Oleh :
PEMBIMBING AKADEMI
KONSEP PENYAKIT
C. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada edema paru,meliputi :
1.Gagal nafas
2. Asidosisrespiratorik
3. Henti jantung
D. Patofisiologi
Edema pada umumnya berarti pembengkakan. Ini secara khas terjadi ketika cairan dari bagian
dalam pembuluh darah merembes kedalam jaringan sekelilingnya, menyebabkan pembengkakan.
Ini dapat terjadi karena terlalu banyak tekanan dalam pembuluh darah atau tidak ada cukup protein
dalam aliran darah untuk menahan cairan dalam plasma (bagian dari darah yang tidak
mengandung sel-sel darah).
Edema paru adalah istilah yang digunakan ketika edema terjadi di paru. Area yang ada diluar
pembuluh darah kapiler paru ditempati oleh kantong-kantong udara yang sangat kecil yang disebut
alveoli. Ini adalah tempat dimana oksigen dari udara diambil oleh darah yang melaluinya, dan
karbondioksida dalam darah dikeluarkan kedalam alveoli untuk dihembuskan keluar. Alveoli
normalnya mempunyai dinding yang sangat tipis yang mengizinkan pertukaran udara ini, dan
cairan biasanya dijauhkan dari alveoli kecuali dinding-dinding ini kehilangan integritasnya.
Edema paru terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan cairan yang merembes keluar dari pembuluh
darah dalam paru sebagai ganti udara. Ini dapat menyebabkan persoalan pertukaran gas (oksigen
dan karbondioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan oksigenasi darah yang buruk.
Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai “air di dalam paru” ketika
menggambarkan kondisi ini pada pasien
E. Pathway
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas :
Identitas pada pasien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur (klien dewasa
dan bayi cenderung mengalami dibandingkan remaja/dewasa muda), agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung jawab.
b. Keluhan Utama
Pasien merasakan sesak nafas yang hebat. Pasien biasanya dibawa ke rumah sakit
setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi/tidak.
Kesadaran kadang sudah menurun dan dapat terjadi dengan tiba-tiba pada trauma.
Berbagai etiologi yang mendasar dengan masing-masik tanda klinik mungkin
menyertai pasien.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Predileksi penyakit sistemik atau berdampak sistemik seperti sepsis, pancreatitis,
Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan serta penyakit ginjal mungkin
ditemui pada pasien.
d. Pemeriksaan fisik
1) Breathing (B1)
Subyektif : sesak nafas, dada tertekan
Obyektif :Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk
(produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan,
pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar
stridor, ronchii pada lapang paru
2) Blood (B2)
Subyektif : sakit dada
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas
darah menurun, Denyut jantung tidak teratur, suara jantung tambahan, distensi vena
jugularis, suara S3/Gallop
3) Brain (B3)
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
4) Bladder (B4)
Subyektif : –
Obyektif : produksi urine menurun,
5) Bowel (B5)
Subyektif : mual, kadang muntah
Obyektif : konsistensi feses normal/diare
6) Bone (B6)
Subyektif : lemah, cepat lelah
Obyektif : akral dingin, tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru
dan penggunaan otot aksesoris pernafasan, kulit pucat, cyanosis, turgor menurun
(akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan
1. Observasi
▪ Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
▪ Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik0
▪ Monitor kemampuan batuk efektif
▪ Monitor adanya produksi sputum
▪ Monitor adanya sumbatan jalan napas
▪ Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
▪ Auskultasi bunyi napas
▪ Monitor saturasi oksigen
▪ Monitor nilai AGD
▪ Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
▪ Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
▪ Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
▪ Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
▪ Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
1. Observasi
▪ Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
▪ Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi
kering)
▪ Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Terapeutik
▪ Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma cervical)
▪ Posisikan semi-Fowler atau Fowler
▪ Berikan minum hangat
▪ Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
▪ Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
▪ Lakukan hiperoksigenasi sebelum
▪ Penghisapan endotrakeal
▪ Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
▪ Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
▪ Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
▪ Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
▪ Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu.
1. Observasi
▪
Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
▪ Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik0
▪ Monitor kemampuan batuk efektif
▪ Monitor adanya produksi sputum
▪ Monitor adanya sumbatan jalan napas
▪ Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
▪ Auskultasi bunyi napas
▪ Monitor saturasi oksigen
▪ Monitor nilai AGD
▪ Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
▪ Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
▪ Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
▪ Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
▪ Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Terapi Oksigen
1. Observasi
▪ Monitor kecepatan aliran oksigen
▪ Monitor posisi alat terapi oksigen
▪ Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
▪ Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. oksimetri, analisa gas darah ),
jika perlu
▪ Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
▪ Monitor tanda-tanda hipoventilasi
▪ Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
▪ Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
▪ Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
2. Terapeutik
▪ Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trachea, jika perlu
▪ Pertahankan kepatenan jalan nafas
▪ Berikan oksigen tambahan, jika perlu
▪ Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
▪ Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengat tingkat mobilisasi
pasien
3. Edukasi
▪ Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah
4. Kolaborasi
▪ Kolaborasi penentuan dosis oksigen
▪ Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Dewan
Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat PPNI