2695 1 3667 1 10 20121113
2695 1 3667 1 10 20121113
ABSTRAK
Telah dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa terpenoid antibakteri dari herba meniran (Pyllanthus niruri
Linn) dengan metode Kromatografi Gas – Spektroskopi Massa. Ekstraksi senyawa dilakukan dengan dua cara yaitu
maserasi dengan pelarut metanol dan sokletasi dengan pelarut n–heksanaa.
Hasil uji fitokimia menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard pada ekstrak n–heksanaa hasil maserasi dan
ekstrak n–heksanaa hasil sokletasi menunjukkan bahwa kedua ekstrak tersebut positif mengandung senyawa
terpenoid. Hasil uji aktivitas ekstrak n–heksanaa terhadap bakteri Escherichia coli ATCC® 25292 dan
Staphylococcus aureus ATCC® 25293 menunjukkan fraksi n–heksanaa hasil sokletasi memberikan daya hambat yang
lebih baik. Daya hambat fraksi n–heksanaa hasil maserasi adalah 1 mm terhadap bakteri Escherichia coli dan 0,5 mm
terhadap bakteri Staphylococcus aureus, sedangkan daya hambat fraksi n–heksanaa hasil sokletasi yaitu 10 mm
terhadap bakteri Escherichia coli dan 12 mm terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
Ekstrak n–heksanaa hasil sokletasi dimurnikan dengan menggunakan kromatografi kolom dan diidentifikasi
dengan Kromatografi Gas – Spektroskopi Massa. Data Kromatografi Gas – Spektroskopi Massa, menunjukkan
kemungkinan ekstrak n–heksanaa hasil sokletasi mengandung dua buah senyawa yaitu phytadiene [M+] 278 dan
senyawa 1,2-seco-cladiellan m/z 335 [M+- H].
ABSTRACT
Isolation and identification of terpenoid, antibacterial compounds meniran herb (Phyllanthus niruri Linn) by Gas
Chromatography – Mass Spectroscophy were carried out. Two kinds of extraction, i.e. maseration using methanol
and the sochlet using n-hexane were employed.
The extract obtained were contains terpenoids basedon fitochemical test of Liberman-Burchard n-hexane
extract was tested for antimicrobial activity against Escherichia coli ATCC® 25292 and Staphylococcus aureus
ATCC® 25293. In this study we obtained that n-hexane extract by sochlet extraction showed greater activity
compared to the extract by maseration with methanol, as indiated by disc diameter of inhibition zone. Diametric
inhibition zone for these two extract are 1 mm for Escherichia coli and 0,5 mm for Staphylococcus aureus, for
methanol extract, and where are 10 mm for Escherichia coli and 12 mm for Staphylococcus aureus for n-hexane
extract.
The n-hexane extract was then purified using column chromatography. The pure extract was analyzed using
Gas Chromatography - Mass Spectroscophy. Gas Chromatography - Mass Spectroscophy data indicated that the
extract contains two compounds, i.e. phytadiene [ M+ ] 278 and 1,2 seco – cladiellan m/z 335 [ M+ - H ].
31
JURNAL KIMIA 2 (1), JANUARI 2008 : 31-39
PENDAHULUAN Peralatan
Alat yang digunakan dalam penelitian
Perkembangan penggunaan obat-obatan ini antara lain : neraca analitik, blender, labu
tradisional khususnya dari tumbuh-tumbuhan erlenmeyer, penguap putar vakum, pipet ukur,
untuk membantu meningkatkan derajat labu ukur, corong pisah, botol reagen, kertas
kesehatan masyarakat sudah cukup meluas. saring, seperangkat alat gelas, seperangkat alat
Salah satu jenis tumbuhan yang dapat digunakan kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom,
sebagai obat adalah meniran (Osward, 1995). kromatografi gas-spektroskopi massa, refluks,
Meniran adalah herba yang berasal dari genus sokhlet dan lampu ultra violet 254 nm dan 366
Phyllanthus dengan nama ilmiah Phylanthus nm.
niruri Linn (Heyne, 1987). Herba ini secara
tradisional dapat digunakan sebagai obat radang Cara Kerja
ginjal, radang selaput lendir mata, virus hepatitis,
peluruh dahak, peluruh haid, ayan, nyeri gigi, Ekstraksi
sakit kuning, sariawan, antibakteri, kanker, dan Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan
infeksi saluran kencing (Anonim, 2005; Mangan, dengan dua cara yaitu :
2003). 1. Sokletasi
Herba meniran mengandung metabolit Seberat 1000 g serbuk kering herba
sekunder plavonoid, terpenoid, alkaloid dan meniran disokletasi dengan 5 L pelarut n –
steroid (Kardinan dan Kusuma, 2004). Beberapa heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu
hasil penelitian menunjukkan senyawa terpenoid disabunkan dalam 50 mL KOH 10%.
