WAHAM
DISUSUN OLEH :
DEWI FAUZIAH
KHGD 20063
Tgl No Dx Perencanaan
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Gangguan TUM : Klien 1. Setelah…..× interaksi 1. Bina hubungan saling percaya 1. Kepercayaan dari
Proses pikir : dapat klien: dengan menggunakan prinsip klien merupakan
Waham….. mengontrol Mau menerima komunikasi terapeutik : hal yang mutlak
wahamnya kehadiran perawat Beri salam serta akan
disampingnya Perkenalkan diri, tanyakan nama memudahkan
TUK 1 : Klien Mengatakan mau serta nama panggilan yang disukai dalam pendekatan
dapat membina menerima bantuan Jelaskan tujuan interaksi dan tindakan
hubungan saling perawat Yakinkan klien dalam keadaan keperawatan yang
percaya Tidak menunjukan aman dan perawat siap menolong akan dilakukan
tanda-tanda curiga dan mendampinginya kepada klien
Mengijinkan duduk Yakinkan bahwa kerahasiaan klien
disamping akan tetap terjaga
Tunjukan sikap terbuka dan jujur
Perhatikan kebutuhan dasar dan
beri bentuan untuk memenuhinya
TUK 2 : KLien 2. Setelah…..× interaksi 2. Bantu klien untuk mengungkapkan 2. Ungkapan perasaan
dapat klien: perasaan dan pikirannya : menunjukan apa
mengidentifikasi menceritakan ide- yang dibutuhkan
perasaan yang ide dan perasaan dan apa yang
muncul pikiran yang dalam dirasakan klien
klien - pikirannya -
Tgl No Dx Perencanaan
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
TUK 2 : - secara - muncul secara Diskusikan dengan klien
berulang dalam berulang pengalaman yang dialami
selama ini termasuk hubungan
dengan orang yang berarti,
lingkungna kerja, sekolah,dlsb
Dengarkan pernyataan klien
denganempati tanpa mendukung
/menentang pernyataan
wahamnya
Katakan perawat dapat
memahami apa yang diceritakan
klien
TUK 3 : Klien 3. Setelah…..× interaksi 3. Bantu klien untuk mengidentifikasi 3. Dengan mengetahui
dapat klien : kebutuhan yang tidak terpenuhi penyebab waham
mengidentifikasi Dapat serta kejadian yang menjadi klien dapat di
stresor / menyebutkan faktor pencetus wahamnya : temukan
pencetus kejadian-kejadian Diskusikan dengan klien tentang mekanisme koping
wahamnya sesuai urutan kejadian-kejadian traumatik klien dalam
waktu serta yang menimbulkan rasa takut, memproses sesuatu
harapan / ansietas maupun perasaan tidak dalam pikirannya
kebutuhan dasar dihargai serta strategi apa
yang tidak Diskusikan kebutuhan / hrapan yang akan
terpenuhi yang belum terpenuhi diterapkan kepada
klien
Tgl No Dx Perencanaan
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Dapat Diskusikan dengan klien cara-
menyebutkan cara mengatasi kebutuhan
hubungan antara yang tidak terpenuhi dan
kejadian kejadian yang traumatis
traumatis / Diskusikan dengan klien
kebutuhan tidak apakah ada halusinasi yang
terpenuhi dengan meningkatkan pikiran /
wahamnya perasaan yang terkait
wahamnya
Diskusikan dengan klien
antara kejadian-kejadian
tersebut dengan wahamnya
TUK 4 : klien 4. Setelah…..× interaksi 4. Bantu klien mengidentifikasi 4. Jika wahamnya
dapat klien: menyebutkan keyakinan yang salah tentang sudah
mengidentifikasi perbedaan situasi yang nyata (bila pasien teridentifikasi
wahamnya pengalaman nyata sudah siap): maka akan terlihat
dengan pengalaman Diskusikan dengan klien mekanisme koping
wahamnya pengalaman wahamnya tanpa klien dalam
beragumentasi menyelesaikan
Katakan kepada klien akan masalah yang
keraguan perawat terhadap dihadapi
pernyataan klien
Diskusikan dengan klien
respon perasaan terhadap
wahamnya
Diskusikan frekuensi,
intensitas, dan durasi
terjadinya waham
Tgl No Dx Perencanaan
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Bantu klien membedakan
situasi nyata dengan situasi
yang dipersepsikan salah oleh
klien
Motivasi klien menceritakan
perasaan setelah tindakan
tersebut
Diskusikan apakah dengan
tindakan tersebut msalah yang
dialami teratasi
TUK 5 : Klien 5. Setelah…..× interaksi : 5.1 Diskusikan dengan klien 5. Membantu klien
dapat klien menjelaskan pengalaman-pengalaman yang melihat dampak
mengidentifikasi gangguan fungsi tidak menguntungkan sebagai yang
kosekuensi dari hidup sehari-hari akibat dari wahamnya seperti : ditimbulkan
wahamnya yang diakibatkan ide- Hambatan dalam berinteraksi akibat pikiran
ide / pikiran yang dengan keluarga yang
tidak sesuai dengan Hambatan berinteraksi dengan dipersepsikan
kenyataan seperti : orang lain salah oleh klien
Hubungan dengan Hambatan berinteraksi dalam serta mencari
keluarga melakukan aktivitas sehari-hari cara sehat untuk
Hubungan denga Perubahan dalam prestasi kerja membantu klien
orang lain / sekolah kembali ke
Aktivitas sehari- 5.2 Ajak klien melihat bahwa waham orientasi nyata
hari tersebut adalah masalah yang
Pekerjaan membutuhkan bantuan dari orang
Sekolah lain
Dll
Tgl No Dx Perencanaan
