Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH INSPIRATORY MUSCLE TRAINING

TERHADAP PERNAPASAN

PADA PASIEN GAGAL JANTUNG

LITERATUR REVIEW

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh :

Primba Ari Wijaya

NIM 192303101055

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2022
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kardiovaslukar merupakan penyakit tidak menular yang


menduduki peringkat satu sebagai penyebab kematian setiap tahunnya (Haryati
dkk., 2020). Menurut American Heart Association (AHA) penyakit tersebut
menjadi penyebab kematian tertinggi global dengan jumlah kematian 17,3 juta per
tahun, angka kematian diperkirakan meningkat menjadi lebih dari 23,6 juta pada
tahun 2030 (Febtrina dan Nurhayati, 2017). Penyakit gagal jantung merupakan
salah satu jenis penyakit kardiovaskuler (Adondis dkk., 2019). Prevalensi
penyakit Gagal Jantung Kongestif (GJK) atau Congestive Heart Failure (CHF)
terus meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang (Fatimah dkk.,
2018).
Sekitar 5,1 juta penduduk Amerika Serikat menderita gagal jantung.
Tahun 2019, satu dari sembilan kematian di sebabkan karena menderita gagal
jantung. Sekitar setengah dari orang-orang yang mengidap gagal jantung
meninggal dalam kurun waktu 5 tahun setelah didiagnosis (Linasari, 2021).
Sebuah studi kohort yang telah dilakukan oleh Dokainish et al mencatat bahwa
dari 16 negara yang tercatat dalam penelitian tersebut, Asia Tenggara menempati
urutan ketiga setelah Afrika dan India sebagai daerah dengan angka mortilitas
gagal jantung tertinggi (Saroinsong dkk., 2021). Di Asia tenggara sendiri angka
kematian akibat jantung tertinggi terdapat di negara Philipina, sedangkan negara
Indonesia menduduki posisi ke dua dengan jumlah 229.696 orang (Ramadhani,
2020). Data tahun 2018 dari Indonesia menunjukkan bahwa gagal jantung masuk
ke dalam 10 penyakit tidak menular di Indonesia dan diperkirakan sebanyak
229.696 (0,13%) orang menderita gagal jantung (Kristinawati dan Nurul
Khasanah, 2019). Menurut data dari Riskesdas (2018), menyebutkan bahwa
prevalensi penyakit jantung menurut karakteristik umur pada tahun 2018, angka
tertinggi ada pada usia lansia yang umurnya > 75 tahun (4.7%) dan terendah ada
pada usia < 1 tahun (0,1%). Kemudian pervalensi menurut jenis kelamin pada
tahun 2018, menunjukan angka tertinggi pada perempuan yaitu, perempuan ada
1,6 % dan laki-laki ada 1,3 % (Anita dkk., 2020).
Gagal jantung (heart Failure/HF) adalah sindrom klinis kompleks yang
disebabkan oleh penurunan kemampuan struktural dan fungsional untuk mengisi
ventrikel atau ejeksi darah (Yuniadi dkk., 2017). Diperkirakan setengah dari
pasien gagal jantung memiliki fungsi ventrikel kiri yang normal yang dikenal
sebagai gagal jantung dengan fraksi ejeksi normal (Heart failure Ejection
Frakcion/HFpEF); sisanya mengalami gagal jantung dengan penurunan fraksi
ejeksi (Heart failure Reduce Ejection Fraction/HFrEF) (Yuniadi dkk., 2017).
Gagal jantung (Congestive Heart Failure/CHF) merupakan salah satu jenis
penyakit jantung yang jika tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan
komplikasi serius seperti syok kardiogenik, episodetromboemboli, efusi
perikardium dan tamponade perikardium (Desmon dkk., 2018). Penyakit ini
mengakibatkan penurunan curah jantung dan aliran darah ke perifer dan otot-otot
pernapasan. Perubahan ini dapat menyebabkan otot disfungsi yang mengarah ke
atrofi serat (terutama tipe I) dan kelemahan perifer dan otot pernapasan (De
Cassia Meine Azambuja dkk., 2020). Melemahnya otot pernafasan tersebut dapat
membangkitkan sensasi dyspnea pada pasien gagal jantung (Kasron. dkk., 2019).
Penurunan curah jantung pada penderita gagal jantung juga dapat mengakibatkan
Ventikel kiri jantung tidak mampu memompa darah yang datang dari paru
sehingga terjadi peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru yang menyebabkan
cairan terdorong ke jaringan paru yang dapat menimbulkan sesak napas (dyspnea),
kondisi ini yang menimbulkan masalah keperawatan ketidakefektifan pola napas
pada pasien gagal jantung (Waladani dkk., 2019).
Baru-baru ini, pelatihan otot inspirasi (IMT) muncul sebagai strategi pelatihan
untuk pasien gagal jantung (Trevizan dkk., 2021). IMT didefinisikan sebagai
pelatihan pernapasan persisten menggunakan perangkat pelatihan inspirasi
menurut pernyataan resmi American Thoracic Society/European Respiratory
Society (Wu dkk., 2017). Pelatihan otot inspirasi (IMT) melibatkan latihan otot-
otot berbasis diafragma dengan fungsi inspirasi, yang dapat meningkatkan
kekuatan dan daya tahan otot, kapasitas fungsional, dan respons ventilator
terhadap latihan dan mendorong pemulihan kemampuan motoric (Wu dkk., 2018).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh De Cassia Meine Azambuja dkk
(2020) menunjukkan bahwa pelatihan otot inspirasi (IMT) menghasilkan
peningkatan yang signifikan dalam tekanan otot inspirasi (MIP) (25,12 cm
H2HAI; 95% CI = 15,29 hingga 34,95), konsumsi oksigen maksimum (12
minggu: 3,75 mL/kg/menit; 95% CI = 2,98 hingga 4,51),dan kualitas hidup pasien
(−20,68; 95% CI = 29,03 hingga 12,32) (De Cassia Meine Azambuja dkk., 2020).
Dari beberapa sumber literatur yang telah ditemukan diatas menunjukkan
bahwa Latihan otot inspirasi (IMT) memiliki peran dalam mengatasi masalah
pernapasan yang dialami oleh penderita gagal jantung seperti meningkatkan
kekuatan otot inspirasi sebesar , kapasitas fungsional, dispnea dan juga respon
ventilasi selama latihan. Karena hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan
Literatur Review tentang Pengaruh Inspiratory Muscle Training (IMT) terhadap
pernapasan pada pasien gagal jantung.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pengaruh inspiratory muscle training terhadap pernapasan pada
pasien gagal jantung?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi Pengaruh insiparory muscle training (IMT) terhadap
pernapasan pada pasien gagal jantung
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi Inspiratory muscle traing (IMT) pada pasien gagal
jantung
b. Mengidentifikasi peningkatan pernapasan pada pasien gagal jantung
c. Mengidentifikasi Pengaruh Inspiratory Muscle Training (IMT) Terhadap
Pernapasan Pasien Gagal Jantung