memiliki aktivitas sebagai antibakteri yaitu Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji
monoterpenoid linalool, diterpenoid (-) fitokimia dan uji aktivitas antibakteri.
hardwicklic acid, phytol, triterpenoid saponin 2. Maserasi
dan triterpenoid glikosida (Grayson, 2000; Seberat 1000 g serbuk kering herba
Bigham et al., 2003; Lim et al., 2006; Anonim, meniran dimaserasi menggunakan pelarut
2007; Anonim, 2007) metanol. Ekstrak metanol dipekatkan lalu
Berdasarkan latar belakang di atas maka dihidrolisis dalam 100 mL HCl 4 M. Hasil
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hidrolisis diekstraksi dengan 5 x 50 mL n –
apakah herba meniran (Phyllanthus niruri Linn) heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu
mengandung senyawa terpenoid antibakteri. disabunkan dalam 10 mL KOH 10%.
Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji
fitokimia dan uji aktivitas antibakteri.
MATERI DAN METODE
Uji aktivitas antibakteri
Bahan Ekstrak n-heksanaa diuji aktivitasnya
Bahan yang digunakan dalam penelitian terhadap bakteri Eschericia coli dan
ini adalah seluruh bagian herba meniran segar Staphyloccocus aureus dengan tahap – tahap
(Phyllanthus niruri Linn) yang diperoleh dari sebagai berikut :
Kelurahan Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta 1. Diambil sebanyak satu koloni biakan bakteri
Utara, Kabupaten Badung, Propinsi Bali. Herba Eschericia coli dengan menggunkan jarum
meniran dikeringkan kemudian diblender sampai ose yang dilakukan secara aseptis.
berbentuk serbuk. 2. Dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 2
Bahan kimia yang digunakan dalam mL Mueller-Hinton broth kemudian
penelitian terdiri dari metanol (p.a), asam asetat diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35ºC .
anhidrida (p.a), H2SO4 pekat, kloroform (p.a), n- 3. Suspensi bakteri homogen yang telah
heksana (p.a), benzena (p.a), KOH 10%, kalsium diinkubasi siap dioleskan pada permukaan
klorida anhidrat, HCl 4 M, kalium bromida, media Mueller-Hinton agar, secara merata
silika GF254, silika G60, akuades. dengan menggunakan lidi kapas yang steril.
32
ISSN 1907-9850
4. Kemudian ditempelkan disk yang berisi Isolat yang relatif murni selanjutnya
sampel, standar tetrasiklin serta pelarutnya diidentifikasi menggunakan kromatogafi gas –
(n-heksana) yang digunakan sebagai kontrol. spektroskopi massa.
5. Lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu
35ºC .
6. Dilakukan pengukuran daya hambat zat HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap bakteri.
7. Untuk biakan bakteri Staphyloccocus aureus Hasil ekstraksi dengan cara sokletasi dan
dilakukan dengan cara yang sama seperti maserasi menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana
biakan bakteri Eschericia coli, namun pada kedua cara tersebut positif mengandung
suhunya berbeda yaitu pada suhu 37ºC senyawa terpenoid. Hal ini dibuktikan dengan
Ekstrak yang positif terpenoid dan terbentuknya warna ungu setelah ekstrak n-
paling aktif antibakteri dipisahkan mengunakan heksana direaksikan dengan Pereaksi Lieberman
kromatografi kolom dengan fase diam silika gel Burchard. Hasil uji aktivitas antibakteri terhadap
60 dan fase gerak kloroform : metanol (3 : 7). ekstrak n-heksana hasil sokletasi memberikan
Fraksi-fraksi yang diperoleh dari kromatografi daya hambat yang lebih besar dibandingkan
kolom diuji fitokimia dan uji aktivitas ekstrak n-heksana hasil maserasi. Terhadap
antibakteri. Fraksi yang positif terpenoid dan ekstrak n-heksana hasil sokletasi dipisahkan
paling aktif antibakteri dilanjutkan ke tahap mengunakan kromatografi kolom menghasilkan
pemurnian menggunakan kromatograi lapis tipis. tiga buah fraksi yang dipaparkan pada Tabel 1.
Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa (positif triterpenoid) pada fraksi C setelah
fraksi A dan fraksi C positif terpenoid yaitu direaksikan dengan pereksi Lieberman-Burchard.
memberikan warna merah muda (positif Hasil ini dipaparkan pada Tabel 2.
diterpenoid) pada fraksi A dan warna ungu muda
Tabel 2. Hasil uji fitokimia masing – masing fraksi hasil kromatografi kolom
Nama fraksi Warna larutan Warna larutan Keterangan
sebelum direaksikan sebelum direaksikan
dengan pereaksi dengan pereaksi
Lieberman-Burchard Lieberman-Burchard
Fraksi A kuning muda merah muda Positif terpenoid
(diterpenoid)
Fraksi B kuning muda hijau kebiruan Negatif terpenoid
(steroid)
Fraksi C kuning ungu muda Positif terpenoid
(triterpenoid)
Fraksi yang positif terpenoid selanjutnya aktivitas antibakteri terhadap fraksi A dan fraksi
dilakukan uji aktivitas antibakteri. Hasil uji C dipaparkan pada Tabel 3.
33
JURNAL KIMIA 2 (1), JANUARI 2008 : 31-39
34
ISSN 1907-9850
dodekane terdapat puncak dasar m/z 57 yang senyawa puncak I dengan phytol, phytadiene dan
diapit oleh puncak tinggi lainnya yaitu puncak dodekane.
m/z 43 dan m/z 71 (Baker, 2000) yang
merupakan puncak khas dodekane. Pada
spektrum massa puncak I terdapat puncak m/z 71
sebagai puncak dasar dan muncul pula puncak HO
khas lainnya dari dodekane yaitu puncak m/z 43
dan m/z 57 dengan kelimpahan yang cukup
tinggi. Hal ini berarti senyawa puncak I
mempunyai gugus seperti dodekane. Dodekane Gambar 3 Struktur senyawa phytol
memiliki 20 atom C dan adanya ikatan rangkap
(Baker, 2000), hal ini juga terlihat pada struktur
phytadiene yang tersusun atas 20 atom C dan dua
buah ikatan rangkap yang ditampilkan pada
gambar 4. Setelah difragmentasi, struktur
phytadiene mengikuti pola fragmentasi senyawa
pada puncak I. Pola fragmentasi senyawa
phytadiene ditampilkan pada Tabel 4 dan
Gambar 5. Dengan demikian senyawa pada Gambar 4 Struktur senyawa phytadiene
puncak I m/z 278 diduga sebagai senyawa
phytadiene berdasarkan data Spektroskopi
Massa, pola fragmentasi dan hubungan antara
35
JURNAL KIMIA 2 (1), JANUARI 2008 : 31-39
CH3
_ C m/z 263
m/z 278 4 H8
m/z 207
_ 2 CH
2
m/z 179
_ C
4 H8
m/z 123
_
C H2
m/z 109
_ CH
2
m/z 95
H
_
2C
m/z 71
_
CH 2
m/z 57
_
CH 2
m/z 43
36
ISSN 1907-9850
senyawa tersebut tidak memenuhi pola (Silverstain et al., 1986). Pada senyawa puncak
fragmentasi senyawa pada puncak II. Oleh II terlihat adanya puncak m/z 55 dan pemecahan
karena itu ditelusuri senyawa yang memiliki ikatan C – C sebelah atom oksigen dapat terlihat
berat molekul m/z 336 yang memiliki pola pada m/z 292 (M+- H - 43) yang
fragmentasi yang memenuhi pola fragmentasi kehilanganmolekul C3H7.
senyawa puncak II dengan asumsi bahwa Berdasarkan data di atas ditarik suatu
senyawa dengan berat molekul m/z 336 adalah kesimpulan yaitu senyawa puncak II diduga
senyawa yang memiliki berat molekul m/z 335 sebagai senyawa 1,2–seco–cladiellan, karena
[M+ - H]. struktur senyawa ini memenuhi pola fragmentasi
Berdasarkan data hasil penelusuran senyawa puncak II.
