Anda di halaman 1dari 14

i

PROPOSAL

“UMKM BUDIDAYA JAMUR TIRAM”

Disusun Oleh :

Sindi Antika (2020C1B007)

Yuliatin Aulia (2020C1B008)

Nenik Sulisni (2020C1B025)

TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2021/20222

i
ii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
BAB II TINJUAN PUSTAKA..............................................................................................................2
2.1 TEORI TENTANG......................................................................................................................2
2.2 MANFAAT.................................................................................................................................2
2.3 PROSES PENGOLAHAN..........................................................................................................2
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................................................3
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN....................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................5

ii
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian adalah suatu jenis produksi yang berlandaskan dari pertumbuhan. Awal kegiatan
pertanian mulai terjadi ketika manusia mulai mengambil peranan dalam proses kegiatan tanaman dan
hewan serta mengaturnya untuk pemenuhan kebutuhannya. Pembangunan pertanian di bidang pangan
khususnya hortikultura pada saat ini ditujukan untuk lebih memantapkan swasembada pangan,
meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperbaiki keadaan gizi melalui penganekaragaman jenis
bahan makanan, hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang menempati posisi penting
dalam memberi kontribusi bagi perekonomian Indonesia. Salah satu hasil dari komoditas hortikultura
yaitu jamur. Jamur merupakan salah satu jamur konsumsi yang bernilai tinggi. Beberapa jenis jamur
tiram yang biasa dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia yaitu jamur tiram putih (P. Sajor caju) dan
jamur tiram abalone (P. Cystidious). Pada dasarnya semua jenis jamur ini memiliki karakteristik yang
hampir sama terutama dari segi morfologi, tetapi secara kasar, warna tubuh buah dapat dibedakan
antara jenis yang satu dengan yang lain terutama dalam keadaan segar (Susilawati dan Raharjo, 2010).
Jamur tiram (Pleurotos ostreatus) mempunyai kandungan gizi yang cukup besar sehingga
bermanfaat bagi kesehatan manusia. Jamur tiram enak dimakan dan dipercaya mempunyai khasiat
obat untuk berbagai penyakit seperti lever, diabetes, anemia, sebagai antiviral dan anti kanker,
menurunkan kadar kolesterol, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan polio dan influenza
serta kekurangan gizi. Selain itu, jamur tiram juga dipercaya mampu membantu penurunan berat
badan karena berserat tinggi dan membantu pencernaan.
Jamur tiram (Pleurotus sp.) sudah cukup dikenal di masyarakat luas, baik di Indonesia maupun
di berbagai Negara. Menurut catatan sejarah, jamur tiram sudah dibudidayakan di Cina sejak 1.000
tahun silam. Sementara itu, di Indonesia, jamur tiram mulai dibudidayakan pada tahun 1980 di
Wonosobo. Varietas yang umum digunakan adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), meskipun
varietas jamur tiram yang lain ada, pembudidayaannya kurang populer (Rahmat & Nurhidayat, 2011).
Jamur tiram putih adalah salah satu jenis jamur kayu yang banyak di konsumsi oleh masyarakat
dengan gizi yang baik, di dalamnya terkandung 9 asam amino esensial dengan kadar protein 19-35%.
Secara alami, jamur ini banyak ditemukan tumbuh di batang-batang kayu lunak, seperti pohon kapuk,
sengon, damar, dan karet yang telah lapuk atau mati. Idealnya jamur tiram dapat tumbuh di dataran
rendah sampai ketinggian sekitar 600 meter dari permukaan laut di lokasi yang memiliki kadar air
sekitar 60% dan derajat keasaman atau pH 6-7. (Redaksi Agromedia, 2009).

