Oleh
Ni Made Istri Artha Pratiwi ( Akuntansi D / 30 )
Fakultas Ekonomi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
2016 / 2017
Bisnis Pariwisata
Pertumbuhan Pariwisata dan Ekonomi Nasional
Oleh
Luh Nadya Anggi Andini ( 39 )
Akuntansi ( D )
Fakultas Ekonomi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
2016 / 2017
A. EKONOMI NASIONAL
Setelah orde baru sampai saat ini Indonesia masih berusaha untuk memperbaiki
kondisi ekonominya dan hal itu membawa dampak yang positif , hal ini dapat diketahui
selama tiga tahun dari 2005, 2006, dan 2007 perekonomian Indonesia tumbuh cukup
signifikan yang pertumbuhan diatas 6%. Bahkan pada pertengahan bulan oktober 2006 ,
Indonesia melunasi seluruh sisa utang pada IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS. Pada tahun
2010 perkembangan perekonomian Indonesia bisa di bilang cukup baik walaupun sempat
terjadi penurunan sebelumnya, bahkan deputi gubernur Bank Indonesia Hartadi A.
Sarwono memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2011 akan tumbuh pada
kisaran 6,3-6,5%.
B. KONTRIBUSI PARIWISATA TERHADAP EKONOMI NASIONAL DAN REGIONAL
Kontribusi Pariwisata Terhadap Ekonomi Nasional
Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah dapat diuraikan menjadi dua,
yakni: kontribusi langsung dan tidak langsung. Kontribusi langsung berasal dari pajak
pendapatan yang dipungut dari para pekerja pariwisata dan pelaku bisnis pariwisata pada
kawasan wisata yang diterima langsung oleh dinas pendapatan suatu destinasi.
Sedangkan kontribusi tidak langsung pariwisata terhadap pendapatan pemerintah
berasal dari pajak atau bea cukai barang-barang yang di import dan pajak yang dikenakan
kepada wisatawan yang berkunjung. Dalam kedua konteks di atas, WTO memprediksi
bahwa usaha perjalanan wisata dan bisnis pariwisata tersebut secara langsung dan tidak
langsung termasuk juga pajak perorangan telah berkontribusi terhadap pariwisata dunia
melampaui US$ 800 billion pada tahun 1998, dan pada tahun 2010 berlipat dua kali jika
dibandingkan tahun 1998.
Menurut penelitian, pariwisata Kanada menghasilkan $ 19,7 Juta pendapatan
untuk ketiga tingkat pemerintahan gabungan di Kanada pada tahun 2007. Dan Belanja
Kanada menyumbang tiga dari setiap empat dolar, sementara satu dari empat dolar
berasal dari wisatawan asing yang berwisata di Kanada. Sementara pemerintah Komboja
mencatat bahwa sektor pariwisata secara langsung dan nyata telah memberikan
sumbangan pendapatan bagi pemerintah melalui aktifitas penjualan tiket masuk
wisatawan yang mengunjungi obyek wisata Angkor sebesar 1,2 Juta US Dolar, dari Visa
sebesar 3 juta US Dolar, dan aktifitas taksi dan aktifitas pelayanan di bandara.
Pada kedua studi kasus di atas, tidak dapat disangkal lagi bahwa pariwisata
memang benar dapat meningkatkan pendapatan bagi pemerintah di mana pariwisata
tersebut dapat dikembangkan dengan baik.
Pada beberapa negara yang telah mengembangkan sektor pariwisata, terbukti
bahwa sektor pariwisata secara internasional berkontribusi nyata terhadap penciptaan
peluang kerja, penciptaan usaha-usaha terkait pariwisata seperti usaha akomodasi,
restoran, klub, taxi, dan usaha kerajinan seni souvenir.
mengembangkan ekonomi lokal terutama pada daerah yang mempunyai daya tarik wisata
yang cukup baik.
Selain itu, dampak ekonomi juga dapat bersifat positif maupun negatif dalam
setiap pengembangan obyek wisata.
