Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN

EKONOMI
DI INDONESIA

TUGAS

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian


Administrasi
Program Studi Administrasi Negara
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Kota Tasikmalaya

Oleh:
Muhammad Fahlan A
203522079

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA


SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTASI KOTA TASIKMALAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini yang
berjudul PENGARUH BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI DI INDONESIA ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari tugas ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas dosen pada mata kuliah Metode Penelitian Administrasi. Selain itu, tugas ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pengaruh belanja modal
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen saya, selaku pengampu
mata kuliah Metode Penelitian Administrasi yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.
Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan tugas ini.

Tasikmalaya, Oktober 2021


 

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
COVER....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan Penelitian 3
1.4. Kegunaan Penelitian 3
BAB II TINJAUAN TEORI 4
2.1. Tinjauan Pustaka 4
2.2. Kerangka Pemikiran 8
2.3. Hipotesis 11
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 12
3.1. Objek Penelitian 12
3.2. Metode Penelitian 12
3.3. Variable dan Operasionalisasi Variable 12
3.4. Populasi, Teknik Sampling, dan Responden Penelitian 12
3.5. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data 13
3.6. Skala Pengukuran 13
3.7. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian 13
3.8. Rancangan Analisis Data 15
3.9. Tempat dan Jadwal Penelitian 15
DAFTAR PUSTAKA 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Belanja modal merupakan salah satu anggaran dalam APBN. Belanja
modal ini digunakan dalam rangka pembentukan modal yang bersifat
menambah aset tetap/inventaris yang dapat memberikan manfaat dalam
periode akuntansi, termasuk dalam pengeluaran untuk biaya pemeliharaan
untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan kapasitas dan kualitas aset
(Peraturan Pemerintah Nomor 71, 2010).
Poin penting dalam belanja modal ini sangat berdampak langsung dengan
pengadaan infrastuktur. Infrastruktur merupakan wujud modal publik (public
capital) yang terdiri dari jalan umum, jembatan, sistem saluran pembuangan,
dan lainnya, sebagai investasi yang dilakukan oleh pemerintah (Mankiw, G,
2003). Sehingga infrastruktur ini dapat berpengaruh positif ataupun negatif
dengan kegiatan masyarakat.
Dalam Pemerintah angka pertumbuhan ekonomi di patok di angka 7%
dalam waktu 3 tahun masa pemerintahan presiden terpilih (tempo.co, 2015).
Pertumbuhan ekonomi di atas angka 7% merupakan target yang luar biasa
karena lebih dari satu dasawarsa terakhir pertumbuhan ekonomi tertinggi
hanya berada pada kisaran 6%. Bahkan, pertumbuhan ekonomi pada tahun
2015 hanya mencapai 4,79%. Pertumbuhan ekonomi di atas 7% hanya terjadi
pada masa sebelum reformasi 1998 (World Bank, 2016). Dalam posisi terkini
Pemerintah diharapkan dapat membangun infrastruktur yang dapat
mendorong produktivitas masyarakat sehingga dapat mengubah Indonesia
menjadi negara produktif sekaligus dapat meningkatkan daya saing negara
(KPU, 2014).
Dalam 15 tahun terakhir, belanja infrastruktur di Indonesia masih sangat
rendah dibandingkan negara tetangga. Pada tahun 2015, realisasi belanja
modal hanya mencapai Rp 215,4 triliun. Realisasi anggaran sebesar itu
menunjukkan rasio belanja infrastruktur terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) adalah 1,87%. Meskipun angka tersebut menunjukkan peningkatan

