Anda di halaman 1dari 6

Muhammad Fahlan A

203522079
Pengantar Ilmu Hukum

GURU MINTA PUNGLI, MURID BAYAR TINGGI

Tim detikcom - detikNews


Jumat, 16 Jul 2021 07:01 WIB

Medan - Guru di Medan, Sumatera Utara, diduga melakukan pungutan liar

(pungli) kepada orang tua calon siswa. Pungutan liar itu disebut sebagai 'biaya

administrasi' agar calon siswa diterima di sekolah yang diinginkan. Oknum guru

disebut meminta Rp 10 juta untuk bisa meluluskan seorang calon siswa. Kasus ini

terkuak usai video berisi rekaman percakapan dugaan pungli kepada orang tua

calon siswa viral.

Rabu (14/7), dalam video terlihat wajah seorang pria yang disebut oknum guru di

SMA negeri tersebut. Oknum tersebut disebut guru pendidikan jasmani dan

kesehatan (penjaskes). Dalam video itu terdengar seorang wanita yang

mempertanyakan tawaran biaya administrasi untuk masuk ke sekolah yang

disampaikan oleh oknum guru. Wanita itu disebut sebagai orang tua calon siswa.

"Ini mama (menyebut nama) yang Bapak telepon tadi, kebetulan papanya sudah

saya tanya mengenai biaya administrasi yang Bapak sebut tadi sekitar Rp 10 juta

ya, pak," ucap ibu calon siswa tersebut. Setelah suara wanita, terdengar suara
seorang pria yang disebut sebagai oknum guru. Suara pria itu meminta agar

wanita itu datang langsung ke sekolah membahas hal itu.

Ombudsman Buka Suara

Kepala Ombudsman RI Perwakilan Sumut Abyadi Siregar meminta inspektorat

Provinsi Sumut turun tangan mengusut masalah ini. "Ini menguatkan dugaan

bahwa ada permainan di sana. Karenanya saya meminta Inspektorat untuk

menindaklanjuti kasus ini," kata Abyadi Siregar kepada wartawan, Kamis

(15/7/2021). Abyadi meminta agar Dinas Pendidikan Provinsi Sumut memproses

dugaan pungli ini. Menurutnya, kasus ini mencoreng pelaksanaan penerimaan

siswa baru di Sumut.

Abyadi juga meminta agar hal ini diusut sampai tuntas. Dia mengatakan, kasus ini

bisa menjadi permulaan untuk membongkar praktik yang sama di tempat lainnya.

"Kasus ini bisa menjadi awalan untuk menyelidiki lebih jauh praktik suap-

menyuap di balik kelulusan dalam PPDB. Karenanya, semua oknum yang terlibat

harus diperiksa," jelas Abyadi.

Kata Gubernur Sumut

Terkait dugaan pungli ini, Gubernur Sumut (Gubsu) Edy Rahmayadi merespons

keras. Dia meminta jika terbukti ada pungli, oknum guru itu diminta untuk

dipecat.

"Ya dipecat, guru kencing berdiri, murid kencing berlari," kata Edy kepada

wartawan di rumah dinas Gubsu, Medan.


ULASAN DAN ANALISA HUKUM TENTANG POLITIK HUKUM

Pungutan liar atau biasa disebut pungli dapat diartikan sebagai pungutan

yang dilakukan oleh dan untuk kepentingan pribadi oknum petugas secara tidak

sah atau melanggar aturan. Pungutan liar adalah salah satu bentuk penyalahgunaan

wewenang yang memiliki tujuan untuk memudahkan urusan atau memenuhi

kepentingan dari pihak pembayar pungutan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

pungutan liar melibatkan dua pihak atau lebih, baik itu pengguna jasa ataupun

oknum petugas yang biasa melakukan kontak langsung untuk melakukan transaksi

rahasia maupun terang-terangan, dimana pada umumnya pungutan liar atau pungli

yang terjadi pada tingkat lapangan dilakukan secara singkat dan biasanya berupa

uang.

