Anda di halaman 1dari 8

Lex Crimen Vol. V/No.

1/Jan/2016

TANGGUNGJAWAB PIDANA TERHADAP PENDAHULUAN


PERBUATAN GRATIFIKASI SEBAGAI TINDAK A. Latar Belakang
PIDANA KORUPSI1 Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999
Oleh : Andre Leonardo Mawikere2 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
jo. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2001
ABSTRAK tentang Perubahan atas Undang-Undang
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi haruslah
mengetahui bagaimana aturan hukum yang optimis dalam menanggulangi tindak pidana
mengatur tentang Gratifikasi sebagai Tindak korupsi. Aturan jelas mengatur dengan sanksi
Pidana Korupsi dan bagaimana penerapan dan hukuman apabila dilanggar, menjadi modal
hukum atas pelanggaran terhadap Gratifikasi bagi Indonesia untuk menghilangkan budaya
menurut Undang-Undang Tindak Pidana dan kebiasaan “Korupsi berjamaah”3 dari bumi
Korupsi. Dengan menggunakan metode Nusantara bukan hanya oleh pemerintah tapi
penelitian yuridis normatif, maka dapat seluruh rakyat Indonesia. Oleh sebab itu,
disimpulkan: 1. Semangat anti Korupsi, Kolusi menarik untuk diteliti antara UU No. 31/1999
dan Nepotisme membawa Indonesia memasuki jo. UU No.20/2001 sebagai hukum positif yang
era Reformasi sehingga penuntasan masalah berlaku di Indonesia terkait dengan salah satu
korupsi menjadi salah satu prioritas penguatan elemen yang masuk kategori korupsi yaitu
hukum untuk dilakukan pemerintah yaitu Gratifikasi.
dengan penyempurnaan dari sisi regulasi yaitu Menurut dari Romli Atmasasmita, seorang
peraturan perundang-undangan tentang Tindak pakar Hukum Pidana Indonesia bahwa “Strategi
Pidana Korupsi yaitu dengan Undang-Undang Pemberantasan Korupsi di Indonesia haruslah
nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang menggunakan 4 (empat) pendekatan yaitu,
Nomor 20 Tahun 2001 maupun penguatan pendekatan hukum, pendekatan moralistic dan
institusi penegak hukum yang buakan saja keimanan, pendekatan edukatif, dan
memacu kinerja lembaga pengak hukum yang pendekatan sosio-kultural.” Pendapat Romli ini
sudah ada, namun membentuk lembaga hukum sejalan dengan pandangan Muhamad Erwin
baru yang secara khusus mengemban tugas yang menyatakan bahwa keberadaan hukum
pemberantasan korupsi yaitu pembentukan positif tidak dapat dipisahkan dengan aspek
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) lewat moral.4Pendekatan Hukum menjadi prioritas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang utama, dimana hukum sebagai “seperangkat
Komisi Pemberantasan Korupsi. 2. Peningkatan norma tentang apa yang benar dan apa yang
modus dan tindakan yang berpotensi salah, yang dibuat atau diakui eksistensinya
melahirkan korupsi disadari benar oleh oleh pemerintah, yang dituangkan sebagai
pemerintah sehingga penyempurnaan dari sisi aturan tertulis (peraturan) ataupun tidak
regulasi yang mengatur tentang tipologi Tindak tertulis, yang mengikat dan sesuai dengan
Pidana Korupsi menjadi salah satu hak yang kebutuhan masyarakatnya secara keseluruhan,
diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun dan dengan ancaman sanksi bagi pelanggar
2001 yang memasukkan Gratifikasi sebagai aturan”.5 Hal ini sejalan dengan gagasan
Tindak Pidana Korupsi, hal ini selanjutnya Parsons, lewat pendapatnya yang menyatakan
diikuti dengan sejumlah prosedur yang harus “nampaknya dapat menjadi semacam
dilewati apabila seseorang menerima alternative, menurutnya agar sistem hukum
Gratifikasi.
Kata kunci: Tanggungjawab pidana, gratifikasi,
3
korupsi Istilah yang sering digunakan dalam berbagai diskusi,
pemberitaan di media cetak dan elektronik yang
menunjukkan adanya kegiatan korupsi yang dilakukan
bersama-sama oleh sekelompok orang dimana antara
mereka terjalin satu bentuk kerjasama dan hubungan
dalam bidang pekerjaannya.
1 4
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Dr. Ralfie Pinasang, Muhamad Erwin, Filsafat Hukum, Rajawa;li Press, jakarta,
SH, MH; Frankiano B. Randang, SH, MH 2013, hlm. 156
2 5
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Ahmad Ali, menguak Realitas Hukum, FajarInterpretama,
080711211 Jakarta, 2008, hal.2

