Tugas Kep Anak 1
Tugas Kep Anak 1
Disusun Oleh:
Cindy Br Sipang-pang (14301975)
Ikshannuddin (14301981)
Ricki Saputra (14301987)
Sindy Anugrah (14301991)
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah tentang “Penyakit jantung Bawaan (PJB) pada Anak” ini dengan
lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Anak II ibu Ns. Ervina, M. Kep
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh
dari buku panduan dan hasil dari browsing internet yang berkaitan dengan penyakit
jantung bawaan dan hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai penyakit jantung bawaan pada
anak dan segala hal yang berkaitan dengan hal tersebut, serta mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-harii, khususnya bagi para praktisi medis yang bersangkutan dengan
hal-hal ini.
Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………….
Daftar Isi………………………………………………………………………….
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………
B. Tujuan Penulisan……………………………………………………………..
BAB 2 PEMBAHASAN
A. KONSEP MEDIS PENYAKIT JANTUNG BAWAAN
1. Definisi PJB
2. Jenis PJB
3. Etiologi PJB
4. Manifestasi PJB
5. Patofisiologi PJB
6. Tanda dan gejala PJB
7. Penatalaksanaan PJB
8. Pathway PJB
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Diagnose Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PJB (CHD)
1. Pengkajian
2. Analisa Data
3. Diagnosa Keperawatan
4. Intervensi Keperawatan
5. Implementasi & Evaluasi Keperawatan
BAB 4 PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan penyakit dengan kelainan pada struktur
jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya
gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan
janin. Ada 2 golongan besar PJB, yaitu non sianotik (tidak biru) dan sianotik (biru) yang
masing-masing memberikan gejala dan memerlukan penatalaksanaan yang berbeda.
Angka kejadian PJB dilaporkan sekitar 8–10 bayi dari 1000 kelahiran hidup dan 30 %
diantaranya telah memberikan gejala pada minggu-minggu pertama kehidupan. Bila tidak
terdeteksi secara dini dan tidak ditangani dengan baik, 50% kematiannya akan terjadi pada
bulan pertama kehidupan. Menurut American Heart Association, sekitar 35.000 bayi lahir
tiap tahunnya dengan beberapa jenis defek jantung bawaan. PJB bertanggung jawab
terhadap lebih banyak kematian pada kehidupan tahun pertama bayi dari pada defek
congenital lain. Sedangkan di Amerika Utara dan Eropa, PJB terjadi pada 0,8% populasi,
membuat PJB menjadi kateri yang paling banyak dalam malformasi struktur kongenital.
Di negara maju hampir semua jenis PJB telah dideteksi dalam masa bayi bahkan pada usia
kurang dari 1 bulan, sedangkan di negara berkembang banyak yang baru terdeteksi setelah
anak lebih besar, sehingga pada beberapa jenis PJB yang berat mungkin telah meninggal
sebelum terdeteksi. Pada beberapa jenis PJB tertentu sangat diperlukan pengenalan dan
diagnosis dini agar segera dapat diberikan pengobatan serta tindakan bedah yang
diperlukan. Untuk memperbaiki pelayanan di Indonesia, selain pengadaan dana dan pusat
pelayanan kardiologi anak yang adekuat, diperlukan juga kemampuan deteksi dini PJB
dan pengetahuan saat rujukan yang optimal oleh para dokter umum yang pertama kali
berhadapan dengan pasien.
Mengurangi insiden terjadinya PJB dapat dilakukan oleh semua pihak, keluarga, terutama
ibu dan tenaga kesehatan. Peran perawat akan sangat dinantikan dalam upaya pencegahan,
health education tentang pentingnya kesehatan pada ibu hamil menjadi faktor utama untuk
menghindari terjadinya penyakit ini.
Makalah ini akan mengulas tentang asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit
jantung bawaan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada anak
dengan penyakit jantung bawaan.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tentang konsep medis penyakit jantung bawaan
b. Menjelaskan tentang konsep keperawatan pada penyakit jantung bawaan
BAB II
PEMBAHASAN
3. Etiologi
Penyakit jantung bawaan diduga terjadi dimasa embrional. Disebabkan :
a. Factor genetic.
1. Adanya gen – gen mutan tunggal ( dominan autosomal, resesif autosomal, atau
terkait – X ) yang biasanya menyebabkan penyakit jantung bawaan sebagai
bagian dari suatu kompleks kelainan.
2. Kelainan kromosom juga menyebabkan penyakit jantung kongenital sebagai
bagian suatu kompleks lesi.
