DOSEN PENGAMPU :
Ns. Windy Freska, S.Kep, M.KEP
DISUSUN OLEH :
- Hendia Romi ( 2111316028 )
- Irma Bonyfa Rahma (2011313019)
KELAS :
Praktikum Kelompok E 3A 2020
A. Latar Belakang
Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi,
atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya. Model konseptual memberikan
keteraturan untuk berfikir, mengobservasi dan menginterpretasi apa yang dilihat, memberikan
arah riset untuk mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk menanyakan tentang fenomena dan
menunjukkan pemecahan masalah (Brockopp, 1999 : 73 ).
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam lingkungan atau
stresor yang mengakibatkan seseorang individu menciptakan perubahan yang adaptif baik secara
mandiri maupun bantuan perawat. Model konseptual keperawatan jiwa merupakan upaya yang
dilakukan baik oleh perawat untuk menolong seseorang dalam mempertahankan keseimbangan
melalui mekanisme koping yang positif untuk mengatasi stresor yang dialaminya (Videbeck,
2008 : 54).
Model psikoanalisa adalah pandangan pada manusia yang pada hakikatnya adalah makhluk
dorongan nafsu. Psikoanalisa merupakan model yang pertama dikemukakan oleh Sigmund
Freud, sehingga beliau di kenal dengan bapak Psikoanalisa. Psikoanalisa meyakini bahwa
penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan dengan perkembangan pada masa anak
( Kohnstamn & Palland, 1984 : 66 ).
Model psikoanalisa tidak dapat terpisahkan dalam praktik keperawatan khususnya dalam
lingkup keperawatan jiwa. Model psikoanalisa memandang bahwa perilaku yang ditunjukkan
oleh setiap manusia tidak terlepas dari proses tumbuh kembang yang dialaminya. Sehingga
kegagalan seseorang dalam fase tumbuh kembangnya dapat menyebabkan seseorang melakukan
perilaku yang maladaptive.
Berdasarkan masalah-masalah di atas,kami tertarik untuk membahas model konseptual
keperawatan jiwa secara lebih mendalam khususnya tentang model psikoanalisa.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang model konsep tual keperawatan jiwa ( model
psikoanalisa )
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan model konseptual keperawatan jiwa
b. Mengidentifikasi model konseptual psikoanalisa
c. Menjelaskan aplikasi model psikoanalisa
D. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriftif yaitu dengan penjabaran masalah –
masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan literatur yang ada baik di perpustakaan
maupun di media internet sebagai pelengkap baik itu media blog, web, maupun artikel
BAB II
Tinjauan Teori
A. Model konseptual keperawatan jiwa
1. Pengertian
Model adalah cara mengorganisasi pokok pengetahuan yang kompleks. Model konseptual
merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan tentang
serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau kejadian terhadap
suatu ilmu dan perkembangannya (Brockopp, 1999).
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi
pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar mereka
peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu saat juga dan
tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999 : 73).
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam situasi lingkungan
atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu berupa menciptakan perubahan yang adaktif
dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model konseptual keperawatan jiwa
mencerminkan upaya menolong orang tersebut mempertahankan keseimbangan melalui
mekanisme koping yang positif unutk mengatasi stresor ini (Videbeck, 2008 : 54).
1. Definisi
Menurut Kaplan & Sadock ( 2010 ), psikoanalisa merupakan model yang pertama
dikemukakan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisa meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada
usia dewasa berhubungan dengan perkembangan pada masa anak. Setiap fase perkembangan
mempunyai tugas perkembangan yang harus dicapai. Gejala merupakan symbol dari konflik.
a. Perkembangan diri: Artinya gangguan jiwa dapat terjadi karena perkembangan seseorang
ketika masih kecil/kanak –kanak atau kasus yang terjadi adalah akibat masa lalu.
