Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No.

1, Februari 2011

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA


POST OPERASI SECTIO CAESAREA (SC)

Herlina Abriani Puspitasari 1, H. Basirun Al Ummah2, Tri Sumarsih, S.3


1,2,3Jurusan Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong

ABSTRAK
Perawatan luka merupakan salah satu teknik yang harus
dikuasai oleh perawat. Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka
adalah pengendalian infeksi karena infeksi menghambat proses
penyembuhan luka sehingga menyebabkan angka morbiditas dan
mortalitas bertambah besar. Infeksi luka post operasi merupakan salah
satu masalah utama dalam praktek pembedahan. Dengan
berkembangnya era asepsis, teknik operasi serta perawatan bedah maka
komplikasi luka pasca operasi cenderung menurun. Jika luka pasien
mengalami infeksi menyebabkan masa perawatan lebih lama, sehingga
biaya perawatan di rumah sakit menjadi lebih tinggi (Morison, 2003).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi penyembuhan luka post operasi SC (Sectio Caesarea) di
RS PKU Muhammadiyah Gombong. Jenis penelitian yang digunakan
adalah metode survey dengan menggunakan pendekatan cross sectional.
Subjek penelitiannya adalah pasien post operasi SC (Sectio Caesarea)
pada hari ke empat di RS PKU Muhammadiyah Gombong periode 2010-
2011 sebanyak 38 responden. Data berskala ordinal ordinal dan nominal
ordinal sehingga dianalisis dengan uji spearman rho (ρ) dan chi-square.
Sedangkan untuk menentukan faktor dominan yang mempengaruhi
penyembuhan luka post operasi SC digunakan uji regresi linier.
Hasil analisa statistik dengan uji regresi linier didapatkan hasil
bahwa faktor paling dominan yang mempengaruhi penyembuhan luka
post operasi SC di RS PKU Muhammadiyah Gombong adalah personal
hygiene (p = 0,000) kemudian disusul oleh status gizi (konsumsi) dengan
nilai probabilitas (Sig) 0,004 dan yang terakhir adalah penyakit DM
(Diabetes Mellitus) dengan nilai probabilitas (Sig) 0,007. Faktor paling
dominan yang mempengaruhi penyembuhan luka post operasi SC di RS
PKU Muhammadiyah Gombong adalah personal hygiene.

Kata kunci : Penyembuhan luka, faktor status gizi (konsumsi), personal


hygiene, dan penyakit DM (Diabetes Mellitus).

PENDAHULUAN dan mortalitas bertambah besar.


Perawatan luka merupakan Infeksi luka post operasi
salah satu teknik yang harus merupakan salah satu masalah
dikuasai oleh perawat. Prinsip utama dalam praktek
utama dalam manajemen pembedahan (Potter dan Perry,
perawatan luka adalah 1993).
pengendalian infeksi karena Seiring dengan masih
infeksi menghambat proses tingginya angka kejadian infeksi
penyembuhan luka sehingga nosokomial pasca operasi
menyebabkan angka morbiditas sebanyak 3,5% yang juga

