelanggan merasa dirugikan. Seandainya
pihak management Apple melakukan sniff test sebelum mengambil
keputusan yang tepat mungkin mereka akan sadar bahwa pengurangan
harga juga bertentangan dengan KODE ETIK pelayanan pelanggan
Apple. Dan seharusnya pihak perusahan Apple menerapkan philosophi
ETIKA TRADITIONAL agar tidak bertentangan dengan ode etik dan
mereka dapat mengetahui hal-hal seperti:
a. Konsekuensialisme
Yaitu dari sisi pandang keuntungan, Apple mengharapkan lebih
dari sekedar pengimbangan dari $200 pengurangan harga per unit
in margin dan mendapatkan jumlah penjualan yang besar. Jika
hanya untuk iPhone saja mungkin cara ini sudah tepat, tapi Apple
juga memiliki banyak produk lain yang juga akan dibeli oleh
pelanggan mereka yang juga bisa terkenda dampak negatifnya.
Dalam hal ini managemen Apple bersikap GOUGING yang
nantinya akan merusak nilai proposisi apple secara keseluruhan
dan juga penjualan produk selain iPhone akan terpengaruh
sebagai dampak dari keputusan tersebut.
b. Tugas, Hak dan Justice Para excecutive Apple
Para CEO seharusnya menerapkan prinsip “dalam mencari
keuntungan tetapi tidak melanggar hokum”. Dalam kasus ini,
para pembeli awal iPhone memiliki hak secara legal untuk
menuntut perusahaan dengan alasan perlakuan yang tidak adil.
Dampak dari ketidakadilan pengurangan harga dapat berupa
tekanan buruk yang signifikan.
c. Kualitas Bagus yang Diharapkan
Dalam pikiran pelanggan dan pekerja pada perusahaan
Apple, Jobs mempunyai image secara teknis sebagai jenius yang
berpandangan jauh ke depan yang terarah untuk menyediakan
nilai yang hebat bagi stakeholder. Tetapi Jobs salah
menggunakan startegi dalam oengambilan keputusan yang tepat
dan seharusnya Jobs menggunakan metode PEMILIHAN
KEPUTUSAN dimana keputusan penurunan harga iphone
didiskusikan oleh seluruh bagian dari product iPhone dan juga
membuat pertanyaan “Tucker Framework” yang dikembangkan
dan dimodifikasi untuk menguji penurunan harga $200.
Jadi dalam pengambilan keputusan dalam organisasi sangatlah penting
supaya setiap masalah yang datang dapat segera diatasi dan tidak menghambat
tujuan dari organisasi itu sendiri. Oleh karena itu dalam pengambilan sebuah
keputusan harus mempertimbangkan cara mencari informasi, memahaminya
dengan baik, dan mendiskusikan keputusannyaa dengan orang-orang yang ikut
dalam perusahaan itu jangan hanya keputusan sepihak saja, agar keputusan yang
diambil dapat diterima dengan baik dan dapat memecahkan masalah yang ada.
4. MASLAH:
Tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan ini adalah bagaimana
mengalokasikan biaya overhead grup kepada masing-masing profit center secara adil.
Grup memiliki biaya langsung dan tidak langsung yang menjadi biaya overhead yang
harus dialokasikan ke profit center di setiap divisi. Biaya overhead group mencakup
biaya administrasi keuangan dan gedung, biaya SDM grup, biaya pemasaran grup,
biayamanaging director grup, dan biaya managing director divisi-divisi. Semua biaya
ini merupakan 50% dari overhead keseluruhan. Selain itu, masih ada biaya overhead
dari biaya tidak langsung, seperti biaya sewa gedung, biaya penerangan, telepon,
peralatan kantor, dan biaya operasional langsung..
Tantangan serius yang kedua adalah untuk menemukan keseimbangan antara
mental ‘robber baron’ dengan etos ‘good for the Group‘.
Inti dari tantangan ini adalah aspek tersembunyi lain dari strategi
manajemen talenta, yaitu mendapatkan dan mengembangkan karyawan yang
berkinerja tinggi.
Secara teori, salah satu peran Managing Director Divisi adalah mengarbitrase
persaingan antar pusat laba, dan memutuskan batas-batas wilayah masing-masing unit
laba. Masalah klasiknya adalah prospek atau pelanggan yang beroperasi di suatu
wilayah, tetapi memiliki unit-unit di wilayah lain yang menjadi ‘wilayah kekuasaan’
dari pusat-pusat laba yang berbeda-beda dari Grup.
Masalah utamanya adalah komunikasi strategi sebagai falsafah operasional. Hal
ini dipecahkan melalui kombinasi struktur, proses dan pengembangan diri. Cara
bagaimana menangani masalah tersebut dijelaskan di bawah ini.
Solusi:
Strategi yang diambil perusahaan adalah merekrut karyawan lulusan pendidikan S1
untuk memberi tenaga baru dengan kapasitas intelektual yang diinginkan.
Tahun pertama bagi karyawan baru adalah mengikuti kombinasi pelatihan teknis
dengan mendapatkan pengalaman di lapangan di profit center. Pada awal tahun, masing-
masing profit center mengidentifikasi lulusan S1 yang dibutuhkan, dengan menanggung
biaya perekrutan dan pelatihan.
Program perekrutan karyawan baru dikelola oleh Departemen SDM Grup, yang juga
memonitor perkembangan karyawan yang direkrut sejak awal tahun. Salah satu sasaran dari
proses ini adalah mengidentifikasi pola dan tren yang akan membantu memastikan proses
seleksi awal dapat mengidentifikasi karakteristik karyawan yang baru direkrut yang membuat
kemajuan terbaik dari segi pengembangan karier.
Bagi mereka yang sudah berada dalam perusahaan yang telah lolos program pelatihan,
proses pengembangan karier membawa mereka melewati serangkaian peningkatan level
tanggung jawab untuk mencapai hasil tertentu.
Inilah strategi manajemen talenta instrinsik yang diperkuat dengan budaya perusahaan.
Ketika seorang karyawan berhasil menunjukkan kemampuan untuk menjalankan suatu
level tanggung jawab tertentu – misalnya sebagai pemimpin tim atau manajemen proyek –
mereka berhak untuk menerima peran dengan lingkup tanggung jawab yang lebih besar dan
lebih luas.
Mereka menjadi sangat akrab dengan perencanaan keuangan dan pemodelan laba
karena mereka juga menjadi bagian dari proses perencanaan anggaran tahunan.
Pada tahap tertentu dalam karier mereka maju ke hadapan panel promosi. Salah satu
sasaran panel ini adalah untuk memastikan bahwa karyawan berkinerja tinggi di divisi-divisi
tidak akan terlewat untuk mendapat kesempatan memegang peran eksekutif pada bagian lain
yang perlu diisi