Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

Peran Budaya dan Politik dalam Bisnis Internasional

KELOMPOK 6

Rahmawati 1761201225

Andi Tenri Uleng 1761201216

Alda Damayana Ramli 1761201315

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUSLIM MAROS


2019/2020

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap negara memiliki budaya yang berbeda - beda dalam

menjalankan setiap aktivitas bisnisnya. Oleh karena itu bagi setiap

pebisnis yang ingin menjalankan usahanya lebih luas lagi dengan pasar

internasional maka perusahaan tersebut harus memahami terlebis

dahulu pangsa pasar yang dituju melalui budaya - budaya serta pribadi

dari setiap masyarakat yang ada di suatu negara. Dalam menjalankan

bisnis internasional perusahaan akan menghadapi perbedaan budaya

dari negara asal dan dari negara tersebut dan perusahaan harus dapat

menyatukan atau paling tidak perusahaan harus dapat menyesuaikan

diri dengan kebudayaan yang ada di negara tempat dia mendirikan

usahanya. Beberapa unsur-unsur perbedaan dalam kebudayaan:

Karakteristik Kebudayaan, unsur - unsur Kebudayaan, manjemen

internasional dan perbedaan budaya.

B. Rumusan Masalah

1 . Apa pengertian budaya dalam bisnis international?

2. Bagaimana karakteristik kebudayaan?

3. Apa saja unsur-unsur dalam budaya?


4. Bagaimana konteks budaya dalam suatu Negara?

5. Bagaimana cara Manajemen Internasional dan Perbedaan Budaya?

6. seberapa Pentingnya Budaya Dalam Bisnis Internasional?

7. seberapa besar Kekuatan Politik dalam bisnis international?

8. apa yang menjadi Analisis Risiko Politis Dalam Bisnis

Internasional?

C. Tujuan

1 . untuk mengetahui pengertian budaya dalam bisnis international

2. untuk mengetahui karakteristik kebudayaan

3. untuk mengetahui unsur-unsur dalam budaya

4. untuk mengetahui konteks budaya dalam suatu Negara

5. untuk mengetahui cara Manajemen Internasional dan Perbedaan

Budaya

6. untuk mengetahui Pentingnya Budaya Dalam Bisnis Internasional

7. untuk mengetahui Kekuatan Politik dalam bisnis international

8. untuk mengetahui Analisis Risiko Politis Dalam Bisnis Internasional

BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Budaya

Secara terminologi budaya adalah keseluruhan kepercayaan,

aturan, teknik, kelembagaan dan artefak buatan manusia yang

mencirikan populasi manusia. Jadi budaya dapat diartikan yaitu budaya

terdiri atas pola-pola yang dipelajari mnengenai perlaku umum bagi

anggota dari masyarakat tertentu yaitu gaya hidup yang unik dari suatu

kelompok atau orang tertentu.

Kebudayaan adalah kumpulan nilai, kepercayaan, perilaku,

kebiasaan, dan sikap yang membedakam suatu masyarakat dari yang

lainnya. Kebudayaan suatu masyarakat menentukan ketentuan-

ketentuan yang mengatur bagaimana perusahaan dijalankan dalam

masyarakat tersebut.

Terdapat cara bagi para pelaku bisnis internasional untuk

menyesuaikan diri atau hidup dengan budaya-budaya lain yaitu

menyadari bahwa adanya budaya yang berbeda dari budayanya sendiri

dan mereka harus mempelajari karakteristik dari budaya-budaya

tersebut sehingga dapat beradaptasi. Tetapi menurut E.T. Hall terdapat

dua cara untuk menyesuaikan diri dari budaya moral lain yaitu:

a.Menghabiskan seumur hidup disuatu negara tersebut.

b.Menjalani suatu program pelatihan yang sangat canggih dan ekstensif


yang mencakup karakteristik-karakteristik utama dari suatu budaya,

termasuk budaya.

Terdapat enam nasihat atau cara dalam melakukan bisnis lintas

budaya internasional antara lain:

a)Lakukanlah persiapan.

b)Jangan terburu-buru.

c)Bangkitkan kepercayaan.

d)Memahami pentingnya bahasa.

e)Menhormati budaya.

f)Memahami unsur-unsur budaya.

Budaya juga sangat mempengaruhi semua fungsi bisnis misalnya

dalam pemasaran, beraneka ragam sikap dan nilai menghambat

banyak perusahaan untuk mengunakan bauran pemasaran yang sama

disemua pasar. Begitu juga dalam manajemen sumber daya manusia,

budaya nasional merupakan kunci penentu untuk mengevaluasi para

manajer, serta dalam produksi dan keuangan faktor budaya sangat

berpengaruh dalam kegiatan produksi dan keuangan.

B.Karakteristik Kebudayaan

Beberapa karakteristik kebudayaan perlu diperhatikan karena

mempunyai relevansi dengan bisnis internasional:


• Kebudayaan mencerminkan perilaku yang dipelajari yang

ditularkan dari satu anggota masyarakat ke yang lainnya.beberapa

unsur budaya ditularkan antar generasi,seperti ketika orang tua

mengajarkan tata cara di meja makan kepada anak-anaknya.

Unsur - unsur lainnya ditularkan intra-generasi, seperti ketika

mahasiswa tahun ketiga mendidik mahasiswa tahun pertama yang

baru masuk tentang tradisi suatu sekolah.

• Unsur-unsur kebudayaan saling terkait. Misalnya masyarakat

hierarkis dan berorientasi pada kelompok di jepang menekankan

keharmonisan dan kesetiaan,yang secara historis diwujudkan

dalam kebiasaan bekerja di satu tempat seumur hidup dan angat

jarang berpindah kerja.

• Karena merupakan perilaku yang dipelajari, kebudayaan sanggup

menyesuaikan diri. Artinya, kebudayaan berubah sesuai dengan

kekuatan-kekuatan eksternal yang mempengaruhi masyarakat

tersebut.

• Kebudayaan dimiliki bersama oleh anggota-anggota masyarakat

tersebut dan tentu saja menentukan keanggotaan masyarakat itu

(tidak dapat dimiliki sendiri).

C. Unsur-unsur kebudayaan

1. Struktur social
Individu, keluarga dan kelompok merupakan semua

masyarakat manusia melibatkan individu-individu yang hidup dalam

satuan-satuan keluarga dan bekerja sama satu sama lain dalam

kelompok-kelompok. Sikap - sikap sosial yang berbeda - beda

dapat tercermin dalam seberapa penting keluarga tersebut dalam

bisnis. Kebudayaan juga berbeda - beda dari segi petingnya

individu dibandingkan dengan kelompok.

Stratifikasi sosial merupakan berbagai masyarakat beda-

beda dalam tingkat stratifikasi sosialnya, semua masyarakat

mengelompokkan orang-orang dalam batas tertentu berdasarkan

kelahiran, pekerjaan, tingkat pendidikannya atau ciri-ciri lainnya.

Dengan begitu perusahaan multi nasional yang menjalankan usaha

dalam masyarakat yang tinggi strata sosialnya sering harus

menyesuaikan perosedur perekrutan dan kenaikan jabatan dengan

memperhitungkan perbedaan kelas atau marga diantara pegawai

dan atasannya. Misalnya dalam masyarakat yang stratifikasinya

tinggi, pengiklanan harus menyesuaikan pesan - pesan dengan

lebih berhati - hati guna memastikan agar pesan itu hanya akan

menjangkau pemirsa yang dibidik dan tidak meluap ke pemirsa

lainnya yang mungkin saja akan merasa dihina dengan menerima

pesan yang dimaksudkan untuk kelompok yang pertama tersebut.

sedangkan dalam masyarakat yang tidak terlalu terstratifikasi,

kekhawatiran - khawatiran semacam itu tidaklah peting.


Mobilitas sosial ialah kemampuan individu berpindah dari

suatu strata masyarakat ke strata lainnya. Mobilitas sosial

cenderung akan lebih tinggi dalam masyarakat yang kurang

terstratifikasi. Mobilitas social sering mempengaruhi sikap dan

perilaku seseorang terhadap faktor - faktor seperti hubungan kerja,

pembentukan modal manusia, pengambilan resiko, dan

kewirausahaan. Dalam masyarakat yang mobilitas sosialnya tinggi,

seperti masyarakat Amerika Serikat, Singapura dan Kanada, orang

- orang lebih bersedia mencari pendidikan yang lebih tinggi atau

terlibat dalam aktivitas-aktivitas kewirausahaan, karena tahu bahwa

jika mereka sukses, mereka dan keluarganya akan leluasa naik

kelas dalam masyarakat.

2. Bahasa

Bahasa adalah cerminan utama kelompok-kelompok budaya

karena bahasa merupakan sarana penting yang dipakai anggota-

anggota masyarakat untuk berkomunikasi satu sama lain. Bahasa

menata cara anggota-anggota masyarakat berpikir tentang dunia

ini. Para pelaku bisnis yang cerdas menjalankan usahanya dalam

masyarakat yang heterogen menyesuaikan praktik - praktik bisnis

dan pemasaran sesuai dengan jenis bahasa guna memperhitugkan

perbedaan - perbedaan budaya diantara calon - calon

konsumennya.
Bahasa sebagai senjata asing merupakan ikatan-ikatan

bahasa sering menciptakan keunggulan bersaing yang penting

karena kemampuan berkomuniksi sangat berperan penting dalam

menjalankan transaksi bisnis.