b. Resolusi konflik perkembangan yang inadequate : Artinya gangguan jiwa terjadi karena
seseorang tidak dapat menyelesaikan masalahnya di masa lalu dengan baik, sehingga muncul
ketidakpuasan
c. Ego (akal) tidak dapat mengontrol id (kehendak nafsu atau insting)
Gejala – gejala yang muncul adalah hasil usaha untuk berkompromi dengan kecemasan dan
berhubungan dengan konflik yang tidak teratasi. Psikoanalisa sampai saat ini dianggap sebagai
salah satu gerakan revolusioner dibidang psikologi. Hipotesis psikoanalisis menyatakan bahwa
tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh motif – motif tak sadar, sehingga Freud
dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran manusia. Proses terapi
psikoanalisa memakan waktu yang lama.
Konsep ini dikemukakan oleh Sigmund Freud. Menurut Maramis (2009 : 34 ) fokusnya pada
perkembangan psikoseksual dari fase – fase Oral, Anal, Phalik, Laten, Genitikal yang penuh
konflik-konflik pada masa penyelesaian tugas setiap fase
a. Fase oral (usia 0;0 - 1;0)
Daerah pokok aktivitas dinamik: mulut àmakan sebagai sumber kenikmatan. Bentuk rangsangan:
rangsangan terhadap bibir, rongga mulut, kerongkongan, menggigit dan mengunyah (sesudah
gigi tumbuh), serta menelan dan memuntahkan makanan (kalau makanan tidak memuaskan).
1) Oral incorporation
2) Oral aggression
Kenikmatan diperoleh dari aktivitas dan menggigit Kepribadian oral agression ditandai oleh
kesenangan berdebat dan sikap sarkastik.
Daerah pokok aktivitas dinamik: alat kelamin. Sumber kenikmatan: Masturbasi dan peningkatan
gairah seksual anak kepada orang tuanya.
Perasaan takut kepada pembalasan orangtua menimbulkan represi terhadap dorongan seksual
pada anak, sehingga impuls seksual dan agresi pada fase awal (pregenital impuls) mereda. Pada
fase laten ini anak mengembangkan kemampuan sublimasi dan mulai merasa peduli dengan
orang lain. Anak menjadi lebih mudah dididik dibandingkan dengan masa sebeum dan
sesudahnya (masa pubertas).
Fase ini dimulai dengan perubahan fisiologik dari sistem reproduksi, yakni fase pubertas. Impuls
pregenital bangun kembali dan membawa aktivitas dinamis yang harus diadaptasi, untuk
mencapai perkembangan kepribadian yang stabil. Pada fase phalik, cathexis genital mempunyai
sifat narcistik; Pada fase genital narcisme itu mulai disalurkan ke objek di luar seperti
berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan
keluarga.
Freud juga mengemukakan struktur psiko / jiwa manusia berdasarkan: Id, Ego, Superego dan
topografi jiwa berdasarkan sadar, prasadar dan tak sadar ( Maramis, 2009 : 37 ).
a. Id adalah tempat dorongan naluri (insting) dan berada di bawah pengawasan proses primer.
Karena itu id bekerja sesuai prinsip kenikmatan,tanpa memperdulikan kenyataan. Seorang bayi
pada waktu lahir telah mempunyai id. Ia tidak mempunyai kemampuan untuk
menghambat,mengawasi,atau memodifikasi dorongan nalurinya. Karena itu,ia sangat tergantung
pada ego orang lain di lingkungannya.
b. Ego lebih teratur organisasinya dan tugasnya adalah untuk menghindari ketidaksenangan dan
rasa nyeri dengan melawan atau mengatur pelepasan dorongan nalurinya agar sesuai dengan
tuntutan dunia luar. Pertentangan utama terletak antar id dan ego. Ego bekerja sesuai dengan
prinsip kenyataan dan mempunyai mekanisme pembelaan,misalnya : supresi,salah pindah
(displacement),rasionalisme,penyangkalan,regresi,identifikasi,dan sebagainya.
