Anda di halaman 1dari 6

Demokrasi Indonesia

Dinamika dan Tantangan Demokrasi yang


Bersumber dari Pancasila
TUGAS PEKAN 5

ANDI MAHARAJA AMIR

D111211055

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2021
Demokrasi Pancasila

Di Indonesia sistem demokrasi mulai semarak kembali sejak era Orde


Baru(1966) karena di masa pemerintahan Soeharto masyarakat Indonesia
dilibatkan secara langsung dalam menentukan pemimpin negara melalui
Pemilihan Umum yang bersifat Luber (langsung, umum, bebas, dan rahasia).
Selain itu, lembaga-lembaga perwakilan rakyat seperti DPR baik di pusat maupun
daerah, MPR, dan lain-lainny juga mulai menjalankan fungsinya untuk
menampung suara rakyat. Meskipun demikian, praktik demokrasi juga tidak bisa
dikatakan maksimal di era ini karena sistem pemerintahan Soeharto yang opresif
dan militeristik, khususny terhadap kelompok minoritas dan kelompok agama.
Namun, sejauh ini prinsip atau sistem demokrasi merupakan pilihan tepat untuk
negara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mengingat masyarakatnya
yang sangat pluralis. Oleh karena itu, sejauh ini Demokrasi Pancasila yang
berlandaskan nilai nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan
sistem pemerintahan yang paling mungkin diterapkan di Indonesia dibandingkan
dengan konsep Demokrasi Liberal, Demokrasi Kapitalis, dan Demokrasi
Terpimpin yang dalam catatan sejarah perjalanan bangsa pernah gagal
diterapkan di Indonesia. Demokrasi Pancasila merupakan representasi dari
realitas masyarakat Indonesia yang memiliki ciri beragam atau multikultural,
namun tetap menempatkan buday gotongroyong dan persatuan di atas segala
perbedaan. Penerapan konsep musyawarah untuk mencapai suatu mufakat yang
selama ini kita kenal di masyarakat juga merupakan bukti bahwa Demokrasi
Pancasila bertujuan untuk mengutamakan keselarasan, keseimbangan, dan
keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi maupun golongan.
Dinamika dan Tantangan Demokrasi yang Bersumber Dari Pancasila
Postur demokrasi kita Indonesia adalah terletak pada konstitusi kita yaitu
UUD Negara Republik Indonesia 1945. Dimana konstitusi ini mengalami
amandemen sebanyak empat kali. Ihwal postur demokrasi Indonesia dewasa ini
dapat diamati dari fungsi dan peran lembaga permusyawaratan dan perwakilan
rakyat menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD).

Sejak memasuki era reformasi, konsep demokrasi di Indonesia semakin


nyat di dengungkan. Hal ini terlihat dari kebebasan berpendapat di kalangan
masyarakat dalam mengkritik pemerintah. Dicabutnya larangan ekspresi budaya
Tionghoa oleh Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid menandakan bahwa prinsip
Demokrasi Pancasila masih di minati oleh bangsa ini. Namun di sisi lain, era
reformasi juga membawa dilema untuk bangsa ini. Salah satunya adalah karena
kebebasan berpendapat kerap disalahgunakan sebagai penegasan terhadap
identitas kelompok tertentu atas nama mayoritas. Hal tersebut tentunya menjadi
permasalahan tersendiri bagi bangsa ini dan secara potensial ini dapat
mencederai hakikat Demokrasi Pancasila. Sebagai contohnya, banyak kita
temukan konflik berbasis perbedaan agama dan budaya terjadi di masyarakat,
maraknya ujaran kebencian terhadap kelompok minoritas, serta
bermunculannya ideologi intoleran dan kejahatan terorisme.

Sepanjang sejarah Indonesia pernah mengalami dinamika


ketatanegaraan seiring dengan berubahnya konstitusi yang dimulai sejak
berlakunya UUD 1945 (I), Konstitusi RIS 1949, UUDS 1950, kembali ke UUD
1945 (II) dan akhirnya kita telah berhasil mengamandemen UUD 1945
sebanyak empat kali. Ihwal postur demokrasi kita dewasa ini dapat kita amati
dari fungsi dan peran lembaga permusyawaratan dan perwakilan rakyat
menurut UUD NRI Tahun 1945, yakni Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR),
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat
Amandemen UUD 1945 dilakukan terhadap ketentuan tentang lembaga
permusyawaratan rakyat, yakni MPR. Sebelum dilakukan perubahan, MPR
merupakan lembaga tertinggi negara. Setelah dilakukan perubahan, maka
terjadilah perubahan secara mendasar dalam sistem ketatanegaraan.
Perubahan dari sistem vertikal hierarkis dengan prinsip supremasi MPR menjadi
sistem yang horizontalfundamental dengan prinsip checks and balances (saling
mengawasi dan mengimbangi) antarlembaga negara. Dalam kaitan dengan
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung, timbul kewenangan
baru bagi MPR, yakni melantik Presiden dan Wakil Presiden (Pasal 3 Ayat (2)
UUD 1945). Kewenangan lain yang muncul adalah MPR berwenang
memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya
menurut UUD. Kewenangan MPR lainnya diatur pula dalam Pasal 8 Ayat (2) dan
Ayat (3) UUD 1945. Pasal tersebut mengatur tentang pengisian lowongan
jabatan presiden dan wakil presiden secara bersama-sama atau bilamana wakil
presiden berhalangan tetap.

b. Dewan Perwakilan Rakyat

Dalam upaya mempertegas pembagian kekuasaan dan menerapkan prinsip


saling mengawasi dan mengimbangi yang lebih ketat dan transparan, maka
ketentuan mengenai DPR dilakukan perubahan. Dalam upaya mempertegas
pembagian kekuasaan dan menerapkan prinsip saling mengawasi dan
mengimbangi yang lebih ketat dan transparan, maka ketentuan mengenai DPR
dilakukan perubahan. Perubahan yang terjadi pada Dewan Perwakilan Rakyat
adalah penambahan ketentuan mengenai pemilihan anggota DPR. Dua
ketentuan lainnya, yakni susunan dan masa sidang DPP tetap tidak berubah.
Menurut ketentuan Pasal 20 A Ayat (1) UUD 1945 fungsi DPR ada tiga, yaitu
fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. Mari kita pahami
ketiga fungsi tersebut. Berdasarkan ketentuan Pasal 20 A Ayat (2) DPR
mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat. Di
samping DPR, anggota DPR juga mempunyai hak tertentu. Hak-hak anggota
DPR tersebut adalah Mengajukan rancangan undang-undang. Mengajukan
pertanyaan, Menyampaikan usul dan pendapat, Memilih dan dipilih, Membela
diri, Imunitas, Protokoler, Keuangan, dan administratif.

c. Dewan Perwakilan Daerah

Ketentuan mengenai Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan hal baru


dalam UUD 1945. Ketentuan ini diatur dalam bab tersendiri dan terdiri atas dua
pasal, yaitu Pasal 22 C dengan 4 ayat dan Pasal 22 D dengan 4 ayat. Sistem
perwakilan di Indonesia merupakan sistem yang khas. Sebab di samping
terdapat DPR sebagai lembaga perwakilan berdasarkan aspirasi rakyat, juga ada
DPD sebagai lembaga penampung aspirasi daerah. Demikianlah dinamika yang
terjadi dengan lembaga permusyawaratan dan perwakilan di negara kita yang
secara langsung mempengaruhi kehidupan demokrasi. Dinamika ini tentu saja
kita harapkan akan mendatangkan kemaslahatan kepada semakin sehat dan
dinamisnya Demokrasi Pancasila yang tengah melakukan konsolidasi menuju
demokrasi yang matang (maturation democracy). Hal ini merupakan peluang
dan sekaligus tantangan bagi segenap komponen bangsa.
Di level pemerintahan dan politik, kondisi demokrasi Indonesia, khususnya
aspek supremasi hukum, juga cukup mengkhawatirkan. Salah satunya bisa kita
soroti dari banyaknya tindakan pelanggaran HAM, minimnya pelibatan aspirasi
publik terhadap rancangan berbagai Undang-Undang seperti Revisi UU KPK,
RKUHP, keberadaan UU ITE yang menyulitkan pejuang HAM, beberapa
penerbitan Perpu yang tidak dilandaskan pada kajian yang objektif dan lain-lain.
Di segi agama, agama dipolitisasi sedemikian rupa sehingga dasar negara
republik Indonesia yang sekuler (tidak berdasar pada agama tertentu) hendak
diganti dengan hukum agama tertentu. Hal ini semua didasarkan pada
ketidakpahaman warga atau sekelompok orang akan makna Demokrasi
Pancasila itu sendiri sehingga menentang Demokrasi Pancasila dan bertekad
ingin mengubahnya.
Selain itu, jika kita melihat situasi politik belakangan ini, banyak politikus-
politikus yang memanfaatkan isu-isu SARA untuk saling menyerang lawan politik
mereka demi mendapatkan legitimasi dari masyarakat. Oleh karena itu beberapa
contoh kasus dan tantangan diatas dapat mencederai konsep Demokrasi
Pancasila di negara kita ini dan itu perlu untuk di minimalisir ataupun dihilangkan
agar cita-cita Demokrasi Pancasila ini dapat terealisasi seutuhnya..

Anda mungkin juga menyukai