Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG

“ TB PARU “

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan.

Disusun Oleh :

INTAN WIDURI : 18.156.01.11.053

3B S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKes MEDISTRA INDONESIA

Jl. CUT MUTIA RAYA NO.88A BEKASI, JAWA BARAT INDONESIA

TAHUN PELAJARAN 2018-2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas izin, rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.

Makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Tentang TBC Paru” ini


disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Konsep Dasar
Keperawatan. Penulis berharap agar makalah yang telah disusun ini dapat
memberikan inspirasi bagi pembaca dan penulis yang lain. Penulis juga berharap agar
makalah ini menjadi acuan yang baik dan berkualitas.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
maka dari itu penulis mengharapkan krtitik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, 11november 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman cover.....................................................................................................................1

Kata pengantar.....................................................................................................................2

Daftar isi..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................4
1.3 Tujuan Makalah.............................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi..........................................................................................................................6
2.2 Etiologi .........................................................................................................................6
2.3 Manifestasi Klinis..........................................................................................................8
2.4 Patofisiologi...................................................................................................................9
2.5 Pathway.........................................................................................................................10
2.6 Komplikasi.....................................................................................................................11
2.7 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................11
2.8 Penatalaksanaan.............................................................................................................12

BAB III TINJAUAN KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Laporan Kasus dan Asuhan Keperawatan TB Paru......................................................13

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan....................................................................................................................27
4.2 Saran..............................................................................................................................27

Daftar Pustaka.....................................................................................................................28

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh


mycobacterium tuberculosis dan paling sering bermanifestasi di paru.Mikrobakterium
ini ditransmisikan melalui droplet di udara, sehingga seorang penderita tuberkulosis
paru merupakan sumber penyebab penularan tuberkulosis paru pada populasi di
sekitarnya.

Tuberkulosis paru sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di seluruh
belahan dunia, terutama di Negara berkembang seperti Indonesia, sehingga pada
tahun 1993 WHO telah mencanangkan bahwa TB Paru merupakan kedarutan global,
Karena sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi penyakit tersebut dan tidak
terkendali, disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil disembuhkan,
terutama penderita menular yaitu penderita yang dalam pemeriksaan dahaknya
ditemukan BTA (Basil Than Asam) yang selanjutnya disebut BTA positif
(Dep.Kes,RI.2000)

Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita TB
Paru dengan kematian 3 juta orang.Di Negara berkembang, kematian karena TB
merupakan 25% dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan
95% penderita TB berada di Negara berkembang dan 75% penderita TB adalah
kelompok usia produktif (15-50 tahun). WHO menyatakan bahwa setiap detik satu
orang terinfeksi TB dan setiap sepuluh detik satu orang meninggal karena TB.
(Bambang Ruswanto,2010)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit TBC Paru?


2. Apa penyebab penyakit TBC Paru?
3. Apa tanda dan gejala penyakit TBC Paru?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit TBC Paru?
5. Bagaimana pathway penyakit TBC Paru?
6. Apa saja komplikasi penyakit TBC Paru?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada penyakit TBC Paru?
8. Bagaimana penatalaksanaan penyakit TBC Paru?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui pengertian penyakit TBC Paru.
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit TBC Paru.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit TBC Paru.
4. Untuk mengetahui patofisologi penyakit TBC Paru.
4
5. Untuk mengetahui pathway penyakit TBC Paru.
6. Untuk mengetahui komplikasi penyakit TBC Paru.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit TBC Paru.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit TBC Paru.

BAB II

5
TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN

TB PARU
2.1 Definisi
 Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang
secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis
jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita
kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).
 Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007).
 Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
termasuk meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer &
Brenda G. Bare, 2002 ).
2.2 Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosae. Adapun bentuk
bakteri Mycobacterium tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang merupakan batang
ramping dan kurus, dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang panjangnya sekitar
2-4 µm dan lebar 0,2 -0,5 µm yang bergabung membentuk rantai. Besar bakteri itu
tergantung pada kondisi lingkungan ( Wikipedia ,2010).
Mycobacterium tuberculosis tidak dapat diklasifikasikan sebagai bakteri gram
positif atau bakteri gram negative, karena apabila diwarnai sekali dengan zat warna
basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alcohol, meskipun dibubuh
iodium. Oleh sebab itu bakteri termasuk dalam bakteri tahan asam. Mycobacterium
tuberculosa cenderung permukaan selnya dan pertumbuhan
bergerombol.Mycobacterium tuberculosis tidak menghasilkan kapsul atau spora serta
dinding selnya terdiri dari peptidoglikan di bawahnya.Struktur ini menurunkan
permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektifitas dari antibiotik.
Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacterium
tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofag ( indah, 2010).
Bakteri Mycobacterium memiliki sifat tidak tahan panas serta akan mati pada
suhu 6 derajal celcius selama 15-20 menit. Biakan bakteri ini dapat mati jika terkena
sinar matahari langsung selama 2 jam.Dalam dahak, bakteri mycobacterium dapat
bertahan selama 20 -30jam.Basil yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan
hidup 8-10 hari. Biakan basil ini apabila berada dalam suhu kamar dapat hidup 6-8
bulan dan dapat disimpan dalam lemari dengan suhu 20 derajat celcius selama 2

6
tahun. Mycobacterium tahan terhadap berbagi khemikali dan disinfektan antara lain
phenol 5%, asam sulfat 15 %, asam sitrat 3%, dan NaOH. Basil ini dihancurkan oleh
jodium tincture dalam 5 menit, dengan alcohol 80% akan hancur dalam 2-10 menit
( hiswani M. Kes, 2010).
Mycobacterium tuberculosis dapat tahan hidup diudara kering maupun dalam
keadaan dingin atau dapat hidup bertahun – tahun dalam lemari es.Hal ini dapat
terjadi apabila kuman berada dalam sifat dormant (tidur).Pada sifat dormant ini
apabila suatu saat terdapat keadaan dimana memungkinkan untunk berkembang,
kuman tuberculosis ini dapat bangkit kembali (hiswani M. Kes, 2010).
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri aerob,oleh karena itu pada
kasus TBC biasanya mereka ditemukan pada daerah yang banyak udaranya.
Microbacteria mendapat energy dari oksidasi berbagai senyawa karbon sederhana.
Aktivitas biokimianya tidak khas, dan laju pertumbuhannya lebih lambat dari
kebanyakan bakteri lain karena sifatnya yang cukup kompleks dan dinding selnya
yang impermeable, sehingga penggandaannya hanya berlangsung setiap kurang lebih
18 jam. Karena pertumbuhannya yang lamban, seringkali sulit untuk mendiagnostik
tuberculosis dengan cepat. Bentuk saprofit cenderung tumbuh lebih cepat,
berkembang biak pada tahun 22 -23 derajat celcius, mengahasilkan lebih banyak
pigmen , dan kurang tahan asam dari pada bentuk yang pathogen. Mikrobacterium
cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam
ditempat yang gelap dan lembab.
Bakteri ini biasanya berpindah dari tubuh manusia ke manusia lainnya melalui
saluran pernapasan, keluar melalui udara yang dihembuskan pada proses respirasi
dan terhisap masu saat seseorang menarik nafas. Habitat asli bakteri mycobacterium
tuberculosis sendiri adalah paru paru manusia.Droplet yang terhirup sangat kecil
ukurannya, sehingg sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat
kuman tuberculosis berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di dalam
paru-paru (anonima, 2010).
Bakteri mycobacterium tuberculosis adalah bakteri yang dapat menyebabkan
penyakit tuberculosis atau disingkat TBC. Sumber penularan adalah penderita
tuberculosis (TB) yang dahaknya mengandung kuman TB hidup ( BTA (-)).infeksi
kuman ini paling sering disebabkan melalui udara. Penyebaran melalui udara berupa
partikel – partikel percikan dahak yang mengandung kuman yang bersala dari
penderita saat batuk, tertawa, bernyanyi atau berbicara. Partikel yang mengandung
kuman ini akan terhisap oleh orang sehat dan me nimbulkan infeksi di saluran
pernafasan. Bakteri aktif mikrobakteria mencemari udara yang ditinggali atau
ditempati manusia, karena sumber dari bakteri ini adalah manusia. Bakteri ini dapat
hidup selama beberapa jam pada udara terbuka, dan selama itulah dia akan
berterbangan di udara hingga akhirnya menemukan manusia sebagai tempat hidup.
Biasanya pencemaran oleh bakteri ini terjadi pada rumah yang dipenuhi orang
namun memiliki ventilasi yang buruk. Juga ditempat tempat ramai yaitu sarana-sarana
perhubungan seperti bis sekolah, kapal laut, asrama, penjara, dan bahkan dari dokter
yang kurang mempertahankan sanitasi tubuhnya. Habitat asli dari kuman ini hanya
manusia dan menjadikan lingkungan sebagai perantara.TB paru pada orang dewasa

7
biasanya disebabkan oleh reaktivasi infeksi sebelumnya sedangkan pada anak-anak
menunjukkan penularan aktif M. tuberculosis. (Utis Sutisna dan Trimar
Handayani,2009)

2.3 Manifestasi Klinis

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu
bulan (Depkes, 2006).
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah
banyak pasien ditemukan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan
kesehatan. Gejala tambahan yang sering dijumpai (Asril Bahar. 2001):
1.      Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang dapat
mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi
kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya sehingga pasien merasa tidak
pernah terbebas dari demam influenza ini.
2.      Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-
produk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah sama, maka
mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni
setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang
adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan
batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.
3. Dahak (sputum)
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah
menjadi mukopurulen atau kuning, sampai purulen (kuning hijau) dan menjadi kental
bila sudah terjadi pengejuan.
4. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi
setengah bagian paru-paru.
5.  Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
6. Malaise

8
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat badan turun),
sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala
malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
7. Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang timbul belakangan dan
lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.

2.4 Patofisiologi

Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi.


Bakteri dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat dimana mereka terkumpul
dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan
aliran darah ke bagaian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru –
paru lainnya (lobus atas).
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit
(neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri, limposit spesifik tuborkulosis
melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini
mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia.
Infeksi awal biasanya terjadi dua sampai sepuluh minggu setelah pemajanan.
Masa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan
basil yang masih hidup dan yang sudah mati di kelilingi oleh makrofag yang
membentuk dinding protektif granulomas diubah menjadi masa jaringan fibrosa.
Bagian sentral dari masa fibrosa ini di sebut tuberkel ghon. Bahan (bakteri dan
makropag) menjadi nekrotik, membentuk masa seperti keju. Masa ini dapat
mengalami kalsifikasi, membentuk sekar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman tanpa
perkembangan penyakit aktif.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif
karena gangguan atau respon yang inadekuat dari respon sistem imun. Penyakit aktif
dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Bakteri kemudian
menjadi tersebar diudara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh tuberkel
yang memecah, membentuk jaringan parut. Paru – paru yang terinfeksi lebih
membengkak mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut.
Kecuali proses tersebut dapat dihentikan, penyebarannya dengan lambat
mengarah kebawah ke hilum paru-paru dan kemudian meluas ke lobus yang
berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh remisi lama ketika
penyakit dihentikan, hanya supaya diikuti dengan periode aktivitas yang diperbaharui.
Hanya sekitar 10 % individu yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit aktif.

2.5 Pathway

9
Invasi bakteri tuberculosis

sembuh
Infeksi primer

Sembuh dengan focus ghon

Infeksi pasca primer


(reaktivitas)fibrotik
Bakteri dorman

Bakteri muncul berapa sembuh dengan


tahun kemudian fibrotik

Reaksi infeksi/inflamsi, kavitas


dan merusak parenkim paru

- Produksi secret Reaksi sistematis Ansietas

- Batuk produktif - Kurang tidur


Anoreksia, mual, BB Lemah - Tidak bisa tidur

Ketidakefektifa
Intoleransi Gangguan
n bersihan jalan Ketidakseimbangan
nafas aktivitas pola tidur
nutrisi kurang dari
kebutuhan

2.6 Komplikasi

10
Komplikasi Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis,TB usus

Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :

 Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas.
 Atelektasis (parumengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat
retraksi bronchial.
 Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
 Pneumotorak spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan Paru.
 Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
 Insufisiensi kardio pulmoner

2.7 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium
• Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif
penyakit
• Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
• Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm
atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen)
menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti
menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik
sakit berani bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan
oleh mikobakterium yang berbeda.
• Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster; urine dan cairan
serebrospinal, biopsi kulit): Positif untuk Mycobacterium tuberculosis.
• Biopsi jarum pada jaringan paru: Positif untuk granuloma TB; adanya sel
raksasa menunjukkan nekrosis.
• Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi;
contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat
ditemukan pada TB paru kronis luas.

11
• Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio udara
residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen sekunder
terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit
pleural (Tuberkulosis paru kronis luas).
b. Pemeriksaan Radiologis
Foto thorak: Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan
kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas
TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
2.8 Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan TBC adalah harus kombinasi, tidak boleh terputus-putus dan
jangka waktu yang lama. Di samping itu maka perkembangan ekonomi tersebut dikenal
2 (dua) macam alternatif pengobatan.
• Paduan obat jangka panjang dengan lama pengobatan 18 – 24 bulan, obat relatif
murah.
• Pengobatan intensif : setiap hari 1 – 3 bulan INH +, Rifampicin + Streptomicyn
dan diteruskan dengan.
• Pengobatan intermitten dua kali seminggu sampai satu tahun : INH +
Rifampicin atau Ethambutol.
• Paduan obat jangka pendek dengan lama pengobatan 6 – 9 bulan obat relatif murah.
• Pengobtan intensif: tiap hari selama 1 – 2 bulan INH + Rifampicin +
Streptomicyn atau Pirazinamid, dan diteruskan dengan
• Pengobatan intermitten 2 – 3 kali seminggu selama 4 – 7 bulan : INH +
Rifampicin atau Ethambutol atau Streptomycin.

12
BAB III

TINJAUAN KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Laporan Kasus Sistem Pernapasan (Tuberculosis Paru)

Tn. S usia 54 tahun pasien kiriman dari Puskesmas Kalianda dengan TB Paru
sudah setahun,pasien dirumah lemas lagi selama 2 minggu. Lalu, pasien dibawa ke
RS Imanuel untuk diberi perawatan. Pada saat pengkajian pasien mengatakan sesak
nafas dan batuk berdahak. Pasien tampak susah untuk mengeluarkan dahak saat batuk.
TTV : TD 90/60 mmHg, N 120 x/menit, RR 26 kali/menit, S 37°C

PENGKAJIAN

A.DATA UMUM

1. Data Demografi

- Nama : Tn. S
- Usia : 54 Tahun
- Jenis kelamin : Laki-Laki
- Alamat : Lampung
- Suku : Jawa
- Status pernikahan : Kawin
- Agama : Islam
- Pekerjaan : Wiraswasta
- Diagnosa medis : TB (Tuberculosis) Paru

2. Penanggung Jawab
- Nama : Ny. R
- Usia : 49 Tahun
- Agama : Islam
- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
- Alamat : Lampung
- Hubungan dengan pasien : Istri pasien

B. KELUHAN UTAMA

Pada saat pengkajian pasien mengatakan lemas serta sesak nafas dan batuk berdahak.
Klien tampak susah untuk mengeluarkan dahak saat batuk. TTV : TD 90/60 mmHg, N
120 x/menit, RR 26 kali/menit, S 37°C.

13
C. RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pada saat pengkajian pasien mengatakan sesak nafas dan batuk berdahak. Frekueansi
nafas 26 kali/menit. Klien tampak susah untuk mengeluarkan dahak saat batuk. TD
90/60 mmHg, N 120 x/menit, RR 26 kali/menit, S 37°C.
2. Riwayat Kesehatan Masalalu
Pasien mengatakan di rumahnya hanya batuk biasa dan menganggap sepele setelah

keadaan memburuk yaitu lemas, baru kemudian pasien dibawa ke RS Kalianda ,

disitu dirawat 1 minggu dirawat di RS Kalianda sudah ± 1 bulan terakhir.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang sakit / ada penyakit yang seperti
dialami pasien, pasien juga tidak mempunyai penyakit yang menurun, misalnya : DM,
Hipertensi, Jantung, TB dll

D. RIWAYAT PSIKOSOSIAL

E. RIWAYAT SPIRITUAL

F. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum pasien : pasien lemas


Tanda-tanda vital
 TD : 90/60 mmHg
 Nadi : 120 x/menit
 Pernapasan : 26x/menit
 Suhu : 37°C

2. Sistem pernapasan
 Hidung : Simetris, tidak ada luka bersih
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan
 Dada : - Inspeksi : simetris, tidak ada bekas luka, pengembangan

dada kanan dan kiri sama

- Palpasi : vocal fremitus teraba kanan dan kiri sama

- Perkusi : Sonor

- Auskultasi : Terdapat suara ronchi di paru kiri

14
 Kepala : Mesosepal, tidak ada benjolan tidak ada nyeri tekan,

kulit kepala sedikit kotor

 Telinga : Simetris, tidak ada luka dan bersih

3. Sistem Kardiovaskuler

 Inspeksi : ictus cordis tidak nampak

 Palpasi : ictus cordis tidak teraba

 Perkusi : Pekak, batas jantung tidak ada pembesaran

 Auskultasi : Bunyi jantung 1 x 1 teratur tidak ada bising usus

4. Abdomen

- Inspeksi : Bersih, tidak ada bekas luka, dinding perut sejajar dada

- Palpasi : bising usus 18x/menit

- Perkusi : Timpani

- Auskultasi : Ada nyeri tekan

5. Muskuloskeletal : Bagian kaki sedikit nyeri dan susah digerakkan karena kelemahan

fisik

6. Ekstremitas : Kehilangan tonus otot, tidak ada kelainan bentuk di bagian


ekstremitas, kulit terlihat pucat dan kering

G. POLA KEBUTUHAN DASAR


 Nutrisi

Sebelum sakit : Pasien mengatakan sehari makan ± 3 – 5x porsi sedang dirumah

dengan nasi, lauk, buah dan sayur

Selama sakit : Pasien mengatakan sehari makan 3 x porsi rumah sakit habis,

dengan nasi, lauk pauk, buah dan sayur

15
 Cairan

Sebelum sakit : Pasien mengatakan minum ± 3 – 5x sehari @ 250 cc air putih, teh

dan kadang susu

Selama sakit : Pasien mengatakan minum ± 3 – 5x sehari @ 250 cc air putih teh

 Eliminasi
a. BAB
Sebelum sakit : Pasien BAB 1 hari 1x, dengan bau khas, konsisten, lunak kuning

tidak ada darah

Selama sakit : Pasien BAB 1 hari 1x dengan bau khas konsisten, lunak kuning

tidak ada darah

b. BAK

Sebelum sakit : Pasien BAK sehari ± 4x @ 200 ml, jernih tidak ada gangguan

Selama sakit : Pasien BAK sehari ± 4x @ 200 ml, jernih tidak ada gangguan,

tidak terpasang DC

 Pola aktifitas dan latihan

 Sebelum sakit

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan / minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilisasi di tempat tidur 
Berpintah 
Ambulasi rom 

 Selama sakit

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan / minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 

16
Mobilisasi di tempat tidur 
Berpintah 
Ambulasi rom 

 Keterangan :

 0 : mandiri 2 : dibantu orang 4 : tergantung total

 1: alat bantu 3 : orang lain + alat

 Istirahat dan tidur

a. Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidur ± 8 jam pada malam dan 2 jam
tidur siang
b. Selama sakit : Klien tidur 4 jam pada malam hari, siang 1 jam

H.TES DIAGNOSTIK

 Kultur sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif


penyakit
 Radiologi : Foto thorak: menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan
menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.

I. THERAPY SAAT INI

1. IVFD NaCl 0,9% 20 tmp 500ml

2. Pemberian inhalasi nebulizer

17
J.DATA FOKUS

Nama Pasien : Tn. S

No. RM : 023

Data subjektif Data objektif


1.Pasien mengatakan lemas 1. Pasien tampak lemah

2.Pasien mengatakan batuk berdahak 2. Pasien tampak dibantu keluarga untuk

3.Pasien mengatakan seluruh ADL dibantu melakukan aktivitas

orang lain 3. Terpasang IVFD NaCl 0,9% 20 tpm

4. Pasien mengatakan nyeri perut bagian 500ml

kiri atas 4. Keadaan umum pasien : pasien lemas

5. TTV

- TD : 90/60 mmHg

- N : 120x/menit

- RR : 26x/menit

- S : 37°C

6. Kultur sputum : Positif untuk

Mycobacterium tuberculosis pada

tahap aktif penyakit

7. Radiologi : Foto thorak: menunjukkan

infiltrasi lesi awal pada area paru atas,

simpanan kalsium lesi sembuh primer,

atau effusi cairan. Perubahan

menunjukkan lebih luas TB dapat

termasuk rongga, area fibrosa.

18
8. Pemberian Inhalasi Nebulizer
K. ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. S

No. RM : 023

No Data Sign dan Symton Etiologi Problem


1 DS : Pasien mengatakan Penumpukan Ketidakefektifan

batuk berdahak secret bersihan jalan

DO : Kesadaran CM nafas

TD : 90/60 mmHg

N : 120 x / menit

S : 37oC

R: 26 x/menit

- Kultur sputum : Positif

untuk Mycobacterium

tuberculosis pada tahap

aktif penyakit

- Radiologi : Foto

thorak: menunjukkan

infiltrasi lesi awal pada

area paru atas,

simpanan kalsium lesi

sembuh primer, atau

effusi cairan.

Perubahan

menunjukkan lebih luas

19
TB dapat termasuk

rongga, area fibrosa.

2 DS : Pasien mengatakan Kelemahan otot Intoleransi

lemas dan seluruh aktivitas aktivitas

dibantu orang lain

DO : TD : 90/60 mmHg

N : 120x/menit

S : 37oC

RR : 26x / menit

- Ketika beraktifitas

tampak dibantu orang

lain

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot

M. INTERVENSI

20
Nama Pasien : Tn. S

No. RM : 023

DX. KEP Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional Ttd


hasil
Ketidakefektifan Setelah dilakukan Mandiri :
bersihan jalan
tindakan
nafas 1.Observasi TTV 1.Mengetahui
berhubungan keperawatan selama perubahan
dengan tanda tanda
1 x 24 jam
penumpukan vital pasien
secret diharapkan
Jalan napas pasien
2. Berikan O2 2. Mempermu
normal dengan dah pasien
bernapas
kriteria hasil:
 Mempertahanka
n jalan napas
pasien agar bisa 3.Kaji fungsi
pernapasan, 3.Penurunan
bernapas dengan contoh bunyi bunyi napas
mudah napas dan dapat
kecepatan irama menunjukan
 Mampu napas. atelektasis.
mengeluarkan Ketidakmampu
dahak dengan an
mudah membersihkan
jalan napas
yang dapat
menimbulkan
penggunaan
otot aksesori
pernapasan dan
peningkatan
kerja
pernapasan.

4.Observasi 4.Kemampuan
kemampuan mengeluarkan
mengeluarkan secret
secret menimbulkan
1. timbulnya
2. penumpukan

21
berlebihan pada
saluran nafas

3. 5. Berikan posisi 5.Posisi


semi fowler membantu
tinggi. Bantu memaksimalka
pasien untuk n ekspansi paru
batuk dan dan
menarik napas menurunkan
dalam. upaya
pernapasan.
Ventilasi
maksimal
meningkatkan
gerakan sekret
kedalam jalan
napas besar
untuk
dikeluarkan

6. Ajarkan 6. Batuk efektif


batuk efektif mempermudah
ekspektorasi
muskus

7. Pertahankan 7.Pemasukan
masukan tinggi cairan
cairan membantu
sedikitnya untuk
2500 ml/hari mengencerkan
kecuali sekret,
kontraindikasi membuatnya
mudah
Setelah dilakukan
dikeluarkan.
22
tindakan
keperawatan selama Kolaborasi
1 x 24 jam pasien 8.Kolaborasi 8.Bertujuan
dapat mentoleransi dalam untuk
Intoleransi aktivitas yang biasa pemberian mengencerkan
aktivitas
dilakukan dengan inhalasi dahak
berhubungan
dengan kelemahan Kriteria hasil : nebulizer
otot
 Pasien
mengatakan
badan tidak
terasa lemas Mandiri :
 Aktifitas 1. Monitor pola 1.Untuk
sehari-hari tidur dan mencegah
pasien dapat lamanya terjadinya
dilakukan tidur/istirahat kelelahan
secara pasien akibat pola
mandiri tidur yang tidak
efektif

2. Ajarkan 2.ROM
teknik ROM dilakukan
untuk
mencegah
kekakuan
sendi

3. Berikan 3. Agar tidak


ompres terjadi
hangat pada kekakuan pada
persendiaan sendi

4. Anjurkan 4.Untuk
untuk melatih pasien
23
aktifitas yang supaya dapat
ringan beraktifitas
sendiri

Kolaborasi ;

5. Kolaborasi 1. Berfungsi
dengan tim untuk
medis dalam mengoptim
pemberian alkan /
fisioterapi memulihka
n tenaga
pasien
supaya
dapat
mentolerans
i aktifitas

N. IMPLEMENTASI

Nama Pasien : Tn. S

No. RM : 023

Tgl/jam No. Dx. Implementasi Respon Pasien TTD


Kep.
08-05- 1. 1. Mengobservasi tanda vital 09.40
2019/ 09.00 S : Pasien
mengatakan
batuk
berkurang
O : TTV pasien
terlihat tidak
mengalami

24
gangguan
kecuali
pernapasan

09.50
S : Pasien
bersedia
2. Memberikan O2
diberikan O2
09.45
O : Pasien
tampak rileks

10.20
S : Pasien
bersedia
dikaji
3. Mengkaji fungsi O : Pengkajian
10.10 pernapasan, contoh bunyi
sudah
napas dan kecepatan irama
napas. terlaksanakan

10.40
S:-
O : Pasien
tampak
sudah bisa
10.35 4. Mengobservasi
mengeluarka
kemampuan mengeluarkan
secret n secret
dengan
efektif
11.05
S : Pasien

25
bersedia
mengikuti
O : Pasien
tampak rileks
11.00 1. 5. Memberikan posisi semi fowler
tinggi. Bantu pasien untuk batuk
dan menarik napas dalam.

11..30
S : pasien
bersedia
mengikuti
O:-
2.

11.20
6.Mengajarkan batuk efektif

12.30
S : Pasien
mengatakan
lebih nyaman
O : pasien
tampak rileks
7. Mempertahankan masukan
12.00
cairan sedikitnya 2500 ml/hari
kecuali kontraindikasi

13.30
S:-
O : Pasien
tampak
nyaman dan
rileks

26
13.00 Kolaborasi :
8.Mengkolaborasi dalam
pemberian inhalasi nebulizer

14.00 2. Mandiri : 14.10


S : Pasien
1. Memonitor pola tidur dan
mengatakan
lamanya tidur/istirahat
terkadang
pasien
susah tidur
O:-

14.20
14.15 2. Mengajarkan ROM
S : Pasien
mengikuti
O : Pasien
tampak lemas

14.25 3. Mengompres hangat pada


14.30
persendiaan S : Pasien
bersedia untuk
dikompres

O : Pasien
tampak rileks

14.35
4. Menganjurkan pasien untuk 14.40
S : Pasien
melakukan aktifitas yang
mengatakan
ringan
mau
mengikuti
O : Pasien
tampak rileks
14.45

27
5. Mengkolaborasi dengan 14.50
S : Pasien
tim medis dalam pemberian
mengatakan
fisioterapi
mau
mengikuti
O : Pasien
tampak rileks

O. EVALUASI
Nama Pasien : Tn. S

No. RM : 023

No Hari / tgl /
Evaluasi Ttd
Dx jam
1. S:
- Pasien mengatakan batuk
berkurang dan dahak mudah
dikeluarkan
O:

- Pasien tampak lebih tenang dan


batuknya berkurang

- TD = 120 / 80 mmHg

- N = 80x/menit

- S = 36,3oC

- R = 20x/menit

-
A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan no: 2,3,5


2. S:
- Pasien mengatakan lemas
berkurang
- Pasien mengatakan pola tidurnya
sudah teratur

O:
28
- Pasien tampak nyaman dan rileks
- Pasien tampak bisa melakukan
aktivitas namun aktivitas ringan
- TD = 120/80 mmHg
- N = 80x/menit
- S = 36,3oC
- R = 20x/mnt

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan no: 2,3 ,5

BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

29
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium tuberculosis), terutama menyerang paru.Kuman tuberkulosis ini
masuk kedalam tubuh melalui udara,saluran pernapasan, saluran pencernaan dan luka
terbuka di kulit. Infeksi TB dikedalikan oleh respon imunitas dengan makrofag dan
limfosit sebagai Sel efektor.Respon ini disebut reaksi hipersensitivitas seluler
(lambat).

Pada penderita tuberculosis keluhan utama berupa batuk berdahak lebih dari
tiga minggu. Dari hasil pemeriksaan fisik dapat ditemukan bahwapasien TB paru akan
tampak pucat, kurus dan dagu terangkat.

Untuk mendiagnosa penyakit TB paru dapat dilakukan pemeriksaan ini dan


pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan sputum, tes tuberculin, tesradiologi serta
pemeriksaan serologis lainnya.

3.2 Saran

1. Perlu dilakukan berbagai penyuluhan dan konselling agar masyarakat tahu


tentang penanggulangan dari tuberkulosis paru
2. Perlu tambahan sumber tinjauan pustaka lebih banyak lagi agar penulis dapat
menyusun karya tulis ilmiah lebih baik untuk di masa yang akan dating
3. Perlu kritikan dan saran dari pembaca untuk perbaikan karya tulis ilmiah
selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E. Doengoes, dkk. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta.


Buku Kedokteran EGC.

https://www.academia.edu/31914/Askep_Kasus_Sistem_Pernapasan_Tuberculosis_Paru_

30
https://www.academia.edu/11952339/Askep_TB_Paru

31

Anda mungkin juga menyukai