Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu
pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien dan
rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit
maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan (Asmuji, 2012).
Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis dimana
profesi keperawatan yang telah terbentuk mengalami perubahan dan
perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan
masyarakat. Profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu
yang dirasakan, dinilai, dan diterima secara spontan oleh masyarakat.
Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses
mewujudkan keperawatan sebagai profesi. Sebagai profesi, keperawatan
dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, kemampuan
teknis, dan moral. Keperawatan sebagai pelayanan/asuhan profesional
bersifat humanistis, menggunakan pendekatan holistis, dilakukan berdasarkan
ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan objektif klien,
mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika
keperawatan sebagai tuntutan utama. Perawat dituntut untuk selalu
melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar atau rasional dan baik atau
etis (Nursalam, 2011).
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus menjadi
tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan. Proses registrasi dan legislasi
keperawatan mulai terjadi sejak diakuinya keperawatan sebagai profesi, sejak
tumbuhnya pendidikan tinggi keperawatan (S1 Keperawatan dan Ners), serta
sejak berlakunya Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan
Permenkes No. 1239/2001 tentang Registrasi dan Praktek Perawat. Namun

1
pelaksanaan Permenkes No. 1239/2001 tersebut masih perlu mendapatkan
persiapan-persiapan yang optimal oleh profesi keperawatan. Hal ini
disebabkan adanya beberapa kendala yang dihadapi, meliputi: belum ada
pengalaman dalam memberikan pengakuan terhadap praktik keperawatan;
belum ada pemahaman tentang wujud dan batasan dari praktik keperawatan
sebagai praktik keperawatan profesional; dan jenis serta sifat praktik
keperawatan profesional yang harus dikembangkan. Menurut Grant dan
Massey (1997) dan Marquis dan Huston (1998), jenis metode pemberian
asuhan keperawatan yang profesional ada 4 metode, yaitu metode fungsional,
metode kasus, metode tim, dan metode primer. Keempat metode tersebut
dikenal dengan Model Praktik Keperawatan Profesional (Nursalam, 2011).
Pengembangan MPKP merupakan upaya banyak negara untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan lingkungan kerja perawat. Di
berbagai negara, pengembangan ini mendapat dukungan yang besar dari
Departemen Kesehatan dan dari organisasi profesi (Hoffart dan Woods, 1996;
Pearson, 1997). Pengembangan MPKP juga menjadi strategi berbagai rumah
sakit untuk membuat perawat betah bekerja di suatu rumah sakit yang sering
dikenal dengan istilah magnet hospital. (Scott, Sochalski, dan Aiken, 1999
dikutip oleh Sitorus, 2006). Adapun rumah sakit yang menerapkan
pengembangan MPKP di berbagai negara seperti Professional Practice
Home (Iowa Veterans Home, 1967), Professional Nursing Practice Model
(Beth Israel Hospital, 1973), Unit Level Self Management Model (John
Hopkins Hospital, 1981), Nursing Development Units (Burford Hospital,
1983),
Professionally Advanced Care Team Model (Robert Wood Johnson Hospital,
1987), Shared Governance (St. Luke’s Hospital, 1988), Transformational
Model for the Practice of Professional Nursing (Shadyside Hospital, 1993),
dan Clinical Development Units Nursing (The Western Sydney Area Health
Service, 1996), (Sitorus, 2006).
Di negara Indonesia, Model Praktik Keperawatan Profesional pertama
kali dikembangkan oleh RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo
(RSUPNCM). MPKP FKUI – RSUPNCM ini dikembangkan oleh Sitorus