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Literatur Review ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis
mengenai Pengaruh Inspiratory Muscle Training (IMT) Terhadap Pernapasan
Pasien Gagal Jantung.
1.4.2 Bagi Perawat
Literatur Review ini diharapkan dapat menambah pengetahuan terkait
intervensi bagi perawat untuk meningkatkan kemampuan pernapasan pada pasien
gagal jantung.
1.4.3 Bagi Penulis Selanjutnya
Literatur Review ini diharapkan dapat menjadi acuan data untuk penelitian
selanjutnya tentang Inspiratory Muscle Training (IMT) Terhadap Pernapasan
Pasien Gagal Jantung.
1.4.4 Bagi Pasien
Literatur Review ini diharapkan dapat menjadi sumber wawasan bagi
pasien gagal jantung dalam penanganan nonfarmakologis untuk meningkatkan
pernapasan pasien dan bagi keluarga pasien dalam merawat anggota keluarganya
yang menderita gagal jantung sehingga dapat mengatasi permasalahan pernapasan
pasien.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Gagal jantung


2.1.1 Pengetian
Gagal jantung merupakan keadaan dimana jantung tidak lagi mampu
memompa darah dalam jumlah yang memadai ke jaringan untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh (forward failure) atau kemampuan tersebut hanya
dapat terjadi dengan tekanan pengisian jantung yang tinggi (backward failure)
atau dapat pula keduanya (Nurkhalis. dan Adista, 2020).
Gagal jantung merupakan sindroma dari kumpulan gejala struktural atau
fungsional dimana terjadi gangguan pengisian ventrikel serta pompa jantung
untuk memompa darah (Nugroho dan Hadinata, 2019).
Gagal jantung Kongestif adalah sindrom klinis yang kompleks timbul dari
fungsional atau struktural gangguan jantung yang merusak kemampuan ventrikel
untuk mengisi darah atau mengeluarkan darah (Anita dkk., 2020).