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
5.3 Diskusikan dengan klien orang /
tempat ia minta bantuan apabila
wahamnya timbul / sulit
dikendalikan
TUK 6 : Klien 6. Setelah…..× interaksi 6.1 Diskusikan hobi / aktivitas yang 6. Aktivitas yang
dapat klien : klien disukainya sibuk, berorientasi
melakukan melakukan aktivitas 6.2 Anjurkan klien memilih dan dengan kenyataan
teknik distraksi yang konstruktif melakukan aktivitas yang serta menarik
sebagai cara sesuai dengan membutuhkan perhatian dan minat klien akan
menghentikan minatnya yang dapat keterampilan fisik mengalihkan
pikiran yang mengalihkan focus 6.3 Ikut sertakan klien dalam aktivitas perhatian dan
terpusat pada klien dari wahamnya fisik yang membutuhkan pikiran klien dari
wahamnya perhatian sebagai pengisi waktu wahamnya
luang
6.4 Libatkan klien dalam TAK
orientasi realita
6.5 Bicara dengan klien topik-topik
yang nyata
6.6 Anjurkan klien untuk bertanggung
jawab secara personal dalam
mempertahankan / meningkatkan
kesehatan dan pemulihannya
6.7 Beri penghargaan bagi setiap
upaya klien yang positif
Tgl No Dx Perencanaan
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
TUK 7 : Klien 7.1 Setelah…..× interaksi 7.1 Diskusikan pentingnya peran serta 7. Keluarga
mendapat keluarga dapat keluarga sebagai pendukung klien merupakan sistem
dukungan menjelaskan tentang: untuk mengatasi waham pendukung utama
keluarga untuk Pengertian 7.2 Diskusikan potensi keluarga untuk yang membantu
mengontrol waham membantu klien mengatasi klien kembali ke
perilaku Tanda dan gejala waham orientasi nyata
kekerasan waham 7.3 Jelaskan pada keluarga tentang :
Penyebab dan Pengertian waham
akibat waham Tanda dan gejala waham
cara merawat Penyebab dan akibat waham
klien waham cara merawat klien waham
7.2 Setelah…..× interaksi 7.4 Latih keluarga cara merawat klien
keluarga dapat waham
mempraktekan cara 7.5 Tanyakan perasaan keluarga
merawat klien waham setelah mencoba cara yang
dilatihkan
7.6 Beri pujian pada keluarga setelah
peragaan
TUK 8 : KLien 8.1 Setelah…..× interaksi 8.1 Diskusikan dengan klien tentang 8. Membantu
dapat klien menyebutkan : manfaat minum obat, kerugian mensukseskan
memanfaatkan Manfaat minum tidak minum obat, nama obat, program
obat dengan obat warna obat, dosis yang diberikan, pengobatan
baik Kerugian tidak efek terapi, dan efek samping dengan benr
minum obat 8.2 Pantau klien saat penggunaan obat
Nama obat Beri pujian jika klien
Warna obat menggunakan obat dengan
benar
Tgl No Dx Perencanaan
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Dosis yang 8.3 Diskusikan akibat berhenti minum
diberikan obat tanpa konsultasi dengan
Efek terapi dokter
Efek samping Anjurkan klien untuk
8.2 Setelah…..× interaksi konsultasi kepada
klien dokter/perawat jika terjadi hal-
mendemonstrasikan hal yang tidak diinginkan
penggunaan obat
dengan benar
8.3 Setelah…..× interaksi
klien menyebutkan
akibat berhenti obat
tanpa konsultasi
dokter
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
DEWI FAUZIAH
KHGD 20063
2020
I. MASALAH UTAMA
Isolasi Sosial
II. PROSES TERJADI MASALAH
1. PENGERTIAN
a. Hubungan Sosial
Hubungan sosial adalah hubungan untuk menjalin kerjasama dan
ketergantungan dengan orang lain (Stuart and Sundeen, 1998).
b. Kerusakkan Interaksi Sosial
Kerusakkan interaksi sosial adalah suatu kerusakkan interpersonal
yang terjadi akibat kepribadiuan yang tidak flesibel yang menimbulkan
perilaku maladaptif yang mengganggu fungsi seseorang dalam
berhubungan sosial (Depkes RI, 2002 :114).
c. Isolasi Sosial : Menarik Diri
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam (Mary C. Rownsendl,1998:152).
Menarik diri adalah suatu sikap dimana individu menghindari dari
interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan
hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi
perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk
berhubungan secara spontan dengan orang lain (RSJ, 1996).
Kerusakan interaksi sosial adalah satu gangguan kepribadian yang
tidak fleksibel, tingkah maladaptif dan mengganggu fungsi individu dalam
hubungan sosialnya (Stuart dan Sundeen, 1 998), pengertian kerusakan
sosial menurut Townsend (1998) adalah suatu keadaan seseorang
berpartisipasi dalam pertukaran sosial dengan kuantitas dan kualitas yang
tidak efektif. Klien yang mengalami kerusakan interaksi sosial mengalami
kesulitan dalam ber interaksi dengan orang lain yang salah satunya
mengarah pada perilaku menarik diri.
2. RENTANG RESPON SOSIAL
Manusia sebagai makhluk sosial adalah memenuhi kebutuhan
sehari – hari, tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa ada
hubungan dengan lingkungan sosialnya. Hubungan dengan orang lain dan
lingkungan sosialnya menimbulkan respon – respon sosial pada individu.
Rentang respon sosial individu berada dalam rentang adaptif sampai
dengan maladaptif.
a. Respon Adaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang dapat
diterima oleh norma – norma sosial dan kebudayaan, meliputi :
1. Solitude (Menyendiri)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa
yng telah dilakukan di lingkungan sosialnya, dan merupakan suatu cara
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah – langkah selanjutnya.
2. Autonomy (Kebebasan)
Respon individu untuk menentukan dan menyampaikan ide – ide
pikiran dan perasaan dalam hubungan sosial
3. Mutuality
Respon individu dalam berhubungan interpersonal dimana individu
saling memberi dan menerima.
4. Interdependence (Saling Ketergantungan)
Respon individu dimana terdapat saling ketergantungan dalam
melakukan hubungan interpersonal.
b. Respon Antara Adaptif dan Maladaptif
1. Aloness (Kesepian)
Dimana individu mulai merasakan kesepian, terkucilkan dan
tersisihkan dari lingkungan.
2. Manipulation (Manipulasi)
Hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan bukan pada orang
lain.
3. Dependence (Ketergantungan)
Individu mulai tergantung kepada individu yang lain dan mulai tidak
memperhatikan kemampuan yang dimilikinya.
C. Respon Maladaptif
Yaitu respon individu dalam penyelesaian masalah yang
menyimpang dari norma – norma sosial dan budaya lingkungannya.
1. Loneliness (Kesepian)
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
berhubungandengan orang lain atau tanpa bersama orang lain untuk
mencari ketenangan waktu sementara.
2. Exploitation (Pemerasan)
Gangguan yang terjadi dimana seseorang selalu mementingkan
keinginannya tanpa memperhatikan orang lain untuk mencari
ketenangan pribadi.
3. Withdrawl (Menarik Diri)
Gangguan yang terjadi dimana seseorang menentukan kesulitan dalam
membina hubungan saling terbuka dengan orang lain, dimana individu
sengaja menghindari hubungan interpersonal ataupun dengan
lingkungannya.
4. Paranoid (Curiga)
Gangguan yang terjadi apabila seseorang gagal dalam
mengembangkan rasa percaya pada orang lain.
3. ETIOLOGI
Terjadinya menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan
stressor presipitasi. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan
faktor predisposisi dan stressor presipitasi. Faktor perkembangan dan
sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadi perilaku menarik diri.
Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak percaya
diri, tidak percaya pada diri orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus
asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindari orang lain, tidak
mampu merumuskan keinginan dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat
menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain,
menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri dan
kegiatan sendiri terabaikan.
Menurut Townsend (1998) penyebab penarikan diri dari masa bayi
sampai tahap akhir perkembangan adalah :
a. Kelainan pada konsep diri
b. Perkembangan ego yang terlambat
c. Perlambatan mental yang ringan sampai sedang
d. Abnormalitas SSP tertentu, seperti adanya neurotoksin, epilepsi,
5. serebral palsi, atau kelainan neurologist lainnya
e. Kelainan fungsi dari sistem keluarga
f. Lingkungan yang tidak terorganisir dan semrawut
g. Penganiayaan dan pengabaian anak
h. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
i. Model-model peran yang negatif
j. Fiksasi dalam fase perkembangan penyesuaian
k. Ketakutan yang sangat terhadap penolakan dan terlalu terjerumus
l. Kurang identitas pribadi
4. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala menarik diri adalah menarik diri, tidak ada
perhatian, tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain, berat
badan menurun atau meningkat secara drastis, kemunduran kesehatan
fisik, tidur berlebihan, tinggal ditempat tidur dalam waktu yang lama,
banyak tidur siang, kurang bergairah, tidak memperdulikan lingkungan,
kegiatan menurun, immobilisasi, mondar – mandir, melakukan gerakan
secara berulang dan keinginan seksual menurun. (Depkes, 1996)
5. DAMPAK MENARIK DIRI TERHADAP KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA
Dibawah ini akan dijelaskan mengenai dampak gangguan interaksi
sosial menarik diri terhadap kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan
oleh Abraham Maslow.
a. Kebutuhan Fisiologis
Klien dengan interaksi sosial menarik diri kurang memperhatikan diri
dan lingkungannya sehingga motivasi untuk makan sendiri tidak ada.
Klien kurang memperhatikan kebutuhan istirahat dan tidur, karena
asyik dengan pikirannya sendiri sehingga tidak ada minat untuk
mengurus diri dan keberhasilannya.
b. Kebutuhan Rasa Aman
Klien dengan gangguan interaksi menarik diri cenderung merasa
cemas, gelisah, takut dan bingung sehingga akan menimbulkan rasa
tidak aman bagi klien.
c. Kebutuhan Mencintai dan Dicintai
Klien dengan gangguan interaksi sosial menarik diri cenderung
memisahkan diri dari orang lain.
d. Kebutuhan Harga Diri
Klien dengan gangguan interaksi sosial menarik diri akan mengalami
perasaan yang tidak berarti dan tidak berguna. Klien akan mengkritik
diri sendiri, menurunkan dan mengurangi martabat diri sendiri
sehingga klien terganggu.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Klien dengan gangguan interaksi sosial menarik diri akan merasa
tidak percaya diri, merasa dirinya tidak pantas menerima pengakuan
dan penghargaan dari orang lain dan klien akan merasa rendah diri
untuk meminta pengakuan dari orang lain.
f. Rentang Respon Perilaku
Respon adaptif Respon maladaptif
Solitud Kesepian Manipulasi
Otonomi → → Menarik diri Impulsif
Bekerjasama Tergantung Narkisisme
Saling tergantung
a. Faktor pencetus
1) Faktor perkembangan
Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan
respon sosial yang maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu
yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil
memisahkan
diri dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan
keluarga dengan pihak lain di luar keluarga. Keluarga seringkali
mempunyai peran yang tidak jelas. Orang tua pecandu alkohol dan
penganiaya anak juga dapat mempengaruhi seseorang berespons sosial
maladaptif.