Bahasa perantara digunakan untuk menjalankan bisnis, para

pelaku bisnis internasional harus mampu berkomunikasi. Dominasi

bahasa inggris tampaknya memberi keunggulan dalam

perdagangan internasional bagi orang-orang yang bahasa aslinya

adalah bahasa inggris. Dan bahasa inggris juga merupakan bahasa

yang umum digunakan disetiap negara, karena tidak semua orang

dapat menguasai bahasa negara yang dituju, maka digunakanlah

bahasa perantara yang bersifat global. Karena bahasa berfungsi

sebagai jendela menuju budaya suatu masyarakat, banyak pakar

bisnis internasional berpendapat bahwa mahasiswa seharusnya

diperkenalkan dengan bahasa - bahasa asing, sekalipun mereka

tidak dapat menguasainya. Walaupun kemahiran adalah yang

terbaik, bahkan tingkat pelatihan bahasa yang rata - rata pun akan

memberikan kepada mahasiswa tersebut petunjuk tentang norma -

norma dan sikap budaya yang terbukti membantu dalam bisnis

internasional. Bahasa Terjemahan, di gunakan oleh perusahaan

agar dapat mengurangi resiko peluangnya mengirimkan pesan-

pesan yang salah pada konsumennya, dengan menggunakan

teknik yang dikenal sebagai terjemahan balik. Dengan ini


seseorang menerjemahkan suatu dokumen kemudian orang kedua

menerjemahkan kembali versi terjemahan itu ke bahasa aslinya.

Biasanya perusahaan memiliki penterjemah sendiri (yang dapat di

peraya) dari dalam perusahaan, agar tidak terjadi penipuan pada

saat bahasa diterjemahkan. Berkata “tidak” merupakan kesulitan

budaya lainnya yang dihadapi para pelaku bisnis internasional

adalah bahwa kata-kata mungkin memiliki makna yang berbeda

bagi orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Dan

kata “tidak” sangatlah di anggap tidak sopan/ tidak pantas di

ucapkan pada budaya jepang, tetapi bagi budaya barat khusunya

eropa, berkata tidak merupakan penegasan yang harus di ucapkan

ketika ketidak menyatakan ketidak setujuan bagaimanapun kondisi

yang dihadapi saat itu.

3. Komunikasi

Komunikasi di luar batas budaya dapat digolongkan menjadi

komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal

merupakan komunikasi umum yang menggunakan kata - kata

dengan bahasa yang sama ataupun dengan bahasa yang berbeda.

Sedangkan komunikasi nonverbal dapat diartikan sebagai anggota-

anggotamasyarakat berkomunikasi satu sama lain dengan

menggunakan lebih dari sekedar kata-kata. Komunikasi nonverbal

meliputi ekspresi wajah, gerakan tangan, intonasi, kontak mata,

posisi tubuh dan postur tubuh. Komunikasi nonverbal juga berbeda


di setiap negara, sehingga dalam penerapannya sering terjadi

kesalah pahaman. Untuk itu para pebisnis harus mengetahui

komunikasi nonverbal yang ada dinegara tempat pebisnis tersebut

akan mendirikan usahanya. Bahkan sikap diam memiliki makna

yang berbeda, misalnya saja di Amerika Serikat (AS) cenderung

tidak menyukai sikap diam dalam rapat karena sikap diam tersebut

mencerminkan ketidak mampuan dalam berkomunikasi ataupun

berempati. sedangkan di Jepang, sikap diam tidak memiliki arti

apapun selain orang itu sedang berfikir atau ucapan tambahan

akan menimbulkan ketidakharmonisan.

Pemberian hadiah dan keramahtamahan meupakan alat

komunikasi yang penting dalam banyak budaya bisnis. Misalnya

saja di negara Jepang, para pebisnis tersebut wajib memberikan

hadiah bagi para rekan bisnisnya, karena apabila tidak hal tersebut

merupakan hinaan bagi pebisnis Jepang karena dianggap tidak

menghargai budaya Jepang itu sendiri. Norma keramahtamahan

bahkan mempengaruhi bagaiman cara menyampaikan berita yang

tidak menyenagkan (berita buruk). Di Amerika Serikat, kabar buruk

langsung dikatakan begitu berita buruk tersebut didengar. Tetapi

tidak di Korea, berita buruk akan disampaikan ketia satu hari

hampir habis ( di akhir jam kerja) agar tidak mengganggu kegiatan/

pendapatan satu hari tersebut. Lain juga di Jepang, berita buruk


disampaikan informal melalui orang ke tiga demi menjaga

keharmonisan.

4. Agama

Agama merupakan aspek penting kebanyakan masyarakat.

Agama mempengaruhi bagaimana cara anggota-anggota

masyarakat berhubungan satu dengan yang lain dan dengan pihak

luar. Agama membentuk sikap yang dimiliki pemeluknya terhadap

pekerjaan, konsumsi, tanggungjawab indiidu dan perencanaan

untuk masa depan. Agama juga mempengaruhi jenis - jenis produk

yang boleh dibeli konsumen dan juga pola - polo musim konsumsi.

Dampak agama terhadap bisnis internasional di setiap negara

berbeda - beda bergantung pada sistem hukum negara tersebut,

homogenitas keyakinan agamanya dan toleransi terhadap

pandangan - pandangan agama lain. Dan negara - negara yang

dicirikan keragaman agamanya mungkin menwarkan tantangan

yang lebih besar .

5.Nilai dan sikap

Nilai adalah prinsip dan standar yang diterima oleh anggota.

