Anda di halaman 1dari 34

Keperawatan anak

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN (PJB)

Disusun Oleh:
Cindy Br Sipang-pang (14301975)
Ikshannuddin (14301981)
Ricki Saputra (14301987)
Sindy Anugrah (14301991)

PRODI D-III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN IBNU SINA KOTA SABANG
T.A 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah tentang “Penyakit jantung Bawaan (PJB) pada Anak” ini dengan
lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Anak II ibu Ns. Ervina, M. Kep
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh
dari buku panduan dan hasil dari browsing internet yang berkaitan dengan penyakit
jantung bawaan dan hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai penyakit jantung bawaan pada
anak dan segala hal yang berkaitan dengan hal tersebut, serta mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-harii, khususnya bagi para praktisi medis yang bersangkutan dengan
hal-hal ini.
Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Sabang, 13 juli 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………….
Daftar Isi………………………………………………………………………….
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………
B. Tujuan Penulisan……………………………………………………………..

BAB 2 PEMBAHASAN
A. KONSEP MEDIS PENYAKIT JANTUNG BAWAAN
1. Definisi PJB
2. Jenis PJB
3. Etiologi PJB
4. Manifestasi PJB
5. Patofisiologi PJB
6. Tanda dan gejala PJB
7. Penatalaksanaan PJB
8. Pathway PJB
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Diagnose Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PJB (CHD)
1. Pengkajian
2. Analisa Data
3. Diagnosa Keperawatan
4. Intervensi Keperawatan
5. Implementasi & Evaluasi Keperawatan
BAB 4 PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan penyakit dengan kelainan pada struktur
jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya
gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan
janin. Ada 2 golongan besar PJB, yaitu non sianotik (tidak biru) dan sianotik (biru) yang
masing-masing memberikan gejala dan memerlukan penatalaksanaan yang berbeda.

Angka kejadian PJB dilaporkan sekitar 8–10 bayi dari 1000 kelahiran hidup dan 30 %
diantaranya telah memberikan gejala pada minggu-minggu pertama kehidupan. Bila tidak
terdeteksi secara dini dan tidak ditangani dengan baik, 50% kematiannya akan terjadi pada
bulan pertama kehidupan. Menurut American Heart Association, sekitar 35.000 bayi lahir
tiap tahunnya dengan beberapa jenis defek jantung bawaan. PJB bertanggung jawab
terhadap lebih banyak kematian pada kehidupan tahun pertama bayi dari pada defek
congenital lain. Sedangkan di Amerika Utara dan Eropa, PJB terjadi pada 0,8% populasi,
membuat PJB menjadi kateri yang paling banyak dalam malformasi struktur kongenital.

Di negara maju hampir semua jenis PJB telah dideteksi dalam masa bayi bahkan pada usia
kurang dari 1 bulan, sedangkan di negara berkembang banyak yang baru terdeteksi setelah
anak lebih besar, sehingga pada beberapa jenis PJB yang berat mungkin telah meninggal
sebelum terdeteksi. Pada beberapa jenis PJB tertentu sangat diperlukan pengenalan dan
diagnosis dini agar segera dapat diberikan pengobatan serta tindakan bedah yang
diperlukan. Untuk memperbaiki pelayanan di Indonesia, selain pengadaan dana dan pusat
pelayanan kardiologi anak yang adekuat, diperlukan juga kemampuan deteksi dini PJB
dan pengetahuan saat rujukan yang optimal oleh para dokter umum yang pertama kali
berhadapan dengan pasien.

Mengurangi insiden terjadinya PJB dapat dilakukan oleh semua pihak, keluarga, terutama
ibu dan tenaga kesehatan. Peran perawat akan sangat dinantikan dalam upaya pencegahan,
health education tentang pentingnya kesehatan pada ibu hamil menjadi faktor utama untuk
menghindari terjadinya penyakit ini.

Makalah ini akan mengulas tentang asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit
jantung bawaan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada anak
dengan penyakit jantung bawaan.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tentang konsep medis penyakit jantung bawaan
b. Menjelaskan tentang konsep keperawatan pada penyakit jantung bawaan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Medis Penyakit Jantung Bawaan


1. Definisi
Menurut Prof. Dr. Ganesja M Harimurti, Sp.JP (K), FASCC, dokter spesialis
jantung dan pembuluh darah di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, mengatakan
bahwa PJB adalah penyakit yang dibawa oleh anak sejak ia dilahirkan akibat
proses pembentukan jantung yang kurang sempurna. Proses pembentukan
jantung ini terjadi pada awal pembuahan (konsepsi). Pada waktu jantung
mengalami proses pertumbuhan di dalam kandungan, ada kemungkinan
mengalami gangguan. Gangguan pertumbuhan jantung pada janin ini terjadi pada
usia tiga bulan pertama kehamilan, karena jantung terbentuk sempurna pada saat
janin berusia empat bulan (Dhania, 2009).
2. Jenis PJB
a. PJB Non Sianotik
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan struktur dan
fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya
lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah
satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah
besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. Masing-masing mempunyai
spektrum presentasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung
pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru (Roebiono, 2003).
1). Ventricular Septal Defect (VSD)
Pada VSD besarnya aliran darah ke paru ini selain tergantung pada
besarnya lubang, juga sangat tergantung pada tingginya tahanan vaskuler
paru. Makin rendah tahanan vaskuler paru makin besar aliran pirau dari
kiri ke kanan. Pada bayi baru lahir dimana maturasi paru belum sempurna,
tahanan vaskuler paru umumnya masih tinggi dan akibatnya aliran pirau
dari kiri ke kanan terhambat walaupun lubang yang ada cukup besar.
Tetapi saat usia 2–3 bulan dimana proses maturasi paru berjalan dan mulai
terjadi penurunan tahanan vaskuler paru dengan cepat maka aliran pirau
dari kiri ke kanan akan bertambah. Ini menimbulkan beban volume
langsung pada ventrikel kiri yang selanjutnya dapat terjadi gagal jantung
(Roebiono, 2003).
2). Patent Ductus Arteriosus (PDA)
Pada PDA kecil umumnya anak asimptomatik dan jantung tidak
membesar. Sering ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan rutin
dengan adanya bising kontinyu yang khas seperti suara mesin (machinery
murmur) di area pulmonal, yaitu di parasternal sela iga 2–3 kiri dan di
bawah klavikula kiri. Tanda dan gejala adanya aliran ke paru yang
berlebihan pada PDA yang besar akan terlihat saat usia 1–4 bulan dimana
tahanan vaskuler paru menurun dengan cepat. Nadi akan teraba jelas dan
keras karena tekanan diastolik yang rendah dan tekanan nadi yang lebar
akibat aliran dari aorta ke arteri pulmonalis yang besar saat fase diastolik.
Bila sudah timbul hipertensi paru, bunyi jantung dua komponen pulmonal
akan mengeras dan bising jantung yang terdengar hanya fase sistolik dan
tidak kontinyu lagi karena tekanan diastolik aorta dan arteri pulmonalis
sama tinggi sehingga saat fase diastolik tidak ada pirau dari kiri ke kanan.
Penutupan PDA secara spontan segera setelah lahir sering tidak terjadi
pada bayi prematur karena otot polos duktus belum terbentuk sempurna
sehingga tidak responsif vasokonstriksi terhadap oksigen dan kadar
prostaglandin E2 masih tinggi. Pada bayi prematur ini otot polos vaskuler
paru belum terbentuk dengan sempurna sehingga proses penurunan
tahanan vaskuler paru lebih cepat dibandingkan bayi cukup bulan dan
akibatnya gagal jantung timbul lebih awal saat usia neonatus (Roebiono,
2003).
3). Atrial Septal Defect (ASD)
Pada ASD presentasi klinisnya agak berbeda karena defek berada di
septum atrium dan aliran dari kiri ke kanan yang terjadi selain
menyebabkan aliran ke paru yang berlebihan juga menyebabkan beban
volum pada jantung kanan. Kelainan ini sering tidak memberikan keluhan
pada anak walaupun pirau cukup besar, dan keluhan baru timbul saat usia
dewasa. Hanya sebagian kecil bayi atau anak dengan ASD besar yang
simptomatik dan gejalanya sama seperti pada umumnya kelainan dengan
aliran ke paru yang berlebihan yang telah diuraikan di atas. Auskultasi
jantung cukup khas yaitu bunyi jantung dua yang terpisah lebar dan
menetap tidak mengikuti variasi pernafasan serta bising sistolik ejeksi
halus di area pulmonal. Bila aliran piraunya besar mungkin akan terdengar
bising diastolik di parasternal sela iga 4 kiri akibat aliran deras melalui
katup trikuspid. Simptom dan hipertensi paru umumnya baru timbul saat
usia dekade 30 – 40 sehingga pada keadaan ini mungkin sudah terjadi
penyakit obstruktif vaskuler paru (Roebiono, 2003).
4). Aorta Stenosis (AS)
Aorta Stenosis derajat ringan atau sedang umumnya asimptomatik
sehingga sering terdiagnosis secara kebetulan karena saat pemeriksaan
rutin terdengar bising sistolik ejeksi dengan atau tanpa klik ejeksi di area
aorta; parasternal sela iga 2 kiri sampai ke apeks dan leher. Bayi dengan
AS derajat berat akan timbul gagal jantung kongestif pada usia minggu
minggu pertama atau bulan-bulan pertama kehidupannya. Pada AS yang
ringan dengan gradien tekanan sistolik kurang dari 50 mmHg tidak perlu
dilakukan intervensi. Intervensi bedah valvotomi atau non bedah Balloon
Aortic Valvuloplasty harus segera dilakukan pada neonatus dan bayi
dengan AS valvular yang kritis serta pada anak dengan AS valvular yang
berat atau gradien tekanan sistolik 90 – 100 mmHg (Roebiono, 2003).
5). Coarctatio Aorta (CoA)
Coartatio Aorta pada anak yang lebih besar umumnya juga asimptomatik
walaupun derajat obstruksinya sedang atau berat. Kadang-kadang ada yang
mengeluh sakit kepala atau epistaksis berulang, tungkai lemah atau nyeri
saat melakukan aktivitas. Tanda yang klasik pada kelainan ini adalah tidak
teraba, melemah atau terlambatnya pulsasi arteri femoralis dibandingkan
dengan arteri brakhialis, kecuali bila ada PDA besar dengan aliran pirau
dari arteri pulmonalis ke aorta desendens. Selain itu juga tekanan darah
lengan lebih tinggi dari pada tungkai. Obstruksi pada AS atau CoA yang
berat akan menyebabkan gagal jantung pada usia dini dan akan
mengancam kehidupan bila tidak cepat ditangani. Pada kelompok ini,
sirkulasi sistemik pada bayi baru lahir sangat tergantung pada pirau dari
kanan ke kiri melalui PDA sehingga dengan menutupnya PDA akan terjadi
perburukan sirkulasi sistemik dan hipoperfusi perifer (Roebiono, 2003).
6). Pulmonal Stenosis (PS)
Status gizi penderita dengan PS umumnya baik dengan pertambahan berat
badan yang memuaskan. Bayi dan anak dengan PS ringan umumnya
asimptomatik dan tidak sianosis sedangkan neonatus dengan PS berat atau
kritis akan terlihat takipnu dan sianosis. Penemuan pada auskultasi jantung
dapat menentukan derajat beratnya obstruksi. Pada PS valvular terdengar
bunyi jantung satu normal yang diikuti dengan klik ejeksi saat katup
pulmonal yang abnormal membuka. Klik akan terdengar lebih awal bila
derajat obstruksinya berat atau mungkin tidak terdengar bila katup kaku
dan stenosis sangat berat. Bising sistolik ejeksi yang kasar dan keras
terdengar di area pulmonal. Bunyi jantung dua yang tunggal dan bising
sistolik ejeksi yang halus akan ditemukan pada stenosis yang berat
(Roebiono, 2003).
b. PJB Sianotik
Sesuai dengan namanya manifestasi klinis yang selalu terdapat pada pasien
dengan PJB sianotik adalah sianosis. Sianosis adalah warna kebiruan pada
mukosa yang disebabkan oleh terdapatnya >5mg/dl hemoglobin tereduksi
dalam sirkulasi. Deteksi terdapatnya sianosis antara lain tergantung kepada
kadar hemoglobin (Prasodo, 1994).
1). Tetralogy of Fallot (ToF)
Tetralogy of Fallot merupakan salah satu lesi jantung yang defek primer
adalah deviasi anterior septum infundibular. Konsekuensi deviasi ini
adalah obstruksi aliran darah ke ventrikel kanan (stenosis pulmoner), defek
septum ventrikel, dekstroposisi aorta, hipertrofi ventrikuler kanan. Anak
dengan derajat yang rendah dari obstruksi aliran ventrikel kanan
menimbulkan gejala awal berupa gagal jantung yang disebabkan oleh pirau
kiri ke kanan di ventrikel. Sianosis jarang muncul saat lahir, tetapi dengan
peningkatan hipertrofi dari infundibulum ventrikel kanan dan pertumbuhan
pasien, sianosis didapatkan pada tahun pertama kehidupan.sianosis terjadi
terutama di membran mukosa bibir dan mulut, di ujung ujung jari tangan
dan kaki. Pada keadaan yang berat, sianosis langsung ditemukan
(Bernstein, 2007).
2). Pulmonary Atresia with Intact Ventricular Septum
Saat duktus arteriosus menutup pada hari-hari pertama kehidupan, anak
dengan Pulmonary Atresia with Intact Ventricular Septum mengalami
sianosis. Jika tidak ditangani, kebanyakan kasus berakhir dengan kematian
pada minggu awal kehidupan. Pemeriksaan fisik menunjukkan sianosis
berat dan distress pernafasan. Suara jantung kedua terdengar kuat dan
tunggal, seringnya tidak terdengar suara murmur, tetapi terkadang murmur
sistolik atau yang berkelanjutan dapat terdengar setelah aliran darah
duktus. (Bernstein, 2007)
3). Tricuspid Atresia
Sianosis terjadi segera setelah lahir dengan dengan penyebaran yang
bergantung dengan derajat keterbatasan aliran darah pulmonal.
Kebanyakan pasien mengalami murmur sistolik holosistolik di sepanjang
tepi sternum kiri. Suara jantung kedua terdengar tunggal. Diagnosis
dicurigai pada 85% pasien sebelum usia kehamilan 2 bulan. Pada pasien
yang lebih tua didapati sianosis, polisitemia, cepat lelah, dan sesak nafas
saat aktivitas berat kemungkinan sebagai hasil dari penekanan pada aliran
darah pulmonal. Pasien dengan Tricuspid Atresia berisiko mengalami
penutupan spontan VSD yang dapat terjadi secara cepat yang ditandai
dengan sianosis. (Bernstein, 2007)

3. Etiologi
Penyakit jantung bawaan diduga terjadi dimasa embrional. Disebabkan :
a. Factor genetic.
1. Adanya gen – gen mutan tunggal ( dominan autosomal, resesif autosomal, atau
terkait – X ) yang biasanya menyebabkan penyakit jantung bawaan sebagai
bagian dari suatu kompleks kelainan.
2. Kelainan kromosom juga menyebabkan penyakit jantung kongenital sebagai
bagian suatu kompleks lesi.
3. Factor gen multifaktorial, dipercaya merupakan dasar terjadinya duktus
anterious paten dan dasar penyakit congenital lainnya.
b. Factor lingkungan.
1. Lingkungan janin, ibu yang diabetic atau ibu yang meminum progesterone saat
hamil mungkin akan mengalami peningkatan resiko untuk mempunyai anak
dengan penyakit jantung congenital.
2. Lesi viral. Emriopati rubella sering menyebabkan stenosis pulmonal perifer,
duktus arteosus paten dan kadang – kadang stenosis katup pulmonal
4. Manifestasi Klinis
a. Bayi lahir dalam keadaan sianosis, pucat kebiru – biruan yang disebut Picasso
Blue. Sianosis merata keseluruh tubuh kecuali jika resistensi vascular paru
sangat tinggi, dibagian tubuh sebelah atas akan lebih sianotik dibanding
bagian bawah.
b. Pada foto merah terlihat jelas gambaran pembuluh darah abnormal.
c. Pada umur tiga bulan, terjadi kelambatan penambahan berat badan dan
panjang badan serta perkembangan otak terganggu.
d. Disertai pulmonal stenosis sering timbul serangan anoksia, yang menandakan
bahaya kematian.
e. Bila terdapat gejala takipnea, maka tanda adanya gejala gagal jantung.
f. Pada aliran darah paru yang meningkat menunjukkan penampangan anterior –
posterior dada bertambah.
g. Pada anak besar, tampak jelas voussure cardiac  ke kiri.

5. Patofisiologi

PJB diklasifikasikan menjadi 2 yaitu asianotik dan sianotik, PJB asianotik


terdapat patent duktus arteriousus (PDA) yang terjadi akibat kegagalan
penutupan duktus arteriosus pada bayi berusia beberapa minggu pertama.
Konsekuensi hemodinamika pada PDA bergantung pada ukuran duktus
dan tahanan vaskular pulmonalis, pada saat lahir tahanan dalam sirkulasi
pulmonal dan sistemik hampir sama besarnya sehingga menyamakan
tahanan dalam aorta dan arteri pulmonalis. Setelah tekanan sistemik
melampaui tekanan pulmonalis, darah mulai memintas dari aorta
melewati duktus menuju arteri pulmonalis (terjadi pirau kiri ke kanan).
Darah tambahan akan mengalami sirkulasi ulang lewat paru-paru dan
kemudian kembali ke atrium kiri serta ventrikel kiri. Efek yang
ditimbulkan dari perubahan sirkulasi ini adalah peningkatan beban kerja
pada sisi kiri jantung dan peningkatan kongesti dan kemungkinan
peningkatan tekanan ventrikel kanan dan hipertrofi (Wong, 2009).
Selain PDA juga terdapat defek septum atrium (ASD) merupakan lubang
abnormal pada sekat yang memisahkan kedua belah atrium, hal ini terjadi
karena tekanan atrium kiri agak melebihi atrium kanan maka darah
mengalir dari atrium kiri ke kanan sehingga terjadi peningkatan aliran
darah yang kaya oksigen ke dalam sisi kanan jantung. Kendati perbedaan
tekanan rendah, kecepatan aliran darah yang tinggi, tetap dapat
terjadi
karena rendahnya tahanan vaskular paru dan semakin besarnya daya
kembang atrium kanan yang selanjutnya akan mengurangi resisten aliran.
Meskipun terjadi pembesaran atrium dan ventrikel kanan, gagal jantung
jarang terjadi pada ASD yang tidak mengalami komplikasi. Biasanya
perubahan pada pembuluh darah paru hanya terjadi sesudah beberapa
puluh tahun kemudian jika defeknya tidak diperbaiki (Wong, 2009).
PJB yang disertai dengan sianotik, salah satunya adalah tetralogi of fallot
(ToF). Pada ToF terdapat 4 kelainan pada jantung yakni defek septum
ventrikel, stenosis pulmonalis, hipertrofi ventrikel kanan dan overriding
aorta. Pada awalnya ToF diawali dengan dengan adanya defek septum
ventrikel (VSD), hal tersebut terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk
sempurna.
Perubahan hemodinamikanya sangat bervariasi dan terutama bergantung
pada derajat stenosis pulmonalis kendati juga ditentukan oleh ukuran defek
septum ventrikel (VSD) dan tahanan pulmonal serta sistemik terhadap
aliran darah. Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada
saat sistole. Besarnya defek bervariasi dari hanya beberapa mm sampai
beberapa cm. Defek yang besar dengan resistensi vaskular paru meninggi
tekanan bilik kanan akan sama dengan bilik kiri sehingga pirau kiri ke kanan
hanya sedikit. Bila makin besar defek dan makin tinggi tekanan bilik
kanan akan terjadi pirau kanan ke kiri (Ngastyah, 2012).
Berkurangnya darah yang beredar ke dalam tubuh menyebabkan
pertumbuhan anak terhambat. Aliran darah ke paru juga bertambah yang
menyebabkan anak sering menderita infeksi saluran pernapasan. Pada
VSD kecil pertumbuhan anak tidak terganggu, sedangkan pada VSD besar
dapat terjadi gagal jantung dini yang memerlukan pengobatan medis
(Ngastyah, 2012).
Stenosis pulmonalis menurunkan aliran darah ke dalam paru dan sebagai
konsekuensinya, terjadi penurunan jumlah darah kaya oksigen yang kembali
ke sisi kiri jantung. Bergantung pada posisi aorta, darah dari kedua
belah ventrikel dapat didistribusikan ke dalam sirkulasi sistemik
(Wong,2009). Stenosis pulmonal sedang atau berat dalam keadaan istirahat
dan stres terjadi pirau kanan ke kiri. Penderita ToF yang berat dapat terjadi
serangan sianotik berupa sianosis yang makin hebat disertai takipnea dan
hiperventilasi dan jika berlangsung lama disertai penurunan kesadaran
(Ngastyah, 2012).
6. Tanda dan gejala

Menurut Lynn Betz (2009), tanda dan gejala pada PJB sebagai berikut :
a. Adanya sianosis yang muncul setelah periode neonatal.
b. Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan
c. Dispnea awitan mendadak
d. Perubahan kesadaran, iritabilitas sitem saraf pusat yang dapat
berkembang sampai letargi dan sinkop serta menimbulkan kejang, dan
kematian.
e. Adanya jari tabuh (Clubbing finger)
f. Adanya peningkatan tekanan darah setelah beberapa tahun mengalami
sianosis dan polisitemia berat.
g. Anak melakukan gerakan posisi jongkok yang dilakukan anak untuk
mengurangi aliran balik vena dari ekstremitas bawah dan meningkatkan
aliran darah pulmonal dan oksigenisasi arterial sitemik.
h. Anak mengalami gagal dalam tumbuh kembang. i. Anak tampak pucat.
j. Mengalami penurunan toleransi terhadap latihan / beraktivitas.
k. Adanya asidosis (darah mengandung banyak asam).
l. Terdengar mur-mur saat dilakukan auskultasi pada jantung terutama
pada garis sternal kiri atas.
m. Adanya posisi lutut / kepala ke dada selama serangan atau setelah
latihan / beraktivitas.

7. Penatalaksanaan
Menurut Wong (2009), penatalaksanaan PJB sebagai berikut :
1) Terapi non bedah
a) Meningkatkan fungsi jantung, pengurangan afterload dan
menurunkan tuntutan kebutuhan jantung
Memberikan digitalis (digoxin) berguna untuk meningkatkan
kekuatan kontraksi jantung agar tekanan vena jantung menurun
dan juga pemberian propanolol (inderal) untuk menurunkan
denyut jantung sehingga dapat mencegah serangan hipersianosis.
b) Mengurangi gawat nafas
Pemberian oksigen dengan menggunakan kanula nasal atau
masker untuk melebarkan vaskularisasi pulmonal, frekuensi
pernafasan dihitung selama 1 menit penuh dalam keadaan
istirahat. Posisi bayi harus diatur untuk mendorong
pengembangan dada yang maksimal dengan bagian kepala tempat
tidur ditinggikan atau digendong dengan posisi tubuh berada pada
sudut 45 derajat. Anak-anak mungkin lebih suka tidur diatas
beberapa tumpukan bantal dan tetap berada dalam posisi semi
fowler. Pemberian morfin juga perlu karena dapat meningkatkan
ambang rasa sakit dan untuk mengobati serangan hipersianosis
dengan menghambat pusat penafasan dan refleks batuk.
c) Mempertahankan status gizi
Bayi harus diistirahatkan dengan baik sebelum menyusu dan
segera disusui begitu bayi terjaga sehingga energinya tidak habis
untuk menangis. Bayi harus digendong dengan baik dan disusui
dalam posisi setengah tegak.
Bayi dengan kesulitan menyusu kerap kali memerlukan
pemberian nutrisi enteral lewat slang nasogatrik untuk menambah
asupan oralnya dan menjamin asupan kalori yang adekuat dan
juga dengan pemberian suplemen Fe untuk mengatasi anemia.
d) Memonitor balance cairan

Pemberian diuretik (furosemid/lasix) untuk meningkatkan


diuresis dan mengurangi kelebihan cairan namun perawat harus
mencatat asupan dan haluaran cairan, memantau berat badan
pasien pada waktu yang sama jika pasien diberikan diuretik,
karena diuresis yang berlebihan dapat menyebabkan dehidrasi dan
gangguan keseimbangan elektrolit. Pemberian natrium
bikarbonat, morfin untuk mengobati asidosis dan untuk
meningkatkan ambang sakit (Lynn, 2009).
2) Terapi pembedahan dengan melakukan operasi pirau (shunt) Blalock-
Taussig atau modified Blalock-Taussig yang menghantarkan aliran
darah kedalam arteri pulmonalis dari arteri subklavia kiri atau kanan
dan dilakukan perbaikan total pada usia satu tahun pertama indikasi
operasi pebaikan meliputi peningkatan gejala sianosis dan terjadinya
serangan hipersianosis. Perbaikan total mencangkup penutupan VSD
dan reaksi stenosis infundibular dengan melakukan pengikatan arteri
pulmonalis dengan pemasangan pita (band) yang mengelilingi
pembuluh arteri pulmonalis utama untuk mengurangi alian darah paru
dan perbaikan total dengan tekhnik purse-string. Biasanya lubang defek
yang lebar memerlukan penjahitan tenunan dacron-patch
perikardium untuk memperlebar saluran keluar ventrikel kanan. pada
lubang tersebut. Kedua prosedur ini dilakukan via pintas
kardiopulmonalis.
Alkohol Infeksi Rubella Ibu dengan DM dan PKU

Absorpsi oleh tubuh Infeksi trans-plasenta Ketidakseimbangan metabolik


8.Pathway ibu
Distribusi oleh sistem sirkulasi Gangguan embriogenesis
Berefek pada janin
Menembus sawar plasenta
Obat-obatan Genetik Gg metabolisme dan gg nutrisi
Fetal Alcohol syndrome fetus

Gg. Metabolisme fetus dan Gg embriogenesis


embriogenesis

PJB(CHD)
PJB (CHD)

PJB Asianotik
PJB sianotik

TOF DAP
Koarktasio
Aorta
VSD ASD
Overiding Aorta
Hipertrofi Stenosis Stenosis Aorta
ventrikel kanan VSD Stenosis
Pulmonal
Pulmonal
TOF
TOF

Hipertrofi Ventrikel StenosisPulmonal


Pulmonal
OveridingAorta
Aorta Hipertrofi Ventrikel Stenosis
VSD Overiding kanan
VSD kanan

Penyempitan arteri
Kebocoran septum ventrikel pulmonal
Darah masuk ke
Darah bercampur Aliran darah ke paru
V.kiri
Darah stuck di dlm
Tekanan V.kiri > V.kanan Darah membendung di
Kelelahan V.kiri jantung
V.kanan
Darah terbendung di
fungsi pompa Kemungkinan adanya
V.kanan
Terjadi di otak MO hematogen
MK Distribusi darah
Tekanan V.kanan > V.kiri MK: :curah
curah Menginfeksi jantung
jantung Iskemia jar. Serebral
jantung
Backward mechanism Distribusi O2 dan
Penurunan MK
nutrisi MK: :Resiko
ResikoInfeksi
Infeksi
Darah kembali ke atrium kesadaran
kiri Gg pada jaringan Perfusi ke sel
sinkope
paru MK
Kembali ke paru via vena MK MK: :Gg
Ggperfusi
perfusi
pulmonalis MK: :GgGg jar.serebral
jar.serebral
perfusi Lack of nutrient
perfusi
MK jar.perifer
Edema paru MK: :Gg
Gg jar.perifer
Sel kekurangan nutrisi
Pertukaran
PertukaranGas
Gas
MK
Kemampuan recoil n Regenerasi dan MK: :Gg
Gg
complience paru MK: Lack of O2 tumbang
MK:Ketidakefektifan
Ketidakefektifanpola
pola pertumbuhan terganggu tumbang
napas
napas
Aerob  anaerob
Nafsu makan ,
Sesak ; hiperpnea Sianosis kronis
kesulitan minum MK
ATP MK: :Gg
Ggbody
body
Clubbing finger image
image
MK
MK: : Energi
Ketidakseimbangan
Ketidakseimbangannutrisi
nutrisi<<keb.tubuh
keb.tubuh MK
Resiko
Resikokekurangan
kekuranganvol.cairan
vol.cairan Kelemahan MK: :Intol.
Intol.
aktivitas
aktivitas
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
a). Identitas
(1). Usia
Perlu dikaji pada usia berapa gejala mulai muncul.
(2). Jenis kelamin
Laki – laki dan perempuan mempunyai peluang yang sama dalam hal
terjadinya penyakit jantung bawaan.
(3). Pekerjaan
Pada umumnya anak akan merasa sesak pada saat beraktivitas.

b). Keluhan Utama


Keluhan orang tua pada waktu membawa anaknya ke dokter tergantung
dari jenis dan derajat defek yang terjadi baik pada ventrikel maupun
atrium, tapi biasanya terjadi sesak, pembengkakan pada tungkai dan
berkeringat banyak.
Menanyakan adanya keluhan-keluhan utama yang dirasakan : nadi kecil
dan tidak teratur , berdebar-debar, sesak nafas, nyeri dada, kelelahan,
kejang-kejang, keringat berlebihan.
c). Riwayat kesehatan masa lalu
Menanyakan tentang penyakit-penyakit yang berhubungan lansung dengan
system kardio vascular. Tanyakan kepada pasien adanya riwayat nyeri
dada , nafas pendek, alkoholik, anemia, demam rematik, sakit tenggorokan
yang di sebabkan streptococcus, penyakit jantung bawaan, stroke, pingsan
hipertensi, thromboplebitis, nyeri yang hilang timbul, varises dan oedema.
d). Riwayat kehamilan
Menanyakan tentang penyakit yang pernah diderita selama periode
antenatal. Infeksi rubella dapat menyebabkan cacat pada jantung bayi,
terkenal sebagai sindrom rubella yaitu PDA, tuli dan katarak. SLE
(Sistemic Lupus Eritematosus) dapat menimbulkan blokade jantung total
pada bayi. Diabetes Mellitus juga dapat menyebabkan terjadinya
kardiomiopati pada bayi yang dikandung.
e). Riwayat Kesehatan Keluarga
Menanyakan adanya PJB pada keluarga, baik dengan abnormalitas
kromosom, misalnya Down Syndrom.
f). Riwayat Pengobatan
Tanyakan kepada pasien tentang pengobatan yang pernah pasien jalani
seperti pemakaian aspirin. Pengkajian pengobatan harus di tuliskan nama
dari obatnya dan pasien mengerti tentang kegunaan dan efek sampingnya.
Adapun obat-obat yang dapat mempengaruhi system kardiovaskuler
seperti : anticonvulsants, antidepressant, antipsychotics, cerebral
stimulants, cholinergics, estrogens, nonnarcotic analgesics dan
antipyretics, oral contraceptives, sedatives and hypnotics, spasmolytics.
Kebiasaan mengkonsumsi jamu tradisional, merokok dan alkohol juga
perlu dikaji.

g). Riwayat pembedahan


Pasien juga harus ditanyakan secara spesifik tentang pembedahan yang
pernah di jalani, perawatan rumah sakit yang berhubungan dengan
kardiovaskuler. Hasil-hasil data diagnostic yang pernah di lakukan
selama perwatan harus lebih di kaji. Harus di catat dimana ECG dan foto
rontgen dapat dijadikan data dasar.
b. Pemeriksaan Fisik
1). Keadaan umum.
a). Pasien tampak lemah / cukup baik / tampak sakit berat / tampak sesak.
b). Kesadaran penderita komposmentis, apatis, somnalens,
sopor,soporokoma atau koma.
2). Tanda-tanda vital, meliputi:
a) Tekanan darah :
b) Denyut nadi : takikardia
c) Suhu tubuh : normal, apabila tidak ada infeksi
d) Respirasi rate : takipneu, dispneu
3). Pemeriksaan head to toe
a) Kepala
Tidak ada penambahan lingkar kepala (LILA) karena gangguan
tumbuh kembang. Oedem wajah, anemis, mukosa bibir kering
b) Leher
Terdapat pembesaran vena jugularis
c) Dada / thorax
Inspeksi:
Terdapat otot bantu nafas retraksi interkostae, deformitas dada,
ekskursi pernapasan (takipnea, dispnea, adanya dengkur
ekspirasi).
Palpasi:
Septal Defect/Defek Septum Atrium (ASD) aktivitas ventrikel
kanan jelas teraba di parasternal kanan dan thrill di sela iga II atau
III kiri
Auskultasi:
Septal Defect/Defek Septum Atrium (ASD). Pada tipe ostium
sekundum dan sinus venosus terdengar bising ejeksi sistolik di
daerah sela iga 2 atau 3 pinggir sternum kiri disertai fixed splitting
bunyi jantung II. Hal ini menggambarkan penambahan aliran
darah melalui katup pulmonal. Kadang – kadang terdapat juga
bising awal diastolik pada garis sterna bagian bawah yang
menggambarkan penambahan aliran di katup trikuspid.
Pada auskultasi jantung terdeteksi adanya murmur jantung.
Frekwensi dan irama jantung menunjukkan deviasi bunyi dan
intensitas jantung yang membantu melokalisasi defek jantung.
auskultasi pada paru-paru menunjukkan ronki kering kasar.
pada auskultasi tekanan darah terjadi penyimpangan dibeberapa
kondisi jantung (mis; ketidaksesuaian antara ekstremitas atas dan
bawah)

d) Abdomen
Teraba adanya pembesaran hepar (hepatomegali) / splenomegali
e) Genetalia
Terjadi oliguri
f) Anus
g) Ekstremitas dan kulit
Terjadi sianosis perifer hingga sianosis central, diaphoresis, oedem
tungkai, kelemahan, ujung – ujung jari hiperemik. Pada pasien tertentu
seperti pada Tetralogi Fallot anak sering jongkok setelah lelah berjalan.

c. Pemeriksaan Diagnostik
1). Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat
saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan
16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan
peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan
parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht
normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
2). Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal,
tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks
jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
3). Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal.
4). Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke
paru-paru
5). Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek
septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan
mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan
pulmonalis normal atau rendah.
2. Diagnosis keperawatan
Berdasarkan diagnosis keperawatan NANDA (2015-2017), diagnosis
keperawatan yang mungkin muncul :
a. Penurunan kardiac output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan
adanya malformasi jantung
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload,
perubahan kontraktilitas, perubahan preload,dan perubahan volume darah
sekuncup.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi.
d. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kongesti paru.
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang
suplai oksigen ke jaringan.
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan makan, ketidakmampuan
mencerna makanan, dan kurang asupan makanan.
g. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan behubungan dengan
ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada tingkat jaringan.
h. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
i. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan
fibrilasi atrium, stenosis mitral
j. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.
k. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
3. Intervensi Keperawatan
a). Penurunan kardiac output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan
adanya malformasi jantung
Tujuan : Anak dapat mempertahankan kardiak output yang adekuat.
Kriteria hasil
 Tanda-tanda vital normal sesuai umur
 Tidak ada : dyspnea, napas cepat dan dalam, sianosis, gelisah/letargi,
takikardi, mur-mur.
 Pasien komposmentis
 Akral hangat
 Pulsasi perifer kuat dan sama pada kedua ekstremitas
 Capilary refill time < 3 detik
 Urin output 1-2 ml/kgBB/jam
Intervensi :
1) Monitor tanda vital,pulsasi perifer,kapilari refill dengan membandingkan
pengukuran pada kedua ekstremitas dengan posisi berdiri, duduk dan
tiduran jika memungkinkan
2) Kaji dan catat denyut apikal selama 1 menit penuh
3) Observasi adanya serangan sianotik
4) Berikan posisi knee-chest pada anak
5) Observasi adanya tanda-tanda penurunan sensori : letargi,bingung dan
disorientasi
6) Monitor intake dan output secara adekuat
7) Sediakan waktu istirahat yang cukup bagi anak dan dampingi anak pada saat
melakukan aktivitas
8) Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.
9) Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-
obatan anti disritmia
10) Kolaborasi pemberian oksigen
11) Kolaborasi pemberian cairan tubuh melalui infuse
b). Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
Tujuan : Anak menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan
aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak
adanya angina.

Kriteria hasil :
 Tanda vital normal sesuai umur
 Anak mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dijadwalkan
 Anak mencapai peningkatan toleransi aktivitas sesuai umur
 Fatiq dan kelemahan berkurang
 Anak dapat tidur dengan lelap
Intervensi :
1) Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah
melakukan aktivitas.
2) Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
3) Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.
4) Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh
pasien.
5) Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa aktivitas melebihi
batas
6) Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan ADL dan dukung kearah
kemandirian anak sesui dengan indikasi
7) Jadwalkan aktivitas sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak.
c). Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan
peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan.
Tujuan : anak dapat makan secara adekuat dan cairan dapat dipertahankan
sesuai dengan berat badan normal dan pertumbuhan normal.
Kriteria hasil :
 Anak menunjukkan penambahan BB sesuai dengan umur
 Peningkatan toleransi makan.
 Anak dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan
 Hasil lab tidak menunjukkan tanda malnutrisi. Albumin,Hb
 Mual muntah tidak ada
 Anemia tidak ada.
Intervensi :
1) Timbang berat badan anak setiap pagi tanpa diaper pada alat ukur yang
sama, pada waktu yang sama dan dokumentasikan.
2) Catat intake dan output secara akurat
3) Berikan makan sedikit tapi sering untuk mengurangi kelemahan
disesuaikan dengan aktivitas selama makan (menggunakan terapi bermain)
4) Berikan perawatan mulut untuk meningktakan nafsu makan anak
5) Berikan posisi jongkok bila terjadi sianosis pada saat makan
6) Gunakan dot yang lembut bagi bayi dan berikan waktu istirahat di sela makan
dan sendawakan
7) Gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress pernafasan yang dapat
disebabkan karena tersedak
8) Berikan formula yang mangandung kalori tinggi yang sesuaikan dengan
kebutuhan
9) Batasi pemberian sodium jika memungkinkan
10) Bila ditemukan tanda anemia kolaborasi pemeriksaan laboratorium

4. Implementasi Keperawatan

Menurut perry & Potter (2009) Implementasi merupakan tahap keempat


dari proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana
keperawatan. Rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis
yang tepat, intervensi diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang
diinginkan untuk mendukung dan menningkatkan status kesehatan klien.
5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat anda melakukan kontak
dengan pasien. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data subjektif
dan objektif dari klien, keluarga. Selain itu juga meninjau ulang
pengetahuan tentang status terbaru dari kondisi, terapi, sumber daya,
pemulihan, dan hasil yang diharapkan. Hasil telah terpenuhi, berarti tujuan
untuk klien juga telah terpenuhi. Bandingkan perilaku dan respon klien
sebelum dan setelah dilakukan asuhan keperawatan (Perry & Potter, 2009)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK PENYAKIT PJB
( PENYAKIT JANTUNG BAWAAN )

1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama pasien : An “R” Umur
: 9 tahun Jenis Kelamin :
perempuan Pekerjaan :-
Alamat :jl pandang
No.RM : 876807
Tgl Masuk : 08-10-2019
Tgl Pengkajian : 08-10-2019
Diagnosa Medik : Penyakit Jantung Bawaan (PJB)

b. Alasan Masuk
1. Keluhan Utama (KU) : Sesak napas
2. Riwayat KU : ada sesak dialami sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit disertai batuk berlendir,tidak ada demam,riwayat
tidak ada kejang ,tidak muntah
ANALISA DATA
No Data Masalah Keperawatan

1) DS : klien mengatakan sesak

DO : Ketidak efektivan pola napas


a. Pernapasn 40x/menit berhubungan dengan kongestik paru
b. pasien Nampak sesak

2) Ds :
a. klien mengatakan sesak napas b.
Klien mengatakan batuk disertai
lendir Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Do : berhubungan dengan adanya
a. klien Nampak sesak penumpukan sekret
b. P : 40x/m
c. Klien Nampak batuk berledir

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kongestik paru


2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan adanya
penumpukan sekret
INTERVENSI
KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan

(NANDA) (NOC) (NIC)

1 00032 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan keperawatan 15- (3140) Manajemen jalan napas, 15-30 menit :
nafas
Domain 4 : Aktivitas/Istirahat 30 menit, pasien akan menunjukkan: 1. Monitor status pernafasan dan oksigenasi
Kelas 4 : Respons (0415) Status pernapasan :
Kardiovaskular / Pulmonal 1. frekuensi pernapasan dalam kisaran 2. Berikan posisi semi fowler untuk meringankan
DS : klien mengatakan sesak normal (16-20x/i) sesak nafas
2. irama penapasan dalam kisaran normal (3320) Terapi oksigen, 15 menit atau kurang :

(reguler) 1. Berikan oksigen 4 liter/menit via nasal kanul


DO :
3. suara auskultasi nafas dalam kisaran
normal (vesikuler)
5. Tidak ada dispneu

2 Ketidakefektifan Bersihan Jalan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Mengkaji kepatenan jalan napas
selama 1x 6 jam, diharpakan : Pasien akan
Napas (00031) menunjukkan jalan napas pasien paten , 2. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
Ds : dengan kriteria hasil : bernafas
a. klien mengatakan sesak 1. Suara napas tambahan dengan deviasi 3. Mengauskultasi suara nafas
napas ringan dari kisaran normal
b. Klien mengatakan batuk 2. Akumulasi sputum tidak ada 4. Kolaborasi pemberian obat dan oksigenasi
disertai lendis
Do :

a. klien Nampak sesak


b. P : 40x/m
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN

No Hari/tgl Diagnosis Jam Implementasi Evaluasi

1 08-10- Ketidakefektifan Pola 17.05 1) Mengobservasi frekuensi nafas Jam 21.00

2019 Napas Hasil : pernafasan klien 40x/menit S:-


O:
2) Mengobeservasi penggunaan otot bantu - Klien nampak sesak
17.15 pernafasan
Hasil : pasien tidak menggunakan otot bantu - Terpasang simple mask
pernafasan
3) Memberikan posisi hend up 30 derajat A : Masalah belum teratasi

17.20 Hasil : pasien masih sesak P : Lanjutkan intervensi

4) Penatalaksanaa pemberian O2(4 liter/menit) 1) Mengobservasi frekuensi nafas


Hasil : pasien masih nampak sesak
2 08-10- Ketidakefektifan 17.15 1. Memberikan posisi nyaman fowler / Jam 20.54
bersihan jalan napas semi fowler
2019 Hasi : pasien berada diposisi semi fowler S : pasien mengatakan batuk
disertai lender
2. mengajarkan teknik batuk efektif O:
17.20
Hasil : pasien mau melakukan batuk efektif a. pasien Nampak batuk
b. pasien Nampak sesak
3. memganjurkan minum air hangat A : masalah belum teratasi
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada
struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi
akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase
awal perkembangan janin. Ada 2 golongan besar PJB, yaitu non sianotik
(tidak  biru) dan sianotik (biru) yang masing-masing memberikan gejala dan
memerlukan penatalaksanaan yang berbeda.
Adapun jenis kelainan pada penyakit jantung bawaan sangat bervariasi,
ada yang hanya menyebabkan gangguan ringan pada fungsi jantung tetapi ada
juga kelainan yang cukup fatal hingga mengganggu fungsi kerja jantung dalam
mendistribusikan darah ke seluruh tubuh. Pada umumnya kelainan Jantung
bawaan dapat dideteksi sejak lahir, namun tak jarang gejalanya baru muncul
setelah bayi berumur beberapa minggu atau beberapa bulan.
Gejala umum dari penyakit jantung bawaan adalah sesak nafas dan bibir
terlihat kebiru-biruan. Kelainan yang termasuk dalam penyakit Jantung bawaan
banyak sekali jenis nya, mencakup gangguan pada bilik dan atau serambi jantung
serta gangguan pada pembuluh darah jantung. Apapun jenis kelainan pada
penyakit jantung bawaan, semuanya mengakibatkan ketidaklancaran sirkulasi
darah, karena Jantung sebagai salah satu organ vital dalam tubuh memiliki tugas
memompa dan mengalirkan darah keseluruh bagian tubuh.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
tentang PJB, sehingga dapat lebih mengenali dengan gejala-gejala yang ditimbulkan,
baik gejala yang dapat dirasakan maupun tidak, serta dapat memberikan asuhan
keperawatan dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA

A.H Markum. (1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. Jakarta : Fakultas
kedokteran UI
Anderson RH, Macartney FJ, Shinebourne EA, Tynan M. (1987). Fetal circulation
and circulatory changes at birth. In : Anderson RH, Macartney FJ,
Shinebourne EA and Tynan M, eds. Paediatric Cardiology. Vol.2 Churchill
Livingstone, 1987: 109.
Artman M, Mahony L, Teitel DF. (2002). Neonatal Cardiology. The McGraw-Hill
Companies Medical Publishing Division.
Carpenito J.Lynda. (2001). Diagnosa Keperawatan edisi 8. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan.
Edisi 3 EGC. Jakarta.
Madiyono B. (1997). Kardiologi anak masa lampau, kini, dan masa mendatang :
Perannya dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit kardiovaskuler.
Jakarta : Pidato pada upacara pengukuhan sebagai guru besar tetap dalam
ilmu kardiologi anak pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ontoseno T. (1996). Kelainan Jantung Bawaan Dan Etiologinya Masa Kini. Buletin
Toraks Kardiovaskuler Indonesia.
Saenz RB, Diane KB, Laramie C. Triplett, M.D. (2003). Caring for Infants with
Congenital Heart Disease and Their Families. University of Mississippi
Medical Center Jackson, Mississippi American academy of Family Physician.
Wilkinson JL. (2002). Initial management and referral for surgical intervention of
neonates with critical congenital heartd disease. Indones J Pediatr Cardiol
Anonim. (2010). Penyakit Jantung Bawaan. [Internet]. Bersumber dari :
http://www.totalkesehatananda.com/congenital1.html. (Diakses pada tanggal
14 Desember 2012, pukul 08.47 WIB)
Anonim. (2011). Jenis dan Gejala Penyakit Jantung Bawaan (PJB) Biru. [Internet].
Bersumber dari :
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/gizi+dan+kesehatan/Bayi/jenis.dan.gejal
a.penyakit.jantung.bawaan.pjb.biru/001/001/1637/63/3. (Diakses pada tanggal
14 Desember 2012, pukul 08.47 WIB)
Anonim. (2012). Askep Kelainan Jantung Bawaan. [Internet]. Bersumber dari :
http://junitri.wordpress.com/2012/04/24/askep-kelainan-jantung-bawaan/.
(Diakses pada tanggal 14 Desember 2012, pukul 08.47 WIB)
Anonim.(2012). Penyebab Kerusakan Jantung Bawaan. [Internet]. Bersumber dari :
http://www.anakku.net/penyakit-jantung-bawaan-pada-bayi-baru-lahir.html.
(Diakses pada tanggal 14 Desember 2012, pukul 08.47 WIB)
Febrina, D, Rizkia. (2011). Penyakit jantung bawaan. [Internet]. Bersumber dari :
http://id.scribd.com/doc/55410647/penyakit-jantung-bawaan. (Diakses pada
tanggal 14 Desember 2012, pukul 08.47 WIB)
Hanifah, Rizka. (2010). Deteksi Dini dan Tata Laksana Penyakit Jantung Bawaan.
[Internet]. Bersumber dari :
http://www.berbagimanfaat.com/2010/05/deteksi-dini-dan-tata-laksana-
pjb.html. (Diakses pada tanggal 14 Desember 2012, pukul 08.47 WIB)

Anda mungkin juga menyukai