Organisasi anggota keluarga bekerjasama dengan tenaga
profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang
hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif
sewajarnya mengurangi menyalahkan keluarga oleh tenaga profesional.
2) Faktor Biologis
Faktor genetik juga dapat menunjang terhadap respons sosial
maladaptif. Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya neurotransmiter dalam
perkembangan gangguan ini, namun masih tetap diperlukan penelitian
lebih lanjut mengenai kebenaran keterlibatan neurotransmiter.
3) Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain
atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti
lansia, orang cacat, dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena
mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari kelompok
budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistik terhadap hubungan
merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
b. Stresor pencetus
Stresor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh stres seperti kehilangan, yang mempengaruhi kemampuan individu
untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Stresor
pencetus dapat dikelompokkan dalam kategori:
1) Stresor sosiokultural
Stres dapat ditimbulkan oleh :
a). Menurunnya stabilitas unit keluarga
b).Perpisahan dengan orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya
karena dirawat di rumah sakit.
2) Stresor psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah
dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan untuk ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tinggi
III. POHON MASALAH
Efek Resiko bunuh diri / mencelakai oang lain
↓↑
Masalah Isolasi Sosial
↑
Penyebab HDR Defisit perawatan diri, mekanisme koping tidak effektif
IV. MASALAH DAN DATA YANG HARUS DIKAJI
Data Subjektif :
Riwayat tugas perkembangan
Perasaan PD dan takut
Perasaan putus asa dan pesimis
Data Objektif
tidak ada kontak mata
sering menunduk
menghindar dari orang lain
tidak nafsu makan
dll
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk, 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.
Amino Gonohutomo.
Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor
Keliat Budi Ana. 1999.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta :
EGC.
Keliat Budi Ana. 1999. Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC.
Stuart GW, Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th
ed.). St.Louis Mosby Year Book.
http://winddyasih.wordpress.com/2008/10/10/isolasi-sosial-menarik-diri/
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tgl No Dx Perencanaan
Dx
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Isolasi Sosial TUM : Klien 1. Setelah…..× interaksi 1. Bina hubungan saling percaya 1. Kepercayaan dari
dapat klien menunjukan dengan menggunakan prinsip klien merupakan hal
berinteraksi tanda-tanda percaya komunikasi terapeutik : yang mutlak serta
dengan orang kepada perawat : akan memudahkan
lain Sapa klien dengan ramah baik dalam pendekatan
Ekspresi wajah verbal maupun nonverbal dan tindakan
bersahabat Perkenalkan nama, nama keperawatan yang
Menunjukan rasa panggilan dan tujuan perawat akan dilakukan
TUK 1 : Klien senang berkenalan kepada klien
dapat membina Ada kontak mata Tanyakan nama lengkap dan
hubungan saling Mau berjabat tangan nama penggilan yang disukai
percaya mau menyebutkan klien
nama Buat kontrak yang jelas
Mau menjawab salam Tunjukan sikap jujur dan
Mau duduk menepati janji setiap kali
berdampingan dengan berinteraksi
perawat Tunjukan sikap empati dan
Bersedia menerima apa adanya
mengungkapkan Beri perhatian kepada klien dan
masalah yang masalah yang dihadapi klien
dihadapi Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan klien
Tgl No Dx Perencanaan
Dx
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
TUK 2 : Klien 2. Setelah…..× interaksi 2.1 Tanyakan pada klien tentang: 2. Dengan mengetahui
mampu klien dapat penyebab klien
menyebutkan menyebutkan minimal orang yang tinggal menarik diri dapat di
penyebab satu penyebab serumah/teman sekamar klien temukan mekanisme
menarik diri menarik diri dari : orang yang paling dekat koping klien dalam
dengan klien di rumah/ di berinteraksi sosial
Diri sendiri ruang perawatan serta strategi apa
Orang lain apa yang membuat klien dekat yang akan
Lingkungan dengan orang tersebut diterapkan kepada
orang yang tidak dekat klien
dengan klien di rumah/ di
ruang perawatan
Apa yang membuat klien
tidak dekat dengan orang
tersebut
Upaya yang sudah dilakukan
agar dekat dengan orang lain
TUK 3 : Klien 3. Setelah…..× interaksi 3.1 Tanyakan pada klien tentang : 3. Dengan mengetahui
mampu klien dapat manfaat
menyebutkan - menyebutkan Manfaat hubungan sosial berhubungan sosial
keuntungan Kerugian menarik diri dan kerugian
berhubungan sosial, menarik diri maka
klien akan -
Tgl No Dx Perencanaan
Dx
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
sendiri
kesepian
tidak bisa diskusi
TUK 4 : klien 4. Setelah…..× interaksi 4.1 Observasi perilaku klien saat 4. Melibatkan klien
dapat klien dapat berhubungan sosial dalam interaksi
melaksanakan melaksanakan sosial mendorong
hubungan sosial hubungan sosial 4.2 Beri motivasi dan bantu klien klien untuk melihat
secara bertahap secara bertahap untuk dan merasakan
dengan : berkenalan/berkomunikasi secara langsung
dengan : manfaat dari
perawat Perawat berhubungan sosial
perawat lain Klien lain serta meningkatkan
klien lain Kelompok konsep diri klien
kelompok
4.3 Libatkan klien dalam TAK
Tgl No Dx Perencanaan
Dx
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