50
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011

mengakibatkan bertambahnya karena kuman setiap saat dapat


biaya perawatan (Nainggolan et masuk melalui luka bila
al., 1997). Pada tahun 2002, kebersihan diri kurang (Gitarja
menurut Bick angka kejadian dan Hardian, 2008).
infeksi luka operasi meningkat RS PKU Muhammadiyah
4%-29%. Schutte et al., 2007 Gombong merupakan rumah
menemukan bahwa kematian sakit swasta yang terletak di Jl.
ibu pasca operasi Sectio Yos Sudarso. Rumah sakit ini
Caesarea elektif dari tahun sudah cukup populer di
2000-2002 tercatat sebanyak Kabupaten Kebumen bahkan
7%. Perbaikan status gizi pada sampai di luar Kabupaten
pasien yang memerlukan Kebumen. Berdasarkan studi
tindakan bedah sangat penting pendahuluan yang dilakukan
untuk mempercepat pada bulan November 2009,
penyembuhan luka operasi telah didapatkan 150 kasus
(Djalinz, 1992). Mereka Sectio Caesarea (SC) pada tiga
mendapat sepsis sering terjadi bulan terakhir dengan rincian 48
setelah seminggu perawatan dan kasus pada bulan Agustus, 50
sangat susah ditanggulangi. kasus pada bulan September,
Sebagian besar berakhir dengan dan 52 kasus pada bulan
kematian. Data statistik Oktober.
Departemen Kesehatan (DepKes) Lama perawatan di bangsal
(1990) menyebutkan bahwa perawatan selama 3-5 hari
terdapat satu kematian dari bahkan ada pasien yang dirawat
2500 yang menjalani lebih dari 5 hari dikarenakan
pembedahan area peritoneal adanya infeksi pada luka
(Sectio Caesarea) dibandingkan operasinya. Perawatan luka
dengan satu dari 10.000 untuk pasca bedah Sectio Ceaesarea
persalinan normal. dilakukan setiap pagi sekitar
Selain nutrisi, penyakit pukul 08.00 pada hari ke 3
Diabetes Mellitus (DM) setelah operasi caesar dan
berpengaruh besar dalam proses sebagian besar dilakukan
penyembuhan luka. Kita semua dengan menggunakan betadine
tahu bahwa salah satu tanda atau NaCl kemudian ditutup
penyakit DM adalah tingginya dengan kassa betadine dan
kadar gula dalam darah atau kassa kering. Setelah dilakukan
dalam dunia medis sering wawancara dengan enam orang
disebut dengan hiperglikemi. pasien di Bangsal Rahma RS
Hiperglikemi menghambat PKU Muhammadiyah Gombong,
leukosit melakukan fagositosis peneliti juga mengetahui bahwa
sehingga rentan terhadap sebagian besar dari pasien yang
infeksi. Jika mengalami luka telah dilakukan operasi Sectio
akan sulit sembuh karena Caesarea masih menganut
diabetes mempengaruhi kepercayaan mutih atau
kemampuan tubuh untuk menghindari makanan yang
menyembuhkan diri dan berbau amis misalnya telur dan
melawan infeksi. Personal ikan. Padalah kita tahu bahwa
hygiene juga mempengaruhi telur dan ikan merupakan
proses penyembuhan luka sumber protein yang sangat