3. Factor gen multifaktorial, dipercaya merupakan dasar terjadinya duktus
anterious paten dan dasar penyakit congenital lainnya.
b. Factor lingkungan.
1. Lingkungan janin, ibu yang diabetic atau ibu yang meminum progesterone saat
hamil mungkin akan mengalami peningkatan resiko untuk mempunyai anak
dengan penyakit jantung congenital.
2. Lesi viral. Emriopati rubella sering menyebabkan stenosis pulmonal perifer,
duktus arteosus paten dan kadang – kadang stenosis katup pulmonal
4. Manifestasi Klinis
a. Bayi lahir dalam keadaan sianosis, pucat kebiru – biruan yang disebut Picasso
Blue. Sianosis merata keseluruh tubuh kecuali jika resistensi vascular paru
sangat tinggi, dibagian tubuh sebelah atas akan lebih sianotik dibanding
bagian bawah.
b. Pada foto merah terlihat jelas gambaran pembuluh darah abnormal.
c. Pada umur tiga bulan, terjadi kelambatan penambahan berat badan dan
panjang badan serta perkembangan otak terganggu.
d. Disertai pulmonal stenosis sering timbul serangan anoksia, yang menandakan
bahaya kematian.
e. Bila terdapat gejala takipnea, maka tanda adanya gejala gagal jantung.
f. Pada aliran darah paru yang meningkat menunjukkan penampangan anterior –
posterior dada bertambah.
g. Pada anak besar, tampak jelas voussure cardiac ke kiri.
5. Patofisiologi
Menurut Lynn Betz (2009), tanda dan gejala pada PJB sebagai berikut :
a. Adanya sianosis yang muncul setelah periode neonatal.
b. Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan
c. Dispnea awitan mendadak
d. Perubahan kesadaran, iritabilitas sitem saraf pusat yang dapat
berkembang sampai letargi dan sinkop serta menimbulkan kejang, dan
kematian.
e. Adanya jari tabuh (Clubbing finger)
f. Adanya peningkatan tekanan darah setelah beberapa tahun mengalami
sianosis dan polisitemia berat.
g. Anak melakukan gerakan posisi jongkok yang dilakukan anak untuk
mengurangi aliran balik vena dari ekstremitas bawah dan meningkatkan
aliran darah pulmonal dan oksigenisasi arterial sitemik.
h. Anak mengalami gagal dalam tumbuh kembang. i. Anak tampak pucat.
j. Mengalami penurunan toleransi terhadap latihan / beraktivitas.
k. Adanya asidosis (darah mengandung banyak asam).
l. Terdengar mur-mur saat dilakukan auskultasi pada jantung terutama
pada garis sternal kiri atas.
m. Adanya posisi lutut / kepala ke dada selama serangan atau setelah
latihan / beraktivitas.
7. Penatalaksanaan
Menurut Wong (2009), penatalaksanaan PJB sebagai berikut :
1) Terapi non bedah
a) Meningkatkan fungsi jantung, pengurangan afterload dan
menurunkan tuntutan kebutuhan jantung
Memberikan digitalis (digoxin) berguna untuk meningkatkan
kekuatan kontraksi jantung agar tekanan vena jantung menurun
dan juga pemberian propanolol (inderal) untuk menurunkan
denyut jantung sehingga dapat mencegah serangan hipersianosis.
b) Mengurangi gawat nafas
Pemberian oksigen dengan menggunakan kanula nasal atau
masker untuk melebarkan vaskularisasi pulmonal, frekuensi
pernafasan dihitung selama 1 menit penuh dalam keadaan
istirahat. Posisi bayi harus diatur untuk mendorong
pengembangan dada yang maksimal dengan bagian kepala tempat
tidur ditinggikan atau digendong dengan posisi tubuh berada pada
sudut 45 derajat. Anak-anak mungkin lebih suka tidur diatas
beberapa tumpukan bantal dan tetap berada dalam posisi semi
fowler. Pemberian morfin juga perlu karena dapat meningkatkan
ambang rasa sakit dan untuk mengobati serangan hipersianosis
dengan menghambat pusat penafasan dan refleks batuk.
c) Mempertahankan status gizi
Bayi harus diistirahatkan dengan baik sebelum menyusu dan
segera disusui begitu bayi terjaga sehingga energinya tidak habis
untuk menangis. Bayi harus digendong dengan baik dan disusui
dalam posisi setengah tegak.
