Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENYAKIT KOLERA

Oleh:

Della Refika Sania


20101014

PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAYUNG NEGERI
T.A 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, pencipta alam
semesta,tidak lupa bershalawat atas rahmat kepada nabi muhammad saw. Karna atas karunia
Allah dapat menyusun makalah yang berjudul “Penyakit Kolera”. Saya selaku penulis jika
ada kata atau tulisan yang kurang dimengerti mohon dimaafkan. Berkaitan dengan ini
harapkan sebagai penulis dapat di terima dengan baik. Tugas ini dibuat atas akademi bahasa
indonesia program studi d3 keperawatan. Demikian makalah ini penulis susun agar dapat
bermanfaat baik penulis maupun pihak yang membacanya. Saran atau pun kritik akan
diterima.

Pekanbaru, 16 Oktober 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................

DAFTAR ISI .....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................................................

B. Rumusan masalah .......................................................................................

C. Tujuan .........................................................................................................
1. Tujuan umum

2. Tujuan khusus

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi penyakit kolera ..............................................................................

B. Model penularan penyakit kolera ...............................................................

C. Gejala penyakit kolera ................................................................................

D. Riwayat alamiah penyakit kolera ................................................................

E. Pengobatan penyakit kolera ........................................................................

F. Pencegahan penyakit kolera .......................................................................

BAB III PENUTUP


A. Simpulan .....................................................................................................

B. Saran ...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.            Latar Belakang

Kolera adalah penyakit infeksi usus yang dapat menyebabkan diare yang berat. Nama
kolera berasal dari bakteri penyebab penyakit ini, yaitu Vibrio cholerae. Penyakit kolera jika
tidak mendapat penanganan segera dapat menyebabkan kematian. Persebaran penyakit kolera
di dunia pada tahun 2017 adalah tahun yang bersejarah untuk kolera, karena setelah
penemuan pertama pada penyakit kolera pada tahun 1817 kini kembali mengalami
peningkatan yang signifikan. Kolera menyebabkan kematian sebanyak 2261 orang di Yaman,
1190 orang di kongo, dan 1007 di Somalia, serta di negara Afrika yang lain (WHO,2018).
Data tersebut diatas menunjukan angak penderita penyakit kolera di seluruh dunia dan
angka kematian yang disebabkan oleh kolera, dengan kasus kolera terbanyak ada di negara-
negara di Afrika, seperti Somalia, Kongo, dan Nigeria.Untuk negara di kawasan Asia sendiri
tidak ada laporan terjadinya kasus kolera (WHO,2018).
Untuk kondisi di Indonesia sendiri menurut Pusat Komunikasi Publik Departemen
Kesehatan RI melalui Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan
(PP&PL) menginformasikan telah terjadi KLB kolera sejak awal April hingga awal Agustus
2008 di Kabupaten Paniai dan Kabupaten Nabire Provinsi Papua dan telah menelan korban
105 penderita meninggal. Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Departemen Kesehatan RI3 melaporkan kondisi masyarakat daerah pedalaman
Papua yang masih jauh dari hidup sehat serta kebiasaan berperilaku tidak sehat seperti minum
air mentah, tidak mencuci tangan sebelum makan, jarang mandi dan berganti pakaian, biasa
buang air besar tidak pada tempatnya seperti di kebun atau sungai serta terbiasa mencium dan
menyentuh penderita yang meninggal akibatnya penyakit kolera sangat cepat menular,
menyebar, dan mewabah ke daerah-daerah sekitarnya hingga akhirnya menimbulkan KLB
kolera, dan sampai saat ini belum ada lagi laporan mengenai kasus kolera di Indonesia
(Puspandari dkk, 2010).
B.            Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah untuk makalah ini adalah bagaimana penyakit kolera?
C. Tujuan
Tujuan umum
Adapaun tujuan umum untuk mendeskripsikan penyakit kolera
Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan mengenai definisi penyakit kolera
2. Untuk mendeskripsikan mengenai model penularan penyakit kolera
3. Untuk mendeskripsikan mengenai gejala penyakit kolera
4. Untuk mendeskripsikan mengenai riwayat alamiah penyakit kolera
5. Untuk mendeskripsikan mengenai pengobatan penyakit kolera
6. Untuk mendeskripsikan mengenai pencegahan penyakit kolera

-
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Penyakit Kolera


Kolera adalah suatu infeksi usus kecil karena bakteri Vibrio cholerae. Bakteri kolera
menghasilkan racun yang menyebabkan usus halus melepaskan sejumlah besar cairan yang
banyak mengandung garam dan mineral. Karena bakteri sensitif terhadap asam lambung,
maka penderita kekurangan asam lambung cenderung menderita penyakit ini. Kolera
menyebar melalui air yang diminum, makanan laut atau makanan lainnya yang tercemar oleh
kotoran orang yang terinfeksi. Kolera ditemukan di Asia, Timur tengah, Afrika, dan Amerika
Latin. Di daerah-daerah tersebut, wabah biasanya terjadi selama musim panas dan banyak
menyerang anak-anak. Di daerah lain, wabah bisa terjadi pada musim apapun dan semua usia
bisa terkena. (Irianto,2014).
Menurut WHO, kejadian kolera harus diduga jika terdapat keadaan-keadaan berikut:
1. Disuatu daerah yang sebelumnya tidak ada penyakit ini lalu ada seorang penderita
berumur 5 tahun atau lebih mengalami dehidrasi berat akibat diare akut.
2. Disuatu daerah yang pernah epidemi kolera, seorang penderita berumur 5 tahun
mengalami diare cair dengan atau tanpa muntah (Ekawati, 2018).
Agen penyebab penyakit ini pada awalnya dijelaskan oleh Filippo Pacini pada tahun
1854, dan kemudian dianalisis lebih lanjut oleh Robert Koch pada tahun 1884. Diperkirakan
bahwa setiap tahun ada 1,3 juta hingga 4 juta kasus kolera, dan 21.000 hingga 143.000
kematian di seluruh dunia dari penyakit (Awofeso dkk,2018).
B. Model Penularan Penyakit Kolera
                                                                                          
Seseorang bisa terkena kolera karena minum air atau makan makanan yang
terkontaminasi dengan bakteri kolera. Ketika terjadi wabah kolera biasanya sumber
kontaminasi dari kotoran (feses) orang yang terinfeksi kolera yang lalu kotoran tersebut
mencemari air yang digunakan untuk makanan. Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat di
daerah yang tidak punya sistem pengolahan limbah dan air minum yang memadai. Orang
tidak akan terkena kolera jika hanya bersentuhan. (Irianto,2014).
Terdapat dua sumber kolera yaitu manusia dan air. Infeksi primer yang terjadi pada
manusia secara tidak sengaja. Sumber utama Vibrio cholerae adalah manusia dengan
lingkungan yang sesuai bagi kehidupan bakteri, yaitu air payau yang akibat pemanasan global
makin banyak dijumpai. Penularan sekunder terjadi secara fekal-oral melalui kontak orang ke
orang atau melalui pencemaran air dan makanan. Penularan sekunder umumnya terjadi di
lingkungan keluarga, tetapi dapat juga terjadi di lingkungan klinik dan rumah sakit tempat
dirawat (Ekawati, 2018).
C. Gejala Penyakit Kolera
Gejala dimulai dalam 1-3 hari setelah terinfeksi bakteri, bervariasi mulai dari diare
ringan tanpa komplikasi sampai diare berat yang bisa berakibat fatal. Beberapa orang yang
terinfeksi, tidak menunjukan gejala. Penyakit biasanya dimulai dengan diare encer seperti air
yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa rasa sakit dan muntah-muntah. Pada kasus yang berat,
diare menyebabkan kehilangan cairan sampai 1 liter dalam 1 jam. Kehilangan cairan dan
garam yang berlebihan menyebabkan dehidrasi disertai rasa haus yang hebat, kram otot,
lemah dan penurunan produksi air kemih.
Banyak cairan yang hilang dari jaringan menyebabkan mata menjadi cekung dan kulit
jari-jari tangan menjadi keriput. Jika tidak diobati, ketidakseimbangan volume darah dan
peningkatan konsentrasi garam bisa menyebabkan gagal ginjal, syok, dan koma. Gejala
biasanya menghilang dalam 3-6 hari. Kebanyakan penderita akan terbebas dari organisme ini
dalam waktu 2 minggu, tetapi beberapa diantara penderita menjadi pembawa dari bakteri
ini. (Irianto,2014).
Selain itu, tanda dan gejala yang terlihat antara lain mual, muntah, sakit perut seperti
kram, dan diare yang terjadi secara tiba-tiba. Tanpa pengobatan yang cepat, dapat
menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi ditandai dengan bibir dan kulit kering, mata terdapat
lingkaran hitam, dan frekuensi serta volume kencing menurun (Ayustawati,2013).