TUK 5 : Klien 5. Setelah…..× interaksi 5.1 Diskusikan dengan klien tentang 5. Untuk mengetahui
mampu klien dapat perasaannya setelah berhubungan kemajuan klien
menjelaskan menjelaskan sosial dengan : dalam berinteraksi
perasaannya perasaannya setelah serta menilai
setelah berhubungan sosial : Orang lain keberhasilan dalam
berhubungan Kelompok strategi
sosial Orang lain pelaksanaan
Kelompok 5.2 Beri pujian terhadap kemampuan
klien memperluas pergaulannya
melalui aktivitas yang
dilaksanakan
TUK 6 : Klien 6. Setelah…..× interaksi 6.1 Diskusikan pentingnya peran 6. Keluarga adalah
mendapat keluarga dapat serta keluarga sebagai sistem pendukung
dukungan menjelaskan tentang : pendukung klien untuk utama bagi klien
keluarga dalam mengatasi perilaku menarik diri untuk
memperluas Pengertian meningkatkan ke
hubungan sosial menarik diri 6.2 Diskusikan potensi keluarga PD agar mampu
Tanda dan gejala untuk membantu klien berinteraksi sosial
menarik diri mengatasi perilaku menari diri
Penyebab dan
akibat menarik 6.3 Jelaskan pada keluarga tentang :
diri
cara merawat Pengertian menarik diri
klien menarik diri Tanda dan gejala menarik diri
Penyebab dan akibat menarik
diri
cara merawat klien menarik
diri
Tgl No Dx Perencanaan
Dx
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
TUK 7 : KLien 7.1 Setelah…..× interaksi 7.1 Diskusikan dengan klien tentang 9. Mensukseskan
dapat klien menyebutkan : manfaat minum obat, kerugian program
memanfaatkan tidak minum obat, nama obat, pengobatan klien
obat dengan Manfaat minum warna obat, dosis yang serta
baik obat diberikan, efek terapi, dan efek mengoptimalkan
Kerugian tidak samping kerja dari obat
minum obat terhadap klien
Nama obat 7.2 Pantau klien saat penggunaan
Warna obat obat
Dosis yang
diberikan 7.3 Beri pujian jika klien
Efek terapi menggunakan obat dengan
Efek samping benar
7.3 Setelah…..×
interaksi klien
menyebutkan akibat
berhenti obat tanpa
konsultasi dokter
LAPORAN PENDAHULUAN
PRILAKU KEKERASAN
DISUSUN OLEH :
DEWI FAUZIAH
KHGD 20063
Data lain yang juga dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial
dan spiritual.
1. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi,
muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala
yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan,
ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan
refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah
bertambah.
2. Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan
sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
3. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses
intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu
pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi
penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan
diintegrasikan.
4. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan.
Emosi marah sering merangsang kemarahan orang
lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah
laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan
kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat
mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak
mengikuti aturan.
5. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa
tidak berdosa.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk, 2003 ,Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.
Amino Gonohutomo,
http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/06/askep-perilaku-kekerasan.html
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-perilaku-kekerasan/
.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Klien :……………. Ruangan :…………….
No. CM :……………. Dx Medis :……………
Tgl No Dx Perencanaan
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Risiko Perilaku TUM : Klien 1. Setelah…..× interaksi 1. Bina hubungan saling percaya 1. Kepercayaan dari
Kekerasan dapat klien menunjukan dengan menggunakan prinsip klien merupakan hal
mengontrol tanda-tanda percaya komunikasi terapeutik : yang mutlak serta
perilaku kepada perawat : Sapa klien dengan ramah baik akan memudahkan
kekerasan Ekspresi wajah verbal maupun nonverbal dalam pendekatan
bersahabat Perkenalkan nama, nama dan tindakan
TUK 1 : Klien Menunjukan rasa panggilan dan tujuan perawat keperawatan yang
dapat membina senang berkenalan akan dilakukan
hubungan saling Ada kontak mata Tanyakan nama lengkap dan kepada klien
percaya Mau berjabat tangan nama penggilan yang disukai
mau menyebutkan klien
nama Buat kontrak yang jelas
Mau menjawab salam Tunjukan sikap jujur dan
Mau duduk menepati janji setiap kali
berdampingan dengan berinteraksi
perawat Tunjukan sikap empati dan
Bersedia menerima apa adanya
mengungkapkan Beri perhatian kepada klien dan
masalah yang masalah yang dihadapi klien
dihadapi Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan klien
Tgl No Dx Perencanaan
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
TUK 2 : Klien 2. Setelah…..× interaksi 2. Bantu klien mengungkapkan 2. Menentukan
dapat mengenal klien menceritakan perasaan marahnya: mekanisme koping
penyebab penyebab perilaku Motivasi klien untuk yang dimiliki klien
perilaku kekerasan yang menceritakan penyebab rasa dalam menghadapi
kekerasan yang dilakukannya : kesal atau jengkelnya masalah serta sebagi
dilakukannya Menceritakan Dengarkan tanpa menyela atau langkah awal dalam
penyebab perasan memberi penilaian setiap menyusun strategi
jengkel/marah baik ungkapan perasaan klien berikutnya
dari diri sendiri
maupun
lingkungannya
TUK 3 : Klien 3. Setelah…..× interaksi 3. Bantu klien mengungkapkan 3. Deteksi dini sehingga