3
4

Jamur tiram merupakan salah satu produk komersial dan dapat dikembangkan dengan teknik
yang sederhana. Harga jamur tiram hasil budidaya relatif mahal, sedangkan bahan baku yang
dibutuhkan tergolong bahan yang murah dan mudah diperoleh, seperti serbuk gergaji, dedak dan
kapur, sementara proses budidaya sendiri tidak membutuhkan berbagai pestisida atau bahan kimia
lainnya. Selain itu, budidaya tidak kenal musim, sehingga setiap saat dapat menghasilkan hasil
produksi. Jamur tiram cukup toleran terhadap lingkungan dan tidak memerlukan persyaratan khusus
dalam budidayanya, sehingga dapat dijadikan sebagai pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan.
Diversifikasi produk jamur tiram cukup banyak dapat berbentuk segar, kering, serta menjadi bahan
olahan seperti tumis, pepes, keripik jamur tiram dan untuk campuran sayur. Dengan pertimbangan
tersebut maka budidaya jamur tiram menjadi peluang usaha yang menjanjikan dan menguntungkan
sehingga perlu dikembangkan. Jika dilihat di pasar swalayan maupun pasar tradisional khususnya di
Pekanbaru, belum banyak diperjualbelikan jamur tiram. Hal ini disebabkan bukan karena tidak laku di
pasaran melainkan masih minimnya pengusaha atau petani jamur tiram yang berminat untuk
membudidayakannya. Kurangnya minat para petani disebabkan rendahnya pengetahuan tentang teknik
budidaya dan sampai sejauh mana keuntungan yang diperoleh jika dibandingkan dengan bercocok
tanam pada beberapa komoditas pertanian lainnya (Sutarja, 2010).
Selain memiliki rasa yang enak, jamur tiram juga bergizi tinggi. Kandungan protein nabati yang
dikandungnya mencapai 10-30%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa kandungan protein jamur
tiram lebih tinggi dua kali lipat dibandingkan dengan protein di dalam asparagus, kol dan kentang,
empat kali lipat dibandingkan dengan tomat dan wortel, dan enam kali lipat dibandingkan dengan
buah jeruk. Bila dihitung dari berat kering kandungan proteinnya adalah 19-35%, sementara beras
hanya 7,3%, gandum 13,2%, kedelai 39,1% dan susu sapi 25,2% (Redaksi Agromedia,
2009).pertumbuhan dan perkembangan jamur sangat tergantung pada banyaknya nutrisi yang ada atau
tersedia dalam media yang dapat diserap dan digunakan oleh jamur. Kandungan nutrisi di dalam kayu
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram ini masih sedikit, sehingga perlu
ditambahkan dengan bahan lainnya yang mengandung sumber nutrisi dalam jumlah banyak. Untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut, pada media tanam ditambahkan dedak sebagai sumber nutrisi.
Dedak merupakan hasil samping dari proses penggilingan padi. Berdasarkan pengamatan di
lapangan (di Kec. Rupat, Kab. Bengkalis), dedak hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak,
sedangkan masyarakat yang beternak hanya sedikit, sehingga produksi dedak melimpah. Selain itu
masyarakat juga tidak tahu manfaat dari kandungan dedak itu sediri. Padahal, Redaksi Agromedia
(2002), menyatakan dedak mengandung karbohidrat, protein, karbon, dan nitrogen yang berfungsi
untuk merangsang pertumbuhan tubuh buah jamur agar lebih baik. Mufarrihah (2009), menambahkan
4
5

dengan adanya media yang mengandung nitrogen dapat mengakibatkan pertumbuhan miselium
menjadi tebal dan kompak. Mengingat hal tersebut, maka dedak berpotensi dijadikan sebagai bahan
tambahan media tanam jamur tiram putih.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Penambahan Dedak Padi Pada Media Serbuk Gergaji Terhadap Produksi Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus)”.Jamur Tiram putih (Pleuratus florida) merupakan salah satu jenis jamur yang
saat ini menjadi alternatif pilihan sebagai makanan sehat yang layak dikonsumsi. Spesies jamur tiram,
Pleurotus ostreatus selain dapat dikonsumsi juga bernilai ekonomi tinggi. Jamur tiram yang banyak
dikenal oleh petani jamur secara umum antara lain : Tiram putih (Pleurotus ostreatus), jenis ini
memiliki tangkai bercabang. Disebut jamur tiram putih karena jamur ini memang berwarna putih,
tudungnya bulat 3-15 cm. Tiram abu-abu (Pleurotus cystidius), jenis jamur ini tangkainya tidak
bercabang, tudung bulat dengan diameter lebih kecil dibandingkan dengan tiram putih. Tiram abu-abu
keunggulannya mempunyai rasa manis. Tiram raja (Pleurotus umbellatus), atau King oyster tidak
bercabang, tudung besar berwarna kecoklat-coklatan dan pecah-pecah bagian pinggirnya. Disamping
rasanya yang lezat - bahkan mirip dengan daging ayam - juga memiliki kandungan gizi yang cukup
bermanfaat, sehingga saat ini sudah menjadi pilihan bagi masyarakat sebagai makanan yang layak
dikonsumsi. Hal tersebut menjadikan permintaan pasar akan jamur tiram semakin meningkat, bukan
hanya dari dalam negeri tetapi juga permintaan dari luar negeri yang masih sangat besar peluangnya.
Selain itu, keunggulan lainnya, cara budidaya mudah dan dapat dilakukan sepanjang tahun dan tidak
memerlukan lahan yang luas. Jamur tiram cukup toleran terhadap lingkungan dan dapat dijadikan
sebagai pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan. Diversifikasi produk jamur tiram cukup
banyak dapat bentuk segar, kering, kaleng, serta diolah menjadi keripik, pepes, tumis, dan nugget. Di
Indonesia belum banyak masyarakat yang berusaha membudidayakan jamur tiram, untuk itu dipilihlah
pembudidayaan jamur tiram ini,
selain mudah, biaya yang digunakan juga relative murah. Jamur tiram yang siap panen sebagian
akan dijual di pasar dan sebagian akan di olah menjadi es krim dan dijual di masyarakat, untuk
meminimalisir peluang supaya jamur yang dijual ke pasar tidak busuk. Selain itu, pengolahan jamur
tiram menjadi es krim juga sangat jarang di temui di Indonesia. Es krim membawa kebahagiaan
tersendiri dari konsumennya, pasalnya es krim mengandung gula yang dapat mempengaruhi mood
seseorang, terutama anak-anak dan para remaja. Jadi penjualan ini target utamanya adalah para remaja
dan anak-anak. Untuk itu kami mengambil olahan es krim agar konsumen merasa penasaran dan ingin
mencoba sesuatu inovasi makanan yang baru
1.2 TUJUAN
5
6

