Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ACUTE LONG OEDEMA(ALO)


DI RUANG ICU
RSU JATIROTO

PERIODE TANGGAL 22 - 28 NOVEMBER 2021

Oleh :

NAMA : Muhammad Akhsal Dias Safatullah


NIM : 192303101097

PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN INI TELAH DISAHKAN PADA


TANGGAL ................................. 2021

PEMBIMBING KLINIK MAHASISWA

Muhammad Akhsal Dias Safatullah


NIM. 192303101097

PEMBIMBING AKADEMI
KONSEP PENYAKIT

A. Definisi ALO(Acute Lung Oedema)


Acute Lung Oedema atau edema paru akut adalah akumulasi cairan di paru-paru secara tiba-
tiba akibat peningkat tekanan intravaskular. Edema paru terjadi karena adanya aliran darah ke ruang
intersisial paru yang selanjutnya ke alveoli paru, melebihi cairan, kembali ke darah melalui saluran
limfatik (Abdul, 2013)
Edema paru yang disebabkan oleh kegagalan jantung(edema paru kardiogenik)
menimbulkan peningkatan tekanan pada vena kapiler-kapiler pulmonal.Peningkatan tekanan
pulmonal ini melebihi tekanan intravaskular osmotik. Oleh karena itu, cairan plasma dari
kapiler dan venula dapat masuk ke dalam alveoli melalui membran alveolar-kapilar. Dari
alveoli, cairan dapat dengan cepat memasuki bronkiale, dan bronki pasien dapat tenggelam
dalam cairan ini.
Edema Paru Kardiogenik adalah edema paru yang terjadi akibat terjadinya peningkatan
tekanan hidrostatik kapiler yang disebabkan oleh karena meningkatnya tekanan vena
pulmonalis. Edema Paru Kardiogenik menunjukkan adanya terjadi akumulasi cairan yang
rendah protein di interstisial paru dan alveoli ketika vena pulmonalis dan aliran balik vena di
atrium kiri melebihi keluaran dari ventrikel kiri (Rahman, 2015).
B. Etiologi
• Edema paru dibedakan oleh karena sebab kardiogenik dan non kardiogenik. Penyebab
edema paru kardiogenik adalah :
1. Gagal jantung
2. Penyakit jantung koroner dengan gagal jantung kiri
3. Aritmia kordis
4. Kardiomiopati
5. Obstruksi katup seperti mitral stenosis
6. Miokarditis dan endokarditis
7. Hipertensi krisis
8. Efusi perikardial
9. Gagal ginjal kronik
• Sedangkan penyebab edema paru non kardiogenik yaitu :
1. Trauma thoraks
2. Contusio paru
3. Aspirasi
4. Inhalasi asap
5. Keracunan O2
6. Emboli paru
7. Sepsis
8. Pankreatitis

C. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada edema paru,meliputi :
1.Gagal nafas
2. Asidosisrespiratorik
3. Henti jantung

D. Patofisiologi
Edema pada umumnya berarti pembengkakan. Ini secara khas terjadi ketika cairan dari bagian
dalam pembuluh darah merembes kedalam jaringan sekelilingnya, menyebabkan pembengkakan.
Ini dapat terjadi karena terlalu banyak tekanan dalam pembuluh darah atau tidak ada cukup protein
dalam aliran darah untuk menahan cairan dalam plasma (bagian dari darah yang tidak
mengandung sel-sel darah).
Edema paru adalah istilah yang digunakan ketika edema terjadi di paru. Area yang ada diluar
pembuluh darah kapiler paru ditempati oleh kantong-kantong udara yang sangat kecil yang disebut
alveoli. Ini adalah tempat dimana oksigen dari udara diambil oleh darah yang melaluinya, dan
karbondioksida dalam darah dikeluarkan kedalam alveoli untuk dihembuskan keluar. Alveoli
normalnya mempunyai dinding yang sangat tipis yang mengizinkan pertukaran udara ini, dan
cairan biasanya dijauhkan dari alveoli kecuali dinding-dinding ini kehilangan integritasnya.
Edema paru terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan cairan yang merembes keluar dari pembuluh
darah dalam paru sebagai ganti udara. Ini dapat menyebabkan persoalan pertukaran gas (oksigen
dan karbondioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan oksigenasi darah yang buruk.
Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai “air di dalam paru” ketika
menggambarkan kondisi ini pada pasien
E. Pathway
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Identitas :
Identitas pada pasien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur (klien dewasa
dan bayi cenderung mengalami dibandingkan remaja/dewasa muda), agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung jawab.
b. Keluhan Utama
Pasien merasakan sesak nafas yang hebat. Pasien biasanya dibawa ke rumah sakit
setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi/tidak.
Kesadaran kadang sudah menurun dan dapat terjadi dengan tiba-tiba pada trauma.
Berbagai etiologi yang mendasar dengan masing-masik tanda klinik mungkin
menyertai pasien.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Predileksi penyakit sistemik atau berdampak sistemik seperti sepsis, pancreatitis,
Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan serta penyakit ginjal mungkin
ditemui pada pasien.
d. Pemeriksaan fisik
1) Breathing (B1)
Subyektif : sesak nafas, dada tertekan
Obyektif :Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk
(produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan,
pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar
stridor, ronchii pada lapang paru
2) Blood (B2)
Subyektif : sakit dada
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas
darah menurun, Denyut jantung tidak teratur, suara jantung tambahan, distensi vena
jugularis, suara S3/Gallop
3) Brain (B3)
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
4) Bladder (B4)
Subyektif : –
Obyektif : produksi urine menurun,
5) Bowel (B5)
Subyektif : mual, kadang muntah
Obyektif : konsistensi feses normal/diare
6) Bone (B6)
Subyektif : lemah, cepat lelah
Obyektif : akral dingin, tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru
dan penggunaan otot aksesoris pernafasan, kulit pucat, cyanosis, turgor menurun
(akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan

B. Prioritas Masalah Keperawatan


Pola napas tidak efektif
Definisi : Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
Penyebab :
• Depresi pusat pernapasan
• Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan)
• Deformitas dinding dada
• Deformitas tulang dada
• Gangguan neuro muskular
• Gangguan neurologis (mis. Elektroensefalogram (EEG) positif, cedera kepala,
gangguan kejang)
• Imaturitas neurologis
• Penurunan energi
• Obesitas
• Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
• Sindrom hipoventilasi
• Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
• Cedera pada medulla spinalis
• Efek agen farmakologis
• Kecemasan
Gejala & tanda mayor :
Subjektif : Objektif
Dispnea • Penggunaan otot bantu pernafasan
• Fase ekspirasi memanjang
• Pola napas abnormal
(mis.Takipnea.Bradypnea,
Hiperventilasi, kussmaul,Cheynesokes)
Gejala & tanda minor
Subjektif Objektif
Ortopnea a. Pernapasan pursed-lip
b. Pernapasan cuping hidung
c. Diameter thoraks anterior posterior
meningkat
d. Ventilasi semenit menurun e. Kapasitas
vital menurun
f. Tekanan ekspirasi menurun
g. Tekanan inspirasi menurun
h. Ekskursi dada berubah

Kondisi Klinis Terkait


• Depresi sistem saraf pusat
• Cedera Kepala
• Trauma thoraks
• Gullain Bare Syndrome
• Multiple Sclerosis
• Myasthenia Gravis
• Stroke
• Kuadriplegi
• Intoksikasi Alkohol

Planning/Rencana Tindakan Keperawatan


1. Tujuan dan Kriteria hasil
-Dispena menurun
-Penggunaan otot bantu nafas menurun
-Pemanjangan fase ekspirasi menurun
-Frekuensi nafas membaik
-Kedalaman nafas membaik
INTERVENSI KEPERAWATAN

A. PEMANTAUAN RESPIRASI (I.01014)

1. Observasi
▪ Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
▪ Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik0
▪ Monitor kemampuan batuk efektif
▪ Monitor adanya produksi sputum
▪ Monitor adanya sumbatan jalan napas
▪ Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
▪ Auskultasi bunyi napas
▪ Monitor saturasi oksigen
▪ Monitor nilai AGD
▪ Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
▪ Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
▪ Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
▪ Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
▪ Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

B.MENEJEMEN JALAN NAPAS (I. 01011)

1. Observasi
▪ Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
▪ Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi
kering)
▪ Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Terapeutik
▪ Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma cervical)
▪ Posisikan semi-Fowler atau Fowler
▪ Berikan minum hangat
▪ Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
▪ Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
▪ Lakukan hiperoksigenasi sebelum
▪ Penghisapan endotrakeal
▪ Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
▪ Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
▪ Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
▪ Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
▪ Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu.

Masalah Keperawatan Lain Yang Bisa Terjadi


Gangguan Pertukaran Gas
DEFINISI : Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida
pada membrane alveolus-kapiler
PENYEBAB
• Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
• Perubahan membrane alveolus-kapiler

GEJALA & TANDA MAYOR


Objektif
a.Dispnea
Subjektif
a. PCO2 meningkat/menurun
b. PO2 menurun
c. Takikardia
d. pH arteri meningkat/menurun
e. Bunyi napas tambahan

GEJALA & TANDA MINOR


Subjektif
a. Pusing
b. penglihatan kabur
Objektif
a. Sianosis
b. Diaphoresis
c. Gelisah
d. Napas cuping hidung
e. Pola napas abnormal
(cepat/lambat, regular/ierguler,dalam/dangkal)
f. Warna kulit abnormal (mis. Pucat,kebiruan)
g. Kesadaran menurun
KONDISI KLINIS TERKAIT
a. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
b. Gagal jantung kongestif
c. Asma
d. Pneumonia
e. Tuberkulosis paru
f. Penyakit membran hialin
g. Asfiksia
h. Persisten pumonary hypertension of newborn (PPHN)
i. Prematuritas
j. Infeksi Saluran napas
Planning/Rencana Tindakan Keperawatan
2. Tujuan dan Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24jam diharapkan
• Tingkat kesadaran meningkat
• Dispnea menurun
• Bunyi napas tambahan menurun
• Takikardia menurun
• PCO2 membaik
• PO2 membaik
• Ph arteri membaik
3. Intervensi
PEMANTAUAN RESPIRASI

1. Observasi

Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
▪ Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik0
▪ Monitor kemampuan batuk efektif
▪ Monitor adanya produksi sputum
▪ Monitor adanya sumbatan jalan napas
▪ Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
▪ Auskultasi bunyi napas
▪ Monitor saturasi oksigen
▪ Monitor nilai AGD
▪ Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
▪ Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
▪ Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
▪ Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
▪ Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Terapi Oksigen

1. Observasi
▪ Monitor kecepatan aliran oksigen
▪ Monitor posisi alat terapi oksigen
▪ Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
▪ Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. oksimetri, analisa gas darah ),
jika perlu
▪ Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
▪ Monitor tanda-tanda hipoventilasi
▪ Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
▪ Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
▪ Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
2. Terapeutik
▪ Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trachea, jika perlu
▪ Pertahankan kepatenan jalan nafas
▪ Berikan oksigen tambahan, jika perlu
▪ Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
▪ Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengat tingkat mobilisasi
pasien
3. Edukasi
▪ Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah
4. Kolaborasi
▪ Kolaborasi penentuan dosis oksigen
▪ Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur

Masalah Keperawatan Lain Yang Bisa Terjadi


Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif.
Definisi : Kemampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap panten
• Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : -
Objektif :
1. Batuk tidak efektif
2. tidak mampu batuk
3. sputum berlebih
4. mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering
5. meconium di jalan napas (pada neonatus)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Dyspnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
Objektif :
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi napas menurun
4. Frekuensi napas berubah
5. Pola napas berubah
• Faktor Yang Berhubungan
1. Spasme jalan napas
2. Hipersekresi jalan napas
3. Disfungsi neuromuskuler
4. Benda asing dalam jalan napas
5. Adanya jalan napas buatan
6. Sekresi yang tertahan
7. Hyperplasia dinding jalan napas
8. Proses infeksi
9. Respon alergi
10. Efek agen farmakologis

Planning/Rencana Tindakan Keperawatan


1. Tujuan dan Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapakan
• Produksi sputum menurun
• Mengi menurun
• Wheezing menurun
• Mekonium menurun
• Di
• Frekuensi napas membaik
• Pola napas membaik
2. Intervensi
➢ Latihan Batuk Efektif
Observasi :
- Identifikasi kebutuhan dilakukan penghisapan
- Auskultasi suara napas sebelum dan setelah dilakukan penghisapan
- Monitor status oksigenasi (SaO2 dan SvO₂), status neurologis(status
- mental, tekanan intrakranial, tekanan perfusi serebral) dan status
- hemodinamik (MAP dan irama jantung) sebelum, selama dan setelah
tindakan
- Monitor dan catat wama, jumlah dan konsistensi sekret
Terapeutik :
- Gunakan teknik aseptik (mis. gunakan sarung tangan, kaca mata atau
masker, jika perlu)
- Gunakan prosedural steril dan disposibel
- Gunakan teknik penghisapan tertutup, sesuai indikasi Pilih ukuran kateter
suction yang menutupi tidak lebih dari setengah diameter ETT
- Lakukan penghisapan mulut, nasofaring, trakea dan/atau endotracheal tube
(ETT)
- Berikan oksigen dengan konsentrasi tinggi (100%) paling sedikit 30 detik
sebelum dan setelah tindakan
- Lakukanpengisapan lebih dari 15 detik - Lakukan pengisapan ETT dengan
tekanan rendah (80 - 120 mmHg)
- Lakukan penghisapan hanya di sepanjang ETT untuk meminimalkan
invasif
- Hentikan pengisapan dan berikan terapi oksigen jika mengalami kondisi-
kondisi seperti bradikardi, penurunan saturasi.
- Lakukan kultur dan uji sensitifitas sekret, jika perlu
Edukasi :
- Anjurkan melakukan teknik napas dalam, sebelum melakukan
penghisapan di nasothacheal
- Anjurkan bernapas dalam dan pelan selama insersi kateter suction

➢ Manajemen Jalan Napas


Observasi :
- Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
kering
- Monitor sputum(jumlah, warna, aroma)
Terapeutik :
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-tilt (jaw-
thrust jika dicuriga trauma servikal)
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
- Ajarkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
➢ Pemantauan Respirasi
Observasi :
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
- Monitor pola napas (bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes, biot, ataksik)
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigenasi
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik :
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Marginy, M. (2019). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Ny. SQ Dengan Acute Lung
Oedema (ALO) atau Edema Paru di Ruang ICCU RSUD. Prof. Dr. WZ Johannes
Kupang (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang).

Yossy, A. F. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ACUTE LUNG OEDEMA


(ALO) ec ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS) DENGAN PENERAPAN TERAPI
FOOTBATH DAN ACUPRESSURE UNTUK MENCEGAH KONSTIPASI DI RUANG
CARDIOVASCULER CARE UNIT (CVCU) RSUP DR. M. DJAMIL PADANG (Doctoral
dissertation, Universitas Andalas).

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Dewan
Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai