Kata kunci: gigi goyang, mulut kering, bau aseton, haus, lapar, sering buang air kecil
Pemeriksaan hematologi lengkap (complete blood count) terdiri dari pemeriksaan darah rutin
ditambah hitung jenis leukosit dan pemeriksaan morfologi sel/ sediaan apus darah tepi
(SADT)/Gambaran darah tepi (GDT)/morfologi darah tepi (MDT) yaitu ukuran, kandungan
hemoglobin, anisositosis, poikilositosis, polikromasi.
Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran dan isi hemoglobin eritrosit. Istilah
lain untuk indeks eritrosit adalah indeks korpusculer. Indeks eritrosit terdiri atas volume
atau ukuran eritrosit. Nilai eritrosit rerata dipakai untuk mengetahui volume eritrosit
rerata yang di ketahui dari nilai VER dan banyaknya hemoglobin dalam satu eritrosit
rerata dapat dilihat dari nilai HER serta untuk mengetahui konsentrasi hemoglobin
rerata dalam satu eritrosit dilihat pada nilai KHER
Nilai eritrosit rerata dipakai untuk penggolongan anemia berdasarkan morfologi.
Dikenal 3 macam penggolongan anemia yaitu : anemia mikrositik hipokrom,
normositik normokrom dan makrositik.
Diagnosis : DM
Diabetes dapat menyerang jaringan penyangga gigi atau periodontal. Diawali dengan adanya
penumpukan plak gigi karena pada penderita diabetes, kemampuan jaringan periodontal
untuk melawan kuman mengalami penurunan.
Sehingga jaringan periodontal mudah terinfeksi dan mudah rusak. Di saat infeksi sudah
terjadi, abses periodontal tidak bisa dihindari lagi. kondisi ini ketika jaringan penyangga gigi
mengeluarkan nanah.
Selanjutnya, jaringan yang terinfeksi tersebut akan mengalami pengikisan tulang penyangga
dengan cepat dan banyak. Jika kelamaan dibiarkan akan menyebabkan gigi goyang dan
akhirnya tanggal.
Selain gigi goyang, penderita diabetes mellitus yang tidak mengontrol gula darahnya dengan
baik juga bisa terkena xerostomia.
Learning Objective :
Hepatitis virus akut adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang hati. Hampir
semua kasus hepatitis virus akut disebabkan oleh salah satu dari lima jenis virus yaitu:
virus hepatitis A (HAV), virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), virus
hepatitis D (HDV) dan virus hepatitis E (HEV). Selain itu, gejala juga bisa bervariasi
dari infeksi persisten subklinis sampai penyakit hati kronik progresif cepat dengan
sirosis hepatis dan karsinoma hepatoseluler yang umum ditemukan pada tipe virus
yang ditransmisi melalui darah (HBV, HCV, dan HDV)
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/81c85f16afa0b9c2812e5dbd7
73b5b0b.pdf
Hepatitis a
Gejala klinis :
a. Masa Tunas
Lamanya viremia (Viremia adalah kondisi akibat adanya kadar
virus tinggi dalam tubuh.) pada hepatitis A 2-4 Minggu
b. Fase pra-ikterik/prodromal
c. Fase Ikterik
d. Fase penyembuhan
Sumber : Noer, Sjaifoellah H.M., Sundoro, Julitasari. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati Edisi
Pertama. Editor : H. Ali Sulaiman. Jakarta: Jayabadi. 2007.
Hepatitis b
Gejala klinis :
Gejala hepatitis B amat bervariasi dari tanpa gejala sampai gejala yang
berat seperti muntah darah dan koma. Pada hepatitis akut gejala amat
ringan dan apabila ada gejala, maka gejala itu seperti gejala influenza.
Gejala itu berupa demam ringan, mual, lemas, hilang nafsu makan, mata
jadi kuning (ikterus), kencing berwarna gelap, diare dan nyeri otot. Pada
sebagian kecil gejala dapat menjadi berat dan terjadi fulminan hepatitis
yang mengakibatkan kematian.
Sumber :Noer, Sjaifoellah H.M., Sundoro, Julitasari. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati Edisi
Pertama. Editor : H. Ali Sulaiman. Jakarta: Jayabadi. 2007.
Sanityoso, A. Hepatitis Virus Akut. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009
Hepatitis c
Gejala klinis :
Infeksi berkembang menjadi kronik pada sebagian besar penderita dan infeksi
kronik biasanya tidak menunjukkan gejala. Hal ini menyebabkan sangat
sulitnya menilai perjalanan infeksi HCV.