2
(1997), pengembangan model tersebut difasilitasi dengan Surat Keputusan
Direktur RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Nomor:
2093/TU.K/VII/1996 (Sitorus, 2006).
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Subang adalah salah satu
rumah sakit yang menerapkan Model Praktik Keperawatan Professional
(MPKP) termasuk di dalamnya adalah ruangan Asoka Atas. Jika dilihat dari
ketenagaan/sumber daya manusia yang ada, ruangan Asoka Atas masuk
dalam tingkatan MPKP Pemula yang mulai beralih ke tingkat MPKP I.
Sistem penugasan di ruangan Asoka Atas sendiri menggunakan metode Tim
dengan metode pemberian asuhan keperawatan adalah modifikasi
keperawatan primer. Struktur organisasi terdiri dari: Kepala Ruangan, CCM
(Clinical Care Manager), Ketua Tim 1, Ketua Tim 2 dan Perawat
Pelaksana/Perawat Asosiet, yang menjalankan peran dan fungsi masing –
masing berdasarkan tugas dan tangung jawab sebagaimana terlampir dalam
buku standar model praktik keperawatan profesional yang ditetapkan oleh
Komite Keperawatan Rumah Sakit.
Metode perawatan tim dengan modifikasi keperawatan primer di
Ruang Asoka Atas telah berjalan dengan baik. Namun tingkat keberhasilan
metode tersebut tentunya dipengaruhi oleh kinerja dari perawat yang ada,
mulai dari Kepala Ruangan, CCM, Ketua Tim dan Perwat Pelaksana.
Sehingga diperlukan kerja sama yang baik, kekompakan dan saling percaya
satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, Model Praktik Keperawatan
Profesional benar-benar akan terlaksana dengan baik.
Kinerja perawat merupakan salah satu indikator penting dalam
penilaian mutu pelayanan Rumah Sakit, salah satunya adalah kinerja dari
Perawat Pelaksana. Sebagai perawat pelaksana tentunya mempunyai peran
dan fungsi tersendiri, hal tersebut sudah dilaksanakan oleh perawat pelaksana
yang ada di ruangan Asoka Atas. salah satu tugas dari Perawat Pelaksana
yaitu membuat rencana kegiatan harian. Penerapan manajemen keperawatan
di ruang MPKP dilaksanakan dalam empat tahapan proses manajemen antara
lain: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.
Perencanaan merupakan bagian dari fungsi manajemen mendasar dan paling

3
awal yang akan menyeleksi prioritas, hasil dan metode untuk memperoleh
hasil yang diinginkan.
Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan oleh kelompok
mengenai perencanaan dari Perawat Pelaksana, Ketua Tim dan Kepala
Ruangan telah mempunyai buku tugas/catatan pribadi untuk
mendokumentasikan perkembangan pasien kelolaan masing-masing. Namun
catatan harian Perawat Pelaksana tidak ada keseragaman antara satu dengan
yang lainnya dan pencatatannya belum terarah. Di samping itu, Perawat
Pelaksana juga tidak memiliki format rencana harian untuk dilaksanakan pada
shift-nya. Sehingga berdasarkan data tersebut, maka kelompok mengangkat
masalah mengenai belum optimalnya catatan perencanaan harian Perawat
Pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja harian perawat.
Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut dipandang perlu untuk
dibuat sebuah format rencana kegiatan harian Perawat Pelaksana.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari laporan manajemen keperawatan ini adalah untuk
meningkatkan pelayanan sebagai perawat pelaksana lewat penggunaan
rencana kerja harian perawat pelaksana.
2. Tujuan Khusus
a. Institusi Pendidikan
Untuk menjadi pedoman atau masukan dalam penelitian kesehatan dan
pengembangan Mata Kuliah Manajemen Keperawatan sebagai
bimbingan terhadap mahasiswa yang berkecimpung di bidang
keperawatan khususnya untuk Program Studi Profesi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) YPIB Majalengka
b. Rumah Sakit
Untuk menjadi acuan/perbandingan dalam meningkatkan efektifitas
dan efisiensi pelayanan Rumah Sakit khususnya lewat penggunaan
rencana kerja harian perawat pelaksana.

4
c. Mahasiswa
Untuk menuntun mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan
praktikum Manajemen Keperawatan, mulai dari tahap pengumpulan
data sampai mengimplementasikan serta mengevaluasi masalah yang
ditemui di ruangan.
d. Perawat
Untuk memberikan wawasan, masukan, pembaharuan, bahkan jalan
keluar mengenai masalah-masalah yang terjadi di ruangan terkait
dengan manajemen keperawatan khususnya rencana harian perawat
pelaksana.
e. Pasien
Untuk membantu mengatasi masalah pasien dan kebutuhan pasien
dapat terpenuhi.

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat
sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan
dilaksanakan.
b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model MPKP
yang diaplikasikan di Ruang Asoka Atas.
c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekuarangan
penerapan model MPKP di Asoka Atas.
d. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi.
e. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
asuhan keperawatan profesional Ruang Asoka Atas.
2. Bagi Perawat Ruangan
a. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui
masalah-masalah yang ada di Ruang Asoka Atas yang berkaitan dengan
pelaksanaan MPKP.
b. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.

5
c. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat,
perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta
keluarga.
d. Tumbuh dan terbinanya akuntanbilitas dan disiplin diri perawat.
3. Bagi Pasien dan Keluarga
a. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan.
b. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan tinggi.
4. Bagi Institusi dan pendidikan
Sebagaibahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan dengan
pelaksanaan sistem MPKP.

Anda mungkin juga menyukai