Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PENELITIAN

Pengaruh Daya Tarik Wisata dan Aksesibilitas Terhadap Kunjungan Wisatawan di


Nusa Penida

Disusun guna memenuhi tugas Ujian Tengah Semester

Disusun oleh :

NAMA : Nisa Megawati

NIM : 1900030017

PROGRAM DIPLOMA III USAHA PERJALANAN WISATA

POLITEKNIK NASIONAL DENPASAR

2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
4. Manfaat
5. Ruang Lingkup Penelitian

1. TINJAUAN PUSTAKA
2. Daya Tarik Wisata
3. Fasilitas Layanan
4. Kepuasan Wisatawan

B. METODE PENELITIAN
1. Jenis Data
2. Teknik Pengumpulan Data
3. Observasi

C. DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas proposal yang berjudul “Pengaruh Daya
Tarik Wisata dan Aksesibilitas Terhadap Kunjungan Wisatawan di Nusa
Penida” ini tepat pada waktunya.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan proposal ini ialah untuk memenuhi salah
satu tugas yang diberikan oleh Bpk. I Gede Bagus Dera Stawan, S.P., M.Agb. selaku
dosen pengampu mata kuliah Seminar.

Dalam proses penyusunan tugas ini penulis menjumpai berbagai hambatan. Namun
berkat dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini
dengan cukup baik.

Tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan pada tugas
selanjutnya. Semoga tugas ini memberikan ilmu dan manfaat, khususnya bagi penulis
dan bagi para pembaca sekalian.

Denpasar,
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sektor pariwisata memiliki peran penting di banyak negara termasuk di
Indonesia, karena pariwisata dapat membantu perekonomian suatu negara
seperti menciptakan lapangan kerja, dan memperluas kesempatan berusaha baik
berupa penyediaan sarana akomodasi, restoran, souvenir shop, maupun penyedia
transportasi. Sebagai salah satu daerah tujuan pariwisata terkenal di Indonesia,
Bali memiliki banyak daya tarik alam maupun budaya. Sumber daya alam
maupun budaya Bali tidak hanya menarik bagi wisatawan domestik namun juga
wisatawan internasional. Hal tersebut terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara ke Bali yang terus meningkat. Pada tahun 2011 jumlah kunjungan
sebanyak 2.756.579 orang dan pada tahun 2012 terjadi peningkatan sebesar
4,91% yaitu mencapai 2.892.019 orang, pada tahun 2013 jumlah kunjungan
wisatawan meningkat menjadi 3.278.598 orang atau terjadi peningkatan sebesar
13.37%, dan tahun 2014 jumlah wisatawan yang berkunjung adalah 3.768.362
atau terjadi peningkatan sebesar 14.94%.
(http://www.tourism.baliprov.go.id).
Secara administrasi Provinsi Bali terdiri atas Pulau Bali sebagai pulau
terbesar, dan pulau-pulau kecil lainnya seperti Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa
Lembongan dan Pulau Nusa Ceningan yang secara administratif ada di wilayah
Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Kawasan Nusa Penida
termasuk salah satu dari 11 kawasan strategis pariwisata yang ada di Bali.
Dalam PP RI no 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional tahun 2010-2025, disebutkan kawasan strategis
pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki
potensi untuk mengembangkan pariwisata yang memiliki pengaruh penting
dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya,
pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup serta
pertahanan dan keamanan. Dalam PP Provinsi Bali no 16 tahun 2009 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali tahun 2009-2029 disebutkan juga
bahwa Kawasan Pariwisata adalah kawasan strategis pariwisata yang berada
dalam geografis satu atau lebih wilayah administrasi desa/kelurahan yang di
dalamnya terdapat potensi daya tarik wisata, aksesibilitas yang tinggi,
ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas pariwisata serta aktivitas sosial budaya
masyarakat yang saling mendukung dalam perwujudan kepariwisataan. Selain
sebagai kawasan pariwisata, Nusa Penida juga ditetapkan sebagai Kawasan
Konservasi Perairan (KKP) Taman wisata Perairan Nusa Penida, pada saat
Festifal Nusa Penida tanggal 9 Juni tahun 2014. Itu berarti dalam
mengembangakan Potensi Pulau Nusa Penida harus dilakukan dengan
perencanaan yang baik dengan memanfaatkan kearifan lokal namun tetap
memperhatikan kelestarian serta peningkatan ekonomi maupun sosial budaya
masyarakat.
Kecamatan Nusa Penida, saat ini mulai banyak dikunjungi wisatawan
terutama Nusa Lembongan. Nusa Penida sebagai pulau terbesar di Kecamatan
Nusa Penida memiliki luas 414 km2 dan memiliki potensi yang menarik
terutama keindahan laut dan pantainya serta tempat-tempat suci yang tergolong
besar di Bali, namun daerah ini terlihat belum berkembang dengan baik terutama
dalam mengemas daya tarik wisatanya, maupun penyediaan fasilitas
kepariwisataan. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung hanya untuk
melakukan aktivitas snorkeling dan diving setelah itu pergi dan menginap di luar
pulau (Hasil pengamatan, 2014 ). Hal itu tentu menyebabkan masih rendahnya
keuntungan ekonomi bagi masyarakat setempat.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka yang menjadi permasalahan
adalah :
1. Bagaimanakah strategi pengembangam Nusa Penida sebagai daya tarik
wisata ?
2. Bagaimanakah pengaruh aksesibilitas terhadap tingkat kunjungan wisata
ke Nusa Penida?
3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui strategi pengembangam Nusa Penida sebagai daya
tarik wisata
2. Untuk mengetahui pengaruh aksesibilitas terhadap tingkat kunjungan
wisata ke Nusa Penida.

4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis Dapat memberikan konstribusi terhadap bidang
kajian karakteristik tingkat potensi objek wisata alam dan buatan
serta data titik sebaran tingkat potensi objek wisata alam maupun
wisata buatan yang terdapat di Kecamatan Nusa Penida dalam
pengembangan sektor pariwisata ataupun pemanfaatan sumber daya
alam yang ada.
2. Manfaat Praktis Adapun manfaatnya sebagai berikut :
1) Bagi mahasiswa/kalangan akademisi, dapat digunakan sebagai
acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang sejenis
tekait dengan karakteristik yang terdapat di Kecamatan Nusa
Penida. tingkat potensi objek wisata dan sebaran titik tingkat
potensi objek wisata
2) Bagi Pengelola Objek Wisata di Kecamatan Nusa Penida,
dapat digunakan sebagai bentuk pengembangan dan
peningkatan pengelolaan objek daya tarik wisata di
Kecamatan Nusa Penida serta upaya pelestariannya sebagai
aset wisata alam dan buatan daerah
3) Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung, yaitu hasil
dari kajian dan titik sebaran tingkat potensi objek wisata di
Kecamatan Nusa Penida dapat digunakan sebagai acuan
untuk pengembangan objek wisata di daya tarik wisata di
Kecamatan Nusa Penida. Selain itu, hasil kajian dapat
digunakan sebagai sumber informasi pariwisata terkait wisata
alam dan buatan di Kecamatan Nusa Penida oleh wisatawan
ketika melakukan kunjungan ke Kecamatan Nusa Penida.

5. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten Klungkung, Kecamatan Nusa
Penida dengan objek Penelitian yaitu Strategi Pengembangan Pulau Nusa
Penida sebagai Kawasan Pariwisata yang Berkelanjutan.