Memberikan tambahan informasi kepada siapa saja yang berminat untuk memulai bisnis (usaha)
sampingan dan menambah penghasilan keluarga.Memberi motivasi kepada orang yang mempunyai waktu
luang sehingga dapat mempergunakan waktunya dengan lebih terarah.Mendidik dan menanamkan sifat
berwiraswasta dan mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya kepada mahasiswa

1.3 MANFAAT

Diharapkan dapat memberikan wawasan dan motivasi kepada pembacanya untuk berwirausaha dan
menciptakan peluang kerja

6
7

BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 TEORI TENTANG

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) digolongkan ke dalam organisme yang berspora, memiliki
inti plasma, tetapi tidak berklorofil. Tubuhnya tersusun dari sel-sel lepas dan sel-sel bergandengan berupa
benang (hifa). Kumpulan dari hifa yang menyusun tubuh buah disebut miselium. Hifa akan tumbuh
bercabang- cabang, sedangkan miselium membentuk gumpalan-gumpalan kecil sebagai awal pembentukan
tubuh buah. Lalu gumpalan-gumpalan tersebut bertambah besar dan membentuk bulatan. Struktur yang
berbentuk bulatan inilah yang akan menjadi bakal tubuh buah jamur (Agromedia Pustaka, 2002). Jamur
tiram putih merupakan jamur konsumsi, termasuk ke dalam Kelas Bosidiomycetes. Beberapa spesies jamur
tiram yang dapat dikonsumsi juga bernilai ekonomi tinggi diantaranya dari Genus Pleurotus yang telah
dibudidayakan antara lain Pleurotus ostreatus, P. flabellatus, P. fissilis, P.anas, P.cystidiosus, dan P.
cystidius. Jamur tiram yang banyak dikenal oleh petani jamur Indonesia adalah Tiram putih (Pleurotus
ostreatus) (Djarijah et al., 2010). Menurut Wiardani (2010), dalam dunia tumbuh-tumbuhan, jamur tiram
putih diklasifikasi sebagai berikut: Super kingdom: Eukaryot, Kingdom: Myceteae (Fungi), Divisio:
Amastgomycota, Subdivisio: Basidiomycotae, Classis: Basidiomycetes, Ordo: Agaricales, Familia:
Agaricaeae, Genus: Pleurotus, Species: Pleurotus ostreatus. Secara alami jamur tiram dapat ditemukan
tumbuh di batang-batang kayu lunak yang telah melapuk seperti pohon karet, damar, kapuk, atau sengon
yang berada pada lokasi sangat lembab dan terlindungi dari cahaya matahari (Parjimo & Agus, 2007).
Jamur tiram adalaah jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping pada batang kayu lapuk. Jamur ini
memiliki tangkai bercabang dan tubuh buah yang tumbuh menyerupai kulit kerang (tiram). Tubuh buah
jamur ini memiliki tudung (pileus) dan tangkai (stipe/stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram
berukuran 5-15 cm. Jamur tiram putih tumbuh membentuk rumpun dalam satu media (Gunawan, 2000).
Jamur tiram putih memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, jamur tiram mengandung lemak 1,7-2,2%
dan protein rata-rata 3,5-4% dari berat basah atau 19-35% berat keringnya. Kandungan ini cukup tinggi bila
dibandingkan dengan sayuran seperti asparagus dan kubis yang hanya memiliki kandungan protein antara
1,6-2% berat basah. Selain itu, kandungan protein jamur tiram juga masih tergolong tinggi jika
dibandingkan dengan bahan makanan lain seperti beras 7,3%, gandum 13,2%, kedelai 39,1% dan susu sapi
25,2%. Protein dalam jamur tiram mengandung sembilan asam-asam amino esensial yang tidak bisa
disintesis dalam tubuh yaitu lisin, metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin dan
fenilalanin (Redaksi Agromedia, 2009). Jamur tiram putih juga mengandung sejumlah vitamin penting
terutama kelompok vitamin B. Kandungan vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), niasin dan provitamin D2
7
8

(ergosterol)-nya cukup tinggi. Jamur merupakan sumber mineral yang baik, kandungan mineral utama yang
tertinggi adalah kalium (K), kemudian fosfor (P), natrium (Na), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).
Namun, jamur juga merupakan sumber mineral minor yang baik karena mengandung seng, besi, mangan,
molibdenum, kadmium, dan tembaga. Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Mg mencapai 56-70% dari total abu,
dengan kandungan kalium sangat tinggi mencapai 45% (Hendritomo, 2010). Disamping rasanya yang lezat,
mengandung vitamin, dan memiliki kandungan gizi yang cukup bermanfaat, sehingga saat ini sudah
menjadi pilihan bagi masyarakat sebagai makanan yang layak dikonsumsi. Hal tersebut menjadikan
permintaan pasar akan jamur tiram semakin meningkat, bukan hanya dari dalam Negeri tetapi juga
permintaan dari luar Negeri yang masih sangat besar peluangnya. Selain itu, cara budidaya jamur tiram ini
mudah dan dapat dilakukan sepanjang tahun dan tidak memerlukan lahan yang luas. Jamur tiram cukup
toleran terhadap lingkungan dan dapat dijadikan sebagai pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan.
Diversifikasi produk jamur tiram cukup banyak dapat bentuk segar, kering, kaleng, serta diolah menjadi
keripik, pepes, tumis, dan nugget (Wiardani, 2010).

2.2 MANFAAT
1. Mengandung antioksidan
2. Menangkal radikal bebas
3. Meningkatkan sistem imunitas
4. Melindungi kulit dari penuaan

2.3 PROSES PENGOLAHAN


1. Serbuk gergajian kayu dicampur kapur dan dedak, lalu diaduk dan diayak
dengan sedikit air/dibasahi
2. Sterilisasi selama 5 jam dengan 100 derajat, dalam karung atau plastic
Setelah dingin diinokulasi/masukin bibit
3. Lalu masukan kapas, ikat dengan karung
4. Disimpan di ruang inkubasi selama dua bulan, baru kemudian dipanen.

Perlu diingat, untuk menghasilkan jamur tiram yang bagus, harus memiliki
kelembaban suhu 18-25 derajat.
Untuk media tanamnya dapat berupa serbuk kayu (yang paling baik adalah serbuk
gergajian kayu albasia karena sifatnya yang empuk dan tidak terlalu keras seperti kayu
akasia, sehingga memudahkan akar jamur mencengkeram media tanam), jerami padi, alang-
alang, limbah kertas, ampas tebu dan lainnya.
Sebagai campuran dapat ditambahkan bahan-bahan lain berupa bekatul (dedak) dan
kapur pertanian dengan perbandingan 80:15:5. Media dimasukkan dalam plastik polypropilen
dan dipadatkan kemudian diseterilisasi selama 10-12 jam. Sterilisasi bertujuan untuk
8
9

menekan pertumbuhan mikrobia lain yang bersifat antagonis dan menjadi penghambat
pertumbuhan bagi tanaman induk dalam hal ini jamur tiram
Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara memanaskan baglog dengan uap panas selama
8-12 jam pada suhu ± 95 °C. Setelah sterilisasi selesai, baglog didinginkan dalam ruangan
tertutup selama 24 jam untuk menghindari kontaminasi baglog.
Tahapan selanjutnya adalah proses inokulasi. Inokulasi adalah proses penularan
miselium dari bibit (F3) ke media tanam. Proses ini dilakukan dengan steril dan dalam ruang
inokulasi.
Proses lanjutan yakni masa inkubasi yakni tahap penumbuhan miselia jamur. Proses
ini memerlukan waktu kurang lebih 40 - 60 hari sampai baglog berwarna putih. Suhu ruang
inkubasi harus dijaga dalam kondisi yang stabil dan rendah cahaya 22- 28 °C dengan
kelembaban 70 – 90 %. Setelah baglog berwarna putih merata, kemudian dipindahkan ke
kumbung. Biasanya, umur baglog yang dipindahkan telah mencapai 40 hari. Proses
penumbuhan tubuh buah diawal dengan membuka ujung baglog untuk memberikan ruang
pada tubuh buah jamur. Biasanya 7-14 hari kemudian, tubuh buah akan tumbuh.
Setelah 7-30 hari sejak penyobekan baglog akan tumbuh tubuh buah yang terus
mernbesar hingga mencapai pertumbuhan optimal yang siap dipanen (3-4 hari). Selama masa
pemeliharaan suhu dan kelembaban udara harus dijaga dengan baik pada kisaran suhu 20- 22
°C dan kelembaban 95 - 100 %, dengan cara pengembunan kumbung.
Panen pertama 30 hari sejak penyobekan baglog, sedangkan pemanenan berikutnya
setiap 10-14 hari. Tubuh buah yang sudah siap panen harus segara panen agar kualitas jamur
baik.
Untuk penanganan pascapanen langkah-langkah yang harus dilakukan adalah segera
bersihkan jamur dari kotoran yang menempel pada tubuh buah jamur. Hal itu bertujuan untuk
menjaga daya tahan produk. Jamur tiram segera disimpan dalam freezer agar tahan dalam
waktu 1 sampai dua minggu. Sementara untuk produk jamur kering, dilakukan penjemuran di
bawah sinar matahari selama kurang lebih 5 hari.
Setelah diambil, jamur produksi tadi dijual dipasar dan sebagian di olah menjadi es
krim kemudian dijual di masyarakat. Untuk meminimalisir kebusukan pada jamur yang tidak
laku dipasar.

9
1

 Bahan dan alat yang digunakan


Bahan :

1. Serbuk gergajian kayu


2. Karung atau plastic
3. Dedak
4. Kapur
5. Kapas
6. Karung

 Produksinya

Proses
sterilisasi

1
2

Baglog&Kumbung

BAB III
PEMBAHASAN

Asumsi budidaya 5.000 Baglog = Rp. 10.000/baglog

Sewa kumbung = Rp. 500.000

Pembelian 5000 Baglog jamur = Rp. 50.000.000

Food Aditive = Rp. 1.000.000

Biaya Tetap = Rp. 2.000.000

Upah /gaji =Rp. 1.000.000

Total = Rp. 54.500.000

TVC

Pembelian 5.000 Baglog jamur = 5.000 x Rp. 10.000 = Rp.50.000.000

Sewa kumbung satu musim = 1 x Rp. 500.000 =Rp. 500.000

2
3

+¿

TVC = Rp.50 .500.000

TFC = Rp. 1.500.000

+¿

TC = Rp. 52.000.000

TRP (Pendapatan) = 5.000 baglog x Rp.10.000 = Rp.50.000.000

TF (Keuntungan) = TRP – TC = Rp.54.500.000-52.000.000 = Rp.2.500.000

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
Usaha jamur ini adalah salah satu peluang usaha yang cukup menjanjikan untuk
kedepannya. Apalagi sekarang ini sangat sulit untuk mencari pekerjaan, sehingga
peluang usaha ini sangat baik apabila kita tekuni dan kita kembangkan lagi
tergantung dari seberapa besar modal yang kita mmiliki.

4.2 SARAN
Untuk para pembaca yang ingin memulai dan ingin merintis usaha jamur tiram putih
ini maka sebaiknya anda juga memperhatikan beberapa hal berikut:
o Modal yang anda miliki .
o Lokasi untuk berjualan yang strategis (jika menyewa tempat).
o Kemampuan untuk memasarkan dengan baik (bisa dengan memanfaatkan media
yang ada).
o Jeli dalam melihat target pasar.
Jadi, dengan begitu anda bisa lebih siap untuk memulai usaha, sekaligus bertahan
pada ketatnya persaingan pasar yang ada saat ini.

3
4

DAFTAR PUSTAKA
Fadilah, Nur. 2010. Tips Budidaya Jamur Tiram. genius Publisher .Yogyakarta

Susilawati dan raharjo. 2010. Budidaya Jamur Tiram (pleourotus ostreatus var florida)
yang Ramah Lingkungan. BPTP Sumatera Selatan.

Zulfahmi, muhammad. 2011. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih
Model Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah
[Skripsi]. Jakarta: UIN, Fakultas Sains dan Teknologi.

4
5

Anda mungkin juga menyukai