Segi Positif
Dampak ekonomi dari segi positif ini ada yang langsung dan ada juga yang tidak
langsung. Dampak positif langsungnya antara lain membuka lapangan pekerjaan
yang baru untuk komunitas lokal, yang sesuai dengan kemampuan dan skill dari
masyarakat sekitar sehingga masyarakat lokal bisa mendapatkan peningkatan taraf
hidup yang layak. Namun, selain untuk masyarakat lokal, dampak ekonomi juga
akan berpengaruh bagi pemerintah daerah yang akan mendapatkan pendapatan
dari pajak. Pajak yang didapatkan oleh pemerintah biasanya dalam bentuk pajak
hiburan dan sebagainya. Sedangkan dampak ekonomi yang tidak langsung adalah
kemajuan pemikiran akan pengembangan suatu obyek wisata, terutama dengan
adanya emansipasi wanita sehingga wanita pun bisa bekerja. Dengan begitu dapat
lebih mengembangkan perekonomian lokal melalui pemberdayaan masyarakat
dari semua kalangan, tidak terkecuali kaum wanita.
Segi Negatif
Dari segi negatifnya, dampak terhadap ekonomi lokal sebenarnya tidak serta
merta berjalan lancar, banyak faktor yang menyebabkan tidak semua masyarakat
lokal menerima dampak dari perkembangan perekonomian,
antara lain adanya kebocoron. Kebocoran dalam pariwisata ini banyak disebabkan
karena adanya investor yang menanamkan modalnya untuk mengembangkan
objek wisata di suatu daerah. Hal seperti inilah yang sebenarnya harus dapat
dicegah oleh pemerintah daerah agar pendapatan yang diterima oleh daerah tidak
dijajah oleh para investor luar.
Berdasarkan data dari sumber yang kami dapatkan, Pengembangan suatu obyek wisata
yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan pendapatan ekonomi yang baik juga
untuk komunitas setempat (Joseph D. Fritgen, 1996). Menurut Prof.Ir Kusudianto
Hadinoto bahwa suatu tempat wisata yang direncanakan dengan baik, tidak hanya
memberikan keuntungan ekonomi yang memperbaiki taraf , kualitas dan pola hidup
komunitas setempat, tetapi juga peningkatan dan pemeliharaan lingkungan yang lebih
baik. Menurut Mill dalam bukunya yang berjudul The Tourism, International Business
(2000, p.168-169), menyatakan bahwa : pariwisata dapat memberikan keuntungan bagi
wisatawan maupun komunitas tuan rumah dan dapat menaikkan taraf hidup melalui
keuntungan secara ekonomi yang dibawa ke kawasan tersebut.
C.
kerjasama dan kemitraan. Berdasarkan draft Renstra hingga 2014, pada 2014 Indonesia
akan memiliki 15 destinasi wisata yang telah menerapkan tata kelola destinasi yang
berkualitas (Destination Management Organization).
Untuk pariwisata berbasis pedesaan, ditargetkan tahun 2014 akan ada 822 desa,
naik dibandingkan 2011 yang hanya sejumlah 674 desa. Untuk sektor ekonomi kreatif,
visi yang diusulkan adalah meningkatkan kualitas hidup, toleransi, dan penciptaan nilai
tambah. Langkah-langkah yang akan dilakukan agar sejalan dengan visi tersebut adalah
peningkatan daya saing dan penciptaan nilai tambah, pengembangan institusi, apresiasi
dan penegakan hukum, promosi terpadu dan berkesinambungan, pengembangan SDM
dan bahan baku, serta pengembangan teknologi dan akses pembiayaan.
Dampak Pertumbuhan Pariwisata Terhadap Suatu Perekonomian
Pariwisata disambut sebagai industri yang membawa aliran devisa, lapangan
pekerjaan dan cara hidup modern. Industri periwisata memberikan keunikan tersendiri
dibandingkan dengan sektor ekonomi lain karena adanya empat faktor, yaitu :
Pariwisata adalah Industri Ekspor Fana Segala transaksi yang terjadi di industri
pariwisata berupa pengalaman yang dapat diceritakan kepada orang lain, tetapi
tidak dapat dibawa pulang sebagai cinderamata.
Butuhnya Barang dan Jasa Tambahan oleh Wisatawan Saat seorang wisatawan
mengunjungi suatu destinasi, ia selalu membutuhkan barang dan jasa tambahan,
seperti transportasi dan kebutuhan air bersih.
Pariwisata adalah Produk Fragmented But Intergreted Maksudnya disini adalah
pariwisata sebagai produk yang terpisah-pisah tetapi terintegrasi dan langsung
mempengaruhi sektor ekonomi lain. UU nomor 10 tahun 2009 tentang
kepariwisataan secara jelas menyatakan, pariwisata berkaitan dengan banyak
sektor atau multisektor. Koordinasi strategis lintas sektor terkait dengan pariwisata
di antaranya dengan bidang pelayanan ke pelayanan kepabeanan, keimigrasian,
dan karantina; bidang keamanan dan ketertiban; bidang prasarana umum yang
mencakupi jalan, air abersih, listrik, telekomunikasi, dan kesehatan lingkungan;
bidang transportasi darat, laut, dan udara; dan bidang promosi pariwisara dan
kerjasama luar negeri. Kerjasama antarsektor harus diatur dengan tata kerja,
mekanisme dan hubungan baik untuk manfaat bersama.
Pariwisata Merupakan Ekspor yang Sangat Tidak Stabil Sifat kepariwisataan yang
dinamis dan musiman, membuat industri ini mngalami fluktuasi yang sangat
tinggi. Industri pariwisata rentan terhadap banyak hal, seperti politik, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan.
Dampak pariwisata terhadap perekonomian bisa bersifat positif dan bisa negatif.
Secara umum dampak tersebut dapat dikelompokkan(Cohen, 1984) sebagai
berikut :
1.
Dampak terhadap peneriamaan devisa
2.
Dampak terhadap pendapatan masyarakat
3.
Dampak terhadap peluang kerja
4.
Dampak terhadap harga dan tarif
5.
Dampak terhadap distribusi manfaat dan keuntungan
6.
Dampak terhadap kepemilikan dan pengendalian
7.
Dampak terhadap pembangunan
8.
Dampak terhadap pendapatan pemerintah
Keunikan industri pariwisata terhadap perekonomian berupa dampak ganda
(multiplier effect) dari pariwisata terhadap ekonomi. Pariwisata memberikan pengaruh
tidak hanya terhadap sektor ekonomi yang langsung terkait dengan industri periwisata,
tetapi juga industri tidak langsung terkait dengan industri pariwisata.
Pariwisata memberikan keuntungan berganda ke bawah, terutama bagi
masyarakat setempat (trickle down). Secara ideal, pariwisata menghidupkan pemaokpemasok lokal dan mengurangi ketergantungan terhadap import. Dampak ganda dapat
memperbaiki kualitas pelayanan lokal dengan berinvestasi dan mendorong pembelajaan
dalam negeri. Namun, tidak tertutup kemungkianan, dampak ganda memperbesar
kebocoran devisa, apabila pembelanjaan masyarakat sarat dengan import.
Pariwisata memberikan keuntungan sebagai dampak positif, yang juga
memberikan kerugian sebagai dampak negatif. Beberapa keuntungan dari pariwisata
terhadap perekonomian di antaranya sebagai berikut :
a. Dampak terhadap Penerimaan Devisa
Di Indonesia, kontribusi pariwisata terhadap neraca peneriamaan negara dihitung
melalui Neraca Pariwisata Nasional (Nesparnas). Pada umumnya diistilahkan dengan
Tourism Satellite Account (TSA). Nesparnas menghitung secara kuantitatif melaui
standar statistik dengan mengacu pada UN System of National Accounts yang
menampilkan definisi dan klasifikasi yang dipergunakan untuk survey sesuai standar
internasional. Berdasarkan data dapat diketahui bahwa sumbangan periwisata terhadap
perekonomian dan keterkaitannya dengan berbagai sektor ekonomi lain baik konsumsi
yang dilakukan oleh wisatawan untuk sektor pariwisata maupun sektor lain. Perhitungan
Nesparnas terdiri atas beberapa subsektor dalam ekonomi (perdagangan, hotel, restoran,
transportasi dan jasa), faktor pendapatan (upah, keuntungan, dan bunga) serta komposisi
pengeluaran (konsumsi, pemerintah, investasi, ekspor, dan impor). Ketiga komponen itu
dihitung menjadi satu sebagai devisa dari sektor kepariwisataan.
turun, suku bunga pinjaman di bank menjadi tinggi mengakibatkan lesunya roda
perekonomian nasional maupun regional. Banyak perusahaan yang gulung tikar akibat
resesi ini sehingga peningkatan pengangguran tidak terelakkan lagi dengan banyaknya
pekerja yang di-PHK. Di sisi lain banyak usaha-usaha kecil yang sifatnya informal
bermunculan dengan menampung tenaga kerja korban PHK, seperti munculnya cafe-cafe
di ibukota.
Usaha-usaha tersebut berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 tentang
Pariwisata merupakan bagian dari usaha penyediaan sarana pariwisata. Tampaknya
dengan terpuruknya berbagai usaha akhir-akhir ini menjadikan sebagian usaha pariwisata
tetap bisa bertahan.
Sumbangan Sektor Pariwisata dari Sisi Permintaan
Dari total pengeluaran wisman pada tahun 1998 sebesar Rp 7.796,89 milyar dan
wisnus sebesar Rp 4.725,82 milyar tercipta nilai tambah Rp 7.455,53 milyar. Nilai
tambah ini ternyata yang terbesar terserap pada usaha jasa akomodasi, yaitu 24,5 persen
diikuti dengan pengeluaran untuk transport sebesar 20,7 persen. [16] Sedangkan porsi
terkecil dikeluarkan untuk keperluan tamasya yang hanya mencapai 2,8 persen dari total
nilai tambah yang diciptakan wisatawan.
Sejalan dengan krisis ekonomi yang terjadi akhir-akhir ini dengan melemahnya
dunia usaha, maka pertumbuhan PDRB DKI Jakarta atas dasar harga konstan (1993) juga
mengalami penurunan yang cukup besar, yaitu 17,58 persen. Padahal lima tahun terakhir
sebelum tahun 1998 terjadi peningkatan di atas 5 persen. Apabila dilihat menurut sektor
penurunan terbesar terjadi pada sektor bangunan/konstruksi, yaitu sebesar 38,29 persen.
Sedangkan PDRB DKI Jakarta menurut harga berlaku pada tahun 1998 mencapai Rp
123.316,20 milyar dimana 3,72 persennya diciptakan oleh permintaan barang dan jasa
dari wisman dan 2,33 persen diciptakan oleh wisnus. Angka ini masih lebih rendah jika
dibandingkan dengan nilai tambah yang diciptakan oleh wisatawan pada tahun 1997.
PDRB harga berlaku pada tahun 1997 mencapai Rp 91.375,10 milyar di mana 5,58
persen diciptakan oleh wisman dan 1,69 persen oleh wisnus. Dari hasil estimasi memang
menunjukkan bahwa sumbangan wisman terhadap nilai tambah yang diciptakan oleh
wisman lebih besar jika dibandingkan dengan wisnus.
Secara keseluruhan gambaran sumbangan nilai tambah sektor pariwisata yang
diciptakan oleh wisman dan wisnus terhadap PDRB DKI Jakarta seperti berikut: Dari
tahun 1993 sampai dengan 1998, sumbangan terbesar sektor pariwisata terhadap PDRB
DKI Jakarta terjadi pada tahun 1997, yaitu 7,26 persen terhadap total PDRB. Sedangkan
yang terendah terjadi pada tahun 1995 yang hanya mencapai 5,44 persen.
Namun apabila di lihat pada tahun 1997 dan 1998 di mana krisis ekonomi melanda
Indonesia, justru pariwisata memberikan sumbangan yang lebih besar jika dibandingkan
dengan tahun-tahun tidak terjadinya krisis. Ini menunjukkan bahwa pariwisata bisa
merupakan sektor yang bisa diharapkan menjadi sektor andalan dalam menciptakan nilai
tambah dimasa krisis. Bahkan sesuai dengan GBHN bahwa sektor pariwisata khususnya
pemasukan devisa dari wisman dapat menjadi sektor andalan penerimaan devisa setelah
menurunnya ekspor Indonesia akhir-akhir ini. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah
untuk terus bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia
yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan meningkatkan
mobilitas masyarakat Indonesia yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah
kunjungan wisnus. Jumlah kunjungan wisnus maupun PDRB menurut harga yang berlaku
menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan jumlah wismannya
terlihat adanya tren yang menurun sejak tahun 1997. Hal ini berkaitan dengan peristiwaperistiwa yang terjadi di ibukota mulai dari bulan Mei 1998 di mana pemberitaan
terjadinya kerusuhan di luar negeri sudah tidak bisa dibendung lagi yang mengakibatkan
ditundanya atau dibatalkannya rencana perjalanan wisman untuk berkunjung ke
Indonesia pada umumnya dan Jakarta pada khususnya.
diciptakan sektor pariwisata pada tahun 1998 sebesar Rp 11.574,07 milyar memberikan
kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor ini sebesar Rp 238,50
milyar atau 2,06 persen yang berasal dari pajak pembangunan I (PB I), pajak hiburan dan
retribusi.
Pada tahun 1998 terjadi penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
di mana PAD yang diperoleh pada tahun tersebut sebesar Rp 319,81 milyar atau sebesar
3,20 persen dari nilai tambah sektor pariwisata. Seperti halnya nilai tambah pariwisata,
PAD pariwisata terbesar selama kurun waktu 6 tahun (1993-1998) terjadi pada tahun
1998. Namun apabila dilihat sumbangan PAD pariwisata terbesar terhadap perolehan
total PAD di DKI Jakarta justru terjadi pada tahun 1997 yaitu sebesar 27,01 persen.
Sedangkan pada tahun 1998 hanya mencapai 21,17 persen. Di sini juga menunjukkan
bahwa sektor pariwisata masih bisa menjadi salah satu pemasukan utama PAD.
Daftar Pustaka
Canada Government Revenue Attributable to Tourism. 2007. Research Paper:
Income and Expenditure Accounts Technical Series: Catalogue no. 13-604- M
No. 60. Canada : Canada Government Revenue Attributable. Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI. 2005. Rencana Strategis Pembangunan Kebudayaan
dan Pariwisata Nasional 2005 2009. Jakarta : Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata RI.
Antara, Made. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas
Udayana, Bali
Rai Utama, Bagus. 2011. Dimensi Ekonomi Pariwisata: Kajian Terhadap Dampak
Ekonomi dan Refleksi Dampak Pariwisata Terhadap Pembangunan Ekonomi
Provinsi Bali. Denpasar : S3 Doktor Pariwisata, Universitas Udayana.
Website :
http://pisoftskill.blogspot.com/2011/03/perekonomian-indonesia.html
http://architecturetourism.files.wordpress.com/2009/06/multipliereffectpariwisata1.jpg.Diunduh Maret 2012
http://kppo.bappenas.go.id/preview/282
http://travel.kompas.com/read/2012/01/06/08213046/Pertumbuhan.Pariwisata.
Selalu.di.Atas.Pertumbuhan.Ekonomi
http://student.eepisits.edu/~wongthathu/COOL/MANAJ.%20PROYEK%20SI/Day
%201/Contoh %20Tugas/Tugas%20ManPro%201/Lampiran/rupe18.htm