dapat klien menceritakan tanda-tanda perilaku kkerasan dapat mencegah
mengidentifikasi tanda-tanda saat yang dialaminya : tindakan yang dapat
tanda-tanda terjadi perilaku Motivasi klien menceritakan membahayakan
perilaku kekerasan : kondisi fisik saat perilaku klien dan
kekerasan Tanda Sosial : kekerasan terjadi lingkungan sekitar
bermusuhan yang Motivasi klien menceritakan
dialami saat terjadi kondisi emosionalnya saat
perilaku kekerasan terjadi perilaku kekerasan
Tanda Emosional : Motivasi klien menceritakan
perasaan marah, hubungan dengan orang lain
jengkel, bicara saat terjadi perilaku kekerasan
kasar
Tgl No Dx Perencanaan
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Tanda Fisik : mata
merah, tangan
mengepal, ekspresi
tegang,dll
TUK 4 : klien 4. Setelah…..× interaksi 4. Diskusikan dengan klien perilaku 4. Melihat mekanisme
dapat klien menjelaskan : kekerasan yang dilakukannya koping klien dalam
mengidentifikasi Jenis-jenis selama ini : menyelesaikan
perilaku ekspresi Motivasi klien menceritakan masalah yang
kekerasan yang kemarahan yang jenis-jenis tindak kekerasan dihadapi
pernah selama ini telah yang selama ini pernah
dilakukan dilakukannya dilakukannya
Perasaan saat Motivasi klien menceritakan
melakukan perasaan setelah tindakan
kekerasan tersebut
Efektivitas cara Diskusikan apakah dengan
yang dipakai tindakan tersebut msalah
dalam yang dialami teratasi
menyelesaikan
masalah
TUK 5 : Klien 5. Setelah…..× interaksi 5. Diskusikan dengan klien akibat 5. Membantu klien
dapat klien menjelaskan negatif cara yang dilakukan melihat dampak
mengidentifikasi akibat tindakannya : pada : yang ditimbulkan
akibat perilaku Diri sendiri Diri sendiri akibat perilaku
kekerasan Orang lain Orang lain kekerasan yang
Lingkungan Lingkungan dilakukan klien
Tgl No Dx Perencanaan
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
TUK 6 : Klien 6. Setelah…..× interaksi 6. Diskusikan dengan klien : 6. Menurunkan
dapat klien : Apakah klien mau perilaku destruktif
mengidentifikasi Menjelaskan cara mempelajari cara baru untuk yang akan
cara konstruktif yang sehat untuk mengungkapkan marah yang mencederai klien
dalam mengungkapkan sehat dan lingkungan
mengungkapkan marah Jelaskan berbagai alternatif sekitar
kemarahan pilihan untuk
mengungkapkan marah selain
perilaku kekerasan yang
diketahui klien
Jelaskan cara-cara sehat
untuk mengungkapkan marah
:
Cara fisik : nafas dalam,
pukul bantal atau kasur,
olahraga
Verbal : mengungkapkan
bahwa dirinya sedang kesal
kepada orang lain
Sosial : Latihan asertif
dengan orang lain
Spiritual : Sembahyang/doa,
zikir, meditasi,dlsb
TUK 7 : Klien 7. Setelah…..× interaksi 7.1. Diskusikan cara yang akan 7.1 Keinginan untuk
dapat klien memperagakan dipilih dan anjurkan klien marah tidak tahu
mendemonstrsik cara mengontrol memilih cara yang kapan munculnya
an cara perilaku kekerasan memungkinkan untuk serta siapa yang
mengontrol mengungkapkan kemarahan akan memicunya
perilaku -
Tgl No Dx Perencanaan
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
TUK 7 : - Fisik : tarik nafas 7.2 Latih klien memperagakan cara 7.2 Meningkatkan
kekerasan dalam, memukul yang dipilih : kepercayaan diri
bantal/kasur Peragakan cara yang dipilih klien serta asertifitas
Verbal : Jelaskan manfaat cara klien saat
Mengungkapkan tersebut marah/jengkel
perasaan Anjurkan klien menirukan
kesal/jengkel peragaan yang sudah
pada orang lain dilakukan
tanpa menyakiti Beri penguatan pada klein, 7.3 Meningkatkan
Spiritual : Berdoa perbaiki cara yang masih asertifitas klien
sesuai agama belum sempurna dalam menghadapi
7.3 Anjurkan klien menggunakan marah
cara yang sudah dilatih saat
marah/jengkel
TUK 8 : Klien 8. Setelah…..× interaksi 8.1 Diskusikan pentingnya peran 8. Keluarga adalah
mendapat keluarga : serta keluarga sebagai sistem
dukungan Menjelaskan cara pendukung klien untuk pendukung utama
keluarga untuk merawat klien mengatasi perilaku kekerasan bagi klien
mengontrol dengan perilaku 8.2 Diskusikan potensi keluarga
perilaku kekerasan untuk membantu klien
kekerasan Mengungkapkan mengatasi perilaku kekerasan
rasa puas dalam 8.3 Jelaskan pengertian, penyebab,
merawat klien akibat, dan cara merawat klien
perilaku kekerasan yang dapat
dilakukan keluarga
8.4 Peragakan cara merawat klien
8.5 Beri kesempatan keluarga untuk
memperagakan ulang
Tgl No Dx Perencanaan
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
8.6 Beri pujian pada keluarga setelah
peragaan
8.7 Tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang
dilatih
TUK 9 : KLien 9.1 Setelah…..× interaksi 9.1 Jelaskan pada klien : 9. Mensukseskan
menggunakan klien menjelaskan : Manfaat minumobat program
obat sesuai Manfaat Kerugian tidak minum obat pengobatan klien
program yang minumobat Nama obat
telah ditetapkan Kerugian tidak Bentuk dan warna obat
minum obat Dosis yang diberikan
Nama obat Waktu pemakaian
Bentuk dan warna Cara pemakaian
obat Efek yang dirasakan
Dosis yang 9.2 Anjurkan klien :
diberikan Minta dan menggunakan obat
Waktu pemakaian tepat waktu
Cara pemakaian Lapor ke perawat/dokter jika
Efek yang mengalami efek yang tidak
dirasakan biasa
9.2 Setelah…..× interaksi Beri pujian terhadap
klien menggunakan kedisiplinan klien
obat sesuai program menggunakan obat
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH
DISUSUN OLEH :
DEWI FAUZIAH
KHGD 20063
↑
Berduka disfungsional, Ideal diri yang tidak realistik, koping
tidak effektif
IV. Masalah dan Data yang Perlu Dikaji
Masalah
No Data Subyektif Data Obyektif
Keperawatan
Azis R, dkk. 2003. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr.
Amino Gondoutomo.
Tgl No Dx Perencanaan
Dx
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Gangguan TUM : Klien 1. Setelah…..× interaksi 1. Bina hubungan saling percaya 1. Kepercayaan dari
Konsep Diri : memiliki konsep klien menunjukan dengan menggunakan prinsip klien merupakan hal
Harga Diri diri yang positif tanda-tanda percaya komunikasi terapeutik : yang mutlak serta
Rendah kepada perawat : akan memudahkan
Sapa klien dengan ramah baik dalam pendekatan
Ekspresi wajah verbal maupun nonverbal dan tindakan
TUK 1 : Klien bersahabat Perkenalkan nama, nama keperawatan yang
dapat membina Menunjukan rasa panggilan dan tujuan perawat akan dilakukan
hubungan saling senang berkenalan kepada klien
percaya dengan Ada kontak mata Tanyakan nama lengkap dan
perawat Mau berjabat tangan nama penggilan yang disukai
mau menyebutkan klien
nama Buat kontrak yang jelas
Mau menjawab salam Tunjukan sikap jujur dan
Mau duduk menepati janji setiap kali
berdampingan dengan berinteraksi
perawat Tunjukan sikap empati dan
Bersedia menerima apa adanya
mengungkapkan Beri perhatian kepada klien dan
masalah yang masalah yang dihadapi klien
dihadapi Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan klien
Tgl No Dx Perencanaan
Dx
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
TUK 2 : Klien 2. Setelah…..× interaksi 2.1 Diskusikan dengan klien 2.1 Aspek positif
dapat klien menyebutkan : tentang: penting untuk
mengidentifikasi meningkatkan PD
aspek positif aspek positif dan Aspek positif yang dimiliki serta harga diri
dan kemampuan kemampuan yang klien keluarga, lingkungan
yang dimiliki dimiliki klien Kemampuan yang dimiliki
Aspek positif klien
keluarga 2.2 Memvalidasi dan
Aspek positif 2.2 Bersama klien buat daftar tantang menguatkan apa
lingkungan klien : yang sudah
Aspek positif klien, keluarga, disampaikan secara
lingkungan lisan
Kemampuan yang dimiliki
klien 2.3 Meningkatkan
harga diri serta
2.3 Beri pujian yang realistis, memancing klien
hindarkan memberi penilaian untuk
negatif mengungkapkan apa
yang diinginkan
oleh klien
TUK 3 : Klien 3. Setelah…..× interaksi 3.1 Diskusikan dengan klien 3. Mencari cara yang
dapat menilai klien menyebutkan kemampun yang dapat konstruktif dan
kemampuan kemampuan yang dilakukan setiap hari sesuai menunjukan potensi
yang dimiliki dapat dilaksanakan kemampuan klien yang dimiliki klien
untuk untuk mengubah
dilaksanakan dirinya menjadi
lebih baik dan
berharga
TUK 4 : klien 4. Setelah…..× interaksi 4.1 Rencanakan bersama klien 4.1 Menghindari
dapat klien membuat aktivitas yang dapat dilakukan adanya
merencanakan rencana kegiatan setiap hari sesuai kemampuan kehilangan/perubhan
kegiatan sesuai harian klien : peran akibat
dengan perasaan HDR yang
kemampuan kegiatan mandiri dialami klien serta
yang dimiliki kegiatan dengan bantuan mencari alternatif
koping untuk
meningkatkan harga
diri
4.3 Meningkatkan
pengetahuan klien
4.3 Beri contoh cara pelaklsanaan dalam mekanisme
kegiatan setelah pulang koping yang
konstruktif dalam
menghargai diri
sendiri
Tgl No Dx Perencanaan
Dx
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
TUK 6 : Klien 6. Setelah…..× interaksi 6.1 Beri pendidikan kesehatan pada 6. Keluarga sebagai
dapat klien memanfaatkan keluarga tentang cara merawat sistem pendukung
memanfaatkan sistem pendukung klien dengan harga diri rendah utama mempunyai
sistem yang ada di keluarga peran serta potensi
pendukung yang 6.2 Bantu keluarga memberikan besar dalam
ada dukungan selama klien dirawat menciptakan konsep
serta harga diri klien
6.3 Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan rumah
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
DISUSUN OLEH :
DEWI FAUZIAH
KHGD 20063
(3) Terminasi:
(a) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?”
(b) Evaluasi Objektif
”Coba sebutkan 4 cara untuk mencegah suara itu muncul
lagi.”
(c) Rencana tindak lanjut
”Kalau suara-suara itu muncul lagi, silahkan coba cara
tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya.
Mau jam berapa saja latihannya?(Saudara masukkan
kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian pasien).
(d) Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau kita bertemu untuk belajar
dan latihan mengendalikan suara-suara lama
kita akan berlatih?
Tempat: “Dimana tempatnya”
Waktu: Jam berapa D bisa.
“Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum
2) Pertemuan: Ke 2 (Masalah: Halusinasi)
a) Proses Keperawatan
(1) Kondisi: Klien mengatakan sering mendengar suara-suara. Suara itu
kadang-kadang membuat dirinya sangat takut. Klien terlihat
sering bicara sendiri, tertawa sendiri dan suka menyendiri.
(2) Diagnosa: Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
(3) TUK : Melatih klien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain
b) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
(1) Orientasi :
(a) Salam terapeutik
“Assalamualaikum D.
(b) Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih
mun-cul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih ?
Berkurangkan suara-suaranya Bagus !
(c) Kontrak
Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan
latihan selama 2 menit. Mau di mana? Di sini saja ?“
(2) Kerja :
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau D mulai mendengar
suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta
teman untuk ngobrol dengan D. Contohnya begini;…. Tolong , saya
mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada
orang dirumah misalnya Kakak D katakan : Kak, ayo ngobrol dengan D.
D sedang dengar suara-suara. Begitu D, Coba D lakukan seperti saya
tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih
terus ya D!”
(3) Terminasi:
(a) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan D setelah latihan ini?”
(b) Evaluasi Objektif
”Jadi sudah ada berapa cara yang D pelajari untuk mencegah
suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau D
mengalami halusinasi lagi”.
(c) Rencana tindak lanjut
“Bagaimana kalau kita masukan dalam jadwal kegiatan harian D.
Mau jam berapa latihan bercakpa-cakap? Nah nanti lakukan
secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi
saya akan ke mari lagi”.
(d) Kontrak
Topik : Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu
melakukan aktivitas terjadwal?
Tempat : “Mau di mana. Di sini lagi?”
Waktu : Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00?.
Sampai besok ya. Assalamualaikum”
Untuk Keluarga
a. Masalah: Halusinasi
1) Pertemuan: Ke 5
a) Proses Keperawatan
(1) Kondisi: Klien mengatakan sering mendengar suara-suara.
Suara itu kadang-kadang membuat dirinya sangat takut. Klien
terlihat sering bicara sendiri, tertawa sendiri dan suka
menyendiri.
(2) Diagnosa: Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
pendengaran
(3) TUK : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi,
jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala
halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi.
DISUSUN OLEH :
DEWI FAUZIAH
KHGD 20063
DISUSUN OLEH :
DEWI FAUZIAH
KHGD 20063
Stuart, (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi : Lima. Jakarta : EGC
Dalami, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial.
Jakarta : Trans Info Media.
Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN
KECEMASAN
DISUSUN OLEH :
DEWI FAUZIAH
KHGD 20063
Core Problem
Gangguan perilaku : kecemasan
Risiko mencederai diri sendiri,
Stressor
3. Data Yang Perlu Dikaji
a. Faktor Predisposisi
Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian : id dan superego. Menurut pandangan
interpersonal, ansietas timbul dari perasan takut terhadap ketidaksetujuan
dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kerentanan tertentu. Menurut pandangan perilaku, ansietas
merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan Kajian
keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam
kelurga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas
dengan depresi
Psikososial:
Konsep diri:
1) Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor,
gelisah, keringat berlebihan.
2) Identitas : gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta
terjadi pada seseorang yang bekerja dengan sressor yang berat.
3) Peran : menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok /
masyarakat.
4) Ideal diri : berkurangnya toleransi terhadap stress, dan
kecenderungan ke arah lokus eksternal dari keyakinan kontrol.
5) Harga diri : klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan
yang tidak rasional terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu.
4. Diagnosa Keperawatan
Kecemasan
5. Intervensi
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan
a. Pasien mampu mengenal ansietas.
b. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi.
c. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk
mengatasi
ansietas.
2. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya.
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus dilakukan dalam
membina hubungan saling percaya adalah sebagai berikut.
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Berjabat tangan.
3) Menjelaskan tujuan interaksi.
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.
b. Bantu pasien mengenal ansietas.
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
2) Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas.
3) Bantu pasien mengenal penyebab ansietas.
4) Bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas.
c. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya
diri.
1) Pengalihan situasi.
2) Latihan relaksasi dengan tarik napas dalam, mengerutkan, dan mengendurkan
otot-otot.
3) Hipnotis diri sendiri (latihan lima jari).
d. Motivasi pasien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul.
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah Psikososial: Kecemasan
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
1. Tujuan:
a. Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya.
b. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas.
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas.
d. Keluarga mampu mempraktikkan cara merawat pasien dengan ansietas.
e. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ansietas.
2. Tindakan keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
b. Diskusikan tentang proses terjadinya ansietas serta tanda dan gejala.
c. Diskusikan tentang penyebab dan akibat dari ansietas.
d. Diskusikan cara merawat pasien dengan ansietas dengan cara mengajarkan
teknik relaksasi.
1) Mengalihkan situasi.
2) Latihan relaksasi dengan napas dalam, mengerutkan, dan mengendurkan otot.
3) Menghipnotis diri sendiri (latihan lima jari).
e. Diskusikan dengan keluarga perilaku pasien yang perlu dirujuk dan bagaimana
merujuk pasien.
DAFTAR PUSTAKA
DISUSUN OLEH :
DEWI FAUZIAH
KHGD 20063
DISUSUN OLEH :
DEWI FAUZIAH
KHGD 20063
Ketidakberdayaan
Keputusasaan