91
Lex Crimen Vol. V/No. 1/Jan/2016

dapat berfungsi dengan baik, maka ada empat PEMBAHASAN


hal yang harus diselesaikan terlebih dahulu, A. Aturan Hukum Yang Mengatur Tentang
yaitu : (1) Masalah legitimasi (yang menjadi Gratifikasi Sebagai Tindak Pidana Korupsi
landasan bagi pentaatan kepada aturan- Berpijak pada pendapat-pendapat para
aturan); (2) Masalah interpretasi (yang akan sarjana terkemuka, maka penulis
menyangkut soal penetapan hak dan kewajiban menggunakan pendapat Romly Atmasasmita
subjek, melalui penerapan aturan tertentu); (3) sebagai dasar untuk melakukan analisa
Masalah sanksi (menegaskan sanksi apa, terhadap langkah-langkah yang sudah dilakukan
bagaimana penerapannya dan siapa yang oleh pemerintah dalam penanganan berbagai
menerapkannya); (4) Masalah yurisdiksi kasus korupsi termasuk Gratifikasi sebagai salah
(menetapkan garis kewenangan yang kuasa tipologi dari Tindak Pidana Korupsi.
menegakkan norma hukum, dan golongan apa 1. Legitimasi
yang hendak diatur oleh perangkat norma itu). Perjalanan bangsa ini dalam penanganan
Oleh sebab itu berdasarkan uraian dan korupsi sudah dilakukan sejak masa
alasan-alasan di atas, penulis tertarik untuk pemerintahan Presiden Soekarno, masa
memilih judul “Tanggungjawab Pidana pemerintahan Presiden Soeharto sampai
Terhadap Perbuatan Gratifikasi Sebagai Tindak dengan pemerintahan di era Reformasi, yang
Pidana Korupsi” dalam bentuk Skripsi sebagai dibuktikan dengan adanya berbagai peraturan
tugas akhir pada Fakultas Hukum Universitas perundang-undangan yang mengatur mengenai
Sam Ratulangi Manado. tindak pidana korupsi, bahkan pemerinah pun
telah membentuk berbagai lembaga untuk
B. Perumusan Masalah melaksanakan peraturan perundang-undangan
1. Bagaimanakah aturan hukum yang tersebut. Produk hukum tersebut dapat
mengatur tentang Gratifikasi sebagai disebutkan sebagai berikut:7
Tindak Pidana Korupsi? 1. Peraturan Penguasa Perang Pusat Kepala
2. Bagaimanakah penerapan hukum atas Staf Angkatan Darat tanggal 16 April
pelanggaran terhadap Gratifikasi 1958 No.Prp/Peperpu/013/1958 (BN No.
menurut Undang-Undang Tindak Pidana 40 Tahun 1958)8
Korupsi? 2. Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan
Laut No. Prt/Z.1/1/7 tanggal 17 April
C. Metode Penulisan 1958
Metode yang digunakan adalah metode 3. Peperpu No.24/Prp/1960
induktif dan deduktif6 secara bergantian sesuai 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1960
kebutuhan dengan menggali dari sumber 5. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971
berupa bahan hukum primer yaitu bahan 6. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
hukum yang mempunyai kekuatan mengikat 7. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001
berupa peraturan perundang-undangan Peraturan perundang-undangan yang ada
Indonesia terkait dengan substansi perundang- paling akhir adalah untuk merevis peraturan
undangan di Indonesia, sekunder yaitu bahan sebelumnya, sebagaiana dikemkakan oleh
hukum yang erat kaitannya dengan bahan Chaeruddin bahwa tujuan pemerintah dan
hukum primer dan dapat membantu pembuat undang-undang melakukan revisi atau
menganalisa, memahami, dan menjelaskan penggantian produk legislasi tersebut
bahan hukum primer, yang antara lain adalah merupakan upaya untuk mendorong institusi
buku, internet, artikel ilmiah, disertasi, tesis, yang berwenang dalam pemberantasan
dan makalah, dan tersier adalah bahan hukum korupsi, agar dapat menjangkau berbagai
yang memberikan petunjuk maupun penjelasan modus operandi Tindak Pidana Korupsi dan
atas bahan hukum primer dan sekunder, yaitu meminimalisir celah-celah hukum, yang dapat
kamus. dijadikan alasan bagi pelaku Tindak Pidana

7
Disarikan dari berbagai sumber.
8
Adami Chazawi, Hukum Pidana Materil dan Formil
6
Ibid, hlm.89. Korupsi di Indonesia, Bayu Media, 2014, hlm. 3.