1
dari tahun sebelumnya, namun masih belum mendekati angka ideal (5%).
Infrastruktur yang rendah dapat dianggap sebagai penghambat produktivitas
masyarakat. Selain itu, hal tersebut juga berpengaruh terhadap rendahnya
pertumbuhan ekonomi.
Penelitian tentang pengaruh belanja modal terhadap pertumbuhan telah
dilakukan di Indonesia, misalnya oleh Adi (2006) dan Sularso (2011);
Parnawati (2011), Anasmen (2009), dan Setyawati (2007). Penelitian Adi dan
Sularso tidak secara langsung menguji pengaruh belanja modal terhadap
pertumbuhan ekonomi. Kedua penelitian tersebut menggunakan lokus daerah
provinsi. Adi (2006) berusaha melihat hubungan antara pertumbuhan
ekonomi daerah, belanja pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah (studi
pada Kabupaten dan Kota se-Jawa Bali), sedangkan Sularso (2011)
menggunakan aplikasi Amos untuk menguji belanja modal sebagai variabel
intervening yang menghubungkan kinerja keuangan dengan pertumbuhan
ekonomi.
Penelitian Parnawati (2010) menghasilkan kesimpulan bahwa peningkatan
belanja modal dapat meningkatkan PDRB, tetapi peningkatan PDRB tidak
mempengaruhi peningkatan belanja modal. Sebaliknya, penelitian Anasmen
(2009) menghasilkan kesimpulan yang menyatakan bahwa belanja modal
pemerintah kota/ kabupaten tidak berpengaruh cukup besar pada
pertumbuhan PDRB. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Setiyawati
(2007) yang menyatakan bahwa belanja pembangunan tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pada Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan secara empiris
pengaruh alokasi belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebagian
ahli mengemukakan hasil penelitiannya bahwa belanja modal (capital
expenditure) akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di
Negara-negara berkembang. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya
perbedaan hasil penelitian, mulai dari pengaruh belanja pemerintah secara
keseluruhan hingga spesifik kepada belanja modal terhadap pertumbuhan
ekonomi. Beberapa hasil penelitian tentang determinan pertumbuhan
ekonomi memasukkan ukuran belanja pemerintah. Penelitian menggunakan

2
data cross-section oleh Grier dan Tullock (1989) dan Barro (1991)
menemukan pengaruh negatif dan signifikan dari belanja pemerintah terhadap
pertumbuhan ekonomi. Grier dan Tullock juga menyampaikan bahwa
pengaruh ini akan memberikan hasil berbeda tergantung dari kelompok
negara, sekaligus menghasilkan persamaan regresi yang berbeda-beda untuk
masing-masing kelompok negara.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah penelitian ini yaitu, bagaimana pengaruh belanja
modal terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia ?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh belanja modal
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

1.4. Kegunaan Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi terbaik atas tidak
tercapainya target pertumbuhan ekonomi dengan melihat aspek belanja
modal.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka


2.1.1. Belanja Modal
Menurut Mangkoesoebroto pengeluaran pemerintah mencerminkan
kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu
kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah
mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk
melaksanakan kebijakan tersebut (Azwar, 2016).
Pendekatan pengeluaran berarti pembagian dana dari pusat kepada
pemerintah daerah untuk menutup seluruh atau bagian biaya berupa
pinjaman, bantuan (sumbangan) atau bagian hasil pungutan; pemberian
ini mungkin menutup seluruh pengeluaran tertentu atau membiayai
pelayanan atau program pembangunan tertentu (Davey, 1998).
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset
tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode
akuntansi. Belanja modal memiliki kategori diantaranya:
a) Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan asset tetap
atau aset lainnya yang dengan demikian menambah aset pemerintah.
b) Pengeluaran tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi asset
tetap atau asset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah
c) Perolehan asset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.
Belanja modal adalah pengeluaran Negara yang digunakan dalam
rangka pembentukan modal atau aset untuk operasional sehari-hari
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Belanja modal meliputi
tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan
bentuk fisik lainnya.
Belanja modal merupakan belanja yang mana manfaatnya melebihi
satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah,
serta menimbulkan konsekuensi bertambahnya biaya yang bersifat rutin

4
untuk pembiayaan pemeliharaan. Aset tetap tersebut akan digunakan
untuk kegiatan operasional sehari-hari dan bukan untuk dijual.
Belanja modal dimaksudkan untuk mendapatkan aset tetap
pemerintah daerah, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur, dan harta
tetap lainnya. Secara teoritis ada tiga cara untuk memperoleh aset tetap
tersebut, yaitu dengan membangun sendiri, menukarkan dengan aset
lain dan membeli. Proses pembelian aset tetap di dalam pemerintahan
biasanya dilakukan dengan cara lelang atau tender.
Dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010
tentang standar akuntansi pemerintahan belanja modal adalah
pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan asset lainnya yang
memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal
meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan gedung, tanah, dan
bangunan, peralatan, dani aset tak berwujud. Dalam Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP), belanja modal memiliki 5 (lima) Kategori, yaitu:
a) Belanja modal tanah
Tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap pakai. Tanah diakui
pertama kali sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan mencakup
harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang
dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan,
pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan
sampai tanah tersebut siap pakai.
b) Belanja modal peralatan dan mesin.
Belanja modal peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan
kendaraan bermotor, alat elektronik, dan seluruh inventaris kantor,
dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan manfaatnya 12
(dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai. Biaya perolehan
peralatan dan mesin adalah seluruh pengeluaran yang digunakan
untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap pakai.
Biaya tersebut mencakup biaya pembelian, pengangkatan, instalasi

5
serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan
sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.
c) Belanja modal gedung dan bangunan
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan
yang diperoleh dengan maksud untuk kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap pakai. Biaya perolehan gedung
dan bangunan menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh gedung dan bangunan tersebut sampai siap pakai.
Biaya tersebut meliputi harga pembelian atau biaya kontruksi,
termasuk biaya pengurusan IMB, notaris dan pajak.
d) Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan bangunan
yang dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh
pemerintah dan dalam kondisi siap pakai. Biaya yang digunakan
untuk memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan meliputi seluruh
pengeluaran yang digunakan untuk memperoleh jalan, irigasi dan
jaringan. Biaya tersebut meliputi biaya perolehan atau biaya
kontruksi dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai jalan, irigasi
dan jaringan siap digunakan.
e) Belanja modal asset tetap lainnya
Asset tetap lainnya mencakup asset tetap yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok asset tetap seperti tanah,
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, serta jalan, irigasi dan
jaringan, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap pakai.
2.1.2. Konsep Pertumbuhan Ekonomi
Secara ekonomi, ada beberapa cara untuk memperhitungkan
pertumbuhan ekonomi, baik dilihat dari sisi permintaan maupun jika
dilihat dari sisi penawaran. Apabila dari sisi permintaan (demand) yaitu
dengan memperhitungkan komponen-komponen makro ekonomi
berupa konsumsi, investasi, ekspor dan impor sedangkan dari sisi
penawaran (supply) dengan memperhitungkan nilai tambah setiap

6
sektor dalam produksi nasional. Perekonomian dibagi menjadi tiga
sektor besar, yaitu primer, sekunder dan jasa-jasa (tersier). Laju
pertumbuhan ekonomi akan diukur melalui indikator perkembangan
PDB atau PNB dari tahun ke tahun. Adapun cara menghitung laju
pertumbuhan dilakukan dengan tiga metode yaitu, cara tahunan, cara
rata-rata setiap tahun, dan cara compounding factor.
Pengukuran pertumbuhan ekonomi secara konvensional biasanya
dengan menghitung peningkatan presentase dari Produk Domestik
Bruto (PDB). PDB mengukur pengeluaran total dari suatu
perekonomian terhadap berbagai barang dan jasa yang baru diproduksi
pada suatu saat atau tahun serta pendapatan total yang diterima dari
adanya seluruh produksi barang dan jasa tersebut atau secara lebih rinci,
PDB adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa yang diproduksi di
suatu negara dalam kurun waktu tertentu (Mankiw, 2001:126).
Pertumbuhan biasanya dihitung dalam nilai riil dengan tujuan untuk
menghilangkan adanya inflasi dalam harga dan jasa yang diproduksi
sehingga PDB riil mencerminkan perubahan kuantitas produksi.
Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi regional, digunakanlah
data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dimana PDRB dapat
didefinisikan sebagai nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
sistem perekonomian di suatu wilayah atau daerah dalam kurun waktu
tertentu. Sehingga PDRB merupakan suatu ukuran untuk melihat
aktivitas perekonomian suatu daerah. Secara teori, PDRB tidak dapat
dipisahkan dari Produk Domestik Bruto (PDB) baik dari konsep,
definisi, metodologi, cakupan dan sumber datanya. Hal ini dilakukan
untuk menjaga keseragaman konsep, definisi dan metoda yang dipakai
di seluruh Indonesia (Wahyudi, 2010).
2.1.3. Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi
Infrastruktur dapat diartikan sebagai kemudahan dasar dalam
berbagai instalasi terutama dalam sistem komunikasi, transportasi,
listrik, air telepon yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam menunjang
aktivitasnya baik itu untuk usaha dalam bentuk industri maupun

7
perdagangan serta untuk mendukung kelancaran arus orang, barang dan
jasa dari suatu tempat ke tempat lain.
Infrastruktur fisik dipengaruhi oleh ketersediaan, kualitas dan
aksesnya. Ketersediaan infrastruktur fisik adalah seperti jalan raya,
pelabuhan laut dan udara, jembatan, sarana komunikasi dan sumber
energi seperti listrik. Sedangkan kualitas dan aksesnya meliputi kondisi
dari infrastruktur fisik tersebut dalam keadaan yang baik dan
terpelihara. Infrastruktur fisik yang tersedia belum tentu dapat
mendukung kelancaran usaha bila infratruktur yang tersedia tidak dalam
kondisi yang baik. Selain kualitas, kemudahan pengguna untuk
mengakses infrastruktrur fisik tersebut juga turut diperhatikan.
Produktivitas dapat ditingkatkan melalui ketersediaan infrastruktur
yang baik. Demikian pula dengan biaya produksi yang dapat diturunkan
sehingga ketersediaan infrastruktur dapat menjadi salah satu faktor daya
tarik masuknya investasi ke suatu wilayah atau dengan kata lain
infrastruktur yang tersedia dapat membantu meningkatkan kegiatan
investasi yang sudah ada. Untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur,
pemerintah perlu mengalokasikan biaya (pembelanjaan pemerintah)
untuk membiayai penambahan dan perbaikan infrastruktur yang ada
(Wahyudi, 2010).

2.2. Kerangka Pemikiran


2.2.1. Klasifikasi Belanja
Pasal 11 ayat (4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara menyatakan bahwa belanja negara dalam APBN
digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat
dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah (dana transfer). Pengeluaran dalam bentuk belanja
untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan menurut
ketentuan peraturan perundangan-undangan diklasifikasikan menurut
organisasi, fungsi, dan jenis belanja.

8
Khusus untuk keperluan pengendalian manajemen, klasifikasi yang
mudah untuk dilakukan adalah klasifikasi menurut ekonomi atau jenis
belanja, yaitu:
1) Belanja Operasi: terdiri dari belanja pegawai, belanja barang,
bunga, subsidi, hibah, dan bantuan sosial;
2) Belanja Modal: terdiri dari belanja tanah belanja peralatan dan
mesin, belanja gedung dan bangunan, belanja jalan, irigasi, dan
jaringan serta belanja aset tetap lainnya;
3) Belanja Lain-lain/ Tidak Terduga;
4) Transfer
(Sumber: Buletin Teknis SAP 4, 2006).
2.2.2. Belanja Modal
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah mendefinisikan belanja modal sebagai
pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang
memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Rincian lebih lanjut
mengenai belanja modal diuraikan dalam Buletin Teknis 03: Penyajian
dan Pengungkapan Belanja Pemerintah. Aset tetap mempunyai ciri-ciri/
karakteristik sebagai berikut:
1) berwujud,
2) akan menambah aset pemerintah,
3) mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun,
4) nilainya relatif material.
Sedangkan karakteristik Aset Lainnya adalah:
1) tidak berwujud,
2) akan menambah aset pemerintah,
3) mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun,
4) nilainya relatif material.
Berdasarkan ciri-ciri/ karakterisitik tersebut, diharapkan entitas
dapat menetapkan kebijakan akuntansi mengenai batasan minimal nilai
kapitalisasi 19 suatu aset tetap atau aset lainnya (treshold
capitalization), sehingga pejabat/ aparat penyusun anggaran dan/atau

9
penyusun laporan keuangan pemerintah mempunyai pedoman dalam
penetapan belanja modal baik pada waktu penganggaran maupun
pelaporan keuangan pemerintah.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu
belanja dapat dikategorikan sebagai Belanja Modal jika:
a) pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap
atau aset lainnya yang dengan demikian menambah aset
pemerintah;
b) pengeluaran tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset
tetap atau aset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah;
c) perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.
2.2.3. Pertumbuham Ekonomi
Boediono (2010:28) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi
merupakan perluasan kegiatan ekonomi dan menjadi satu-satunya cara
untuk meningkatkan penghasilan anggota masyarakat dan membuka
lapangan kerja baru. Sementara itu, menurut Sukirno (1996, 33),
pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output perkapita yang
terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut
merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan
demikian, makin tinggi pertumbuhan ekonomi maka makin tinggi pula
kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yang
harus diperhatikan yaitu distribusi pendapatan.
Pertumbuhan ekonomi merupakan dasar untuk pembangunan
berkelanjutan. Pemerintah dapat memperbaiki kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi, dengan memprioritaskan:
perbaikan infrastruktur; peningkatan pendidikan; pelayanan kesehatan;
pembangunan fasilitas yang dapat mendorong investasi baik asing
maupun lokal; penyediaan perumahan dengan biaya rendah; restorasi
lingkungan serta penguatan di sektor pertanian.

10
2.3. Hipotesis
H10. Belanja modal dan belanja operasi tidak berpengaruh signifikan secara
bersama-sama terhadap pertumbuhan ekonomi.
H1A. Belanja modal dan belanja operasi tidak berpengaruh signifikan secara
bersama-sama terhadap pertumbuhan ekonomi.
H20. Belanja modal dan belanja operasi tidak berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap pertumbuhan ekonomi.
H2A. Belanja modal dan belanja operasi tidak berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap pertumbuhan ekonomi.

11
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian


Subjek penelitian mengacu kepada tempat, sedangkan objek penelitian
mengacu kepada variabel penelitian. Dengan demikian, subjek yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pemerintah pusat Indonesia
sedangkan objek penelitian terdiri dari belanja modal, belanja operasional,
dan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 1990-2020.

3.2. Metode Penelitian


Metode Penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagi deskriptif, kausal, dan
kuantitatif dengan pengujian hipotesis. Creswell (2003:18) menjelaskan
bahwa terdapat tiga tipe Metode Penelitian yaitu kuantitatif, kualitatif, dan
campuran.

3.3. Variable dan Operasionalisasi Variable


Variabel penelitian terdiri atas variabel terikat, bebas, dan kontrol.
Operasional variabel dalam bentuk logaritma natural atas variabel tersebut.
Pertumbuhan Ekonomi = LnGrowth
Belanja Modal = LnModal
Belanja Operasi =LnOperasi
Inflasi = Log Natural Inflasi = LnInf
Translasi ke dalam
Jenis Variable Nama
Logaritma Natural
Terikat Pertumbuhan Ekonomi LnGrowth
Belanja Modal LnModal
Bebas
Belanja Operasi LnOperasi
Kontrol Inflasi LnInf

3.4. Populasi, Teknik Sampling, dan Responden Penelitian


Menurut Sekaran (2003, 265) populasi merupakan sekelompok orang,
kejadian, atau barang yang menjadi perhatian dan akan digali datanya oleh
peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh satuan kerja pemerintah
pusat di Indonesia tahun 1990-2020. Pemilihan sampel dalam penelitian ini

12
menggunakan metode saturation sampling, yaitu metode pemilihan sampel
dengan mengambil semua anggota populasi. Responden penelitian sesuai
dengan sampel penelitian.