Sedangkan sikap merupakan tindakan, perasaan dan pemikiran

yang dihasilakan dari nilai - nilai tersebut. Waktu merupakan sikap

yang sangat berbeda dari budaya satu ke budaya lainnya. Dalam

budaya Anglosaxon sikap yang umum ditemukan ialah waktu


adalah uang. Waktu melambangkan kesempatan untuk

memproduksi lebih banyak dan meningkatkan pendapatan

seseorang, sehingga waktu tersebut tidak boleh disia-siakan. Dan

penetapan waktu dalam pebisnis biasanya ialah tepat waktu on

time), karena bagi mereka waktu sangatlah penting dalam

menjalakan bisnisnya. Namun bagi beberapa negara sikap on time

tidaklah diperlukan, bahkan wajar untuk memulai suatu pertemuan

bila menunggu ataupun sekedar mengobrol antar anggota yang

ada sambil menunggu anggota yang lainnya hadir dan meengkapi

pertemuan tersebut. Kebijakan pintu terbuka mencerminkan

keramahtamahan orang tersebut dan sikap hormat yang ditawarkan

kepada semua tamu.

Umur merupakan perbedaan - perbedaan budaya yang

penting terdapat dalam sikap terhadap umur. Di amerika serikat,

usia muda dianggap sebagai keutamaan. Banyak perusahaan AS

menghabiskan banyak waktu dan energy untuk mengenali orang-

orang muda yang karirnya cepat menanjak dan memberikan tugas-

tugas penting dan sulit. Sedangkan di Cina, semakin tua maka

dianggap semakin berkualitas karena mereka dianggap telah

banyak pengalaman dan lebih ahli dalam bidangnya dibandingkan

yang muda. Sehingga dengan perbedaan umur inilah seseorang

dapat atau tidaknya penghargaan dari perusahaan yang berada

dinegara tersebut dengan budaya yang ada.


Pendidikan dapat dikelompokan melalui sistem pendidikan

formal negeri dan swasta suatu Negara yang merupakan alat

penyebarluasan dan cerminan penting nilai-nilai budaya

masyarakatnya. Dan pola pendidikan disetiap negara berbeda -

beda, bergantung pada sebaerapa penting pendidikan bagi negara

tersebut dan panspesifikasikan yang didasarkan pada kebutuhan

riset negara tersebut.

Status di dalam beberapa masyarakat, status diwariskan

sebagai akibat dari kekeyaan atau kelas social nenek moyang

seseorang. Engan egitu seseorang tidak butuh kerja keras utuk

mendapatkan status yang tinggi, tapi seseorang juga akan merasa

terhina ketika dilahirkan dalam satatus yang rendah dan tidak dapat

meningkat statusnya dengan cara apapun (seperti strata di india).

Namun dalam budaya lainnya status diperoleh individu tersebut

melalui pencapaian pribadi atau keberhasilan professional.

Sehingga seseorang harus melakukan sesuatu yang dapat

dibanggakan atau mendapatkan penghargaan apabila ingin

statusnya naik/ meningkat.

D.Konteks Budaya

1.Pendekatan Konteks - Rendah Konteks Tinggi Hall

Dalam budaya konteks rendah, kata-kata yang dipakai

pembicara eksplisit menyampaikan pesan pembicara tersebut


kepada pendengarnya. Dalam budaya konteks tinggi, konteks

terjadinya pembicaraan tersebut akan sama pentingnyadengan

kata-kata yang benar-benar diucapkan dan petunjuk-petunjuk

budaya yang berperan penting dalam memahami apa yang sedang

dikomunikasikan.

Perilaku bisnis dalam budaya konteks - tinggi sering

berbeda dari perilaku bisnis dalam budaya konteks - rendah.

Budaya konteks - tinggi memberikan nilai yang lebih tinggi pada

hubungan antar pribadi dalam menentukan apakah akan

menyetujui suatu kesepaatan bisnis. Sedangkan dalam budaya

konteks - rendah lebih mementingkan ketentuan - ketentuan

khusus suatu transaksi.

2.Pendekatan Kelompok Budaya

Adalah teknik lain dalam mengklasifikasi dan memahami

budaya-budaya nasional. Kelompok budaya terdiri atas negara-

negara yang memiliki banyak kesamaan budaya, walaupun tetap

ada perbedaan.

Banyak pebisnis internasional secara naluriah menggunakan

pendekatan kelompok budaya dalam merumuskan strategi -

strategi internasionalisasi mereka. Kedekatan budaya dapat

mempengaruhi bentuk yang dipakai perusahaan untuk memasuki


pasar luar negeri. Dengan begitu tercipta kenyamanan dalam

menjalankan hubungan pebisnis yang satu dengan yang lainnya.