D. Riwayat Alamiah Penyakit Kolera


Riwayat alamiah penyakit (natural history of diseases) merupakan proses
perkembangan suatu penyakit tanpa adanya intervensi yang dilakukan oleh manusia dengan
sengaja dan terencana. Dibagi menjadi beberapa tahap (Irianto, 2014) :
1. Tahap pre patogenesis (stage of susceptibility)
Tahapan dimana terjadi interaksi antara host, agent dan lingkungan. Interaksi di luar
tubuh manusia. Pada tahap ini penyakit belum ditemukan, daya tahan tubuh host masih kuat,
walaupun sudah terancam akibat interaksi tersebut. Pada tahap ini kondisi masih sehat.
2. Tahap inkubasi (stage of presymptomatic diseases)
Tahapan dimana bibit penyakit sudah masuk kedalam tubuh host, namun gejala
penyakit belum nampak. Pada tahap ini, infeksi V. cholerae  terjadi karena masuknya kuman
ini ke dalam saluran cerna melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi atau tercemar
oleh V. cholerae. Tergantung dari jumlah inokulun dan kerentanan dari individu yang
bersangkutan, masa inkubasi infeksi V. cholerae  umumnya antara 12 sampai 72 jam
(Lesmana, 2006).
3. Tahap penyakit dini (stage of clinical diseases)
Pada tahap ini, V. cholerae yang melewati lambung dan bertahan hidup dari pengaruh
asam lambung, kuman-kuman akan mencapai bagian proksimal usus halus di mana terjadi
interaksi antara bakteri dan pejamu. Seperti pada semua kuman-kuman penyebab diare, V.
cholerae  juga harus mempunyai kemampuan untuk melekatkan diri pada mukosa usus
(Lesmana, 2006).
Selanjutnya kuman berkembang biak sambil memproduksi toksin (cholera
toxin). Cholera toxin (tidak tahan panas dan tidak tahan asam) merangsang epitel usus,
meningkatkan aktivitas enzim adenyl cyclase di usus yang selanjutnya menyebabkan
peningkatan cyclic adenosine 3,5-monophosate (cAMP) intraseluler. cAMP ini menyebabkan
sekresi cairan intestinal yang luar biasa sehingga terjadi diare yang hebat yang sifatnya
isotonik (Lesmana, 2006).
4. Tahap penyakit lanjut
Pada tahap ini penyakit makin bertambah hebat, penderita tidak dapat melakukan
pekerjaan dan jika berobat umumnya telah memerlukan perawatan.
5. Tahap akhir penyakit
Pada tahap ini, perjalanan penyakit akan berhenti dengan beberapa keadaan yaitu :
a. Sembuh sempurna: kondisi host baik bentuk dan fungsi tubuh kembali semula
seperti keadaan sebelum sakit.
b. Meninggal dunia: terbentuknya perjalanan penyakit dan pejamu meninggal dunia.
Tahapan ini merupakan keadaan yang tidak diharapkan.

E. Pengobatan Penyakit Kolera


Hal terpenting adalah mengganti kehilangan cairan, garam dan mineral dari tubuh
(terapi cairan dan elektrolit). Pada dehidrasi ringan dan sedang dapat diberikan rehidrasi
melalui oral (oralit). Untuk penderita dengan dehidrasi berat, cairan diberikan dengan
intravena (infus). Di daerah wabah, cairan diberikan melalui selang yang dimasukkan melalui
hidung menuju ke lambung. Bila dehidrasi sudah diatasi, tujuan pengobatan berikutnya
adalah menggantikan jumlah cairan yang hilang karena diare dan muntah (Medkes, 2014).
Pengobatan antibiotika merupakan upaya penting di samping terapi cairan. Pemberian
antibiotic dpat mengurangi waktu ekskresi bakteri Vibrio cholera, memperpendek lama diare,
dan mengurangi jumlah cairan intravena maupun oral dalam rehidrasi penderita. Jenis
antibiotik yang efektif untuk kolera adalah tetrasiklin, dosisiklin, norfloksasin atau antibiotik
lainnya dapat membunuh bakteri dan biasanya akan menghentikan diare dalam 48 jam
(Lesmana, 2006).  
Lebih dari 50% penderita kolera berat yang tidak diobati akan meninggal dunia.
Kurang dari 1% penderita yang mendapat penggantian cairan yang adekuat, meninggal dunia
(Lesmana, 2006).

F. Pencegahan Penyakit Kolera


            Dimana kondisi persediaan air bersih tidak memadai dan sanitasi klingkungan yang
buruk, transmisi dari semua jenis infeksi enterik, termasuk kolera sangat mudah terjadi. Jika
timbul epidemic kolera maka prioritas pertama adalah upaya untuk menekan angka kematian
dengan menyediakan fasiltas rehidrasi dan pendidikan kesehatan agar penderita segera
mencari pertolongan ke pusat pelayanan kesehatan (Lesmana, 2006).
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian vaksin kolera. Vaksin kolera berisi V.
Cholerae yang sudah dilemahkan lewat serotip inaba dan ogawa untuk melawan panas tubuh
yang muncul akibat serangan kolera. Vaksin bisa melindungi sampai 50% selama 3-6 bulan
(Kelly,2009).
Vaksin kolera terdiri dari dua jenis yaitu vaksin yang telah dilemahkan dan vaksin
yang dilemahkan. Sedangkan, vaksin untuk pencegahan kolera ada dua produk yang saat ini
beredar yaitu Dukoral (diproduksi oleh PME Vaksin) yang telah mendapat lisensi dari WHO
untuk 60 negara dan ShanChol (diproduksi oleh Shantha Biotec di India) dan sedang
menunggu tahap prakualifikasi dari WHO (Cahyono, 2010).
Selain pemberian vaksin, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut untuk mencegah
masuknya bakteri Vibrio cholera ke dalam saluran pencernaan (Irianto, 2014).  
1.      Hanya minum air matang
2.      Menggunakan air bersih untuk memasak, mencuci piring, sikat gigi, mandi dan mencuci
baju.
3.      Berhati-hati dalam mencampur makanan dengan es batu, jangan menggunakan es batu dari
air mentah.
4.      Jangan makan daging mentah atau makanan laut yang kurang matang seperti kerang.
5.      Cuci dan kupas buah dan sayur saat akan memakannya
6.      Cuci tangan sebelum dan sesudah makan
7.      Memiliki fasilitas MCK dengan pembuangan limbah yang baik agar tidak mengkontaminasi
air bersih di sumur.
BAB III

PENUTUP

Simpulan
Penyakit kolera adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae.
Penyakit kolera ditandai dengan diare akut disertai muntah yang menyebabkan dehidrasi pada
penderitanya sehingga beerpontensi meninggal jika tidak mendapatkan perawatan yang cepat
dan tepat. Lingkungankumuh dan sanitasi yang buruk adalah faktor resiko terjadinya penyakit
kolera. Kolera dapat menular melalui makanan atau minuman yang tercemar bakteri Vibrio
cholerae.
DAFTAR PUSTAKA

Ayustawati. 2013. Mengenali Keluhan Anda Info Kesehatan Umum untuk Pasien. Informasi Medika.
Cahyono, J.B. Suharjo dkk. 2010. Vaksinasi: Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta:
Kanisius
Ekawati, Evy Ratnasari. 2018. Bakteriologi: Mikroorganisme Penyebab Infeksi. Jogjakarta. Penerbit
Deepublish.
Irianto, Koes. 2014. Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak Menular Panduan  Klinis. Bandung.
Penerbit Alfabeta Bandung
Kelly, Heath dkk. 2009. 73 Penyakit Yang Penting Diketahui: Pengenalan, Pencegahan dan
Penyembuhan Penyakit-penyakit Yang Disebabkan oleh Bakteri dan Virus. Yogyakarta:
PALMALL Yogyakarta.
Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta. Penerbit   Universitas Trisakti
Medkes. 2014. Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Kolera.
Puspandari, Nelly, Kambang Sariadji, Melati Wati. 2010. Identifikasi Penyebab Kejadian Luar Biasa
Kolera di Papua terkait Kontak jenazah dan Sanitasi. Vol 3 No. 2
WHO. 2018. Weekly epidemiological record. World Health Organization

Anda mungkin juga menyukai