Bayi dengan kesulitan menyusu kerap kali memerlukan
pemberian nutrisi enteral lewat slang nasogatrik untuk menambah
asupan oralnya dan menjamin asupan kalori yang adekuat dan
juga dengan pemberian suplemen Fe untuk mengatasi anemia.
d) Memonitor balance cairan
PJB(CHD)
PJB (CHD)
PJB Asianotik
PJB sianotik
TOF DAP
Koarktasio
Aorta
VSD ASD
Overiding Aorta
Hipertrofi Stenosis Stenosis Aorta
ventrikel kanan VSD Stenosis
Pulmonal
Pulmonal
TOF
TOF
Penyempitan arteri
Kebocoran septum ventrikel pulmonal
Darah masuk ke
Darah bercampur Aliran darah ke paru
V.kiri
Darah stuck di dlm
Tekanan V.kiri > V.kanan Darah membendung di
Kelelahan V.kiri jantung
V.kanan
Darah terbendung di
fungsi pompa Kemungkinan adanya
V.kanan
Terjadi di otak MO hematogen
MK Distribusi darah
Tekanan V.kanan > V.kiri MK: :curah
curah Menginfeksi jantung
jantung Iskemia jar. Serebral
jantung
Backward mechanism Distribusi O2 dan
Penurunan MK
nutrisi MK: :Resiko
ResikoInfeksi
Infeksi
Darah kembali ke atrium kesadaran
kiri Gg pada jaringan Perfusi ke sel
sinkope
paru MK
Kembali ke paru via vena MK MK: :Gg
Ggperfusi
perfusi
pulmonalis MK: :GgGg jar.serebral
jar.serebral
perfusi Lack of nutrient
perfusi
MK jar.perifer
Edema paru MK: :Gg
Gg jar.perifer
Sel kekurangan nutrisi
Pertukaran
PertukaranGas
Gas
MK
Kemampuan recoil n Regenerasi dan MK: :Gg
Gg
complience paru MK: Lack of O2 tumbang
MK:Ketidakefektifan
Ketidakefektifanpola
pola pertumbuhan terganggu tumbang
napas
napas
Aerob anaerob
Nafsu makan ,
Sesak ; hiperpnea Sianosis kronis
kesulitan minum MK
ATP MK: :Gg
Ggbody
body
Clubbing finger image
image
MK
MK: : Energi
Ketidakseimbangan
Ketidakseimbangannutrisi
nutrisi<<keb.tubuh
keb.tubuh MK
Resiko
Resikokekurangan
kekuranganvol.cairan
vol.cairan Kelemahan MK: :Intol.
Intol.
aktivitas
aktivitas
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
a). Identitas
(1). Usia
Perlu dikaji pada usia berapa gejala mulai muncul.
(2). Jenis kelamin
Laki – laki dan perempuan mempunyai peluang yang sama dalam hal
terjadinya penyakit jantung bawaan.
(3). Pekerjaan
Pada umumnya anak akan merasa sesak pada saat beraktivitas.
d) Abdomen
Teraba adanya pembesaran hepar (hepatomegali) / splenomegali
e) Genetalia
Terjadi oliguri
f) Anus
g) Ekstremitas dan kulit
Terjadi sianosis perifer hingga sianosis central, diaphoresis, oedem
tungkai, kelemahan, ujung – ujung jari hiperemik. Pada pasien tertentu
seperti pada Tetralogi Fallot anak sering jongkok setelah lelah berjalan.
c. Pemeriksaan Diagnostik
1). Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat
saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan
16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan
peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan
parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht
normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
2). Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal,
tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks
jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
3). Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal.
4). Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke
paru-paru
5). Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek
septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan
mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan
pulmonalis normal atau rendah.
2. Diagnosis keperawatan
Berdasarkan diagnosis keperawatan NANDA (2015-2017), diagnosis
keperawatan yang mungkin muncul :
a. Penurunan kardiac output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan
adanya malformasi jantung
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload,
perubahan kontraktilitas, perubahan preload,dan perubahan volume darah
sekuncup.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi.
d. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kongesti paru.
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang
suplai oksigen ke jaringan.
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan makan, ketidakmampuan
mencerna makanan, dan kurang asupan makanan.
g. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan behubungan dengan
ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada tingkat jaringan.
h. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
i. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan
fibrilasi atrium, stenosis mitral
j. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.
k. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
3. Intervensi Keperawatan
a). Penurunan kardiac output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan
adanya malformasi jantung
Tujuan : Anak dapat mempertahankan kardiak output yang adekuat.
Kriteria hasil
Tanda-tanda vital normal sesuai umur
Tidak ada : dyspnea, napas cepat dan dalam, sianosis, gelisah/letargi,
takikardi, mur-mur.