51
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011

dibutuhkan untuk mempercepat untuk menyelesaikan suatu


proses penyembuhan luka. proses kerja tertentu termasuk
Dalam hal kebersihan diri, didalamnya tindakan perawatan
sebagian besar dari pasien juga luka. Apabila SOP tersebut tidak
mengatakan takut untuk mandi dilakukan dengan benar,
dikarenakan adanya luka ditakutkan akan berpengaruh
operasi di abdomen atau perut. terhadap proses penyembuhan
Hal ini akan mempengaruhi luka tersebut. Berdasarkan
proses penyembuhan luka fenomena diatas peneliti tertarik
karena kuman setiap saat dapat dan ingin melakukan penelitian
masuk melalui luka bila tentang “Faktor-Faktor Yang
kebersihan diri kurang. Mempengaruhi Penyembuhan
Selain itu dalam melakukan Luka Pada Pasien Post Operasi
perawatan luka khususnya pada Sectio Caesarea (SC) di RS PKU
pasien pasca bedah caesar, Muhammadiyah Gombong”.
perawat kurang memperhatikan
Standar Operasional Prosedur METODE PENELITIAN
(SOP) atau prosedur tetap Rancangan penelitian
perawatan luka. Sebagai contoh, yang digunakan menggunakan
dalam melakukan perawatan pendekatan cross sectional.
luka alat-alat yang digunakan Populasi merupakan
untuk merawat luka hanya satu keseluruhan subyek penelitian
set perawatan luka dan (Arikunto, 2006). Populasi dalam
digunakan untuk semua pasien penelitian ini adalah semua
yang membutuhkan perawatan pasien di RS PKU
luka pada hari tersebut. Selain Muhammadiyah Gombong yang
itu perawat juga kurang telah selesai dilakukan operasi
memperhatikan teknik aseptik, Sectio Caesarea dan
misalnya sesudah melakukan membutuhkan perawatan luka
perawatan luka pada satu pada bulan Agustus, September,
pasien, perawat tidak segera dan Oktober 2009 sebanyak 150.
mencuci tangan kembali dan Sampel adalah sebagian atau
mengganti dengan handscoon wakil populasi yang diteliti
yang baru dan steril tetapi (Arikunto, 2006). Sampel dipilih
langsung melakukan perawatan secara purpossive sampling. Jika
luka pada pasien yang lain. jumlah populasi <100 lebih baik
Padahal seharusnya sebelum diambil semua. Tetapi jika
dan sesudah melakukan jumlah populasinya besar atau
perawatan luka pada satu orang >100, dapat diambil antara 10-
pasien, harus selalu mencuci 15 % atau 20-25 % (Arikunto,
tangan dan mengganti 2006). Jadi dalam penelitian ini
handscoon dengan yang steril. karena jumlah populasinya
Hal tersebut di atas tidak sebanyak 150 maka peneliti
sesuai dengan SOP perawatan mengambil 25% sehingga jumlah
luka. Padahal kita sebagai sampelnya adalah :
seorang perawat seharusnya 25
tahu bahwa SOP merupakan x150 = 37,5 pasien
100
tata cara atau tahapan yang Apabila dibulatkan menjadi 38
dibakukan dan harus dilalui responden.

52
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011

Kriteria inklusi adalah: a) Pasien yang ikut


merupakan batasan pengambilan data tetapi tidak
ciri/karakter umum pada mengembalikan kuesioner, b)
subyek penelitian, dikurangi Pasien yang tidak kooperatif.
karakter yang masuk dalam Analisa bivariat dilakukan
kriteria eksklusi (Saryono, 2008). dengan membuat tabel silang
Kriteria inklusi dalam penelitian antara variabel terikat dan
ini yaitu: a) Pasien dengan post variabel bebas, yaitu dengan
operasi Sectio Caesarea, b) mencari ada tidaknya hubungan
Pasien dengan keadaan umum antara faktor-faktor yang
composmetis, c) Pasien yang mempengaruhi penyembuhan
bersedia menjadi responden. luka dengan tingkat
Kriteria eksklusi adalah sebagian kesembuhan luka pasien. Uji
subyek yang memenuhi kriteria statistik yang digunakan untuk
inklusi, yang harus dikeluarkan menghitung variabel status gizi
dari penelitian karena berbagai dan personal hygiene adalah
sebab yang dapat mempengaruhi Korelasi Spearman Rho ( )
hasil penelitian sehingga terjadi (Riwidikdo, 2008).
bias (Saryono, 2008). Kriteria Rumus :
eksklusi dalam penelitian ini

Keterangan :
N = jumlah data
d = beda antara ranking pasangan.
Sedangkan untuk mencari ada tidaknya hubungan
antara faktor-faktor yang mempengaruhi lama proses
penyembuhan luka (Diabetes Mellitus) dengan tingkat
kesembuhan luka pasien, uji statistik yang digunakan adalah
Korelasi chi square.
Rumus :

Keterangan :
x2 = chi square
fo = frekuensi yang diobservasi
fh = frekuensi yang diharapkan
Untuk melihat seberapa besarnya hubungan yaitu
dengan memakai rumus koefisien kontingensi.

