Anda di halaman 1dari 6

AJARAN TENTANG KEHIDUPAN MANUSIA DI DUNIA

A. Sikap Terhadap Kehidupan di dunia


Pada saat ini orang percaya menjalani kehidupan di dunia dengan berbagai
permasalahan. Oleh sebab itu orang percaya perlu mempunyai sikap terhadap kehidupan di
dunia. Sikap tersebut didasarkan pada penyelamatan Allah yang berjalan bersama dengan
perjalanan sejarah kehidupan di dunia. Sikap dasar orang percaya terhadap kehidupan di
dunia adalah :
1) Menerima dan menjalani kehidupan di dunia sebagai tempat bagi Allah untuk
melaksanakan penyelamatan-Nya.
2) Menerima dan menjalani kehidupan di dunia sebagai tempat bagi orang
percaya untuk mewujudkan keselamatannya dalam kehidupan manusiawi
yang wajar.
3) Menerima dan menjalani kehidupan di dunia sebagai tempat bagi orang
percaya atau gereja untuk melaksanakan fungsinya dalam penyelamatan
Allah.

4) Tidak menganggap sumber dosa terletak pada kehidupan di dunia, tetapi


sumber dosa pada hati manusia.

Manusia adalah satu-satunya mahkluk yang dikaruniai akal budi, oleh karena itu
dituntut untuk bertanggungjwab atas kehidupannya. Tangung jawab orang percaya di
dalam kehidupannya meliputi :
1) Tanggung jawab atas alam, dimana manusia ditempatkan di dalamnya. Alam
merupakan tempat menjalani kehidupannya bersama makhluk lain.
2) Tanggung jawab atas sesama manusia, dimana manusia saling berinteraksi
dengan sesamanya dalam satu keharusan yang berasal dari penciptaan untuk
menjalani kehidupan bersama.

Kedua tanggung jawab tersebut harus dipertanggungjawabkan kepada Allah


sebagai Pencipta dan penyelamatnya. Kedua tanggung jawab itu diwujudkan dengan tabiat
dan perilaku kehidupan yang baik, dan beretika.

B. Hidup Beretika
Hidup beretika bersifat universal, berlaku bagi semua orang. Bagi orang percaya,
hidup beretika mempunyai makna tambahan, sebagai cara untuk
mempertanggungjawabkan kehidupan di dunia sebagai anak-anak Allah. Hidup beretika
bagi orang percaya merupakan kesalehan sebagai konsekwensi dari penyelamatan yang
telah diterima. Jadi kehidupan beretika adalah karena penyelamatan, bukan untuk
penyelamatan. Dengan kemampuannya sendiri orang percaya tidak mampu untuk
melaksanakan hidup beretika. Hal ini disebabkan karena kelamahan manusia dan godaan
dari luar. Akan tetapi berkat pertolongan Allah dengan bekerjanya Roh Kudus, orang
percaya dapat melakukan hidup beretika. Hidup beretika bagi orang percaya dilaksanakan
atas dasar penyelamatan yang telah diterimanya. Unsur-unsur dasar bagi orang percaya
dalam beretika adalah :
a) Penyelamatan Allah adalah kehendak, prakarsa dan dilaksanakan oleh Allah, dan
diterima oleh manusia sebagai anugerah. Dengan dasar ini maka kehidupan
beretika adalah cara bagi orang percaya untuk bertingkah laku dengan baik
menyatakan terima kasih atas keselamatan yang diterima.
b) Penyelamatan Allah adalah kembalinya manusia ke dalam hubungan yang benar
dengan Allah. Dengan dasar ini kehidupan beretika adalah cara untuk menjalani
kehidupan sebagai anak-anak Allah yang taat dengan berusaha menguduskan
hidupnya.
c) Penyelamatan Allah adalah penyelamatan dari dosa menuju kehidupan yang
baru. Dengan dasar ini kehidupan beretika adalah cara untuk mewujudkan hidup
baru dalam kehidupan di dunia dengan tingkah laku yang baik.
d) Penyelamatan Allah dimaksud agar menusia memuliakan Allah. Dengan dasar
ini kehidupan beretika adalah cara untuk memuliakan Allah dengan tingkah laku
yang baik dalam segenap kehidupannya.
e) Penyelamatan Allah adalah Allah menolong orang percaya dengan memberikan
Roh Kudus. Dengan dasar ini kehidupan beretika adalah cara untuk menaati Roh
Kudus.
f) Penyelamatan Allah adalah bahwa orang percaya masih berjalan menuju ke
penyempurnaan keselamatan. Dengan dasar ini kehidupan beretika adalah cara
untuk memelihara keselamatan, mewaspadai diri, menangkal godaan, agar
mencapi penyempurnaan keselamatan.
g) Penyelamatan Allah adalah bahwa manusia diciptakan sesuai dengan citra Allah.
Dengan dasar ini kehidupan beretika adalah cara untuk mengasihi sesama dan
menghormati martabatnya.
h) Penyelamatan Allah menurut manusia untuk mewujudkan keselamatan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan dasar ini kehidupan beretika adalah cara untuk
menciptakan suasana sehingga penyelamatan Allah dapat diketahui oleh semua
orang.

Orang percaya terpanggil untuk menjalankan hidup beretika, karena bila tidak
menjalankannya, berarti tidak bersyukur bahkan menolak penyelamatan Allah atas dirinya.

C. Sikap Terhadap Alam.


Sikap orang percaya terhadap alam didasarkan pada hubungan manusia dengan alam
sebagaimana diciptakan oleh Allah. Hubungan antara manusia dengan alam dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. manusia berada dan merupakan bagian dari alam, tinggal bersama makhluk lain
di dalam alam.
b. Manusia mempunyai kedudukan di atas alam dan menguasainya. Manusia
mengolah alam untuk menunjang hidupnya.
Manusia adalah satu-satunya mahluk yang diciptakan menurut gambar Allah.
Dengan demikian manusia mengemban tanggung jawab terhadap alam. Manusia
mempunyai kelebihan dari mahluk lain dalam arti :
a. Allah memberikan kebebasan hanya kepada manusia untuk
menciptakan kehidupannya.
b. Allah melengkapi akal budi hanya kepada manusia, sehingga mampu
menguasai, mengolah dan menggunakan alam untuk menunjang kehidupannya.
c. Mengingat kedua hal di atas maka hanya manusialah yang dituntut untuk
bertanggung jawab mengenai kelestarian alam.
Manusia dituntut untuk memelihara dan mempertahankan kelestarian alam sebagai
rumah kediaman semua mahluk. Dengan demikian kelestarian semua mahluk termasuk
manusia sendiri akan terjaga. Orang percaya memiliki motivasi untuk bertanggungjawab
atas alam berupa motivasi religius etis sebagai berikut :
a. Kesadaran ini sebagai mandataris atas alam ciptaan-Nya. Kesadaran ini
mengharuskan orang percaya untuk mempertanggungjawabkan semua
perbuatannya atas alam kepada Allah.
b. Kesadaran mengenai wewenang dan mandataris. Kesadaran ini mengharuskan
orang percaya tidak bileh mempelakukan alam dengan sewenang-wenang. Tetapi
harus mengelola alam untuk menyatakan kemuliaan Allah, sebagai pencipta dan
pemiliknya.
c. Kesadaran mengenai hak generasi penerus atas alam. Kesadaran ini mengharus-
kan orang percaya memahami bahwa alam bukan hanya untuk generasi sekarang
saja. Tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Oleh karena itu apa yang
dilakukan oleh generasi sekarang harus mengingat hak generasi penerus.
d. Kesadaran mengenai hak asasi semua mahluk atas alam sebagai rumah kediaman
bersama. Kesadaran ini mengharuskan orang percaya untuk menghormati hak
azasi semua mahluk lain di alam.

D. Sikap Terhadap IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi)


Akal budi merupakan pemberian Allah kepada manusia. Dengan berfungsinya
akal budi ini maka lahirlah Ilmu Pengetahuan. Dengan akal budi ini manusia
mengusahakan, menata, dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dalam bersikap terhadap
alam. Karena semua itu dalam kehidupan manusia terdapat kehidupan kultural; sebagai
salah satu dimensi kehidupan manusia. Dimensi kultural tersebut membuat kehidupan
manusia bermartabat manusia, bermartabat mandataris Allah.
Sebagai mahluk yang diciptakan menurut gambar Allah menusia dilengkapi
dengan iman. Iman memberikan kemampuan kepada manusia untuk menghayati
hubungannya dengan Allah. Berkat penghayatan tersebut, manusia memiliki kehidupan
religius. Dimensi religius membuat manusia bermartabat manusia, bermartabat gambar
Allah. Iman dan akal budi merupakan alat perlengkapan yang diberikan Sang Khalik
kepada mannusia. Keduanya berasal dari penciptaan dengan fungsi yang berbeda tetapi
sama-sama dibutuhkan manusia untuk membuat kehidupannya bermartabat manusia. Sikap
orang percaya terhadap IPTEK didasarkan pada dua hal yaitu :
1. Adeg (keberadaan) manusia sebagaimana diciptakan oleh Allah.
Adeg (keberadaan) manusia dipahami bahwasanya manusia adalah satu-satunya
mahkluk yang harus memprogramkan dan menciptakan kehidupannya sendiri. Oleh sebab
itu manusia diberi kebebasan serta dilengkapi dengan akal budi.
2. Hubungan manusia dengan alam sebagaimana diletakkan oleh Sang Khalik
dalam penciptaan.
Sejak awal manusia telah mengusahakan pengetahuan tentang segala sesuatu
mengenai manusia sendiri dan alam. Usaha inilah yang disebut ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan ini dibutuhkan manusisa dalam bersikap terhadap alam. Pengerjaan secara
tehnis atas pengetahuan yang sudah diperoleh itu menimbulkan ilmu yang disebut
tekhnologi. Dalam olah iptek manusia memfungsikan akal budinya, hal ini mengandung
resiko terjadinya pendewasaan terhadap akal budi dan menghilangkan iman.Akan tetapi
tidak berarti karena takut akan resiko yang dihadapi, kemudian kita menyingkirkan akal
budi dan meninggalkan iptek. Hal yang perlu kita lakukan adalah membenahi wawasan kita
mengenai akal budi dan bagimana kita menyikapi.

E. Sikap terhadap Sekularisme, Scientisme dan Teknologisme


Manusia memiliki Iman dan akal budi. Dalam keadaan sehat iman dan akal budi
akan saling menunjang. Tetapi karena kelamahan kita, ada kalanya akal budi dimutlakkan
menyisihkan iman, atau sebaliknya. Beberapa bentuk pemutlakkan akal budi dengan
menyisihkan iman antara lain :
a) Sekularisme.
Sekularisme adalah : pandangan dan sikap hidup bahwa manusia dengan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi merasa dirinya sebagai satu-satunya penguasa
atas alam. Sekularisme adalah ekses (akibat negatif) dari Sekularisasi. Sebenarnya
sekularisasi adalah hal yang wajar karena sebagai bentuk pembudayaan manusia yang lebih
tinggi dalam pemanfaatan Iptek untuk pengelolaan alam semesta dan manusia supaya
menunjang hidupnya.
b) Scientisme.
Scientisme adalah pandangan dan sikap hidup yang menempatkan ilmu pengetahuan
(latin: scientia) di atas segala-galanya, bahkan menempatkan pembuktian ilmiah sebagai
satu-satunya pembuktian kebenaran.
c) Teknologime.
Teknologisme adalah : pandangan dan sikap hidup yang mengangkat teknologi
sebagai alat untuk menentukan dan memecahkan masalah-masalah etis, bahkan hal-hal
yang menyangkut kemanusiaan manusia.
Sikap orang percaya dalam menghadapi sekularisme, scientisme dan tehnologisme :
1) Tidak menggunakan Iptek sebagai alat untuk menyangkal Allah.
2) Menggunakan iptek dengan benar dan penuh tanggung jawab demi
kesejahteraan umat manusia.
3) Tidak menjadikan iptek sebagai penentu kebenaran segala segi kehidupan manusia.
F. Sikap Terhadap Negara
Kehidupan negarawi adalah salah satu bentuk kehidupan manusia di dunia, karena orang
percaya menerima dan menjalani kehidupan manusia di dunia dengan serius, maka ia juga
menerima dan menjalani kehidupan negarawi dengan serius. Dasar bagi orang percaya
untuk menentukan sikap dalam menjalani kehidupan negarawi adalah : hakekat dan watak
kehidupan negarawi itu sendiri di bawah terang Alkitab. Jadi tidak langsung didasarkan
pada Alkitab, karena Alkitab bukanlah ‘Juklak’ bagi kehidupan negarawi. Sedangkan
hakekat negara adalah : suatu bentuk kehidupan bersama manusia, dengan cakupan paling
luas dan dengan kekuasaan paling besar.

Anda mungkin juga menyukai