Pemahaman tentang pungutan liar memang saat ini masih belum banyak

dipahami oleh sebagian masyarakat mengenai apa sebenarnya pungutan liar itu

sendiri dan bagaimana dampaknya jika melakukan pungutan liar ini. Banyak

masyarakat atau pegawai-pegawai yang belum tahu dampak atau akibat yang akan

diterima jika melakukan pungutan liar, sehingga masih banyak terjadi kasus

pungutan liar seperti berita diatas. Di Medan sendiri, hukuman atau akibat yang

dilakukan oleh atasan jika terjadi pungli maka pegawai tersebut akan segera
dipecat, hal tersebut karena didasarkan melanggar aturan atau hukum dan juga

merupakan prilaku yang sangat buruk.

Pengaturan mengenai praktek pungutan liar pada awalnya sudah diatur

dalam beberapa Peraturan Perundang-Undangan dalam melaksanakan kepastian

hukum dan penegakan hukum seperti dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana

atau disebut dengan (KUHP). Apabila pungutan liarnya dilakukan dengan

kekerasan atau pengancaman secara kekerasan paksa, maka pelaku dapat dijerat

dan dikatakan sebagai Pemerasan yang di atur dalam KUHP Pasal 368, sementara

apabila aksi pungutan liar dilakukan oleh pegawai negeri tidak dengan tepat

pada ketentuan, maka dapat dikenakan dengan Pasal 432 KUHP yaitu pejabat

dengan menyalahgunakan kekuasaannya.

Tersangka dari pungutan liar itu bisa di kenakan pasal KUHP akan tetapi

Pelaku juga mungkin akan dijerat dengan Pasal 12e Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang disingkat

dengan (TIPIKOR), kemudian Pasal 368 KUHP dengan ancaman hukuman

maksimal Sembilan bulan dan Pasal 423 KUHP hukuman maksimal enam tahun

penjara. Tindak pidana korupsi khususnya di Indonesia, mengenai persoalan

korupsi merupakan salah satu persoalan yang sangat rumit. Hampir semua bagian

dari kehidupan sudah terjangkit wabah korupsi. Hal ini seperti korupsi waktu,

pungli ataupun korupsi yang sudah skalanya miliaran sampai triliunan. Sikap

aparat penegak hukum dalam memberantas korupsi tidak puas untuk menahan

perbuatan korupsi dikarenakan keinginan yang besar dari para pelaku untuk

mendapatkan keuntungan.
Menyangkut aturan dari pungutan liar itu baru-baru ini dikeluarkan oleh

Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2016 tentang Satuan Tugas Sapu Bersih

Pungutan liar. Aturan yang menyangkut tentang pungutan liar ini merupakan

bentuk dari antisipasi dampak yang ditimbulkan oleh pungutan liar itu sendiri.

Pungutan liar merupakan suatu pebuatan yang telah tidak asing lagi di telinga

masyarakat. Walaupun dalam aturan hukum KUHP tidak ada satupun di temukan

menyangkut tindak pidana pungutan liar atau dari delik pungli secara tersirat,

hanya saja di dapatkan dalam rumusan yang ada di pasal koruspi pada ayat 12

Huruf e Undang-Undang Nomori 20 tahun 2001 yang berasal dari pada Pasal 432

di KUHP yang di rujukan dalam pasal 1 ayat (1) pada bagian huruf c undang-

undang nomor 3 tahun 1971 tentang Pemberantansan Tindak Pidana Korupsi, dan

pada Pasal 12 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagai tindak pidana

korupsi yang seterusnya dirumuskan dengan ulang menjadi undang-undang nomor

20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.

Pungutan liar disekolah ini termasuk adalah kejahatan jabatan, dengan

memanfaatkan jabatan sehingga dapat melakukan pungli terhadap mahasiswa

yang akan masuk ke sekolah tersebut. Pelaku dapat terjerat pasal 418 KUHP

dimana pungutan liar dilakukan oleh pegawai negeri yang menerima hadiah atau

janji karena kekuasaan atau kewenangan dan berhubungan dengan jabatannya,

selain itu masalah larangan pungli ini diatur dalam PP no 30 tahun 1980 dalam

pasal 3 (1). Sanksi yang diterima yaitu 5 tahun penjara, dapat teguran lisan,

teguran tertulis, penurunan pangkat bahkan pemberhentian jabatan atau di pecat

dan lainnya sebagaimana diatur dalam PP no 30 tahun 1980.

Anda mungkin juga menyukai