c. Superego mulai nyata waktu komplek Oedipus diselesaikan dengan ini identifikasi dengan orang
tua dari sex yang sama dipercepat. Usaha untuk menolaknya memberi kepada super ego sipat
menolak atau sipat menghalangi. Superego yang mulai terbentuk pada umur lima sampai enam
tahun,membantu ego dalam pengawasan dan pengaturan pelepasan impuls dari id. Kepribadian
dalam psikoalanisis adalah pola adaptasi terhadap dorongan instingtual dan dorongan dari
lingkungan yang sudah menjadi cirri khas atau kebiasaan individu dan yang langsung dapat
diamat (membedakan dari ego),seperti ,perilaku dan cara pembelaan,beraksi,berpikir dan merasa
Penyimpangan perilaku masa dewasa ditentukan perkembangan masa kanak-kanak. Bila tugas
masa perkembangan tidak tercapai, maka timbul konflik, kecemasan, secara psikologis orang itu
terfiksasi pada tingkat perkembangannya untuk mengatasi cemas. Orang itu menjadi regresi
dalam pemakaian koping, pemecahan masalah dan perilaku. Misalnya : anak perempuan yang
merasa kalah pada ibunya dalam mencari perhatian ayahnya, maka ketika besar dan berhubungan
dengan pria, dia berprilaku seperti anak kecil dalam memcari perhatian pria. Setiap orang
membawa konflik masa kecilnya dan mempengaruhi perilaku di masa dewasa. Misal : sering
cuci tangan, karena pada waktu masa kecil sering dibilang jorok. Semua kenangan itu tertanam
ke alam tak sadar sehingga pada masa dewasa keluar ke alam tak sadar dalam bentuk
penyimpangan perilaku. Psikosis muncul karena ego harus beradaptasi terus dengan keinginan.
Pada teknik terapi ini, penderita didorong untuk membebaskan pikiran dan perasaan dan
mengucapkan apa saja yang ada dalam pikirannnya tanpa penyuntingan atau penyensoran
(Akinson, 1991). Pada teknik ini penderita disupport untuk bias berada dalam kondisi relaks baik
fisik maupun mental dengan cara tidur di sofa. Ketika penderita dinyatakan sudah berada dalam
keadaan relaks maka pasien harus mengungkapkan hal yang dipikirkan pada saat itu secara
verbal.
b. Analisa mimpi
Terapi dilakukan dengan mengkaji mimpi – mimpi pasien, karena mimpi timbul akibat
respon/memori bawah sadarnya. Mimpi umumnya timbul akibat permasalahan yang selama ini
disimpan dalam alam bawah sadar yang selama ini ditutupi oleh pasien. Dengan mengkaji mimpi
dan alam bawah sadar klien maka konflik dapat ditemukan dan diselesaikan.
c. Transferen
Untuk memperbaiki traumatik masa lalu Peran pasien dan perawat Klien mengungkapkan semua
pikiran dan mimpinya Perawat melakukan assessment atau pengkajian tentang keadaan traumatic
atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu (pernah disiksa orang tua, diperkosa pada
masa kanak – kanak, ditelantarkan dll) dengan pendekatan komunikasi traumatic setelah terjalin
trust (saling percaya).
d. Interpretasi
Adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisi mimpi, analisis
resistensi dan analisis transparansi. Prosedurnya terdiri atas penetapan analisis, penjelasan, dan
mengajarkan klien tentang makna perilaku dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas,
resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk
mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang
tersembunyi. mengungkap apa yang terkandung di balik apa yang dikatakan klien, baik dalam
asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien.
e. Analisa resistensi
Freud memandang resistensi sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang mendorong
seseorang untuk mempertahankan terhadap kecemasan. Interpretasi konselor terhadap resistensi
ditujukan kepada bantuan klien untuk menyadari alasan timbulnya resistensi. teknik yang
digunakan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya penolakannya (resistensi).