Rumus :

Keterangan :
N = Jumlah sampel
x2 = chi square

53
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011

Untuk melihat pengaruh digunakan dalam perhitungan


variabel bebas terhadap variabel regresi adalah kedua variabel
terikat secara bersama-sama baik independen dan dependen
terhadap penyembuhan luka dalam bentuk data interval/rasio
post operasi SC dengan (Riwidikdo, 2008). Berdasarkan
menggunakan uji statistik nilai koefisien korelasi berganda
regresi linier dengan bantuan (R) menurut Arikunto (2002)
aplikasi computer. Data yang adalah :

HASIL DAN BAHASAN


Hubungan antara faktor Status Gizi (IMT) dengan penyembuhan luka

Tabel 1. Hubungan Antara Faktor Status Gizi (IMT) Dengan


Penyembuhan Luka Di RS PKU Muhammadiyah Gombong (N = 38)
Variable rho p
Penyembuhan Luka 0,125 0,453
Faktor IMT
Angka koefisien korelasi adalah tidak signifikan, artinya tidak
0,125 dengan melihat nilai ada hubungan antara faktor
probabilitas (Sig) 0,453 > 0,05 status gizi (IMT) dengan
sehingga dapat disimpulkan penyembuhan luka.
bahwa hubungan kedua variabel
Hubungan antara faktor Status Gizi (Konsumsi) dengan
penyembuhan luka

Tabel 2. Hubungan Antara Faktor Status Gizi (Konsumsi) Dengan


Penyembuhan Luka Di RS PKU Muhammadiyah Gombong (N = 38)
Variable rho p
Penyembuhan Luka 0,482 0,002
Faktor Konsumsi
Angka koefisien korelasi adalah bertanda positif (+), artinya
0,482 dengan melihat nilai hubungannya searah sehingga
probabilitas (Sig) 0,002 < 0,05 ada kecenderungan status gizi
sehingga dapat disimpulkan (konsumsi) yang baik
bahwa hubungan kedua variabel mempercepat penyembuhan
signifikan. Koefisien korelasi luka.

Hubungan antara faktor Personal Higiene dengan penyembuhan luka


Tabel 3. Hubungan Antara Faktor Personal Higiene Dengan
Penyembuhan Luka Di RS PKU Muhammadiyah Gombong (N = 38)

Variable rho p
Penyembuhan Luka 0,461 0,004
Faktor Personal Higiene
Angka koefisien korelasi adalah probabilitas (Sig) 0,004 < 0,05
0,461 dengan melihat nilai sehingga dapat disimpulkan

54
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011

bahwa hubungan kedua variabel higiene dengan penyembuhan


signifikan, artinya ada luka
hubungan antara faktor personal

Hubungan antara faktor Diabetes Mellitus dengan penyembuhan


luka
Tabel 4. Hubungan Antara Faktor Diabetes Mellitus Dengan
Penyembuhan Luka Di RS PKU Muhammadiyah Gombong (N = 38)
Luka Total
X2 p
DM
Infeksi % Sembuh % Jm %
minor tergangg l
u
Ya 3 7.9 10 26. 13 34.
6.26 0.01
Tidak 0 0 25 3 25 2
4 2
65. 65.
8 8
Jumlah 3 7.9 35 92. 38 100
1

Berdasarkan tabulasi silang hubungan antara Diabetes


pada tabel 4. diatas diketahui Mellitus dengan penyembuhan
bahwa ada responden dengan luka.
Diabetes Mellitus dan mengalami
sembuh terganggu sebanyak 10 Analisa Multivariat
orang (26,3%), sedangkan Alasan analisis multivariat
responden yang tidak menderita dilakukan adalah untuk melihat
diabetes melitus dan mengalami hubungan variabel bebas
sembuh terganggu sebanyak 25 terhadap variabel terikat secara
orang (65,8%). Dari hasil output bersama-sama dengan
SPSS diperoleh X2 hitung = menggunakan regresi linier.
6,264. nilai probabilitas (Sig)
0,012 < 0.05 berarti ada