Hepatitis d
Definisi hepatitis secara umum adalah proses inflamasi pada hati. Hepatitis
dapat disebabkan oleh virus hepatitis. Infeksi HDV hanya terjadi pada
individu dengan resiko infeksi HBV (koinfeksi atau superinfeksi). Tranmisi
virus ini mirip dengan HBV yaitu melalui darah, permukosal, perkutan
parenteral, seksual dan perinatal walaupun jarang. Pada saat terjadi
superinfeksi, titer VHD serum akan mencapai puncak, sekitar 2-5 minggu
setelah inokulasi, dan akan menurun setelah 1-2 minggu kemudian.
Gejala klinis :
Masa inkubasi hepatitis akut D sekitar 3-7 minggu. Keluhan pada masa
preikterik biasanya merasa lemah, tak suka makan, mual, keluhan-
keluhan seperti flu. Fase ikterus ditandai dengan feses pucat, urine
berwarna gelap dan bilirubin serum meningkat. Keluhan kelemahan
umum dan mual dapat bertahan lama bahkan pada fase penyembuhan.
Hepatitis e
HEV RNA terdapat dalam serum dan tinja selama fase akut. Penyakit ini
epidemi dengan sumber penularan melalui air. Penyebaran virus ini diduga
disebarkan juga oleh unggas, babi, binatang buas dan binatang peliharaan yang
mengidap virus ini.
Gejala klinis :
2. Sindrom klinis mirip pada semua virus penyebab mulai dari gejala
prodromal yang tidak spesifik dan gejala gastrointestinal, seperti: malaise,
anoreksia, mual dan muntah. Gejala flu, faringitis, batuk dan sakit kepala.
Sanityoso, A. Hepatitis Virus Akut. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I
Edisi V. Jakarta. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2009
Hepatitis A
Hepatitis infeksiosa atau yang sering kita kenal dengan (HVA) merupakan infeksi virus
pada hati salah satunya dapat ditularkan melalui air tercemar bahkan sebagian besar
dapat diltularkan juga melalui transmisi oleh endemik ataupun sporadik denganbersifat tidak
terlalu dramatis. Pravelensi infeksi diindikasikanpada tingkatan antibodi anti HVAyang
sudahdiketahui universal dan memiliki keterkaitan erat antar setiap hubungandengan
sanitasi daerah yang bersangkutan dimana masih tergolong dibawah standar
internasional. Infeksi Virus Hepatitis A tetap menjadi suatu persoalan penting di
bidang kesehatan di banyak negara-negara industri diantara kelompok risiko tinggi
seperti Petugas kesehatan, pekerja sanitasi, penyalahgunaan obat,
kelompok homoseksual,hinggamereka yang melakukan transmigrasi daerah dengan curah
endemisitas level paling rendah ke tinggi hingga beberapa rumah tahanan (Sulaiman,
Akbar danLesmana, 2012).
Hepatitis B
Hepatitis B atau yang sering kita dengar HBV merupakan infeksi serius yang
ditularkan melalui darah ataupun cairan tubuh. Virus Hepatitis B dapat dijumpai di
ruangdengan endemikyangtinggi, dan penyebaraninfeksi HBVberlakumelalui infeksi
musim perinatal dengan istilah masa indukkanak-kanak dengan proses yang dinamis antara
virus, hepatosit, dan sistem imun manusia. Hasil yang didapatkan Riset Kesehatan
Dasar (RISKEDAS) 2007 memperlihatkanbahwasanya prevalensi pasien yang terjangkit
Hepatitis B sejumlah9,4%memiliki arti bahwasanya satu dari sepuluh penduduk
Indonesia terjangkit Hepatitis B (HBV) dan data tersebut divisualisasikan dengan jumlah
keseluruhan penduduk Indonesia di tahun 2007, maka jumlah penderita virus HBV
dapat mencapai 23 juta orang (Ahmad danKusnanto, 2017). Hepatitis B
menimbulkan gejala yang beragam mulai dengan tanpa gejala hingga gejala yang
dikategorikan sangat berat seperti Hematemesis (Muntah Darah) maupun koma. Masa
perinatal merupakan kasus yang menimpa banyak sekali terinfeksi Hepatitis B dan
dapat menjadi kronik pada 90% kasus (Sulaiman, AkbardanLesmana, 2012).Berikut
merupakan salah satu gejala Hepatitis B
https://j-ptiik.ub.ac.id/index.php/j-ptiik/article/view/7064/3411
Sulaiman, H.A., Akbar, H.N. danLesmana,L.A., 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Hati. 1st ed. Jakarta: CV SAGUNG SETO
a. Riwayat penyakit
2) Pola makan, status nutrisi, status aktifitas fisik, dan riwayat perubahan berat badan
4) Gejala dan riwayat pengobatan komplikasi kronik pada ginjal, mata, jantung
dan pembuluh darah, kaki, saluran pencernaan, dan lain-lain
b. Pemeriksaan fisik
4) Pemeriksaan jantung
c. Evaluasi laboratorium
Penatalaksanaan DM dimulai dengan pola hidup sehat (tata laksana gizi klinis dan
aktivitas fisis) bersamaan dengan intervensi farmakologis dengan obat
antihiperglikemia secara oral dan/atau suntikan. Obat antihiperglikemia oral dapat
diberikan sebagai terapi tunggal atau kombinasi. Pada keadaan emergensi dengan
dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, hiperosmolar nonketotik,
kondisi penyakit yang berat, berat badan yang menurun dengan cepat, atau adanya
ketonuria, harus segera dirujuk ke pelayanan kesehatan sekunder atau tersier.
a. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat perlu selalu dilakukan sebagai bagian
dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari
pengelolaan DM secara holistik.
Tata laksana gizi yang tepat pada pasien diabetes dengan menerapkan pola makan
sehat direkomendasikan sebagai bagian terintegrasi dalam pencegahan dan
penanganan DM tipe 2. Tantangan utama pada pemberian perencanaan makan
bagi pasien diabetes adalah menetapkan jenis makanan yang dapat dikonsumsi
agar mendukung tercapainya kontrol glikemik, kolesterol, berat badan, dan
tekanan darah, serta mencegah berbagai komplikasi DM.
c. Latihan fisis
Tata laksana latihan fisis untuk pasien diabetes dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu:
d. Intervensi farmakologis
e. Individualisasi Terapi
f. Monitoring
file:///C:/Users/ACER/Downloads/fileunduhan_1610340996_61925.pdf
Diabetes tipe 2 terjadi oleh karena kerusakan molekul insulin atau gangguan
reseptor insulin yang mengakibatkan kegagalan fungsi insulin untuk mengubah
glukosa menjadi energi. Pada dasarnya pada diabetes tipe 2 jumlah insulin dalam
tubuh adalah normal bahkan jumlahnya bisa meningkat, namun karena jumlah
reseptor insulin pada permukaan sel berkurang menyebabkan glukosa yang masuk
kedalam sel lebih sedikit. Hal tersebut akan terjadi kekurangan jumlah glukosa
dan kadar glukosa menjadi tinggi didalam pembuluh darah
Sumber :
DM tipe 1 dan tipe 2 merupakan penyakit yang heterogen karena manifestasi klinis dan
perjalanan penyakit dapat bervariasi. Penentuan klasifikasi sangat penting untuk menentukan
terapi tetapi ada beberapa individu yang tidak bisa diklasifikasikan secara pasti apakah dia
menderita DM tipe 1 atau DM tipe 2 pada saat diagnosis ditegakkan. Paradigma lama yang
menyebutkan bahwa DM tipe 2 hanya terjadi pada dewasa dan DM tipe 1 hanya terjadi pada
anak-anak tidak lagi dipergunakan karena kedua tipe tersebut dapat terjadi pada semua usia.
Sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun, biasanya disebut dengan Juvenille
Diabetes. Faktor genetik dan lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM.
Sedangkan lingkungan bisa berasal dari infeksi virus misalnya virus
Coxsackievirus B dan streptococcus. Virus tersebut menyerang pulau Langerhans
Pankreas sehingga produksi insulin berkurang dan bisa saja akibat respon
autoimun, dimana antibodi sendiri akan menyerang sel β pankreas.
Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia 65 tahun keatas tetapi
sekarang usia 20 tahun keatas sudah terdapat yang terserang DM tipe 2),
Kelebihan berat badan (overweight) memiliki peran penting dalam terjadinya
NIDDM karena overweight membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme.
Terjadinya Hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup untuk menghasilkan insulin
dan jumlah reseptor insulin menurun sehingga banyak gula darah yang tidak diikat
sehingga beredar didalam darah.
Sumber : Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta :
EGC,
http://eprints.undip.ac.id/56273/3/Wahyu_Adhitya_Prawirasatra_22010113120025_Lap.KTI
_Bab2.pdf
5. HADIST