1, Februari 2011
ABSTRAK
Perawatan luka merupakan salah satu teknik yang harus
dikuasai oleh perawat. Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka
adalah pengendalian infeksi karena infeksi menghambat proses
penyembuhan luka sehingga menyebabkan angka morbiditas dan
mortalitas bertambah besar. Infeksi luka post operasi merupakan salah
satu masalah utama dalam praktek pembedahan. Dengan
berkembangnya era asepsis, teknik operasi serta perawatan bedah maka
komplikasi luka pasca operasi cenderung menurun. Jika luka pasien
mengalami infeksi menyebabkan masa perawatan lebih lama, sehingga
biaya perawatan di rumah sakit menjadi lebih tinggi (Morison, 2003).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi penyembuhan luka post operasi SC (Sectio Caesarea) di
RS PKU Muhammadiyah Gombong. Jenis penelitian yang digunakan
adalah metode survey dengan menggunakan pendekatan cross sectional.
Subjek penelitiannya adalah pasien post operasi SC (Sectio Caesarea)
pada hari ke empat di RS PKU Muhammadiyah Gombong periode 2010-
2011 sebanyak 38 responden. Data berskala ordinal ordinal dan nominal
ordinal sehingga dianalisis dengan uji spearman rho (ρ) dan chi-square.
Sedangkan untuk menentukan faktor dominan yang mempengaruhi
penyembuhan luka post operasi SC digunakan uji regresi linier.
Hasil analisa statistik dengan uji regresi linier didapatkan hasil
bahwa faktor paling dominan yang mempengaruhi penyembuhan luka
post operasi SC di RS PKU Muhammadiyah Gombong adalah personal
hygiene (p = 0,000) kemudian disusul oleh status gizi (konsumsi) dengan
nilai probabilitas (Sig) 0,004 dan yang terakhir adalah penyakit DM
(Diabetes Mellitus) dengan nilai probabilitas (Sig) 0,007. Faktor paling
dominan yang mempengaruhi penyembuhan luka post operasi SC di RS
PKU Muhammadiyah Gombong adalah personal hygiene.
50
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011
51
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011
52
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011
Keterangan :
N = jumlah data
d = beda antara ranking pasangan.
Sedangkan untuk mencari ada tidaknya hubungan
antara faktor-faktor yang mempengaruhi lama proses
penyembuhan luka (Diabetes Mellitus) dengan tingkat
kesembuhan luka pasien, uji statistik yang digunakan adalah
Korelasi chi square.
Rumus :
Keterangan :
x2 = chi square
fo = frekuensi yang diobservasi
fh = frekuensi yang diharapkan
Untuk melihat seberapa besarnya hubungan yaitu
dengan memakai rumus koefisien kontingensi.
Rumus :
Keterangan :
N = Jumlah sampel
x2 = chi square
53
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011
Variable rho p
Penyembuhan Luka 0,461 0,004
Faktor Personal Higiene
Angka koefisien korelasi adalah probabilitas (Sig) 0,004 < 0,05
0,461 dengan melihat nilai sehingga dapat disimpulkan
54
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011
55
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011
56
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011
Djalinz (1992), status gizi sangat kuman setiap saat dapat masuk
penting untuk proses melalui luka bila kebersihan diri
penyembuhan luka pasca kurang.
operasi. Perbaikan status gizi Hubungan antara penyakit DM
dapat dilakukan dengan (Diabetes Mellitus) dengan
mengkonsumsi makanan yang penyembuhan luka post
mengandung gizi yang seimbang. operasi SC.
. Diit yang diberikan untuk Dari hasil penelitian yang
pasien pasca bedah adalah diit telah dilakukan, terdapat
Tinggi Kalori Tinggi Protein hubungan yang signifikan antara
(TKTP). Setiap rumah sakit pasti penyakit DM (Diabetes Mellitus)
sudah memiliki takaran menu / dengan penyembuhan luka
standar makanan yang harus dengan melihat nilai probabilitas
diberikan kepada setiap pasien (Sig) 0,012 < 0,05. Setelah
termasuk makanan untuk dilakukan penelitian kepada 38
pasien yang menjalani operasi. responden, 3 orang (7.89%)
Maka dari itu, apabila pasien mengalami infeksi dan dari
menghabiskan jatah makanan ketiga orang tersebut semuanya
yang diberikan oleh rumah sakit menderita DM (Diabetes Mellitus)
maka secara otomatis sehingga berpotensi terjadi
kebutuhan gizi pasien (dalam hal infeksi pada luka operasinya.
ini yang berkaitan dengan proses Diabetes menyebabkan
penyembuhan luka) juga akan peningkatan ikatan antara
terpenuhi. Apabila status gizi hemoglobin dan oksigen
pasien baik maka penyembuhan sehingga gagal untuk
luka juga akan baik. melepaskan oksigen ke jaringan.
Hubungan antara personal Salah satu tanda penyakit
hygiene dengan penyembuhan diabetes adalah kondisi
luka post SC. ”Hiperglikemia” yang
Dari hasil penelitian yang berlangsung terus menerus.
telah dilakukan, terdapat Hiperglikemia adalah keadaan
hubungan yang signifikan antara dimana kadar gula darah
personal hygiene dengan sewaktu melebihi batas normal(
penyembuhan luka dengan normalnya 70-105 mg/l).
melihat nilai probabilitas (Sig) Hiperglikemi menghambat
0,004 < 0,05. . Setelah dilakukan leukosit melakukan fagositosis
penelitian kepada 38 responden, sehingga rentan terhadap
3 orang (7.89%) mengalami infeksi. Jika mengalami luka
infeksi. Satu orang memiliki akan sulit sembuh karena
tingkat kebersihan diri yang diabetes mempengaruhi
cukup dan dua orang dari ketiga kemampuan tubuh untuk
orang tersebut personal hygiene menyembuhkan diri dan
/ kebersihan dirinya kurang melawan infeksi (Gitarja dan
sehingga berpotensi terjadi Hardian, 2008). Maka dari itu
infeksi pada luka operasinya. apabila seseorang tersebut
Menurut Gitarja dan Hardian, menderita penyakit DM dengan
(2008), kebersihan diri seseorang kadar gula yang sangat tinggi
akan mempengaruhi proses akan membuat proses
penyembuhan luka, karena
57
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011
58
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011
59