Anda di halaman 1dari 2

PLATYHELMINTES

Platyhelminthes merupakan filum hewan avertebrata yang anggotanya adalah


cacing yang memiliki tubuh pipih seperti pita sehingga sering disebut dengan istilah
cacing pita. Cacing pita memiliki ukuran tubuh yang bervariasi, mulai dari beberapa
millimeter hingga beberapa meter. Sebagian besar cacing pita merupakan parasit pada
hewan lain, namun ada juga jenis yang hidup bebas di laut, air tawar, dan tempat-
tempat yang lembab. Cacing parasit akan menghisap nutrisi atau memakan jaringan
hewan, sedangkan yang hidup bebas umumnya adalah karnivora dan pemakan
bangkai. Hewan ini tidak mempunyai rongga tubuh (aceloem). Ruangan-ruangan di
dalam tubuh yang ada di antara berbagai organ terisi dengan mesenkim atau yang
biasa disebut parenkim. Cacing pipih bersifat tripoblastik aselomata yakni memiliki 3
lapisan embrionik terdiri atas ectoderm, mesoderm dan endoderm, serta tidak
memiliki rongga tubuh. Rongga pencernaannya tidak mempunyai anus dan
mempunyai tubuh simetri bilateral.
Sebagian besar cacing pipih berwarna putih atau tidak berwarna. Sementara yang
hidup bebas ada yang berwarna cokelat, abu-abu, hitam,atau berwarna cerah. Cacing
pita memiliki organ ekskresi berupa sel api. Sel api memiliki silia yang akan
menggerakkan air menuju saluran-saluran (tubula) yang berakhir pada pori di
epidermisnya. Jaringan tubula-tubula pada cacing pita disebut dengan istilah
protonefridia. Cacing pita tidak memiliki organ pernapasan, oksigen akan berdifusi
dari seluruh permukaan tubuhnya melalui jaringan yang basah. Cacing ini juga tidak
memiliki sistem peredaran darah, makanan akan dicerna di ususnya yang sederhana
dan hasil pencernaannya langsung berdifusi ke seluruh tubuhnya.

Organ pada platyhelmintes, yaitu :

1. Bintik mata : Cacing pita yang hidup bebas memiliki bintik mata atau oseli yang
mengandung pigmen peka terhadap cahaya sehingga dapat digunakan untuk
membedakan gelap dan terang saja. Namun cacing parasit tidak memiliki bintik
mata karena mereka hidup dalam jaringan tubuh inangnya sehingga tidak
membutuhkan adanya bintik mata. Bintik mata tersebut biasanya berjumlah
sepasang dan terdapat di bagian anterior (kepala).

2. Sel api: Sel api memiliki silia yang akan menggerakkan air menuju saluran-
saluran (tubula) yang berakhir pada pori di epidermisnya.
3. Lapisan epidermis : Pada lapisan epidermis terdapat banyak sel kelenjar yang
disebut rhabdoid yang berfungsi untuk melekat, membungkus mangsa, dan
sebagai jejak lendir pada waktu merayap. Tubuh tertutup oleh
lapisan epidermis bersilia, yang tersusun oleh sel-sel sinsitium dan sebagian
mengandung mikrofili. Sementara pada Trematoda dan Cestoda parasit tidak
memiliki epidermis bersilia dan tubuhnya tertutup oleh kutikula.

4. statosista : pegatur keseimbangan

5. reoreseptor : organ untuk mengetahui arah aliran sungai

6. alat isap : memiliki kait yang fungsinya untuk melekatkan diri pada tubuh
inangnya

7. Kutikula : untuk mencegah dirinya ikut terhisap oleh sel inangnya.

8. Mulut : tempat masuk makanan dan keluar sisa makanan karena platyhelmintes
tidak memiliki anus sebagai sistem pembuangan sisa makanan

9. Faring : menangkap makanan yang selanjutnya akan dimasukkan ke dalam mulut


kembali untuk mencerna makanan ke dalam usus. 

10. Otak : berada pada bagian depan tubuh untuk mengatur sistem syaraf pada
platyhelminthes

11. Ganglion : ganglion adalan percabangan dari yang akan membentuk beberapa
cabang sampai mempersarafi setiap bagian tubuh lalu sistem saraf akan
membentuk sebuah sistem tangga tali dengan otak yang terdapat pada bagian
depan tubuh

12. sel saraf sensorik, motorik, dan asosiasi : sel pembawa sinyal dari indra ke otak,
sel pembawa sinyal dari otak ke efektor, dan perantara

13. silia (rambut getar) : silia ini terdapat pada permukaan tubuhnya yang berfungsi
sebagai alat gerak.

https://www.edubio.info/2015/01/filum-platyhelminthes.html?m=1
https://duniapendidikan.co.id/platyhelminthes/
https://ruangseni.com/filum-platyhelminthes-struktur-fungsi-organ-tubuh-pembagian-
divisinya

Anda mungkin juga menyukai