Anda di halaman 1dari 3

4.

3 Diagnosis
Uji diagnostik diabetes mellitus dilakukan pada hewan yang menunjukan
gejala dan tanda dibetes melitus. Uji diagnostic akan dilakukan pada hewan
dengan hasil pemeriksaan penyaringan yang positif untuk memastikan diagnosis
defenitif. Pemeriksaan penyaringan dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar
glukosa darah sewaktu- waktu atau kadar glukosa darah dalam keadaan puasa,
kemudian diikuti dengan Tes Tolerasi Glukosa Oral (TTGO).
Diagnosis diabetes mellitus harus didasarkan pada pemeriksaan kadar
glukosa darah. Dalam menentukan diagnosis diabetes mellitus harus diperhatikan
asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk
diagnosis pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Tujuan pemantauan ini adalah
pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer.

Selanjutnya pemeriksaan diabetes


mellitus pada sapi, dapat dilakukan
dengan pemeriksaan histopalogi. Pada
1 2
pemeriksaan histopatologi, dapat
memperhatikan perubahan pada organ
pankreas. Pada gambar disamping ,
(gambar 1) menunjukkan pulau
3 4 pankreas (langerhans) mengalami
atrofi. (gambar 2) Pulau yang
mengalami atrofi terlihat sebagai
sarang sel kecil dengan sedikit
sitoplasma. (gambar 3) sebagian besar
5 6
sel mengalami degenerasi vakuolar.
(gambar 4) Sejumlah besar butiran glikogen terdapat dalam sitoplasma dari
beberapa vakuola. (gambar 5) Terjadi infiltrasi limfositik ringan di perifer pulau.
(Gambar 6) Sel pulau yang membesar memiliki sitoplasma yang bervakuol dan
mengalami degranulasi hampir sempurna (Taniyama et al., 1993).
Rahmasari, I., dan Wahyuni, E. S. (2019). Efektivitas Memordoca carantia (pare)
terhadap penurunan kadar glukosa darah infokes. Jurnal Ilmiah
Rekam Medis dan Informatika Kesehatan, 9(1) : 57-64.
Taniyama, H., Shirakawa, T., Uruoka, H.F., Osame, S., Kitamura, N. dan Miyazawa, K.
(1993). Spontaneous diabetes mellitus in young cattle: histologic,
immunohistochemical, and electron microscopic studies of the islets of
langerhans. Vet Pathol, 30 (1) : 46-54.

Anda mungkin juga menyukai