92
Lex Crimen Vol. V/No. 1/Jan/2016

Korupsi untuk dapat melepaskan dirinya dari dengan tegas bahwa tindak Tindak Pidana
jeratan hukum.9 Korupsi sebagai delik formil, tetapi telah
Adanya berbagai peraturan perundang- menegaskan pula pengertian melawan hukum
undangan ini menunjukkan bahwa pemerintah suatu Tindak Pidana Korupsi dalam arti formil
telah melakukan upaya-upaya perbaikan dalam dan materil.14
sistem hukum baik formil maupun materil.
Menurut Andi Hamzah bahwa sebenarnya 3. Sanksi dan hukuman (menegaskan
indonesia adalah negara yang pertama sanksi apa, bagaimana penerapannya
mencanangkan suatu peraturan khusus dan siapa yang menerapkannya);
mengenai pemberantasan korupsi di Asia.10 Setiap bentuk peraturan yang mengatur
Salah satu langkah maju dalam Undang- mengenai pidana selalu disertai dengan adanya
undang Nomor 20 tahun 2001, yaitu adanya sanksi atau hukuman. Sekali lagi mengacu pada
penetapan atas 7 Tipologi Tindak Pidana Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 31
Korupsi sebagai berikut:11 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20
1) Tipe Tindak Pidana Korupsi “Murni Tahun 2001 yang menyatakan, “bahwa suatu
Merugikan Keuangan Negara” perbuatan dikatakan melawan hukum, dalam
2) Tipe Tindak Pidanan Korupsi Suap pengertian formil dan materil bilamana Tindak
3) Pemerasan Pidana Korupsi tersebut mencakup perbuatan-
4) Penyerobotan perbuatan tercela yang menurut perasaan
5) Gratifikasi keadilan masyarakat harus dituntut dan
6) Percobaan, Pembantuan dan dipidana.”15
Permufakatan Selain mengacu pada bentuk-bentuk
7) Tipe Tindak Pidanan korupsi lainnya. hukuman yang atur dalam KUHP sanksi-sanksi
yang dibebankan menurut peraturan
2. Interpretasi yaitu mengenai penetapan perundang-undangan ini.
hak dan kewajiban subjek, melalui
penerapan aturan tertentu; 4. Masalah yurisdiksi untuk menetapkan
Penggolongan sebagai extra ordinary crime12 garis kewenangan yang kuasa
sehingga penanganannya pun haruslah ‘extra menegakkan norma hukum, dan
ordinary measures’13, merupakan hal yang golongan apa yang hendak diatur oleh
harus dicermati terutama dalam hal perangkat norma itu.
penanganan setiap kasus korupsi, sehingga Peran penegak hukum disini adalah
harus dilakukan dengan sangat khusus. Korupsi menjalankan fungsi penegakkan hukum dalam
merupakan tindak pidana khusus karena diatur arti mikro yaitu “dalam proses pemeriksaan di
secara tersediri diluar KUHP. telah ditunjukkan pengadilan termasuk proses penyidikan,
dari adanya perluasan perumusan dalam penuntutan hingga pelaksanaan putusan
penafsiran arti melawan hukum dalam Undang- pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum
Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang- tetap.”16
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pendapat-pendapat yang mengemuka
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam tentang penegak hukum pada intinya bertumpu
undang-undang ini, tidak saja telah menyatakan pada integritas moral serta profesionalisme
intelektual sebagai suatu tuntutan bagi
9
Chaerudin.dkk., Strategi Pencegahan & Penegakkan keberadaan lembaga penegak hukum maupun
Hukum Tindak Pidana Korupsi, Refika Adhitama, Bandung, penegak hukum secara personal. Hal ini
2008, hlm. 5. teramat sering mengemuka dalam sebagai
10
Andi Hamzah, Perbandingan Pemberantasan Korupsi di
berbagai negara, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm.78.
bagian dari dinamika dalam masyarakat,
11
Ermansjah Djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK, dimana keberadaan dari lembaga penegak
Sinar Grafikan, 2010, hlm.60-61.
12
Romly Atmasasmita,
13 14
Kamri A, Korupsi, Pidana Mati dan HAM dalam Chaerudin, dkk., Loc.cit., hlm.8.
15
Muladi,ed.all, Hak Asasi Manusia Hakekat, Konsep dan Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 31 Tahun
Implikasinya dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat, 1999 jo.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 200.
16
Refika Adhitama, Bandung, 2005, hal. 155. Chaerudin,dkk., Op.cit, hlm.37.

93
Lex Crimen Vol. V/No. 1/Jan/2016

hukum kinerjanya tidak lepas dari tuntutan- undang, ternyata masih banyak masyarakat
tuntutan masyarakat.17 Adanya ungkapan yang Indonesia yang belum memahami definisi
cukup dikenal dikalangan pemerhati hukum Gratifikasi, bahkan para pakar pun masih
adalah yang disampaikan oleh Profesor memperdebatkan hal ini.
Taverne, “Berilah aku hakim yang baik, jaksa Pengaturan bahkan penguatan dalam
yang baik serta polisi yang baik dengan hukum pengaturan mengenai Gratifikasi diatur secara
yang buruk sekalipun akan memperoleh hasil eksplisit dalam peraturan perundang-undangan
yang lebih baik”18. Pendapat para sarjana karena adanya konflik kepentingan dalam
maupun ungkapan-ungkapan yang mengemuka Gratifikasi, karena 20 konflik kepentingan yang
menunjukkan harapan besar terpenuhinya tidak tertangani dengan baik dapat
21
penegakkan hukum secara maksimal berada di menimbulkan terjadinya korupsi.
pundak aparat penegak hukum yang Perbuatan tindak pidana Gratifikasi tersebut
merupakan elemen utama dalam sistem memang merupakan tindak pidana baru yang
hukum. diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang pemberantasan Tindak Pidana
B. Penerapan Hukum Atas Pelanggaran Korupsi. Pasal 12b Undang-Undang Nomor 20
Terhadap Gratifikasi Menurut Undang- Tahun 2001 tersebut merupakan setiap
Undang Tindak Pidana Korupsi. penerima Gratifikasi bisa dipandang telah
Pengaturan mengenai Gratifikasi merupakan menerima suap apabila berhubungan dengan
suatu hal yang relatif baru dalam penegakan jabatannya. Penerimaan Gratifikasi tersebut
hukum Tindak Pidana Korupsi di Indonesia. dikhawatirkan dapat bertentangan dengan
Untuk pertama kali istilah Gratifikasi digunakan tugas dan kewajibannya sebagai pegawai
dalam perundang-undangan di Indonesia19, negeri/penyelenggara negara.
yaitu sebagaimana ditetapkan pada Pasal 12b Penyelenggaran Negara adalah mengacu
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
Dalam penjelasan pasal tersebut, Gratifikasi tentang penyelenggara negara yang bersih dan
didefinisikan sebagai suatu pemberian dalam bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)
arti luas, yakni meliputi pemberian uang, adalah:22
barang, rabat, komisi, pinjaman tanpa bunga, a. Pejabat negara pada lembaga tertinggi
tiket perjalanan, fasilitas penginapan, negara
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, b. Pejabat negara pada lembaga tinggi
dan fasilitas lainnya, yang diterima di dalam negara
negeri maupun yang di luar negeri dan yang c. Menteri
dilakukan dengan menggunakan sarana d. Gubernur
elektronika maupun tanpa sarana elektronika. e. Hakim
Meskipun sudah diterangkan di dalam undang- f. Pejabat negara yang lain yaitu duta
besar, wakil gubernur, bupati/walikota
17
Salah satu contoh dari sorotan masyarakat terhadap g. Pejabat lain yang memiliki fungsi
lembagan Kejaksaan ini adalah apa yang dilakukan oleh strategis yakni komisaris, Direksi dan
LSM Opus Supremus, sebuah lembaga swadaya Pejabat struktual pada BUMN dan
masyarakat, telah siap untuk mengajukan 13 orang
BUMD, Pimpinan Bank Indonesia (BI),
koruptor Indonesia ke Mahkamah Internasional (MI) di
Den Haag, Belanda.”; Hikmahanto Juwana, Mengadili Para Pimpinan Perguruan Tinggi, pejabat
Koruptor di Mahkamah Internasional , Sebuah Alternatif – eselon satu dan pejabat lain yang
Bunga Rampai Hukum Ekonomi dan Hukum Internasional, disamakan pada lingkungan sipil dan
Lenterae Hati, Jakarta, 2002, hal. 121. [Meskipun dalam militer, jaksa penyidik, panitera
perpektif kaedah keilmuan hal ini mustahil diwujudkan,
akan tetapi hal ni harus disikapi sebagai bentuk
pengadilan, pimpinan atau bendahara
keprihatinan elemen bangsa ini terhadap persoalan proyek.
korupsi yang sepertinya begitu susah diberantas.]
18
Suwandi, Instrumen dan Penegakkan HAM di Indonesia,
dalam Muladi, ed.all, Hak Asasi Manusua Hakekat, Konsep
20
dan Implikasinya dalam Perspektif Hukum dan Ibid, hlm.13.
21
Masyarakat, Refika Adhitama, Bandung, 2005, hal 46-47. Ibid
19 22
Buku saku Memahami Gratifikasi, op.cit, hlm.7 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1998.

