Anda di halaman 1dari 2

1.

Analisa kesuksesan si petek

Aang Permana pemuda yang memilih untuk berwirausaha setelah sempat bekerja di instansi
minyak dan gas di salah satu perusahaan besar di Jakarta. Saat masih bekerja, Aang bertugas
keliling Indonesia untuk mencari lahan gas di pelosok nusantara. Setelah dua tahun bekerja,
Aang memutuskan berhenti dan kembali ke kampung halaman, memilih bisnis olahan Ikan Petek
lantaran potensi ikan  dengan nama latin Prambassis Ranga itu cukup besar, namun belum
dioptimalkan masyarakat.

“Karena potensi yang belum termanfaatkan itu, saya berinisiatif membuat produk olahan dengan
bahan dasar Ikan Petek. Sambil ikut andil memberdayakan masyarakat sekitar sehingga saya
tidak sukses untuk diri sendiri saja,” ujar Aang, yang mendapatkan Ikan Petek dari nelayan di
Waduk Cirata, Cianjur, Jawa Barat.

“Ikan Petek memiliki kandungan kalsium dan protein yang tinggi, 16 kali lebih banyak
dibandingkan segelas susu pada takaran yang sama. Dari sisi lain, peluang pasar sangat terbuka.
Jumlah penduduk Indonesia usia 5-15 tahun cukup besar sehingga pasar untuk produk olahan ini
sangat menjanjikan

2. Tantangan yang di hadapi


Di awal sepak terjangnya dalam dunia bisnis, Aang mengalami banyak tantangan. Ia sempat
merasakan penolakan dari berbagai toko oleh-oleh ketika ingin memasukkan produknya ke sana.
Alasannya sederhana: produk yang Aang tawarkan dianggap tidak lumrah. Lantas, apakah Aang
menyerah? Jawabannya tidak. Ia memutar otak untuk memasarkan produk Crispy Ikan Sipetek.
Lewat sosial media dan situsnya, secara perlahan pembeli mulai berdatangan. Ketika Aang
kebanjiran pesanan, ia pun merangkul pedagang-pedaga

3. Positioning di dunia kuliner Indonesia


Awal pemasarannya, Aang menawarkan produknya ke toko oleh-oleh di Cianjur. Tapi, tak
sedikit toko yang menolak karena produknya tak dikenal. Akhirnya, dia memilih menjualnya
sendiri secara online. Dan menggunakan sarana promosi dan edukasi di akun bisnisnya masing-
masing. Ada juga spanduk, banner, brosur, dan company profile yang juga sebagai sarana
promosi Pesanan pun mulai banyak setelah dia memilih jejaring sosial sebagai media
penjualannya. Jerih payahnya ini berbuah manis. Kini, Aang bisa mengantongi omzet sebesar
Rp400-500 juta per bulan. Aang pun mempekerjakan kaum ibu yang berusia non produktif untuk
membantu produksi Crispy Ikan Sipetek. Hal i

4. Kekurangan

hanya saja, bau amis yang menyengat membuat ikan petek dianggap tak layak dikonsumsi dan
lebih sering dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Maka, dari segi ekonomi, ikan petek masuk
kategori ikan rucah (trash fish).

Anda mungkin juga menyukai