B. TINJAUAN PUSTAKA
1) Daya Tarik Wisata
Pengertian Daya Tarik Wisata menurut Undang-Undang No. 10 Tahun
2009 adalah “segala sesuatu yang memliki keunikan, keindahan, dan nilai
yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.” Daya
tarik wisata adalah sesuatu yang memiliki daya tarik untuk dilihat dan
dinikmati yang layak djual ke pasar wisata (Zaenuri, 2012). Daya tarik
wisata dapat berupa objek wisata dan atraksi wisata. Objek wisata
merupakan daya tarik wisata yang bersifat statis dan tangible (Zaenuri,
2012) serta tanpa perlu ada persiapan terlebih dahulu utuk menikmatinya
(Yoeti, 1985). Atraksi wisata merupakan daya tark wisata yang dapat
dilihat lewat pertujukan dan membutuhkan persiapan bahkan memerlukan
pengorbanan untuk menikmatinya (Zaenuri, 2012).
2) Fasilitas Layanan
Medlik dalam Zaenuri (2012) menjelaskan bahwa Fasilitas merupakan salah
satu faktor wisatawan dalam mengunjungi suatu daya tarik wisata.
Sependapat dengan Medlik, Zaenuri (2012) mengatakan bahwa wisatawan
akan datang dan berkunjung kembali apabila tersedianya fasilitasfasilitas
yang dapat memenuhi segala kebutuhannya selama menikmati daya tarik
wisata tersebut. Dengan adanya fasilitas-fasilitas tersebut juga diharapkan
dapat membuat wisatawan merasa lebih nyaman dan tinggal lebih lama serta
memberikan kesan yang baik tehadap daya tarik wisata yang dikunjunginya
(Zaenuri, 2012). Untuk mendukung hal tersebut maka dalam menyediakan
fasilitas juga perlu adanya pelayanan yang dapat memberikan kemudahan
dan kenyamanan kepada wisatawan (Yoeti, 2008). Bentuk fasilitas layanan
di dalam suatu destinasi antara lain akomodasi, transportasi di destinasi,
restauran, fasilitas olahraga dan aktivitas, fasilitas lainnya, dan retail outlets
(Yoeti, 2008).
3) Kepuasan Wisatawan
Zikmund, McLeod dan Gilbert dalam Suryadana dan Octavia (2015)
mendefinisikan kepuasan adalah “evaluasi setelah pembelian dari hasil
perbandingan antara harapan sebelum pembelian dengan kinerja
sesungguhnya”. Engel dalam Payangan (2014) mengartikan kepuasan adalah
“perasaan senang atau kecewa seseorag yang berasal dari perbandingan
antara kesannya terhadap hasil suatu produk dan harapanharapannya”.
Selanjutnya Suryadana dan Octavia (2015) menjelaskan bahwa apabila hasil
produk lebih rendah dari harapan maka wisatawan merasa tidak puas,
apabila hasil produk sesuai harapan maka wisatawan merasakan puas, dan
apabila hasil produk melebihi harapan maka wisatawan akan merasa sangat
puas.
C. METODE PENELITIAN
1. Jenis data
a. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema dan gambar. Data
kemudian akan diolah kembali secara lebih cermat untuk mendapatkan
kesimpulan dan data yang akurat, karena data ini merupakan keterangan-
keterangan dalam membuat suatu penelitian (Sugiyono, 2003). Adapun data
kualitatif dalam penelitian ini adalah kondisi keamanan dan keselamatan
dikawasan pariwisata Nusa Penida yang di dalamnya terdapat data mengenai
kondisi alam, kondisi lingkungan, kondisi sosial budaya, kondisi fasilitas umum,
kondisi infrastruktur dan suprastuktur, serta sistem keamanan yang diterapkan.
Data lainnya yaitu upaya yang dilakukan dalam menciptakan keamanan dan
keselamatan terhadap wisatawan mancanegara di kawasan pariwisata Nusa
Penida oleh pemerintah daerah Kabupaten Klungkung, masyarakat lokal, dan
penyelenggara usaha pariwisata.

b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data (Sugiyono, 2008). Data sekunder ini merupakan data yang
sifatnya mendukung keperluan data primer dapat berupa jurnal, tabel statistik,
buku dan referensi lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian. Data
sekunder yang didapatkan dalam penelitian ini adalah monografi Pulau Nusa
Peida dan jumlah kunjungan wisatawan ke Nusa Penida.

c. Data Primer
Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini
harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden atau
informan yaitu orang yang menjadi objek penelitian atau orang yang kita jadikan
sebagai sarana mendapatkan informasi atau data (Narimawati, 2008). Dalam
penelitian ini, data primer yang diperoleh peneliti dilapangan adalah data kondisi
keamanan dan keselamatan di kawasan pariwisata Nusa Penidayang didalamnya
terdapat data mengenai kondisi alam, kondisi lingkungan, kondisi sosial budaya,
kondisi fasiltas umum, kondisi infrastruktur, dan suprastruktur, serta system
keamananyang ditetapkan. Data lainnya yaitu upaya yang dilakukan dalam
menciptakan keamanan dan keselamatan terhadap wisatawan mancanegara di
kawasan pariwisata Nusa Penida oleh pemerintah daerah Kabupaten Klungkung,
masyarakat lokal dan penyelenggara usaha pariwisata.

2. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Teknik Sampling Kuota
Menurut Sugiono (2013) Sampling Kuota adalah teknik penentuan sampel dari
semua anggota populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah
yang diinginkan sebagai anggota sampel. Sebagai sampel adalah Kepala Desa,
Bendesa Adat, Tokoh Mayarakat, pemilik penginapan, dan juga masyarakat
yang berkecimpung dalam pariwisata. Untuk memperoleh formulasi strategi
yang tepat bagi pengembangan Pulau Nusa Penida digunakan analisis SWOT
dengan sebelumnya melakukan identifikasi terhadap factor strategis internal dan
factor strategis eksternal kawasan Pulau Nusa Penida. Faktor startegis internal
dimaksudkan untuk mendapatkan faktor kekuatan yang akan digunakan dan
faktor kelemahan yang akan diantisipasi. Kekuatan dan kelemahan (strength dan
weakness) adalah aktivitas organisasi yang dapat dikontrol yang dijalankan
dengan sangat baik atau sangat buruk. Kekuatan dan kelemahan yang akan
dianalisis mengacu pada attraction (daya tarik), amenities (fasilitas), access
(kemudahan mencapai daerah tujuan) dan ancillary services (layanan
pendukung). Faktor strategis eksternal dilakukan untuk mengembangkan factor
peluang yang dapat dimanfaatkan dan faktor ancaman yang perlu dihindari.
Peluang dan ancaman (opportunities and threats) mengacu pada persoalan
ekonomi, sosial budaya dan lingkungan, politik dan pemerintahan, teknologi
serta pesaing yang secara signifikan dapat menguntungkan atau membahayakan
kawasan pariwisata Pulau Nusa Penida di masa depan. Selanjutnya data tersebut
dianalisis dengan Matrik SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities,
Threats) sehingga dapat dirumuskan empat set alternatif strategi yang dapat
digunakan sebagai pedoman pengembangan Pulau Nusa Penida, yaitu Strategi
Strength Opportunity (SO), Strengths Threats (ST), Weaknesses Opportunity
(WO) dan Weaknesses Threats (WT) (Rangkuti, 2005).

b. Kuesioner atau angket


Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan
analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa
orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang
diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.

c. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka
dan tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber. Seiring perkembangan
teknologi, metode wawancara dapat pula dilakukan melalui media-media
tertentu, misalnya telepon, email, atau skype. Wawancara terbagi atas dua
kategori, yakni wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
a) Wawancara terstruktur
Dalam wawancara terstruktur, peneliti telah mengetahui dengan pasti
informasi apa yang hendak digali dari narasumber. Pada kondisi ini,
peneliti biasanya sudah membuat daftar pertanyaan secara sistematis.
Peneliti juga bisa menggunakan berbagai instrumen penelitian seperti
alat bantu recorder, kamera untuk foto, serta instrumen-instrumen lain.
b) Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas. Peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan
spesifik, namun hanya memuat poin-poin penting dari masalah yang
ingin digali dari responden.
(http://ciputrauceo.net/blog/2016/2/18/metode-pengumpulan-data-dalam-
penelitian).
3.Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks karena melibatkan


berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan data observasi tidak hanya
mengukur sikap dari responden, namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai
fenomena yang terjadi. Teknik pengumpulan data observasi cocok digunakan untuk
penelitian yang bertujuan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-
gejala alam. Metode ini juga tepat dilakukan pada responden yang kuantitasnya tidak
terlalu besar. Metode pengumpulan data observasi terbagi menjadi dua kategori, yakni:

a. Participant observation

Dalam participant observation, peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan sehari-
hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.

b. Non participant observation

Berlawanan dengan participant observation, non participant observation merupakan


observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang
sedang diamati.
D. DAFTAR PUSTAKA

(http://www.tourism.baliprov.go.id). (Sukarsa: 1999). (Ardika: 2003). (Page,2005).


(Cooper et al: 1993). (Rangkuti, 2003). Damayanti (2009). Mill (2000). Suwantoro
(2000 : 56). Soekadijo (2003 : 107- 108). Zeithaml (2000:87).
(http://ciputrauceo.net/blog/2016/2/18/metode-pengumpulan-data-dalam-penelitian).

Damayanti, I.A.Kd.Werdika, (2009). Strategi Pengembangan Objek dan Daya Tarik


Wisata Pelabuhan Buleleng, Jurnal Admisi & Bisnis, Penerbit Jurusan Administrasi
Niaga Politeknik Negeri Semarang, Semarang Jasman, dkk.. (2013).

(https://docplayer.info/33237969-Bab-vii-hasil-dan-pembahasan-strategi-dan-program-
pengembangan-daya-tarik-wisata-kawasan-barat-pulau-nusa-penida).

Strategi Pengembangan Ekowisata Bahari Pulau Palambak Kabupaten Aceh Singkil


Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam, diakses 4 Agustus 2015

Anggraeny, Sri. Aug 25, 2019 IDENTIFIKASI KEAMANAN DAN KESELAMATAN


WISATAWAN MANCANEGARA DI DESTINASI PARIWISATA (STUDI KASUS
KAWASAN PARIWISA

https://id.scribd.com/document/423074728/Proposal-Skripsi-pdf

Anda mungkin juga menyukai