94
Lex Crimen Vol. V/No. 1/Jan/2016

h. Pegawai negeri sesuai dengan Undang- ada hubungan kerja atau kedinasan
Undang Nomor 31 Tahun 1999 antara pemberi dan dengan pejabat yang
sebagaimana telah dirubah dengan menerima, dan/atau semata-mata
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 karena keterkaitan dengan jabatan atau
tentang PTPK. kedudukan pejabat tersebut.
Pengertian Gratifikasi menurut penjelasan Disatu pihak masyarakat sangat anti
Pasal 12b UU No. 20 Tahun 2001 menyebutkan terhadap korupsi termasuk Gratifikasi sebagai
bahwa:23 salah satu dari tipologi korupsi, akan tetapi
Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi disisi yang lain secara tidak sadar masyarakat
pemberian uang, barang, rabat (discount), telah mendukung terjadinya tindakan ini
komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket meskipun dengan bentuk dan takaran yang
perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan berbeda bahkan seolah-olah menganggap
wisata, pengobatan cuma-cuma, dan bahwa itu hal yang lumrah.
fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik Peraturan yang mengatur Gratifikasi adalah
yang diterima di dalam negeri maupun di dalam Pasal 12b ayat (1) UU No.31/1999 jo UU
luar negeri dan yang dilakukan dengan No. 20/2001, menyatakan bahwa:25 Setiap
menggunakan sarana elektronik atau tanpa Gratifikasi kepada pegawai negeri atau
sarana elektronik. penyelenggara negara dianggap pemberian
Pengecualian : Undang-Undang No. 20 suap, apabila berhubungan dengan jabatannya
Tahun 2001 Pasal 12c ayat (1) : Ketentuan dan berlawanan dengan kewajiban atau
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12b ayat tugasnya.
(1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan Kemudian dilanjutkan dalam Pasal 12c ayat
Gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi (1) UU No.31/1999 jo UU No. 20/2001,
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. menyatakan bahwa:26 Ketentuan sebagaimana
Tindakan-tindakan yang dapat dikategorikan dimaksud dalam Pasal 12b Ayat (1) tidak
sebagai Gratifikasi adalah:24 berlaku, jika penerima melaporkan Gratifikasi
1. Pemberian hadiah atau uang sebagai yang diterimanya kepada KPK.
ucapan terima kasih karena telah dibantu Penjelasan aturan Hukum dari Pasal 12
2. Hadiah atau sumbangan pada saat Undang-Undang No. 20 / 2001 tentang
perkawinan anak dari pejabat oleh perubahan Undang-Undang No. 31 tahun 1999
rekanan kantor pejabat tersebut adalah bahwa:27 Didenda dengan pidana
3. Pemberian tiket perjalanan kepada penjara seumur hidup atau penjara paling
pejabat atau keluarganya untuk singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan
keperluan pribadi secara cuma-Cuma pidana denda paling sedikit Rp 200 juta dan
4. Pemberian potongan harga khusus bagi paling banyak Rp 1 miliar.
pejabat untuk pembelian barang atau Pegawai negeri atau penyelenggara negara
jasa dari rekanan yang menerima hadiah atau janji, padahal
5. Pemberian biaya atau ongkos naik haji diketahui atau patut diduga hadiah atau janji
dari rekanan kepada pejabat tersebut diberikan untuk menggerakkan agar
6. Pemberian hadiah ulang tahun atau pada melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
acara-acara pribadi lainnya dari rekanan jabatannya, yang bertentangan dengan
7. Pemberian hadiah atau souvenir kepada kewajibannya. Pegawai negeri atau
pejabat pada saat kunjungan kerja penyelenggara negara yang dengan maksud
8. Pemberian hadiah atau parsel kepada menguntungkan diri sendiri atau orang lain
pejabat pada saat hari raya keagamaan, secara melawan hukum, atau dengan
oleh rekanan atau bawahannya. menyalahgunakan kekuasaannya memaksa
Seluruh pemberian tersebut diatas, dapat seseorang memberikan sesuatu, membayar,
dikategorikan sebagai Gratifikasi, apabila

23 25
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001.
24 26
Disarikan dari Buku Saku Memahami Gratifikasi KPK. Ibid
27
Ibid

95
Lex Crimen Vol. V/No. 1/Jan/2016

atau menerima bayaran dengan potongan, atau dari ancaman hukuman pidana tidak hanya
untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri; dikenakan kepada pelaku penerima Gratifikasi
Setiap aturan dalam hukum pidana selalu saja, tetapi juga kepada pemberinya.31
berkiatan dengan Sanksi mengenai masalah Perumusan Gratifikasi secara limitatif
Gratifikasi ini tentang sanksi diatur dalam Pasal sebagaimana tersebut dalam penjelasan Pasal
12b ayat (2) UU no. 31/1999 tentang 12b di atas mengandung kelemahan yakni
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. UU terhadap timbulnya penafsiran bahwa terhadap
No. 20/2001 tentang Perubahan UU No.31 bentuk pemberian lain yang tidak secara tegas
tahun 1999:28 merumuskan berarti diperbolehkan. Memang
Pidana penjara seumur hidup atau dalam penjelasan Pasal tersebut terdapat
penjara paling singkat 4 tahun dan paling kalimat “dan fasilitas lainnya”, di mana
lama 20 tahun dan pidana denda paling rumusan tersebut dimaksudkan untuk
sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp mengantisipasi atau menampung kemungkinan
1 miliar. terjadinya penafsiran dimaksud. Namun
Berdasarkan UU No. 31 tahun 1999 jo UU demikian dalam pelaksanaanya, rumusan
No. 20 tahun 2001 Pasal 12c ayat 2 29 dan UU kalimat “dan fasilitas lainnya” tersebut
No. 30 tahun 2002 tentang Komisi dikhawatirkan justru akan menimbulkan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi30 dalam keraguan, yang pada akhirnya mengakibatkan
Pasal 16, setiap Pegawai Negeri atau perbedaan interpretasi atau penafsiran.
Penyelenggara Negara yang menerima
Gratifikasi wajib melaporkan kepada Komisi PENUTUP
Pemberantasan Korupsi, dengan cara sebagai A. Kesimpulan
berikut : 1. Semangat anti Korupsi, Kolusi dan
Penerima Gratifikasi wajib melaporkan Nepotisme membawa Indonesia
penerimaanya selambat-lambatnya 30 memasuki era Reformasi sehingga
(tiga puluh) hari kerja kepada KPK, penuntasan masalah korupsi menjadi
terhitung sejak tanggal Gratifikasi salah satu prioritas sehingga penguatan
tersebut diterima. Laporan disampaikan hukum dilakukan pemerintah yaitu
secara tertulis dengan mengisi formulir dengan penyempurnaan dari sisi regulasi
sebagaimana ditetapkan oleh Komisi yaitu peraturan perundang-undangan
Pemberantasan Korupsi dengan tentang Tindak Pidana Korupsi yaitu
melampirkan dokumen yang berkaitan dengan Undang-Undang nomor 31 Tahun
dengan Gratifikasi. Formulir sebagaimana 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20
huruf b, sekurang-kurangnya memuat : Tahun 2001 maupun penguatan institusi
Nama dan alamat lengkap penerima dan penegak hukum yang buakan saja
pemberi Gratifikasi. Jabatan Pegawai memacu kinerja lembaga pengak hukum
Negeri atau Penyelenggara Negara yang sudah ada, namun membentuk
Tempat dan waktu penerima Gratifikasi. lembaga hukum baru yang secara khusus
Uraian jenis Gratifikasi yang diterima; mengemban tugas pemberantasan
dan Nilai Gratifikasi yang diterima. korupsi yaitu pembentukan Komisi
Akan tetapi, menurut Pasal 12c ayat (1) UU Pemberantasan Korupsi (KPK) lewat
TIPIKOR, Gratifikasi yang diterima oleh pegawai Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
negeri atau penyelenggara negara tidak akan tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.
dianggap sebagai suap apabila penerima 2. Peningkatan modus dan tindakan yang
Gratifikasi melaporkan kepada KPK. Pelaporan berpotensi melahirkan korupsi disadari
tersebut paling lambat adalah 30 hari sejak benar oleh pemerintah sehingga
tanggal diterimanya Gratifikasi (Pasal 12c ayat penyempurnaan dari sisi regulasi yang
[2] UU TIPIKOR). Dengan demikian terluputkan
31
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt503edf703
889a/ancaman-pidana-bagi-pemberi-dan-penerima-
28
Ibid Gratifikasi, diunduh pada tanggal 7 Pebruari 2013, pkl.
29
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 13.35
30
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002

96
Lex Crimen Vol. V/No. 1/Jan/2016

mengatur tentang tipologi Tindak Pidana Andi Hamzah, Perbandingan Pemberantasan


Korupsi menjadi salah satu hak yang Korupsi di Berbagai Negara, Sinar Grafika,
diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Jakarta, 200 5.
Tahun 2001 yang memasukkan Gratifikasi Bintan Regen Saragih, Politik Hukum,CV.
sebagai Tindak Pidana Korupsi, hal ini Utomo,Bandung, 2006.
selanjutnya diikuti dengan sejumlah Bryan A Garner Editor in Chief, Black’s Law
prosedur yang harus dilewati apabila Dictinary 7th Edition, Book 1, West Group,
seseorang menerima Gratifikasi. St.Paul, Minnesotta, 1999.
Chaerudin.dkk., Strategi Pencegahan &
B. Saran Penegakkan Hukum Tindak Pidana Korupsi,
1. Penguatan instrument hukum maupun Refika Adhitama, Bandung, 2008.
institusi penegak hukum yang dilakukan Ermansjah Djaja, Memberantas Korupsi
pemerintah harus disikapi postif oleh Bersama KPK, Sinar Grafikan, 2010
seluruh elemen bangsa ini untuk _____________, Tipologi Tindak Pidana Korupsi
membebaskan Indonesia dari penjajahan di Indonesia, Mandar Maju,
korupsi sehingga bangsa ini dapat Bandung, 2010
melaksanakan pembangunan di segala Edi Setiadi, Strategi dan Optimalisasi
bidang kehidupan dengan maksimal. Pemberantasan Korupsi, dalam Kapita
Segala bentuk tindakan yang Selekta Hukum Tim Penulisan Pakar Hukum
melemahkan penegakkan hukum Universitas Padjajaran, Bandung, 2009.
mengenai masalah korupsi harus Kamri A, Korupsi, Pidana Mati dan HAM dalam
dianggap sebagai memusuhi rakyat Muladi (ed.all), Hak Asasi Manusia Hakekat,
Indonesia sehingga harus dilawan dengan Konsep dan Implikasinya dalam Perspektif
lebih intense dan lebih keras lagi dalam Hukum dan Masyarakat, Aditama, Bandung,
menindak para pelaku Tindak Pidana 2005.
Korupsi. Mansyur Semma, Negara dan Korupsi
2. Perbaikan dari regulasi mengenai Pemikiran Mochtar Lubis tentang Negara
penambahan tipologi Gratifikasi sangat Manusia Indonesia dan Perilaku Politik,
baik untuk semakin memperkecil Yayasan Obor Indonesia, Cetakan Pertama,
peluang-peluang dan bibit-bibit korupsi Jakarta, 2008.
yang lebih besar. Selain itu bentuk- Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu
bentuk sanksi yang lebih berat harus Perundang Undangan: Dasar-dasar dan
diberikan misalnya sanksi hukuman mati Pembentukannya, Yogyakarta: Kanisius,
jangan hanya dibatas saja pada korupsi 1998.
yang dilakukan pada proyek-proyek Muh.Kusnardi & Bintan Saragih, Ilmu Negara,
bantuan bacana tetapi harus diperluas Gaya Media PRatama, Jakarta, 2000.
lagi. Dengan adanya sanksi hukum yang Muhammad Yamin, Tindak Pidana Khusus,
berat maka orang akan berpikir seribu Pustaka Setia, Bandung, 2012.
kali untuk melibatkan diri dalam Otje Salman & Anton Susanto, Teori Hukum
perbuatan korupsi. Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka
Kembali, Refika Adhitama, Bandung, 2004.
DAFTAR PUSTAKA Romli Atmasasmita, Korupsi, Good Governance
Adami Chazawi, Hukum Pidana Materil dan Dan Komisi Anti Korupsi DiIndonesia,
Formil Korupsi di Indonesia, Bayu Media, Penerbit Badan Pembinaan Hukum Nasional
2014. Departemen Kehakiman danHAM RI,
Alfitra, Hukum Pembuktian dalam Beracara Jakarta, 2002.
Pidana, Perdata dan Korupsi di Indonesia, Simanjuntak.B, Tindak Pidana Korupsi, Refika
Raih Asas Sukses, Cetakan Kedua, Jakarta, Adhitama, Jakarta, 198, hlm.310.
2012. Sri Mamudji, et al. Metode Penelitian dan
Ahmad Ali, menguak Realitas Hukum, Fajar Penulisan Hukum, Badan Penerbit Fakultas
Interpretama, Jakarta, 2008. Hukum Universitas Indonesia, Jakarta , 2005.

97
Lex Crimen Vol. V/No. 1/Jan/2016

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian History of Indonesia, Artikel Runtuhnya


Hukum, cet. III, UI-Press, Jakarta, 1986. Pemerintahan Orde Baru dan Lahirnya
Sophia Hadyanto,ed.all, Paragdigma Kebijakan Reformasi, diunduh dari
Hukum Pasca Reformasi, Dalam angka Ultah http://sejarahindonesiaa.blogspot.com/20
ke-80 Prof.Solly Lubis, Sofmedia, Jakarta, 13/02/runtuhnya-pemerintahan-orde-baru-
2010. dan.html, tanggal 3 Maret 2015, pkl. 13.30.
Suwandi, Instrumen dan Penegakkan HAM di Pengertian , Fungsi dan tujuan Negara
Indonesia, dalam Muladi, ed.all, Hak Asasi Kesatuahn Republik Indonesia, artikel
Manusua Hakekat, Konsep dan Implikasinya diunduh dari
dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat, http://dieks2010.wordpress.com/2010/08/2
Refika Adhitama, Bandung, 2005. 7/pengertian-fungsi-dan-tujuan-negara-
Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan kesatuan-republik-indonesia/ diunduh pada
Sejarah, Kanisius, Yogyakarta, 1982. tanggal 12 Oktober 2015.
Pembukaan UUD 1945. http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5
Undang-undang RI Nomor 8 Tahun 1981 03edf703889a/ancaman-pidana-bagi-
tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) pemberi-dan-penerima-gratifikasi, diunduh
Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 1999 pada tanggal 12 Oktober 2015
tentang Penyelenggara Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme
Undang-undang RI No. 43 Tahun 1999 tentang
Perubahan Atas UU No. 8 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
Undang-undang RI Nomor 31 Tahun 1999
jo.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
Gratifikasi. Apa, Mengapa, dan Bagaimana.
Penerbit: Indonesian Business Link didanai
oleh CIP dan Rio Tinto.
Buku Saku Memahami Gratifikasi yang
diterbitkan Komisi Pemberantasan Korupsi
(“KPK”).
Pengendalian Gratifikasi PT.Len Industri
(Persero), Jakarta, 2014.
E-Modul Gratifikasi, KPK.
www.wikipidie.com diakses pada tanggal 14
Oktober 2015.
Antasari – Antikorupsi – Antisirri ; Menulis
Sejarah Korupsi Bumi Pertiwi, Artikel
diunduh dari
https://serbasejarah.wordpress.com/2009/0
5/05/antasari-antikorupsi-antisirri-menulis-
sejarah-korupsi-bumi-pertiwi-bareng-rani-
juliani/, tanggal 12 Oktober 2015.
Revrisond Baswir, “Dinamika Korupsi di
Indonesia: Dalam Perspektif
Struktural”,olp.uwp.ac.id/www/.../213-
resvisond_baswir.pdf , diunduh pada tanggal
4 Februari 2015.
KPK, Buronlah Koruptor Kau Kutangkap,
Majalah Integrito, Vol.30/TH.V/November-
Desember 2012.

98

Anda mungkin juga menyukai