3.5. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan data sekunder. Peneliti tidak menggali data
langsung dari subjek penelitian akan tetapi melalui survei. Sekaran (2003:
222) menjelasan bahwa data sekunder dapat digali secara internal ataupun
eksternal organisasi dan dapat diakses dari internet atau publikasi informasi.
Data penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber. Data mengenai belanja
modal, belanja barang, dan belanja pegawai, dan total belanja diperoleh dari
Kementerian Keuangan. Data mengenai inflasi dan Pertumbuhan PDB
Perkapita diperoleh dari BPS dan Worldbank. Untuk menggali data, peneliti
menggunakan studi literatur dan dokumentasi. Studi literatur dilakukan
dengan memproses data, artikel, dan jurnal dan tulisan lainnya sesuai dengan
topik permasalahan.

3.6. Skala Pengukuran


Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala ordinal,
karena data yang diperoleh merupakan bilangan hasil pengukuran berupa
urutan atapun tingkatan.

3.7. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian


Validitas menurut Sugiyono (2012:177) menunjukan derajat ketepatan
antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang
dikumpulkan oleh peneliti untuk mencari validitas sebuah item. Untuk
mencari nilai koefisien, maka peneliti menggunakan rumus pearson product
moment sebagai berikut :

13
Keterangan :
r = Korelasi product moment
∑Xi = Jumlah skor suatu item
∑Xtot = Jumlah total skor jawaban
∑xi² = Jumlah kuadrat skor jawaban suatu item
∑xtot² = Jumlah kuadrat total skor jawaban
∑XiXtot= Jumlah perkalian skor jawaban suatu item dengan total skor
Syarat minimum untuk dianggap suatu butir instrument valid adalah nilai
indeks valid adalah nilai indeks validitasnya ≥ 0,3 (Sugiyono, 2012 : 179).
Oleh karena itu, semua pernyataan yang memiliki tingkat korelasi dibawah
0,3 harus diperbaiki karena dianggap tidak valid.
Uji reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan
objek yang sama akan menghasilkan data yang sama ( Sugiyono, 2012 : 177).
Adapun rumus untuk mencari reliabelitas adalah sebagai berikut:

Keterangan:
r = koefisien korelasi
n = banyaknya responden
A = skor item pertanyaan ganjil
B = skor pertanyaan genap
Setelah koefisien korelasi diketahui, aka selanjutnya hasil tersebut
dimasukan kedalam rumus Spearman Brown dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
r = nilai reliabilitas
rb = korelasi produk moent antara belahan pertama (ganjil) dan belahan
kedua (genap).

14
3.8. Rancangan Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan setelah semua data
terkumpul. Teknik yang digunakan menggunakan statistik.

3.9. Tempat dan Jadwal Penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan Oktober hingga bulan Desember 2021.
Penelitian ini dilakukan di Kota Tasikmalaya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Peran Alokatif Pemerintah Melalui Pengadaan Barang/Jasa Dan


Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi
& Keuangan. Vol.20. No.2. Agustus 2016. Hlm. 152

Boediono, Ekonomi Indonesia Mau ke Mana, Kumpulan Esai Ekonomi, Edisi


Ketiga, (Jakarta: KPG (Keputakaaan Populer Gramedia), 2010) hlm. 28

Buletin Teknis No.4. 2006. Buletin Teknis Penyajian dan Pengungkapan Belanja
Pemerintahan. Jakarta: KSAP

Creswell, John W. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan


Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Davey, Pembiayaan Pemerintah Daerah (Jakarta: UI Press, 1998). Hlm. 268.

Mankiw, N. Gregory. 2001. Teori Makro Ekonomi. Erlangga. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi


Pemerintah.

Sekaran, Uma. (2003). Research Method for Business. Fourth Edition. USA: John
Wiley and Sons, Inc.

Sugiyono, Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan:(Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif Dan R & D). Bandung: Alfabeta, 2012.

Sukirno, S. (1996). Pengantar Teori Makroekonomi Edisi: Kedua. PT. Raja


Garfindo Persada.

Wahyudi, D. (2010). Analisa Pengaruh Faktor-Faktor Pertwnbuhan


Ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

16

Anda mungkin juga menyukai