Pasien komposmentis
Akral hangat
Pulsasi perifer kuat dan sama pada kedua ekstremitas
Capilary refill time < 3 detik
Urin output 1-2 ml/kgBB/jam
Intervensi :
1) Monitor tanda vital,pulsasi perifer,kapilari refill dengan membandingkan
pengukuran pada kedua ekstremitas dengan posisi berdiri, duduk dan
tiduran jika memungkinkan
2) Kaji dan catat denyut apikal selama 1 menit penuh
3) Observasi adanya serangan sianotik
4) Berikan posisi knee-chest pada anak
5) Observasi adanya tanda-tanda penurunan sensori : letargi,bingung dan
disorientasi
6) Monitor intake dan output secara adekuat
7) Sediakan waktu istirahat yang cukup bagi anak dan dampingi anak pada saat
melakukan aktivitas
8) Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.
9) Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-
obatan anti disritmia
10) Kolaborasi pemberian oksigen
11) Kolaborasi pemberian cairan tubuh melalui infuse
b). Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
Tujuan : Anak menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan
aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak
adanya angina.
Kriteria hasil :
Tanda vital normal sesuai umur
Anak mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dijadwalkan
Anak mencapai peningkatan toleransi aktivitas sesuai umur
Fatiq dan kelemahan berkurang
Anak dapat tidur dengan lelap
Intervensi :
1) Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah
melakukan aktivitas.
2) Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
3) Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.
4) Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh
pasien.
5) Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa aktivitas melebihi
batas
6) Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan ADL dan dukung kearah
kemandirian anak sesui dengan indikasi
7) Jadwalkan aktivitas sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak.
c). Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan
peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan.
Tujuan : anak dapat makan secara adekuat dan cairan dapat dipertahankan
sesuai dengan berat badan normal dan pertumbuhan normal.
Kriteria hasil :
Anak menunjukkan penambahan BB sesuai dengan umur
Peningkatan toleransi makan.
Anak dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan
Hasil lab tidak menunjukkan tanda malnutrisi. Albumin,Hb
Mual muntah tidak ada
Anemia tidak ada.
Intervensi :
1) Timbang berat badan anak setiap pagi tanpa diaper pada alat ukur yang
sama, pada waktu yang sama dan dokumentasikan.
2) Catat intake dan output secara akurat
3) Berikan makan sedikit tapi sering untuk mengurangi kelemahan
disesuaikan dengan aktivitas selama makan (menggunakan terapi bermain)
4) Berikan perawatan mulut untuk meningktakan nafsu makan anak
5) Berikan posisi jongkok bila terjadi sianosis pada saat makan
6) Gunakan dot yang lembut bagi bayi dan berikan waktu istirahat di sela makan
dan sendawakan
7) Gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress pernafasan yang dapat
disebabkan karena tersedak
8) Berikan formula yang mangandung kalori tinggi yang sesuaikan dengan
kebutuhan
9) Batasi pemberian sodium jika memungkinkan
10) Bila ditemukan tanda anemia kolaborasi pemeriksaan laboratorium
4. Implementasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat anda melakukan kontak
dengan pasien. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data subjektif
dan objektif dari klien, keluarga. Selain itu juga meninjau ulang
pengetahuan tentang status terbaru dari kondisi, terapi, sumber daya,
pemulihan, dan hasil yang diharapkan. Hasil telah terpenuhi, berarti tujuan
untuk klien juga telah terpenuhi. Bandingkan perilaku dan respon klien
sebelum dan setelah dilakukan asuhan keperawatan (Perry & Potter, 2009)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK PENYAKIT PJB
( PENYAKIT JANTUNG BAWAAN )
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama pasien : An “R” Umur
: 9 tahun Jenis Kelamin :
perempuan Pekerjaan :-
Alamat :jl pandang
No.RM : 876807
Tgl Masuk : 08-10-2019
Tgl Pengkajian : 08-10-2019
Diagnosa Medik : Penyakit Jantung Bawaan (PJB)
b. Alasan Masuk
1. Keluhan Utama (KU) : Sesak napas
2. Riwayat KU : ada sesak dialami sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit disertai batuk berlendir,tidak ada demam,riwayat
tidak ada kejang ,tidak muntah
ANALISA DATA
No Data Masalah Keperawatan
2) Ds :
a. klien mengatakan sesak napas b.
Klien mengatakan batuk disertai
lendir Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Do : berhubungan dengan adanya
a. klien Nampak sesak penumpukan sekret
b. P : 40x/m
c. Klien Nampak batuk berledir
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 00032 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan keperawatan 15- (3140) Manajemen jalan napas, 15-30 menit :
nafas
Domain 4 : Aktivitas/Istirahat 30 menit, pasien akan menunjukkan: 1. Monitor status pernafasan dan oksigenasi
Kelas 4 : Respons (0415) Status pernapasan :
Kardiovaskular / Pulmonal 1. frekuensi pernapasan dalam kisaran 2. Berikan posisi semi fowler untuk meringankan
DS : klien mengatakan sesak normal (16-20x/i) sesak nafas
2. irama penapasan dalam kisaran normal (3320) Terapi oksigen, 15 menit atau kurang :
2 Ketidakefektifan Bersihan Jalan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Mengkaji kepatenan jalan napas
selama 1x 6 jam, diharpakan : Pasien akan
Napas (00031) menunjukkan jalan napas pasien paten , 2. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
Ds : dengan kriteria hasil : bernafas
a. klien mengatakan sesak 1. Suara napas tambahan dengan deviasi 3. Mengauskultasi suara nafas
napas ringan dari kisaran normal
b. Klien mengatakan batuk 2. Akumulasi sputum tidak ada 4. Kolaborasi pemberian obat dan oksigenasi
disertai lendis
Do :
A.H Markum. (1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. Jakarta : Fakultas
kedokteran UI
Anderson RH, Macartney FJ, Shinebourne EA, Tynan M. (1987). Fetal circulation
and circulatory changes at birth. In : Anderson RH, Macartney FJ,
Shinebourne EA and Tynan M, eds. Paediatric Cardiology. Vol.2 Churchill
Livingstone, 1987: 109.
Artman M, Mahony L, Teitel DF. (2002). Neonatal Cardiology. The McGraw-Hill
Companies Medical Publishing Division.
Carpenito J.Lynda. (2001). Diagnosa Keperawatan edisi 8. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan.
Edisi 3 EGC. Jakarta.
Madiyono B. (1997). Kardiologi anak masa lampau, kini, dan masa mendatang :
Perannya dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit kardiovaskuler.
Jakarta : Pidato pada upacara pengukuhan sebagai guru besar tetap dalam
ilmu kardiologi anak pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ontoseno T. (1996). Kelainan Jantung Bawaan Dan Etiologinya Masa Kini. Buletin
Toraks Kardiovaskuler Indonesia.
Saenz RB, Diane KB, Laramie C. Triplett, M.D. (2003). Caring for Infants with
Congenital Heart Disease and Their Families. University of Mississippi
Medical Center Jackson, Mississippi American academy of Family Physician.
Wilkinson JL. (2002). Initial management and referral for surgical intervention of
neonates with critical congenital heartd disease. Indones J Pediatr Cardiol
Anonim. (2010). Penyakit Jantung Bawaan. [Internet]. Bersumber dari :
http://www.totalkesehatananda.com/congenital1.html. (Diakses pada tanggal
14 Desember 2012, pukul 08.47 WIB)
Anonim. (2011). Jenis dan Gejala Penyakit Jantung Bawaan (PJB) Biru. [Internet].
Bersumber dari :
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/gizi+dan+kesehatan/Bayi/jenis.dan.gejal
a.penyakit.jantung.bawaan.pjb.biru/001/001/1637/63/3. (Diakses pada tanggal
14 Desember 2012, pukul 08.47 WIB)
Anonim. (2012). Askep Kelainan Jantung Bawaan. [Internet]. Bersumber dari :
http://junitri.wordpress.com/2012/04/24/askep-kelainan-jantung-bawaan/.
(Diakses pada tanggal 14 Desember 2012, pukul 08.47 WIB)
Anonim.(2012). Penyebab Kerusakan Jantung Bawaan. [Internet]. Bersumber dari :
http://www.anakku.net/penyakit-jantung-bawaan-pada-bayi-baru-lahir.html.
(Diakses pada tanggal 14 Desember 2012, pukul 08.47 WIB)
Febrina, D, Rizkia. (2011). Penyakit jantung bawaan. [Internet]. Bersumber dari :
http://id.scribd.com/doc/55410647/penyakit-jantung-bawaan. (Diakses pada
tanggal 14 Desember 2012, pukul 08.47 WIB)
Hanifah, Rizka. (2010). Deteksi Dini dan Tata Laksana Penyakit Jantung Bawaan.
[Internet]. Bersumber dari :
http://www.berbagimanfaat.com/2010/05/deteksi-dini-dan-tata-laksana-
pjb.html. (Diakses pada tanggal 14 Desember 2012, pukul 08.47 WIB)