2.1.2 Etiologi

Gagal jantung secara umum disebabkan karena penyakit pada miokard (antara
lain: penyakit jantung koroner, kardiomiopati, miokarditis), dan gangguan
mekanis pada miokard (antara lain: hipertensi, stenosis aorta, koartasio aorta)
(Laksmi. dkk., 2019).

Penyebab dari gagal jantung itu sendiri dapat mencakup abnormalitas otot jantung
(miokardium), overload beban luar, abnormalitas katup dan ritme jantung,
kelainan kongenital jantung, serta kegagalan terkait pericardium (Destiani dkk.,
2018).

2.1.3 Klasifikasi

Klasifikasi gagal jantung dapat dijabarkan melalui dua kategori yakni kelainan
struktural jantung atau berdasarkan gejala yang berkaitan dengan kapasitas
fungsional dari New York Heart Association (NYHA) (PP PERKI, 2020).
Tabel 2.1 Klasifikasi Gagal Jantung

Berdasarkan kelainan Berdasarkan kapasitas


struktural jantung fungsional (NYHA)
Stadium A Kelas I

Memiliki risiko tinggi untuk Tidak ada batasan aktivitas fisik.


berkembang menjadi gagal jantung. Aktivitas fisik sehari-hari
Tidak terdapat gangguan struktural atau tidak menimbulkan kelelahan,
fugsional jantung, dan juga tidak berdebar atau sesak nafas.
tampak tanda atau gejala.
Stadium B Kelas II

Telah terbentuk kelainanpada struktur Terdapat batasan aktivitas


jantung yang berhubungan dengan ringan. Tidak terdapat keluhan
perkembangan gagal jantung tapi tidak saat istrahat, namun aktivitas
terdapat tanda atau gejala. fisik sehari-hari menimbulkan
kelelahan, berdebar atau sesak
nafas.
Stadium C Kelas III

Gagal jantung yang simtomatik Terdapat batasan aktivitas


berhubungan dengan penyakit yang bermakna. Tidak terdapat keluhan
struktural jantung yang mendasari. saat istrahat, namun aktivitas fisik
ringan menyebabkan kelelahan,
berdebar atau sesak nafas
Stadium D Kelas IV

Penyakit jantung struktural lanjut serta Tidak dapat melakukan


gejala gagal jantung yang sangat Aktivitas fisik tanpa keluhan. Terdapat
bermakna muncul saat istrahatwalaupun gejala saat istrahat. Keluhan meningkat
sudah mendapat terapi farmakolog saat melakukan aktivitas.
maksimal (refrakter).

2.1.4 Manifestasi Klinik

Menurut Nurkhalis dan Adista (2020) tanda dan gejala dari penyakit gagal
jantung adalah sebagai berikut.

Tabel 2.2 Manifestasi Klinik Gagal jantung

Gejala Tanda
Tipikal Spesifik
Sesak nafas Peningkatan JVP
Ortopneu Refluks hepatojugular
Paroxysmal nocturnal dyspnoe (PND) Suara jantung S3 (gallop)
Toleransi aktifitas yang berkurang Apex jantung bergeser ke lateral
Mudah lelah Bising jantung
Bengkak di pergelangan kaki
Kurang Tipikal Kurang Tipikal
Batuk di malam/dini hari Edema perifer
Mengi Krepitasi pulmonal
Berat badan bertambah > 2 kg/minggu Suara pekak di basal paru pada perkusi
Berat badan turun Takikardia
Perasaan kembung/begah Nadi irreguler
Nafsu makan menurun Nafas cepat
Perasaan bingung (pada pasien usia Hepatomegali
lanjut) Asites
Depresi Kaheksia
Berdebar
Pingsan

2.2 Konsep Teori Inspiratory Muscle Training (IMT)

2.3 Konsep Teori Sari Kurma


DAFTAR PUSTAKA

Adondis, J., J. Mongi, G. Tiwow, dan R. Palandi. 2019. Studi potensi interaksi

obat pada pasien gagal jantung di instalasirawat inap rumah sakit advent

manado. Jurnal Biofarmasetika Tropis. 2 (2):124–135.

Anita, E. A., B. Sarwono, dan D. A. M. Widigdo. 2020. ASUHAN keperawatan

pasien gagal jantung kongestif: studi kasus. 16(1):99–103.