3. Lima Dimensi Hofstede

Studi yang paling berpengaruh dalam menganalisa

perbedaan-perbedaan budaya dan mensintesakan persamaan-

persamaan budaya adalah studi yang dilakukan Geert Hofstede,

seorang peneliti belanda mempelajari 116.000 orang yang bekerja

dalam puluhan Negara yang berbeda. Walaupun karya Hofstede

dikritik karena kelemahan metologi dan prasangka - prasangka

budaya sendiri, penelitian tersebut masih tetap menjadi karya

terbesar dan paling konfrehensif. Dan karya Hofstede menggali 5

dimensi penting dimana orang - orang tampaknya berbeda - beda

dalam setiap budaya. Dan dalam setiap budaya tertentu, ada

kemungkinan orang - orang berada pada setiap titik pada masing -

masing dimensi.

Ada 5 Dimensi budaya nasional menurut Hofstede :

 Orientasi sosial Adalah keyakinan seseorang tentang relative

pentingnya individu dan kelompoknya. Individualisme adalah

keyakinan budaya bahwa orang tersebut harus didahulukan.

Nilai-nilai utama orang-orang individualistik adalah tingkat harga

diri yang tinggi dan kemedekaan. Kolektivisme adalah

pandangan bahwa kelompok didahulukan, hal ini merupakan


lawan dari individualisme. Masyarakat yang cenderung bersifat

kolektivistik biasanya dicirikan jaringan social yang ditetapkan

dengan jelas, termasuk keluarga besar, suku dan rekan kerja.

Masyarakat dihaapkan dapat menempatkan kepentingan

kelompok diatas kesejahteraan, kepentingan atau keberhasilan

pribadinya sendiri. Perilaku individu dalam budaya semacam ini

sangat di pengaruhi rasa malu (jika suatu kelompok gagal, para

anggotanya akan sangat merasakan kegagalan dalam hati dan

merasakan sangat malu). Selain itu juga para anggota berusaha

menyesuaikan diri dengan para anggota kelompok tersebut

secara harmonis, dengan konflik atau ketegangan yang sedikit

mungkin. Dalam masyarakat yang individualistic, jalur karir

seseorang sering melibatkan pendah kerja untuk mencari

pekerjaan yang menawarkan gaji yang lebih tinggi dan

menantang, sehingga orang tersebut dapat membutikan

kemampuannya dalam lingkungan baru dan berubah.

 Orientasi Kekuasaan Orientasi merujuk pada keyakinan bahwa

orang dalam suatu budaya memiliki pandangan tentang

kewajaran kekuasaan dan perbedaan wewenang dalam

berbagai hierarki seperti organisasi bisnis. Beberapa budaya

bercirikan rasa hormat terhadap kekuasaan, ini berarti bahwa

masyarakat dalam suatu budaya cenderung menerima

kekuasaan dan wewenang kekuasaan, wewenang atasannya


semata-mata berdasarkan kedudukan atasan tersebut dalam

hierarki itu. Orang - orang yang sama ini juga cenderung

menghormati hak atasannya atas kekuasaan itu. Orang - orang

yang berada dalam budaya yang bercirikan toleransi kekuasaan

memberikan peran penting yang jauh lebih kecil terhadap

kedudukan seseorang dalam hierarki tersebut. Mereka mau

mnegikuti pemimpin jika emimpin tersebut dianggap benar atau

jka tampak bahwa demi kepentingan mereka sendirilah

bertindak semacam itu, tetapi bukan karena hak yang tidak

kelihatanorag tersebut mengeluarkan perintah. Sebaliknya

orang-orang dalam budaya yang bercirikan toleransi kekuasaan

memberikan peran penting yang jauh lebih kecil terhadap

kedudukan seseorang dalam hierarki tersebut. Orang yang

berasal dari budaya toleran terhadap kekuasaan percaya bahwa

hierarki ada untuk menyelsaikan masalah dan menata

pekerjaan dalam organisasi.

Sikap budaya yang berbeda terhadap orientasi

kekuasaan dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam

bisnis. Kita dapat memperoleh perspektif tambahan tentang

dimensi - dimensi Hofstede denga melihatnya dalam bentuk

kombinasi. Misalnya, jika orientasi sosial dan orientasi

kekuasaan di gabungkan, negara - negara individualistik dan

yang toleran terhadap kekuasan tampaknya berkelomok,


sebagaimana terjadi pada negara - negara yang kolektivistik

dan meghormati kekuasaan.

 Orientasi Ketidakpastian Adalah perasaan yang dimiliki

seseorang tentang situasi yang tidak pasti dan ambigu.

Penerimaan ketidakpastian dirangsang oleh perubahan dan

berkembang dari peluang-peluang baru. Ambiguitas

dipandang sebagai suatu konteks dimana individu dapat

tumbuh, berkembang dan menghasilkan kesempatan-

kesempatan baru. Sebaliknya penghindaran ketidakpastian

tidak menyukai ambiguitas dan sedapat mungkin akan

menghindarinya. Ambiguitas dan perubahan dipandang

sebagai sesuatu yang tidak di inginkan. Orang - orang ini

cenderung lebih menyukai cara- cara terstruktur, rutin dan

bahkan birokratis dalam menjalankan sesuatu. Mobilitas

kerja kemungkinan akan lebih tinggi di negara - negara yang

menerima ketidak pastian daripada di negara yang

bercirikan penghindaran ketidakpastian.

 Orientasi Sasaran Adalah sikap di mana orang termotivasi

untuk bekerja karena jenis sasaran yang berbeda. Salah

satu bentuk ekstrem dalam continuum orientasi sasaran

tersebut adalah perilaku sasaran agresif. Yang menganut

perilaku sasaran pasif memberikan nilai yang lebih tinggi

pada hubungan sosial, kualitas hidup dan perhatian kepada


orang lain. Budaya yang menghargai perilaku sasaran yang

agresif juga cenderung menentukan peran- peran

berdasarkan jenderyang agak kaku, seangkan budaya

menekankan perilaku sasaran yang pasif tidak demikian.

Dalam budaya yang bercirikan perilaku sasaran yang sangat

agresif, kaum pria diharapkan bekerja dan memusatkan

karirnya dalam pekerjaan yag secara tradisional dilakukan

pria, sedangkan yang wanita diharapkan tidak bekerja di luar

rumah dan memusatkan perhatian pada keluarga mereka.

Namun penerapan seperti ini tidak berlaku bagi negara -

negara lain. Karena negara - negara lain memiliki penerapan

dimana wanita dan pria dapat bekerja sesuai dengan

kemauan dan kemampuannya.

 Orientasi Waktu Adalah sejauh mana anggota-anggota

suatu budaya menganut pandangan jangka pendek versus

jangka panjang terhadap pekerjaan,kehidupan,dan aspek-

aspek masyarakat lainnya. Beberapa budaya seperti budaya

Jepag, Hong Kong, Korea dan Taiwan memiliki orientasi

masa depan janga panjang yang menjunjung dedikasi, kerja

keras, ketekunan dan sikap hemat. Sedangkan budaya lain

kebih menekankan pada penghormatan terhadap tradisi dan

pemenuhan - pemenuhan kewajiban sosial.

E. Manajemen Internasional dan Perbedaan Budaya


Memahami Budaya-budaya baru

Ketika berhadapan dengan budaya baru, banyak pebisnis

internasional melakukan kesalahan dengan mengandalkan kriteria

acuan pribadi yaitu, penggunaan tanpa sadar budaya sendiri seseorang

untuk membantu menilai lingkungan-lingkungan baru. Pelaku bisnis

yang melakukan perjalanan ke luar negeri harus ingat bahwa mereka

adalah orang asing dan harus mencoba bersikap sesuai aturan - aturan

budaya yang berlaku. Kecakapan lintas budaya adalah langkah pertama

dalam akulturasi yaitu, proses dimana orang-orang bukan hanya

memahami budaya asing, namun juga mengubah dan menyesuaikan

perilaku mereka guna menjadikannya lebih sesuai dengan budaya

tersebut. Ada sejumlah cara memperoleh pengetahuan tentang budaya -

budaya guna mencapai kecakapan lintas budaya. Cara terbaik dan

paling umum adalah melalui pengalaman pribadi dan kebiasaan

menjalankan bisnis di luar negeri, sebagai bagian dari perjalanan bisnis

maupun penempatan jangka panjang atau dari perjalanan nonbisnis.

Kecakapan lintas budaya adalah langkah pertama dalam akulturasi,

yaitu proses dimana orang - orang bukan hanya memahami budaya

asing namun juga mengubah dan menyesuaikan perilaku mereka guna

menjadikannya sesuai dengan budaya tersebut. Akulturasi sangat

berperan penting bagi manajer negara pendatang yang sering

berinteraksi dengan penduduk negara tujuan. Yang makin memperumit

persoalan, banyak negara yang memiliki banyak budaya, walaupun


tigkat keragaman budaya tersebut berbeda - beda di setiap negara. Para

pebisnis internasional yang berhasil harus mengenali ciri-ciri nasional

utama dan juga setiap sub-budaya yang penting dalam masyarakat yang

bersifat heterogen.

Perusahaan - perusahaan multinsional memudahkan proses


konvergensi melalui iklan - iklan yang mendefinisikan gaya hidup, sikap,
tujuan yang patut dan dengan membawa teknik manajemen baru serta
nilai budaya - budaya e negara tempat mereka menjalankan.

F. Pentingnya Budaya Dalam Bisnis Internasional

Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas dewasa ini,


perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan bisnis internasional
menghadapi permasalahan budaya dalam upaya pengembangan
bisnisnya.