internet, terdapat struktur senyawa yang
memiliki berat molekul m/z 336 dengan gugus
dan pola fragmentasi yang memenuhi gugus dan
pola fragmentasi senyawa pada puncak II. OH OCH 3
Senyawa tersebut adalah 1,2-seco-cladiellan
(Friedal et al., 2005), strukturnya ditampilkan
pada gambar 7. Senyawa 1,2-seco-cladiellan O
terbentuk dari karvon (Friedal et al., 2005)
dimana karvon merupakan senyawa golongan O
monoterpenoid yang mengandung gugus keton
(Ikan, 1976). Terdapatnya gugus keton pada
sebuah spektrum massa suatu senyawa terlihat
Gambar 7 Struktur senyawa 1,2-seco-cladiellan
pada puncak m/z 55 dan adanya pemecahan yang
terjadi pada ikatan C – C sebelah atom oksigen
37
JURNAL KIMIA 2 (1), JANUARI 2008 : 31-39
OCH O CH 3 OCH 3
3
OH OH O OH
O O
C3 H 7 C2 H 3
O O O
m/z 265
m/z 335[M+- H] m/z 292
OC H 3
OH O
O O CH 3 O O CH 3
OH OH
m/z 248 O O
O OC H 3
O OC H 3 O O
C C
O CH3
2 CH2
O O O
C 4 H4 O
m/z 12 1
C 3 H8
O O
m/z 77
38
ISSN 1907-9850
Anonim, 2007, Eclipta prostata, dumenat. Ikan, R., 1976, Natural Product A Laboratory
smbh.Univ_paris13.fr/med/tradmed200 Guide, Academic Press, London
1.htm, 4 januari 2007 Kardinan, A. dan Kusuma, F. R., 2004, Meniran
Anonim, 2007, Tetra pleura, www.diss.fu.berlin. Penambah Daya Tahan Tubuh Alami,
de/2003/81/koehler 7.pdf-332k, 24 Agromedia Pustaka, Jakarta
Januari 2007 Lim, S. Y., Bauermeister, A., Kjonaas, R. A.,
Baker, J., 2000, Mass Spectrometry, John Wiley and Gosh, S. K., 2006, Phytol-Based
& Sons Ltd, England Novel Adjuvants in Vaccine
Bigham, A. K., Munro, A. T, Rizzacasa, M. A., Formulation: 2. Assessment of Efficacy
Roy, M., and Browne, R., 2003, in the Induction of Protective Immune
Divinatorins A-c, New Neoclerodane Responses to Lethal Bacterial
Diterpenoid from the controlled sage Infections in Mice, Departement of Life
Silvia divinorum, Melbourn University, Science, Indiana State University, Terre
Victoria, 3010, Australia Haute, IN 47809, USA
Friedal, M., Neckar., and Lauffen., 2005, Zur Mangan, Y., 2003, Cara Bijak Menaklukan
Synthese des Diterpenoids Eleutherobin Kanker, Agromedia Pustaka, Jakarta
aus Weichkorallen der Gattung Nguyen, R. T., Harvey, H. R., Zang, X., Heemst,
Eleutherobia und Synthese der J.D.H., Hetenyi, M., and Hatcher, P.G.,
Aminosäure 2-Aminohomohistidin, 2002, Prevention of algaenan and
Universität München, München proteinaceous material during the oxic
Fukushima, K., Yakusawa, M., Muto, N., decay of Botryococcus braunii as
Uemura, T., and Ishiwatari, R., 1992, revealed by pyrolisis–gas
Formation of C20 Isoprenoid chromatography/mass spectrometry
Thiophenes in Modern Sediment, and 13C NMR Spectroscopy, Ohio State
Organic Geochemistry, 18 : 83-91 University, Colombus, USA
Grayson, D. H., 2000, Monoterpenoid, Osward, T. T., 1995, Tumbuhan Obat, Baratha,
University Chemical Laboratory, Jakarta
Trinity College, Dublin 2, Ireland Silverstain, R. M., Bassler, G. C., and Morrill, T.
Grossi, V., Baas, M., Schogt, N., Klein Breteler, C., 1986, Spectrometric Identification
W. C. M., De Leeuw, J. W., and of Organic Compounds, 4th ed., a.b.
Rontani, J. F., 1996, Formation of Hartono, A. J., dkk., Erlangga, Jakarta
Phytadienes in water column : myth or Zang, Z. and Sach, J. P., 2006, Hydrogen Isotop
reality? Organic Geochemistry, 24 : Fractination In Fresh Water Algae: I
833-839 Variation Among Lipids And Species,
Heyne, 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, Department Earth Atmospheric and
Jilid II, Yayasan Sauna Wana Jaya, Plenetary Sciences, Cambridge, United
Jakarta State America
39