Anda di halaman 1dari 11

JAPAN TOURISM AGENCY ( JTA )

Nama : Nisa Megawati

NIM : 1900030017
PENDAHULUAN

Organisasi yang mengelola industri pariwisata Jepang

Dalam upaya untuk mendukung pariwisata Jepang, maka secara khusus terdapat kebijakan
pemerintah yang mendorong pariwisata Jepang. Selain itu, ada juga berbagai upaya yang
dilakukan oleh organisasi nasional dan swasta yang bertujuan untuk mempromosikan kegiatan
mereka secara menarik bagi para wisatawan yang berada di luar Jepang (Schumann, 2017).
Organisasi tersebut adalah sebagai berikut:

a. The Ministry of Land, Infrastructure and Transport (MLIT)

Pada 6 Januari 2001, didirikan empat lembaga pemerintah yang digabungkan yaitu Ministry of
Land, Infrastructure, Transport and Tourism (MLIT). Sebelum kementerian berganti nama pada
8 Januari 2008, nama kementerian itu adalah Ministry of Land, Infrastructure and Transport.
MLIT adalah Kementerian Pemerintah Jepang, yang bertugas dalam pengembangan kebijakan
nasional dalam kaitannya dengan bidang penggunaan lahan, pembangunan

infrastruktur, transportasi dan pariwisata. Terdapat 5 tujuan MLIT, yaitu sebagai berikut:

1. Mendukung kehidupan yang menyenangkan

2. Meningkatkan daya saing global

3. Keamanan Nasional

4. Mempertahankan dan menciptakan lingkungan yang indah dan ramah

5. Meningkatkan keragaman daerah (Alduais, 2009).

Promosi dan pengembangan pariwisata diharapkan menjadi bidang utama di mana integrasi
administratif sepenuhnya terwujud. Hal tersebut karena pariwisata terkait erat dengan kebijakan
transportasi (udara, tanah dan maritim). Selain itu, pariwisata sangat berkaitan dengan
penyediaan infrastruktur, kebijakan pembangunan regional, pembangunan masyarakat dengan
keragaman dan pencapaian kualitas hidup masyarakat yang lebih tinggi.

b. Japan Tourism Agency (JTA)

Japan Tourism Agency (JTA) diluncurkan pada 1 Oktober 2008, dengan membawa mandat
“menjadi lembaga pemerintah yang tidak biasa, tidak terkekang oleh kerangka tradisional.”
Sebagai lembaga pertama yang dibentuk setelah Central Government Reform pada Januari 2001,
JTA berkomitmen untuk membangun sebuah negara yang baik untuk hidup dan baik untuk
dikunjungi, serta mencapai tujuan sebagai negara pariwisata (JTA, About the JTA: JTA, 2016).

JTA didirikan sebagai organisasi yang berfungsi sebagai pusat untuk upaya dalam menjadikan
Jepang sebagai negara pariwisata dan mendorong penyebaran pariwisatanya. Selain melakukan
langkah-langkah untuk memperluas pertukaran pariwisatanya di kancah internasional seperti
Visit Japan Campaign, JTA juga bekerja dalam mempersiapkan lingkungan nasional yang ramah
untuk melakukan perjalanan wisata. Hal ini termasuk dalam menciptakan tujuan wisata yang
menarik di Jepang, meningkatkan industri pariwisata agar sesuai dengan kebutuhan wisatawan,
mempromosikan pelatihan dan pemanfaatan bakat di bidang pariwisata, mendorong orang
Jepang untuk berlibur, dan menjamin keamanan bagi wisatawan Jepang yang melakukan
kunjungan ke luar negeri (Alduais, 2009).

c. Japan National Tourism Organization (JNTO)

Japan National Tourism Organization atau JNTO merupakan organisasi pariwisata Jepang yang
resmi dimiliki oleh pemerintah Jepang. JNTO didirikan pada tahun 1964 yang berkomitmen
untuk mengembangkan pertukaran pariwisata internasional. JNTO memiliki kantor pusat di
Tokyo dan terlibat dalam berbagai kegiatan baik di dalam negeri maupun di luar negeri untuk
mendorong wisatawan internasional dari seluruh dunia mengunjungi Jepang.

JNTO mengelola 20 kantor yang tersebar di pusat kota di seluruh dunia. Kantor tersebut
menangani tentang berbagai promosi terkait pariwisata yang dilakukan oleh JNTO. Selain itu
setiap kantor di luar negeri bertanggung jawab untuk mempromosikan perjalanan dan pariwisata
ke Jepang, salah satu fungsi yang terpenting adalah membantu travel industry dalam mendorong
klien mereka untuk mengunjungi Jepang (JNTO, 2018). Promosi pariwisata yang dilakukan
JNTO di luar negeri termasuk dengan promosi untuk meningkatkan citra Jepang sebagai tujuan
wisata termasuk promosi yang dilakukan JNTO di Australia.

d. Japan Association of Travel Agents (JATA)

Japan Association of Travel Agents (JATA) didirikan pada tahun 1959 di Tokyo, Jepang. JATA
adalah asosiasi yang terdaftar sebagai sebuah perusahaan perjalanan di Jepang. Dengan sekitar
1.170 anggota aktif, JATA bertugas menangani masalah umum dalam industri perjalanan,
mengusulkan inisiatif kebijakan, mengadakan pameran pariwisata dalam skala besar yang
dikenal sebagai Tourism EXPO Japan, dan berpartisipasi dalam pertemuan internasional seperti
UNWTO, WTTC dan PATA.

Selain melayani kepentingan industri perjalanan, JATA juga ditugaskan dalam mengadakan
ujian nasional untuk Certified Travel Supervisors. Kemudian pada tahun 2014, JATA
menandatangani Private Sector Commitmen pada UNWTO Global Code of Ethics for Tourism.
Melalui hal tersebut JATA berkomitmen untuk berkontribusi lebih jauh terhadap industri
pariwisata global (WTA, 2017).
B. Kondisi Industri Pariwisata Jepang Sebelum dan Saat Terjadinya Triple Disaster

Bencana merupakan salah satu ancaman akan eksistensi pariwisata sebagai salah satu issu
penting yang memberikan kontribusi bagi suatu negara. Industri pariwisata merupakan industri
yang sangat dinamis dan rentan terhadap perubahan. Perubahan tersebut terkait dengan beberapa
hal yaitu seperti jaminan terhadap keamanan ketika terjadi bencana alam di suatu negara.

Sebagai negara kepulauan di tepi Samudra Pasifik, Jepang terletak tepat diatas wilayah yang
disebut Cincin Api Pasifik atau Pacific Rings of Fire. Wilayah itu merupakan tempat pertemuan
tiga lempeng tektonik yang sangat aktif, yakni lempeng tektonik Pasifik, lempeng tektonik laut
Filipina dan lempeng Eurasia. Wilayah tersebut kemudian disebut sebagai Ring of Fire karena
memiliki banyak gunung berapi aktif dan juga menjadi pusat terjadinya banyak peristiwa gempa
(Zetizen, 2016). Letak geografis tersebut yang kemudian menyebabkan Jepang sering dilanda
gempa bumi.

Keterkaitan antara pariwisata dan bencana merupakan satu hal yang negatif. Pariwisata
seringkali diasosiasikan dengan kesenangan, dan wisatawan melihat keamanan serta kenyamanan
sebagai satu hal yang esensial dalam berwisata. Bencana merupakan salah satu faktor yang
sangat rentan dalam mempengaruhi naik turunnya permintaan dalam industri pariwisata (Islami,
2017). Dalam hal ini, Jepang mengalami penurunan terhadap permintaan dalam industri
pariwisata yang menyebabkan pertumbuhan negatif dalam industri pariwisatanya.

Sebelum terjadinya triple disaster, Jepang telah menjadi negara dengan ketidakseimbangan
inbound dan outbound yang besar. Menurut data yang bersumber dari JNTO, pada tahun 2000
inbound Jepang berjumlah 4.8 juta, sedangkan untuk outbound berjumlah 17.8 juta.
Ketidakseimbangan jumlah tersebut kemudian mengakibatkan pemerintah Jepang melakukan
berbagai upaya agar dapat menaikkan jumlah inbound pariwisata Jepang terutama dengan
menerapkan suatu kebijakan. Oleh karena itu, dalam sub bab ini akan menjelaskan tentang angka
inbound dan outbound Jepang, kebijakan pariwisata Jepang sebelum triple disaster dan kondisi
Jepang saat terjadinya triple disaster.

1. Angka inbound dan outbound Jepang

Wisatawan asing yang berkunjung ke Jepang meningkat secara bertahap sepanjang tahun 1960-
an. Jumlah wisatawan asing melonjak tajam pada tahun 1970 menjadi 854.419 atau meningkat
sekitar 40,4% dari tahun sebelumnya ketika Jepang menjadi tuan rumah World Expo (Osaka).
Tahun 1970-an juga menjadi periode yang menandai awal dari pergeseran target pasar inbound
Jepang dari wisatawan Barat ke wisatawan Asia. Jumlah wisatawan Asia yang berkunjung ke
Jepang kemudian meningkat menjadi 14,3% pada tahun 1974. Cepatnya perkembangan ekonomi
yang dialami oleh negara-negara di Asia merupakan faktor dominan dalam meningkatkan jumlah
wisatawan asing dari Asia.
Pada tahun 1990-an jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Jepang tidak stabil.
Ketidakstabilan tersebut tergantung pada kondisi ekonomi negara-negara di Asia, nilai tukar yen,
dan bahkan adanya The Great Hanshin Earthquake yang terjadi pada tahun 1995. Namun
sepanjang periode tersebut pasar dari inbound pariwisata Jepang telah semakin meluas (OCDE,
2002). Kemudian pada tahun 1997, kedatangan wisatawan asing ke Jepang berhasil melampaui
angka 4 juta untuk pertama kalinya dalam sejarah dan naik sekitar 4,4% dari tahun sebelumnya.
Selanjutnya antara tahun 1999 sampai tahun 2001, jumlah wisatawan asing ke Jepang mencapai
rekor tertinggi selama tiga tahun berturut-turut. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2001 yaitu
mencapai 4.77 juta atau naik sedikit sekitar 0,3% dari tahun sebelumnya meskipun terjadi
insiden serangan teroris di Amerika Serikat.

Jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Jepang pada tahun 2003 adalah 5.21 juta.
Kemudian ketika Visit Japan Campaign dimulai, jumlah wisatawan asing terus meningkat.
Namun, angka tersebut menurun secara signifikan menjadi 6.79 juta pada 2009 karena krisis
ekonomi global dan adanya epidemi virus influenza pada tahun 2009. Meskipun terjadi krisis
ekonomi global serta adanya epidemi virus influenza, namun Australia berada di peringkat
keenam sebagai negara dengan jumlah wisatawan asing terbanyak yang mengunjungi Jepang
pada tahun 2009. Peringkat Australia berada tepat di bawah Amerika Serikat dan di atas Inggris.
Menurut data yang diambil dari JNTO, pengunjung Australia pada tahun 2009 berjumlah
211.659 wisatawan. Adapun diagram perbandingan jumlah wisatawan asing yang melakukan
kunjungannya ke Jepang pada tahun 2009 adalah sebagai berikut:

Diagram 2.1 Jumlah Wisatawan Asing yang Berkunjung ke Jepang Tahun 2009

Sumber : MLIT (Ministry of Land, Infrastructure, Transport and Tourism)


Meskipun target awal kunjungan wisatawan asing berdasarkan Visit Japan Campaign yaitu 10
juta jumlah wisatawan asing tidak tercapai di tahun 2010, akan tetapi jumlah wisatawan asing
yang mengunjungi Jepang berada dalam jumlah 8.61 juta pada tingkat tertinggi sejak World
Expo. Jumlah tersebut kemudian ditandai sebagai rekor tertinggi (MLIT, White Paper, 2012).
Berikut adalah grafik kunjungan wisatawan asing ke Jepang dari tahun 1964 sampai dengan
2010:

Grafik 2.1 Kunjungan Wisatawan Asing Tahun 1964-2010

1. SYARAT MENJADI PRAMUWISATA DI JEPANG


2. JUMLAH PRAMUWISATA / DIVISI
3. JENIS TOUR YANG DITAWARKAN
Selain dapat merajuk pada Tourism Zone yang dikenalkan oleh pemerintah, umumnya
travel agency juga memiliki beberapa alternatif paket wisata yang disesuaikan
berdasarkan tema tertentu. Diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Alam
Wisata alam di Jepang sangat beragam, mulai dari pegunungan hingga laut. Dari
gunung Fuji yang pada tanggal 22 Juni 2014 telah ditetapkan UNESCO sebagai
situs warisan dunia hingga pegunungan Alpen Jepang yang tidak kalah dengan
pegunungan Alpen di Eropa. Beberapa merupakan situs alam juga dilindungi oleh
UNESCO
Gambar 8. Wisata Alam Jepang
Sebagai referensi, pemerintah telah menetapkan three views atau tiga lokasi yang
harus dikunjungi di Jepang (三景). List ini dibuat oleh salah satu cendekiawan
Jepang,
Hayashi Razan pada tahun 1643. Mereka adalah Amanohashidate di Kyoto,
Matsushima di Miyagi, dan Miyajima di Hiroshima. Namun, konon beberapa
pulau di
Matsushima di Miyagi telah hancur akibat gempa tahun 2011 kemarin.

b. Sejarah dan Budaya


Jepang yang dikenal dengan sebutan negara matahari terbit adalah negara dimana
masa lalu bertemu dengan masa depan. Kebudayaan Jepang telah berlangsung
lebih dari satu millennium dan Jepang juga mengadopsi trend terbaru dari negara-
negara maju, seperti fashion dan teknologi. Pada umumnya, mereka yang lebih
ingin mengenal sejarah Jepang, banyak mengunjungi benteng-benteng atau kuil-
kuil di Jepang. Terdapat banyak sekali benteng yang terkenal di Jepang, namun
yang paling menonjol dan banyak dikunjungin wisatawan asing adalah Nagoya
castle, Osaka castle, dan Kumamoto castle. Sedangkan kuil-kuil yang terkenal
pada umumnya berlokasi di Kyoto, seperti Kinkakuji, Kiyomizudera, Fushimi
Inari dan lain-lain. Untuk alternatif lainnya bisa mengunjungi wilayah Hiroshima
dan Nagasaki untuk mempelajari sejarah perang dunia ke II.
Osaka Castle Kinkakuji Kyoto Atomic Bomb Dome
Hiroshima
Gambar 10. Wisata Sejarah dan Budaya di Jepang

c. Kuliner
Kuliner Jepang terkenal dengan variasi seafoodnya, terutama untuk menu sushi.
Dengan semakin maraknya restoran sushi di Indonesia menjadikan makanan ini
tidak asing bagi lidah masyarakat Indonesia. Salah satu lokasi wisata yang
mengandalkan potensi seafoodnya adalah Pasar Ikan Tsukiji yang banyak
dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai negara. Disini wisatawan bisa membeli
langsung berbagai variasi seafood atau langsung menyantapnya di restoran-
restoran yang berlokasi disana. Selain seafood, masing-masing wilayah di Jepang
juga memiliki kuliner khas aslinya.
Contohnya adalah okonomiyaki khas Osaka dan Hiroshima, Goya Champuru khas
Okinawa dan lain-lain. Masakan kuliner lainnya yang juga digemari oleh
wisatawan adalah ramen, udon dan semacamnya. Ocha, kerupuk beras Jepang
atau Senbe juga merupakan salah satu kuliner Jepang yg umumnya dijadikan
omiyage atau oleh-oleh khas Jepang.
Sushi Tsukiji Fish Market Okonomiyaki
Gambar 11. Wisata Kuliner di Jepang
21

d. Amusement Park
Selain wisata seperti disebut diatas, Jepang juga memiliki wisata taman bermain
baik yang merupakan cabang atau francise dari Amerika maupun milik Jepang
sendiri. Salah satu diantaranya adalah Tokyo Disneyland dan Universal Studios
Japan. Sedangkan taman bermain yang merupakan milik Jepang antara lain adalah
Fuji Q Highland yang terkenal dengan roller coasternya yang merupakan salah
satu yang tertinggi di dunia dengan tinggkat kesulitan yang cukup tinggi.
Tokyo Disneyland Universal Studios Japan Fuji Q Highland
Gambar 12. Wisata Taman Bermain di Jepang

e. Olahraga
Jepang juga banyak menawarkan wisata olahraga. Sebagai negara dengan empat
musim, Jepang juga mengalami musim dingin, sehingga wisata resot ski dan
snowboard banyak terdapat di Jepang sejak bulan November hingga bulan Maret.
Wisata jenis ini tidak hanya diminati oleh wisatawan dari negara-negara empat
musim yang juga memiliki salju, namun juga oleh turis-turis dari negara tropis
seperti negara Asia Tenggara, Asia Timur dan Asia Tengah. Selain untuk
berolahraga, wisata ini juga salah satu kesempatan untuk melihat salju untuk
pertama kalinya.
Winter Sport Culture Sport, Sumo
Gambar 13. Wisata Olahraga di Jepang
22
Selain wisata musim dingin, wisata olahraga lainnya yang juga menggabungkan
unsur budaya adalah olahraga sumo. Meskipun tiket masuknya terbilang mahal,
wisata jenis ini telah memiliki pangsa pasarnya tersendiri.

4. GAJI / UPAH PRAMUWISATA DI JEPANG


Destinasi-destinasi terbaik untuk mendapatkan pekerjaan adalah: Tokyo (ibu kota),
Yokohama, Osaka, Nagoya, Kobe

Gaji untuk: Pemandu Wisata Jepang - USD 3041


Gaji rata-rata Jepang - USD 2715
Mata uang resmi: JPY (Yen)
Pengaruh pengalaman kerja terhadap gaji:
Berpengalaman: + 30%
Pertengahan karir: + 11%
Tingkat masuk: - 12%

Bagan: (1) Gaji - Pemandu Wisata (2) Gaji rata-rata – Jepang

Bagan: (1) Berpengalaman (2) Pertengahan karir (3) Tingkat masuk


Keuntungan karyawan :

 Rencana pensiun: Biasanya tidak


 Asuransi kesehatan: Biasanya ya
 Pelatihan internal dan eksternal: Biasanya tidak
 Rencana pengembangan karir untuk karyawan: Biasanya tidak

Persyaratan kerja yang khas :

 Tingkat pendidikan: Kuliah diploma


 Sertifikasi profesional diperlukan
 Mampu mengoperasikan komputer: Perlu
 Masa percobaan: Biasanya ya
 Bahasa resmi: Bahasa Jepang
 Pengetahuan bahasa asing: Perlu
 Surat ijin Mengemudi: Perlu
 Pengalaman kerja: Dampak terhadap gaji - Rata - rata

Jenis pekerjaan:

 Pekerjaan penuh waktu


 Kerja paruh waktu
 Pekerjaan sementara
 Sektor industri: transportasi

Waktu kerja dan cuti dibayar :

 Minggu kerja: Senin - Jumat


 Jam kerja per minggu: 40
 Lembur: Biasanya ya
 Membayar hari libur: 10 (Kontrak mungkin berbeda)
 Hari libur berbayar: 0
 Istirahat makan siang: Biasanya ya
 Waktu istirahat makan siang: 30 menit
 Jam kerja fleksibel: Tidak

Anda mungkin juga menyukai