Contoh permasalahan budaya yang mungkin muncul dalam


kegiatan bisnis di antaranya adalah sebagai berikut.
1)    Perusahaan sangat sulit untuk menerapkan bauran pemasaran
(marketing mix) yang sama di berbagai negara akibat keanekaragaman
sikap dan nilai masyarakat.
2)    Warna memiliki arti yang berbeda di dalam budaya yang berbeda,
sehingga para agen pemasaran harus berhati-hati dan memeriksa apakah
suatu warna memiliki arti khusus sebelum menggunakannya untuk
produk, kemasan atau iklan.
3)    Sikap terhadap waktu yang berbeda di beberapa negara. Misalnya di
Amerika Serikat, jika seseorang tidak tepat waktu atau terlambat
menghadiri pertemuan yang telah dijanjikan, maka diasumsikan bahwa
orang tersebut tidak menganggap pertemuan itu penting. Akan tetapi di
negara lain, misalnya di Timur Tengah, dapat berarti kebalikannya.
4)    Di beberapa negara, sikap seseorang  terhadap pekerjaan
diasosiasikan dengan gengsi. Banyak penduduk di negara berkembang
yang menilai bahwa pekerjaan fisik gengsinya lebih rendah dari pekerjaan
non fisik.

G. Kekuatan Politik
Banyak kekuatan politik yang harus dihadapi bisnis internasional
yang bersumber dari faktor ideologi, serta faktor lainnya seperti masalah
stabilitas pemerintah, nasionalisme, terorisme, hubungan dengan
organisasi internasional dan lain-lain.

a. Faktor Ideologi

Dari sudut keyakinan ideologi, maka pemerintah, partai, dan


masyarakat di suatu negara menganut salah satu dari tiga ideologi,
komunisme, kapitalisme atau sosialisme. Dalam melaksanakan
kebijakan ekonominya, suatu negara dapat menganut sistem
ekonomi yang didasarkan pada ideologi tersebut. Sebagai
pengecualian, dalam melaksanakan kebijakan ekonominya ada
beberapa negara yang menganut dua sistem, khususnya
komunisme dan kapitalisme. Disamping itu juga dikenal feodalisme,
golongan konservatif dan liberal.

1)    Feodalisme
Istilah feodalisme mengacu pada suatu sistem
ekonomi, sosial dan politik, yang dibatasi secara tegas oleh
struktur kelas-kelas, dimana kaum bangsawan berada di
bagian puncak dan petani di bagian bawah. Di antara
keduanya terdapat beragam strata, seperti kaum pedagang
dan pekerja kerajinan,  yang bertindak selaku perantara atas
kedua ekstrim tersebut. Feodalisme merupakan struktur
perekonomian yang sangat abadi, yang masih ada sampai
sekarang. Di tanah Arab, sistem feodal Sheikh masih
diterapkan secara luas hingga kini dan keluarga- keluarga
raja menguasai lebih dari sekedar status asal saja.

2)    Komunisme
Komunisme yang dicetuskan oleh Karl Marx
merupakan teori perubahan sosial dengan cita-cita
masyarakat tanpa perbedaan kelas sosial. Dalam sistem
ekonomi komunis, semua faktor produksi utama dimiliki oleh
pemerintah, umumnya produksi dilakukan oleh pemerintah,
dan serikat sekerja dikendalikan oleh pemerintah.

3)    Kapitalisme
Dalam pengertian yang paling dasar, kapitalisme
terdiri dari serangkaian prinsip-prinsip ekonomi yang
didasarkan pada konsep properti pribadi dan
kewirausahaan. Menurut kapitalisme yang ideal adalah
bahwa bisnis sebagian besar dijalankan oleh perusahaan-
perusahaan swasta pengejar laba, sedangkan faktor
produksi dimiliki oleh swasta atau perseorangan, dan fungsi
pemerintah hanya menangani fungsi yang tidak dapat
dilakukan oleh swasta atau perseorangan, misalnya
hubungan luar negeri, pertahanan, polisi dan pelayanan
umum lainnya.

4)    Sosialisme
Istilah sosialisme mengacu kepada sistem ekonomi
yang menuntut perencanaan pusat (sentral), dimana
pemerintah memiliki kontrol langsung dan seutuhnya atas
perlengkapan produksi. Menurut pandangan sosialisme,
alat-alat produksi dan distribusi dasar dimiliki, dioperasikan
dan digunakan oleh masyarakat secara kolektif dengan
pengawasan dari pemerintah, dan keuntungan bukan
merupakan tujuan.

5)    Perekonomian Sosialis-Pasar


Pemerintah Cina dewasa ini memadukan doktrin
politik komunis dengan bentuk kapitalisme terbatas, sebagai
“pasar sosialis”. Dalam sistem ini, bagian-bagian tertentu
dari perekonomian yang direncanakan secara terpusat
diperbolehkan untuk mengejar sasaran-saran kapitalis.
Kepemilikan pribadi dan upaya memperoleh laba
diperbolehkan. Perusahaan swasta baru diperbolehkan
untuk menjual saham dan bersaing dengan industri-industri
yang dimiliki pemerintah.

6)    Konservatif dan Liberal


Sebutan konservatif ditujukan kepada seseorang,
kelompok atau partai yang berkeinginan untuk
meminimalkan kegiatan pemerintah dan memaksimalkan
kegiatan swasta atau perseorangan. Sedangkan liberal
adalah sebaliknya, yaitu ditujukan kepada seseorang,
kelompok atau partai yang menghendaki peranan
pemerintah lebih besar dalam bidang ekonomi, kepemilikan
dan pengaturan usaha.

H. Analisis Risiko Politis Dalam Bisnis Internasional

   1. Risiko Politik (Political Risk)


Risiko politik adalah kemungkinan bahwa investasi bisnis di
luar negeri akan terkendala oleh kebijakan pemerintah di negeri
tersebut. Terdapat tiga kategori dasar dari risiko politik, yaitu
transfer risks, operational risks, dan ownership-control risks.
Transfer risks merupakan kebijakan pemerintah untuk membatasi
transfer modal, pembayaran, produksi, orang dan teknologi untuk
masuk dan keluar negeri. Operational risks merupakan kebijakan
dan prosedur pemerintah yang secara langsung menghambat
manajemen dan kinerja operasi lokal. Sedangkan ownership-
control risks merupakan kebijakan atau tindakan pemerintah yang
menghalangi kepemilikan atau mengawasi operasi lokal.

   2. Analisis Risiko Politik Makro (Macro Political Risk Analysis)

Ini merupakan analisis untuk meninjau kebijakan politik


utama yang mempunyai kemungkinan akan mempengaruhi seluruh
perusahaan di dalam negeri.

   3. Analisis Politik Mikro (Micro Political Risk Analysis)

Ini merupakan analisis yang dilakukan langsung terhadap


kebijakan dan tindakan pemerintah yang mempengaruhi sektor-
sektor ekonomi tertentu atau bisnis asing tertentu di dalam negeri.

    4.Analisis Risiko Pengambilalihan (Expropriation Risk Analysis)

Pengambilalihan adalah penguasaan bisnis oleh negara tuan


rumah dengan sedikit atau tanpa kompensasi. Beberapa proses
pengambilalihan didasarkan kepada indigenization laws, yaitu undang-
undang yang menyatakan bahwa bangsa di suatu negara memiliki
kepentingan (hak) utama di dalam operasi bisnis di negara tersebut.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Memahami perbedaan-perbedaan budaya sangat berperan penting

bagi keberhasilan perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam bisnis

internasional. Budaya suatu masyarakat mempengaruhi aturan-aturan

politik, ekonomi, sosial dan etika yang harus dipatuhi suatu

perusahaan dalam hubungan-hubungan bisnisnya dalam masyarakat

tersebut. Budaya suatu masyarakat mencerminkan nilai-nilai,

keyakinan, perilaku, kebiasaan dan sikapnya. Budaya adalah perilaku

yang dipelajari yang ditularkan dari satu anggota masyarakat ke

anggota lainnya. Budaya suatu masyarakat terdiri atas banyak unsur.

Struktur sosial mencerminkan keyakinan budaya tersebut tentang

peran seseorang dalam masyarakat dan pentingnya mobilitas dalam

masyarakat itu.

Bahasa adalah unsur budaya penting lainnya karena bahasa

memunkinkan anggota-amggota masyarakat tersebut berkomunikasi

satu sama lain. Budaya suatu masyarakat mencerminkan dan

membentuk nilai-nilai dan sikapnya termasuk nilai dan sikap terhadap

waktu, umur, status dan pendidikan. Semua ini mempengaruhi


pengopersian bisnis dalam banyak hal seperti praktik perekrutan,

tingkat keluar masuknya karyawan dan desain program penggajian.

B. saran

Bagi para pebisnis yang akan melakukan bisnis internasional

hendaknya terlebih dahulu mnegnali budaya dari negara yang akan

menjadi tempat mendirikan perushaan, agar dapat meminimalkan

kerugian yang timbul akibat kesalah pahaman yang terjadi antara

kebudayaan negara yang dituju dengan negara asal. Karena pebisnis

yang handal merupakan pebisnis yang dapat menempatkan dirinya

dalam situasi budaya yang berbeda tanpa menghilangkan budayanya

sendiri. Kemampuan anggota perusahaan dalam menyesuaikan diri

dengan kebudayaan yang ada ataupun kebudayaan yang bercampur

sangatlah penting. Karena semakin tinggi perusahaan memaksimalkan

penyesuaian diri dengan budaya yang ada, maka semakin perusahaan

dapat dengan mudah mengembangkan perusahaannya. Dengan

begitu perusahaanpun dapat mencapai sasaran dan profit yang besar.

Selain itu politik suatu Negara juga perlu diperhatikan karena itu

akan menjadi kekuatan dalam melakukan kerja sama atau bisnis

dalam dunia international.


DAFTAR PUSTAKA

Donal A Ball, Dkk. 2001. Intenational Bisnis buku 1. Salemba Empat: Jakarta

Griffin, Ricky W. Michael W Pustay. 2005. Bisnis Internasional jilid 1. PT Ideks kelompok
Gramedia: Jakarta

http://ahdasaifulaziz.blogspot.com/2011/06/pengaruh-kebudayaan-terhadap-
bisnis.html?m=1 diakses tanggal 9 April 2020

https://erfanrosyadi.blogspot.com/2015/04/peran-kebudayaan-terhadap-bisnis.html?
m=1 diakses 9 April 2020

Anda mungkin juga menyukai