203522079
Pengantar Ilmu Hukum
(pungli) kepada orang tua calon siswa. Pungutan liar itu disebut sebagai 'biaya
administrasi' agar calon siswa diterima di sekolah yang diinginkan. Oknum guru
disebut meminta Rp 10 juta untuk bisa meluluskan seorang calon siswa. Kasus ini
terkuak usai video berisi rekaman percakapan dugaan pungli kepada orang tua
Rabu (14/7), dalam video terlihat wajah seorang pria yang disebut oknum guru di
SMA negeri tersebut. Oknum tersebut disebut guru pendidikan jasmani dan
disampaikan oleh oknum guru. Wanita itu disebut sebagai orang tua calon siswa.
"Ini mama (menyebut nama) yang Bapak telepon tadi, kebetulan papanya sudah
saya tanya mengenai biaya administrasi yang Bapak sebut tadi sekitar Rp 10 juta
ya, pak," ucap ibu calon siswa tersebut. Setelah suara wanita, terdengar suara
seorang pria yang disebut sebagai oknum guru. Suara pria itu meminta agar
Provinsi Sumut turun tangan mengusut masalah ini. "Ini menguatkan dugaan
Abyadi juga meminta agar hal ini diusut sampai tuntas. Dia mengatakan, kasus ini
bisa menjadi permulaan untuk membongkar praktik yang sama di tempat lainnya.
"Kasus ini bisa menjadi awalan untuk menyelidiki lebih jauh praktik suap-
menyuap di balik kelulusan dalam PPDB. Karenanya, semua oknum yang terlibat
Terkait dugaan pungli ini, Gubernur Sumut (Gubsu) Edy Rahmayadi merespons
keras. Dia meminta jika terbukti ada pungli, oknum guru itu diminta untuk
dipecat.
"Ya dipecat, guru kencing berdiri, murid kencing berlari," kata Edy kepada
Pungutan liar atau biasa disebut pungli dapat diartikan sebagai pungutan
yang dilakukan oleh dan untuk kepentingan pribadi oknum petugas secara tidak
sah atau melanggar aturan. Pungutan liar adalah salah satu bentuk penyalahgunaan
pungutan liar melibatkan dua pihak atau lebih, baik itu pengguna jasa ataupun
oknum petugas yang biasa melakukan kontak langsung untuk melakukan transaksi
rahasia maupun terang-terangan, dimana pada umumnya pungutan liar atau pungli
yang terjadi pada tingkat lapangan dilakukan secara singkat dan biasanya berupa
uang.
Pemahaman tentang pungutan liar memang saat ini masih belum banyak
dipahami oleh sebagian masyarakat mengenai apa sebenarnya pungutan liar itu
sendiri dan bagaimana dampaknya jika melakukan pungutan liar ini. Banyak
masyarakat atau pegawai-pegawai yang belum tahu dampak atau akibat yang akan
diterima jika melakukan pungutan liar, sehingga masih banyak terjadi kasus
pungutan liar seperti berita diatas. Di Medan sendiri, hukuman atau akibat yang
dilakukan oleh atasan jika terjadi pungli maka pegawai tersebut akan segera
dipecat, hal tersebut karena didasarkan melanggar aturan atau hukum dan juga
hukum dan penegakan hukum seperti dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana
kekerasan atau pengancaman secara kekerasan paksa, maka pelaku dapat dijerat
dan dikatakan sebagai Pemerasan yang di atur dalam KUHP Pasal 368, sementara
apabila aksi pungutan liar dilakukan oleh pegawai negeri tidak dengan tepat
pada ketentuan, maka dapat dikenakan dengan Pasal 432 KUHP yaitu pejabat
Tersangka dari pungutan liar itu bisa di kenakan pasal KUHP akan tetapi
Pelaku juga mungkin akan dijerat dengan Pasal 12e Undang-Undang Nomor 20
maksimal Sembilan bulan dan Pasal 423 KUHP hukuman maksimal enam tahun
korupsi merupakan salah satu persoalan yang sangat rumit. Hampir semua bagian
dari kehidupan sudah terjangkit wabah korupsi. Hal ini seperti korupsi waktu,
pungli ataupun korupsi yang sudah skalanya miliaran sampai triliunan. Sikap
aparat penegak hukum dalam memberantas korupsi tidak puas untuk menahan
perbuatan korupsi dikarenakan keinginan yang besar dari para pelaku untuk
mendapatkan keuntungan.
Menyangkut aturan dari pungutan liar itu baru-baru ini dikeluarkan oleh
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2016 tentang Satuan Tugas Sapu Bersih
Pungutan liar. Aturan yang menyangkut tentang pungutan liar ini merupakan
bentuk dari antisipasi dampak yang ditimbulkan oleh pungutan liar itu sendiri.
Pungutan liar merupakan suatu pebuatan yang telah tidak asing lagi di telinga
masyarakat. Walaupun dalam aturan hukum KUHP tidak ada satupun di temukan
menyangkut tindak pidana pungutan liar atau dari delik pungli secara tersirat,
hanya saja di dapatkan dalam rumusan yang ada di pasal koruspi pada ayat 12
Huruf e Undang-Undang Nomori 20 tahun 2001 yang berasal dari pada Pasal 432
di KUHP yang di rujukan dalam pasal 1 ayat (1) pada bagian huruf c undang-
undang nomor 3 tahun 1971 tentang Pemberantansan Tindak Pidana Korupsi, dan
yang akan masuk ke sekolah tersebut. Pelaku dapat terjerat pasal 418 KUHP
dimana pungutan liar dilakukan oleh pegawai negeri yang menerima hadiah atau
selain itu masalah larangan pungli ini diatur dalam PP no 30 tahun 1980 dalam
pasal 3 (1). Sanksi yang diterima yaitu 5 tahun penjara, dapat teguran lisan,