Stuart (1995) mengatakan peran perawat dan klien dalam model psikoanalisa adalah sebagai
berikut.
a. Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai keadaan-
keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya ( pernah
disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secara kasar, diterlantarkan, diasuh dengan
kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik
setelah terjalin trust (saling percaya).
A. Kasus
Seseorang mengalami ketidakpuasan pada fase oral antara usia 0-2 tahun, dimana anak
tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup, sehingga cendrung
mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai konvensasi adanya
ketidakpercayaan pada lingkungannya.Ketidakpercayaan yang sudah melekat pada dirinya akan
membentuk pribadi orang tersebut agresif dan mudah marah dalam menghadapi kehidupannya.
Model psikoanalisa merupakan salah satu alternatif yang yang dapat digunakan dalam
menyelesaikan masalah. Pada kasus diatas, perawat mengkaji perilaku yang maladaptif
menggunakan model psikoanalisa dengan melihat didasari sudut tumbuh kembang yang dialami
klien.
Setelah terbina trust (saling percaya), klien akan lebih rileks untuk mengungkapkan
perasaannya. Seorang perawat harus memberikan tanggapan terhadap respon klien
misalnya sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai konvensasi adanya
ketidakpercayaan pada lingkungannya. Sikap yang akan ditimbulkan klien dapat
berupa suka marah-marah dan protektif diri terhadap dunia luar. Selain sebagai konselor,
perawat juga dapat perawat dapat memberikan teknik keperawatann seperti mengontrol
marahnya dengan teknik distarksi dan mengajarkan cara marah yang produktif dengan cara
mengalihkan marah pada hal lain.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model konseptual memberikan kerangka kerja dengan cara mengidentifikasi suatu
pertanyaan untuk mendapatkan pemecahan masalah. Model konseptual keperawatan jiwa
digunakan perawat sebagai acuan untuk menolong seseorang agar dapat menghadapi stressor
melalui meksnisme koping yang positif.
Model psikoanalisa mempunyai pandangan bahwa manusia adalah makhluk dorongan nafsu.
Selain itu, psikoanalisa meyakini bahwa penyimpangan perilaku yang terjadi pada masa dewasa
sangat dipengaruhi oleh perkembangan pada masa anak. Oleh karena itu, kejadian pada masa
lalu (masa kecil) akan sangat berpengaruh pada pembentukan kepribadian seseorang.
Perawat dapat menerapkan model psikoanalisa dalam praktik keperawatan untuk
mengungkapkan masalah yang dialami seseorang. Perawat dapat berperan sebagai konselor yang
dapat memberikan pemecahan masalah pada seseorang yang mengalami pengalaman buruk baik
dimasa lalu maupun yang sedang dialaminya. Contohnya seseorang yang tidak dapat mengontrol
dirinya ketika marah, dapat di ajarkan untuk melakukan marah produktif atau diajarkan teknik
distraksi, sehingga selain sebagai konselor peran perawat promotif.
B. Saran
1. Perawat diharapkan dapat menerapkan model konseptual keperawatan jiwa khususnya model
psikoanalisa dalam merespon setiap perilaku yang maladaptif yang ditunjukkan oleh klien
melalui pendekatan terapeutik dengan cara menjalin rasa saling percaya untuk mendapatkan
pemecahan dari masalah klien.
2. Institusi pelayanan keperawatan khususnya rumah sakit maupun puskesmas diharapkan
mampu menerapkan model psikoanalisa pada setiap perawat yang ada melalui pendekatan
terapeutik dalam mengatasi masalah yang timbul.
3. Institusi pendidikan keperawatan dapat memberikan pendidikan yang mendalam mengenai
model konseptual khususnya model psikoanalisa sehingga mahasiswa dapat menjadikan model
psikoanalisa sebagai salahsatu alternatif yang dapat digunakan untuk mengkaji penyebab
timbulnya perilaku maladaptif yang kelak akan ditemui dilapangan.