De Cassia Meine Azambuja, A., L. Zanatta de Oliveira, Sbruzzi., dan Graciele.

2020. Inspiratory muscle training in patients with heart failure: what is new?

Desmon, P., Adiwijaya, dan D. Q. Utama. 2018. Deteksi Penyakit Gagal Jantung

Berdasarkan Sinyal Ekg Menggunakan Naive Bayes. e-Proceeding of

Engineering. 2018.

Destiani, M., I. Uddin, dan P. Ardhianto. 2018. Gambaran peresepan obat beta

blocker pada pasien gagal jantung sistolik yang dirawat jalan di rsup dr.

kariadi semarang. Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran

Diponegoro). 7(2):1530–1541.
Fatimah, F. H., Nurmainah., dan I. Fajriaty. 2018. ANALISIS kepatuhan

pengobatan pasien gagal jantung terhadap risiko rehospitalisasi di uptd rsud

sultan syarif mohamad alkadrie kota pontianak tahun 2017 – 2018

Febtrina, R. dan Nurhayati. 2017. Hubungan gaya hidup dengan kejadian rawat

ulang pasien gagal jantung di rsud arifin achmad. Jurnal Ipteks Terpan.

11(4):331–338.

Haryati, H., S. Saida, dan L. Rangki. 2020. Quality of Life of Patients with

Congestive Heart Failure Based on the Level of Physical Ability and

Duration of Illness.Pdf. 2020.

Kasron., Susilawati., dan W. Subroto. 2019. Pengaruh ventilatory muscle training

(vmt) terhadap penurunan dyspnea pada penderita congestive heart

failure.pdf. Jurnal Medika Usada. 2 (1):31–37.

Kristinawati, B. dan R. Nurul Khasanah. 2019. Hubungan Pelaksanaan Edukasi

Dengan Kemampuan Self Care Management Pasien Gagal Jantung.Pdf.

2019.

Laksmi., I. A. Agung, Putra., P. W. Kusuma, Wiranata., dan I. Komang. 2019.

Studi korelasi antara bmi dengan mortalitas pasien gagal jantung kongestif.

17(1)

Nugroho, B. dan Y. Hadinata. 2019. Tatalaksana perioperatif ventilasi mekanik

pada pasien dengan gagal jantung kiri. JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia).

11(2):109–115.
Nurkhalis. dan R. J. Adista. 2020. Manifestasi klinis dan tatalaksana gagal

jantung. Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika. 3(3):36–46.

PP PERKI. 2020. Pedoman tatalaksana gagal jantung 2020. 2nd ed. Perhimpunan

Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia 2020. 6(11):951–952.

Ramadhani, I. 2020. Literatur review : faktor faktor yang berhubungan dengan

kejadian gagal jantung akut pada pasien. 1–11.

Saroinsong, L., E. L. Jim, dan S. H. Rampengan. 2021. Diagnosis Dan

Tatalaksana Terkini Gagal Jantung Akut. e-CliniC. 2021.

Trevizan, P. F., L. M. Antunes-Correa, D. M. L. Lobo, P. A. Oliveira, D. R. de

Almeida, M. C. D. Abduch, W. Mathias Junior, L. A. Hajjar, R. Kalil Filho,

dan C. E. Negrão. 2021. Effects of Inspiratory Muscle Training Combined

with Aerobic Exercise Training on Neurovascular Control in Chronic Heart

Failure Patients. ESC Heart Failure. 2021.

Waladani, B., P. A. K. Putri, dan Rusmanto. 2019. Analisis asuhan keperawatan

pada pasien congestive heart failure dengan penurunan curah jantung. The

10th University Research Colloquium. (Proceeding of The 10th University

Research Colloquium 2019: Bidang MIPA dan Kesehatan):878–882.

Wu, J., L. Kuang, dan L. Fu. 2018. Effects of inspiratory muscle training in

chronic heart failure patients: a systematic review and meta-analysis.

Congenital Heart Disease. 13(2):194–202.

Wu, W., L. Guan, X. Zhang, X. Li, Y. Yang, B. Guo, Y. Ou, L. Lin, L. Zhou, dan
R. Chen. 2017. Effects of two types of equal-intensity inspiratory muscle

training in stable patients with chronic obstructive pulmonary disease: a

randomised controlled trial. Respiratory Medicine. 132:84–91.

Yuniadi, Y., D. Y. Hermanto, dan A. U. Rahajoe. 2017. Buku Ajar

KARDIOVASKULAR Jilid 1. Jakarta: Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai