Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

MIOCARD INFARK AKUT


DI RUANG ICU
RSD DJATIROTO
PERIODE TANGGAL 29 NOVEMBER 2021 – 5 DESEMBER 2021

Oleh :

NAMA : CHANDRA DWI ARDIANTO


NIM : 192303101130

PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS


LUMAJANG FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Penyakit
A. Definisi
Infark miokard diawali proses berkurangnya pasokan oksigen iskemia jantung yang
disebabkan oleh berbagai hal antara lain: Aterosklerosis, trombosis arteri, Spasme,
Emboli koroner, anoah mali kongenital yang merupakan gangguan pada pembuluh
darah koroner. Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung
akibat suplai darah yang tidak kuat sehingga aliran darah koroner berkurang.

B. Etiologi
Infark miokard akut (IMA) disebabkan oleh pasokan oksigen ke miokardium berkurang
akibat oklusi di pembuluh koroner.  Oklusi atau sumbatan paling banyak disebabkan
oleh trombus dari atherothrombosis, yaitu plak arteroslerotik yang mengalami ruptur
dan proses trombosis.
Etiologi oklusi lainnya dapat berupa emboli, diseksi, maupun vasospasme arteri
koroner, serta kelainan supply-demand oksigen akibat anemia, takiaritmia,
atau penggunaan kokain.

Menurut Nurarif (2013), penyebab IMA yaitu :


a.Faktor penyebab :
1)Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
a)Faktor pembuluh darah : Aterosklerosis, spasme, arteritis.
b)Faktor sirkulasi : Hipotensi, stenosos Aurta, insufisiensi.
c)Faktor darah : Anemia, hipoksemia, polisitemia.

2)Curah jantung yang meningkat :


a)Aktifitas yang berlebihan.
b)Emosi.
c)Makan terlalu banyak.
d)Hypertiroidisme.

3)Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :


a)Kerusakan miocard.
b)Hypertropimiocard.
c)Hypertensi diastolic.

Tanda dan Gejala


1. Nyeri dada seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat,
nyeri dapat menjalar ke tangan (umumnya kiri), pada leher, rahang ke punggung dan
disertai perasaan mual muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar
2. Perubahan nadi
3. Hipotensi
4. Muka pucat
5. Napas pendek

6. Pucat
1. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mengetahui babarapa penyebab terjadinya IMA, maka
dilakukan bereberapa tes untuk mengidentifikasi alergennya :
a. Pemeriksaan laboratorium
b. EKG
c. Katerisasi Jantung
d. Ekokardiografi
e. Radiologi
2. Penatalaksanaan
Ada tiga kelas obat-obatan yang biasa digunakan untuk meningkatkan supaly oksigen
yaitu :
- Vasodilator
Vasodilator pilihan yang digunakan untuk mengurangi nyeri jantung adalah
Nitrogliserin (NTG) intravena.
- Antikoagulan
Heparin adalah antikoagulan pilihan untuk membantu mempertahankan integritas
jantung.
- Tranbolitik
Tujuan pemberian obat ini adalah untuk melarutkan setiap trombus yang telah
terbentuk diarteri koroner, memperkecil penyumbatan.
3. Komplikasi
Komplikasinya meliputi :
a. Gagal jantung kongestif
b. Tromboembolus
c. Distritmia
d. Perikarditis
e. Urtikaria dan angoioedema menetap sampai beberapa bulaKemungkinan
rekurensi di masa mendatang dan kematian. (Michael I. Greenberg. Teks-Atlas
Kedokteran Kedaruratan).

4. Patofisiologi

Patofisiologi infark miokard akut (acute myocardial infarct) adalah kematian sel
miokardium akibat proses iskemik yang berkepanjangan. Mekanisme paling sering yang
menyebabkan infark miokard akut (IMA) adalah ruptur atau erosi plak aterosklerotik
sarat lipid yang rapuh.
Ruptur atau erosi plak itu akan menyebabkan paparan inti dan bahan matriks yang
memiliki sifat sangat trombogenik terhadap aliran sirkulasi darah. Terbentuknya trombus
akan menyumbat aliran darah pada pembuluh koroner secara parsial maupun total,
sehingga pasokan oksigen ke miokardium berkurang. Sindrom iskemik  tak stabil akan
menyebabkan nekrosis miokardium, yaitu kerusakan ireversibel otot jantung yang dapat
mengganggu fungsi sistolik maupun diastolik, dan meningkatkan risiko aritmia pada
pasien.
II. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Dasar
A. Pengkajian
1. Pemeriksaan Primer
a) A (Airway)
Airway, penilaian jalan napas. Jalan napas harus dijaga teap bebas agar tidak
ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala
dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan napas,
yaitu dengan melakukan triple airway maneuver yaitu ekstensi kepala, tarik
mandibula ke depan, dan buka mulut. Penderita dengan sumbatan jalan napas
total, harus segera ditolong dengan lebih aktif, melalui intubasi endotrakea,
krikotirotomi, atau trakeotomi.
- Menjaga saluran napas dan pemberian oksigen 100%
- Adrenalin. Jika akses IV tersedia, diberikan adrenalin 1 : 10.0000, 0.5
– 1 ml, dapat diulang jika perlu. Alternatif lain dapat diberikan 0,5 – 1
mg (0,5 – 1 ml dalam larutan 1 : 1000) secara IM diulang setiap 10
menit jika dibutuhkan.
b) B (Breathing)
Support, segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak ada tanda-tanda
bernapas 14 spontan, baik memalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung.
Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring, dapat mengakibatkan
terjadinya obstruksi jalan napas total atau parsial. Penderita yang mengalami
sumbatan jalan napas total atau parsial. Penderita yang mengalami sumbatan
jalan napas parsial, selain ditolong dengan obat-obatan, juga harus diberikan
bantuan napas dan oksigen 5-10 liter/menit.
- Jamin pernapasan yang adekuat. Intubasi dan ventilasi mungkin
diperlukan
- Adrenalin akan mengatasi bronkospasme dan edema saluran napas
atas.
- Bronkodilator semprot (misalnya salbutamol 5 mg) atau aminofilin IV
mungkin dibutuhkan jika bronkospasme refrakter (dosis muat 5
mg/kg diikuti dengan 0,5 mg/kg/jam).
c) C (Circulation)
Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a. karotis
atau a. femoralis), segera lakukan kompresi jantung luar.
- Akses sirkulasi. Mulai CPR jika terjadi henti jantung.
- Adrenalin merupakan terapi yang paling efektif untuk hipotensi berat.
- Pasang 1 atau dua kanula IV berukuran besar dan secepatnya
memberikan infus saline normal. Koloid dapat digunakan (kecuali
jika diperkirakan sebagai sumber reaksi anafilaksis).
- Aliran balik vena dapat dibantu dengan mengangkat kaki pasien atau
memiringkan posisi pasien sehingga kepala lebih rendah.
- Jika hemodinamik pasien tetap tidak stabil setelah pemberian cairan
dan adrenalin, beri dosis adrenalin atau infus intravena lanjutan (5 mg
dalam 50 ml saline atau dekstrose 5% melalui syringe pump, atau 5
mg dalam 500 ml saline atau dekstrose 5% yang diberikan dengan
infus lambat). Bolus adrenalin intravena yang tidak terkontrol dapat
membahayakan, yaitu kenaikan tekanan yang tiba-tiba dan aritmia.
Berikan obat tersebut secara berhati-hati, amati respon dan ulangi jika
diperlukan. Coba lakukan monitor EKG, tekanan darah dan pulse
oximtry.
Dosis intramuskuler adrenalin pada anak
> 5 tahun 0,5 ml dengan pengenceran 1 :
1000
4 tahun 0,4 ml dengan pengenceran 1 :
1000
3 tahun 0,3 ml dengan pengenceran 1 :
1000
2 tahun 0,2 ml dengan pengenceran 1 :
1000
1 tahun 0,1 ml dengan pengenceran 1 :
1000

d) D (Dissability)
Menilai kesadran dengan cepat. Skor glasgow coma scale 13-15 (sadar
penuh, atentif, dan orientatif), kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan
bicara, gangguan tidur, cemas.
e) E (Exposure)
Menilai adanya cedera leher atau tulang belakang. Membuka seluruh pakaian
pasien, apabila terdapat perdarahan pada area pasien, bisa dibersihkan.
B. Diagnosa Keperawatan Utama
Penurunan Curah Jantung
1. Definisi/Pengertian
Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh.
2. Penyebab
- Perubahan irama jantung
- Perubahan frekuensi jantung
- Perubahan kontraktilitas
- Perubahan preload
- Perubahan afterload
3. Tanda dan Gejala
Mayor
Subjektif Objektif
1. Perubahan irama jantung 1. Perubahan irama jantung
1) Palpasi 1) Brakikardia/takikardia
2) Gambaran EKG aritmia
atau gangguan konduksi
2. Perubahan preload 2. Perubahan preload
1) Lelah 1) Edema
2) Distensi vena jugularis
3) Central venous pressure (CVP)
meningkat/menurun
4) Hepatomegali
3. Perubahan afterload 3. Perubahan afterload
1) Dispnea 1) Tekanan darah
meningkat/menurun
2) Nadi perifer teraba lemah
3) Capillary refill time >3 detik
4) Oliguria
5) Warna kult pucat dan/atau
sianosis
4. Perubahan kontraktilitas 4. Perubahan kontraktilias
1) Paroxysmal nocturnal 1) Terdengar suara jantung S3
dysonea (PND) dan/atau S4
2) Ortopnea 2) Ejection fraction (EF) menurun
3) Batuk
Minor
Subjektif Objektif
1. Perubahan preload 1. Perubahan preload
(tidak tersedia) 1) Murmur jantung
2) Berat badan bertambah
3) Pulmunary artery wedge
pressure (PAWP) menurun
2. Perubahan afterload 2. Perubahan afterload
(tidak tersedia) 1) Pulmunary vascular
resistance (PVR)
meningkat/menurun
2) Systemic vascular
resitance (SVR)
meningkat/menurun
3. Perubahan kontraktilitas 3. Perubahan kontraktilitas
(tidak tersedia) 1) Cardiac index (CI) menurun
2) Left ventricular stroke work
index (LVSWI) menurun
3) Stroke volme index (SVI)
menurun
4. Perilaku/emosional 4. Perilaku/emosional
1) Cemas (tidak tersedia)
2) Gelisah