Tabel 5 : Regresi Linier Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses


Penyembuhan Luka Pada Pasien Post Operasi SC : Status Gizi
(Konsumsi Makanan), Personal Hygiene, Diabetes Mellitus (DM)).
Variabel B Std. Beta Sig.
Error
Constant 2,797 0,200 0,000
IMT 0,041 0,038 0,122 0,293
Konsumsi 0,181 0,054 0,408 0,002
Personal Hygiene 0,232 0,055 0,514 0,000
Diabetes Mellitus 0,169 0,064 0,297 0,013
Dari data-data pada tabel diatas dibuat persamaan regresi linier
berganda seperti berikut ini:
Y = 2,797 + 0,041 X1 + 0,181 X2 + 0,232 X3 + 0,169 X4

55
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011

Untuk mengetahui signifikasi Gitarja dan Hardian, (2008),


dari hasil analisis regresi linier sejumlah kondisi fisik memang
berganda peneliti dapat mempengaruhi
membandingkan nilai F table penyembuhan luka. Misalnya
dengan F hitung. Dari hasil adanya sejumlah besar lemak
analisis didapatkan F hitung subkutan dan jaringan lemak
12,514 dengan F tabel 2,852. (yang memiliki sedikit pembuluh
Karena F hitung > dari F tabel darah). Pada orang-orang yang
maka korelasi ganda yang diuji gemuk penyembuhan luka
signifikan dengan tingkat lambat karena jaringan lemak
kesalahan 5%. Atau dapat lebih sulit menyatu, lebih mudah
dikatakan, bahwa variabel infeksi, dan lama untuk sembuh.
independen secara bersama- Jaringan lemak kekurangan
sama berhubungan dengan persediaan darah yang adekuat
penyembuhan luka. untuk menahan infeksi bakteri
Besarnya nilai koefisien dan mengirimkan nutrisi dan
korelasi berganda (r) dari hasil elemen-elemen selular untuk
penelitian adalah 0,776 dan penyembuhan. Apabila jaringan
menunjukan hubungan yang yang rusak tersebut tidak segera
cukup berpengaruh antara mendapatkan nutrisi yang
variabel independen dengan dibutuhkan maka proses
variabel dependen secara penyembuhan luka juga akan
simultan. terhambat. Hal ini dikarenakan
IMT (Indeks Masa Tubuh) pasien
Pembahasan bukan merupakan faktor utama
Hubungan antara faktor Status yang mempengaruhi proses
Gizi (IMT) dengan penyembuhan luka post operasi
penyembuhan luka SC tetapi hanya salah satu
Dari hasil penelitian yang faktor yang dapat mempengaruhi
telah dilakukan, tidak ada proses penyembuhan luka.
hubungan yang signifikan antara Hubungan antara faktor Status
status gizi (IMT) dengan Gizi (Konsumsi) dengan
penyembuhan luka. Setelah penyembuhan luka post
dilakukan penelitian kepada 38 operasi SC.
responden, 3 orang (7.89%) Dari hasil penelitian yang
mengalami infeksi dan dari telah dilakukan, terdapat
ketiga orang tersebut tidak hubungan yang signifikan antara
semuanya memiliki kelebihan status gizi (konsumsi) dengan
berat badan tingkat berat tetapi penyembuhan luka dengan
salah satu dari ketiga responden melihat nilai probabilitas (Sig)
tersebut memiliki berat badan 0,002 < 0,05. Setelah dilakukan
normal. Hal ini disebabkan penelitian kepada 38 responden,
karena penyembuhan luka tidak 3 orang (7.89%) mengalami
hanya disebabkan oleh satu infeksi dan dari ketiga orang
faktor yaitu Status Gizi (IMT) tersebut intake makanan /
tetapi disebabkan oleh banyak konsumsi makanannya kurang
faktor diantaranya status gizi sehingga berpotensi terjadi
(konsumsi), personal hygiene, infeksi pada luka operasinya.
dan Diabetes Mellitus. Menurut Seperti yang dikemukakan oleh

56
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011

Djalinz (1992), status gizi sangat kuman setiap saat dapat masuk
penting untuk proses melalui luka bila kebersihan diri
penyembuhan luka pasca kurang.
operasi. Perbaikan status gizi Hubungan antara penyakit DM
dapat dilakukan dengan (Diabetes Mellitus) dengan
mengkonsumsi makanan yang penyembuhan luka post
mengandung gizi yang seimbang. operasi SC.
. Diit yang diberikan untuk Dari hasil penelitian yang
pasien pasca bedah adalah diit telah dilakukan, terdapat
Tinggi Kalori Tinggi Protein hubungan yang signifikan antara
(TKTP). Setiap rumah sakit pasti penyakit DM (Diabetes Mellitus)
sudah memiliki takaran menu / dengan penyembuhan luka
standar makanan yang harus dengan melihat nilai probabilitas
diberikan kepada setiap pasien (Sig) 0,012 < 0,05. Setelah
termasuk makanan untuk dilakukan penelitian kepada 38
pasien yang menjalani operasi. responden, 3 orang (7.89%)
Maka dari itu, apabila pasien mengalami infeksi dan dari
menghabiskan jatah makanan ketiga orang tersebut semuanya
yang diberikan oleh rumah sakit menderita DM (Diabetes Mellitus)
maka secara otomatis sehingga berpotensi terjadi
kebutuhan gizi pasien (dalam hal infeksi pada luka operasinya.
ini yang berkaitan dengan proses Diabetes menyebabkan
penyembuhan luka) juga akan peningkatan ikatan antara
terpenuhi. Apabila status gizi hemoglobin dan oksigen
pasien baik maka penyembuhan sehingga gagal untuk
luka juga akan baik. melepaskan oksigen ke jaringan.
Hubungan antara personal Salah satu tanda penyakit
hygiene dengan penyembuhan diabetes adalah kondisi
luka post SC. ”Hiperglikemia” yang
Dari hasil penelitian yang berlangsung terus menerus.
telah dilakukan, terdapat Hiperglikemia adalah keadaan
hubungan yang signifikan antara dimana kadar gula darah
personal hygiene dengan sewaktu melebihi batas normal(
penyembuhan luka dengan normalnya 70-105 mg/l).
melihat nilai probabilitas (Sig) Hiperglikemi menghambat
0,004 < 0,05. . Setelah dilakukan leukosit melakukan fagositosis
penelitian kepada 38 responden, sehingga rentan terhadap
3 orang (7.89%) mengalami infeksi. Jika mengalami luka
infeksi. Satu orang memiliki akan sulit sembuh karena
tingkat kebersihan diri yang diabetes mempengaruhi
cukup dan dua orang dari ketiga kemampuan tubuh untuk
orang tersebut personal hygiene menyembuhkan diri dan
/ kebersihan dirinya kurang melawan infeksi (Gitarja dan
sehingga berpotensi terjadi Hardian, 2008). Maka dari itu
infeksi pada luka operasinya. apabila seseorang tersebut
Menurut Gitarja dan Hardian, menderita penyakit DM dengan
(2008), kebersihan diri seseorang kadar gula yang sangat tinggi
akan mempengaruhi proses akan membuat proses
penyembuhan luka, karena

57
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011

penyembuhan luka berjalan operasi SC di RS PKU


lambat. Muhammadiyah Gombong
Faktor paling dominan yang berdasarkan uji regresi linier
mempengaruhi penyembuhan adalah personal hygiene
luka post operasi SC adalah kemudian disusul oleh
personal hygiene kemudian status gizi (konsumsi), dan
disusul oleh status gizi yang terakhir penyakit DM
(konsumsi), dan yang terakhir (Diabetes Mellitus).
penyakit DM (Diabetes
Mellitus). SARAN
Ketiga faktor tersebut 1. Bagi Rumah Sakit
saling berhubungan satu sama Dari penelitian ini
lain dalam proses penyembuhan dapat diketahui
luka karena sebaik apapun bahwa faktor
makanan yang dikonsumsi oleh personal hygiene
pasien apabila kesadaran akan merupakan faktor
menjaga kebersihan dirinya paling dominan yang
kurang maka akan tetap mempengaruhi
menghambat proses penyembuhan luka
penyembuhan luka. Seperti post operasi SC di RS
halnya pendapat dari Gitarja dan PKU Muhammadiyah
Hardian, (2008), kebersihan diri Gombong. Oleh
seseorang akan mempengaruhi karena itu, perawat
proses penyembuhan luka, ruangan hendaknya
karena kuman setiap saat dapat memberikan
masuk melalui luka bila pendidikan
kebersihan diri kurang. kesehatan tentang
pentingnya menjaga
SIMPULAN kebersihan diri
Berdasarkan hasil setelah dilakukan
penelitian dapat ditarik operasi SC agar tidak
kesimpulan bahwa : terjadi infeksi pada
1. Hasil uji statistik Spearman luka operasinya.
Rho (ρ) dan Chi-Square Selain itu pendidikan
menunjukan dari empat kesehatan tentang
faktor yang mempengaruhi status gizi
penyembuhan luka post (konsumsi) juga
operasi SC di RS PKU diperlukan pada
Muhammadiyah Gombong, pasien post operasi
terdapat tiga faktor yang SC karena gizi yang
signifikan yaitu faktor status baik sangat
gizi (konsumsi) dengan nilai diperlukan untuk
probabilitas (Sig) 0,002 < proses penyembuhan
0,05, personal hygiene (p = luka.
0,004), dan Diabetes Mellitus
(p = 0,012). 2. Bagi Institusi Pendidikan
2. Faktor paling dominan yang Menyediakan sarana
mempengaruhi dan prasarana untuk
penyembuhan luka post mempermudah dan

58
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011

memperlancar Cunningham, F., Mac Donald,


mahasiswa dalam P., Gant, N., Leveno, K.
pembuatan skripsi et. al. 1995. Williams
termasuk Obstetrics. Norwalk, CT:
menyediakan Appleton & Lange.
pembimbing yang Hidayat, A.A. 2007. Metode
berkualitas untuk Penelitian Keperawatan
mendapatkan hasil dan Teknik Analisis
bimbingan yang baik Data. Jakarta: Salemba
pula. Medika .
Hudak dan Gallo. 1997.
3. Bagi Peneliti Lain Keperawatan Kritis
Bagi peneliti Pendekatan Holistik
selanjutnya yang edisi VI, Volume I.
tertarik melakukan Jakarta: EGC.
penelitian tentang Morison, M.J. 2004. Manajemen
penyembuhan luka Luka. Jakarta: EGC.
disarankan meneliti Nursalam, Pariani, S. 2001.
lebih dalam Pendekatan Praktis
mengenai faktor- Metedologi Riset
faktor yang Keperawatan. Jakarta:
mempengaruhi CV. Sagung Seto .
penyembuhan luka Potter dan Perry. 2006.
dari sudut pandang Fundamental
yang lain. Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik yang
DAFTAR PUSTAKA Aman. Jakarta: EGC.
Al Ummah, M.B. 2009. Riwidikdo, H. 2007. Statistik
Metodelogi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Kesehatan. LP3M Mitra Cendikia.
STIKES Muhammadiyah Smeltzer dan Bare. 2002. Buku
Gombong. Gombong. Ajar Keperawatan
Anonim. 2007. Merawat Luka, Medikal Bedah Brunner
diakses pada tanggal 3 & Suddart. Jakarta:
April 2009 di EGC.
http://www.rumahkanker.co Sugiono. 2002. Statistika Untuk
m Penelitian. Bandung: CV
Brunner, & suddart. 1996. Alfabeta.
Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC.
.

59

Anda mungkin juga menyukai