C. Planning/Rencana Tindakan Keperawatan


Kriteria Hasil
- Kekuatan nadi perifer meningkat
- Ejection fraction (EF) meningkat
- Left ventricular stroke work index (LVSWI) meningkat
- Stroke volme index (SVI) meningkat
- Palpitasi menurun
- Bradikardia menurun
- Takikardia menurun
- Gambaran EKG aritmia menurun
- Lelah Edema menurun
- Distensi vena Jugularis menurun
- Dispnea Oliguria menurun
- Pucat/sianosis menurun
- Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) menurun
- Ortopnea menurun
- Batuk menurun
- Suara jantung S3 Suara jantung S4 menurun
- Murmur jantung menurun
- Berat badan menurun
- Hepatomegali menurun
- Pulmonary vascular resistance (PVR) menurun
- Systemic vascular resitance menurun
- Tekanan darah membaik
- Capillary refill time (CRT) membaik
- Pressure (PAWP) membaik
- Central venous pressure membaik

Intervensi Keperawatan
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola ketidakmampuan tubuh menyediakan oksigen dan
nutrien untuk mencukupi kebutuhan jaringan akibat ketergan chiran darah berlebih
Tindakan
Observasi
- Monitor status kardiopulmonale des tan rad, frekuensi nepas, TD, MAP)
- Monitor status oksigen AD)
- Monitor status cairan (masukan dan har CRT)
- Periksa tingkat kesedaran dan respon pupil Periksa seluruh permukaan tubuh
terhadap adanya DOTS (deformitlyldeformitas, open woundiluka terbuka,
tenderness/nyeri tekan, swelling/bengkak)
Terapeutik
- Pertahankan jalan napas paten
- Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
- Persiapkan intubasi dan ventilasl mekanis, jika perlu
- Lakukan penekanan langsung (direct pressure) pada perdarahan eksternal
- Berikan posisi syok (modified Trendelenberg)
- Pasang jalur IV berukuran besar (mis. nomor 14 atau 16)
- Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
- Pasang selang nasogastrik untuk dekompresi lambung
- Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah langkap dan
elektrolit Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 1 - 2 L pada dewasa
- Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20 ml/kgBB pada anak
- - Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
Diagnosa Tambahan
Perfusi Perifer Tidak Efektif
1. Definisi/Pengertian
Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu
metabolism tubuh
2. Penyebab
a. Hiperglikemia
b. Penurunan konsentrasi hemoglobin
c. Peningkatan tekanan darah
d. Kekurangan volume cairan
e. Penurunan aliran arteri atau vena
f. Kurang terpapar informasi tentang factor pemberat (missal merokok, gaya
hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas)

g. Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (missal


diabetes melitus, hiperplidemia)
h. Kurang aktivitas fisik
3. Gejala dan
Tanda Mayor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) Pengisian kapiler >3 detik
Nadi perifer menurun atau tidak
teraba Akral teraba dingin
Warna kulit pucat
Turgor kulit
menurun
Minor
Subjektif Objektif
Parastesia Edema
Nyeri ekstremitas (klaudikasi Penyembuhan luka lambat
intermitten) Indeks ankle brachial
<0,90
Bruit femoral
B. Planning/Rencana Tindakan Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan perfusi perifer meningkat
dengan kriteria hasil :
1. Denyut nadi perifer meningkat
2. Warna kulit pucat menurun
3. Pengisian kapiler membaik
4. Akral membaik
5. Turgor kulit membaik
C. Intervensi Keperawatan
Perawatan Sirkulasi
Definisi : Mengidentifikasi dan merawat area lokal dengan keterbatasan
sirkulasi perifer
Tindakan
Observasi
- Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, edema, pengisian kapiler,
warna, suhu, ankle-brachial index)
- Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis. diabetes, perokok,
orang tua, hipertensi, dan kadar kolestrol tinggi)
- Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
Terapeutik
- Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi
- Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
- Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cedera
- Lakukan pencegahan infeksi
- Lakukan perawatan kaki dan kuku
- Lakukan hidrasi
Edukasi
- Anjurkan berhenti merokok
- Anjurkan berolahraga rutin
- Anjurkan minum obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan
penurun kolestrol, jika perlu
- Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
- Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis. melembabkan kulit
kering pada kaki)
- Anjurkan program rehabilitasi vascular
- Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis. rendah
lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
- Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis. rasa
sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa
Daftar Pustaka
Jessenggar Vinoshalni, dr. I Gusti Putu Sukrana Sidemen,SpAn.KAR, Penatalaksanaan
INFARK MIOCARD AKUT, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, 2016.
Syamsul H.Salam, Fakultas Kedokteran Unhas/RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar,
2016.
PPNI, 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
PPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
PPNI, 2019. Standart I Luaran Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
Soedarto, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi F.K. Universitas Airlangga :Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai