Anda di halaman 1dari 2

Berani Menyingkapkan Yang Terselubung

Lukas 9: 28-43a ; Nas 28-36

Ibu, bapak..
Ada sebuah cerita. Tentang seorang tukang cat yang bekerja untuk mengecat
sebuah rumah. Setelah dia mengecat hampir seluruh dinding rumah, tiba saatnya
dia harus mengecat dinding yang tinggi. Ketika dia mengecat dinding yang tinggi
dengan kuas gulung, timbullah percikan cat yang halus sehingga meninggalkan
bercak-bercak putih di kacamatanya. Bercak-bercak itu tampak jelas oleh orang lain,
tetapi tukang cat itu sendiri tak menyadarinya. Oleh karenanya pekerjaannya
menjadi sedikit terganggu dan membuat hasil pekerjaannya kurang maksimal. Dia
kemudian diingatkan oleh sang pemilik rumah. Tetapi tukang cat itu tetap merasa
bahwa apa yang dikerjakannya sudah sangat baik. Pemilik rumah kemudian
mengingatkan bahwa di kaca matanya ada bercak-bercak kecil, sehingga
dimungkinkan itu menganggu penglihatannya, tetapi tukang cat itu tidak
mempercayainya dan tetap melanjutkan pekerjaannya. Karena kecewa, sang pemilik
rumah kemudian menggantinya denga tukang cat yang lain.
Suatu pagi hendak bekerja di tempat yang lain, sinar matahari yang menembus
lensa kacamata tukang cat membuat bercak-bercak itu terlihat sehingga
mengganggu penglihatan dan harus dibersihkan agar dia bisa bekerja dengan
nyaman kembali.

Ibu, bapak..
Ilustrasi ini mengingatkan kita tentang sama halnya dengan beberapa cacat kecil
moralitas kita. Orang lain dapat melihatnya, tetapi kita tidak. Sering kali kita terjebak
dengan pengakuan diri sendiri bahwa kita sudah melakukan hal yang benar dengan
segala dalih atau alasan yang kita rasa bisa membuat kita melakukan segala
sesuatu dengan ukuran kebenaran kita. Logika kita menjadi seolah-olah terselubung
oleh dosa dan kesalahan yang kita anggap kecil. Oleh karena itu, ijinkan saya di
Minggu transfigurasi saat ini mengusulkan bagaimana kita mempunyai keberanian
untuk menyingkapkan semua hal yang tidak benar yang telah menyelubungi diri kita
untuk kemudian bisa menjalankan dan mewujudkan perintah Tuhan di dalam hidup
kita melalui refleksi dari Injil Lukas yang kita baca.

Ibu, bapak..
Setiap kali kita membaca dan merenungkan nas ini, biasanya imajinasi kita segera
melayang ke peristiwa kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga, sesuatu yang
sebenarnya baru akan kita temui empat belas pasal lagi. Kemunculan dua tokoh
Perjanjian Lama, yaitu Musa dan Elia bukan sekadar hendak mendukung status
Yesus, tetapi mengokohkan tujuan kepergian Yesus ke Yerusalem yang penuh
kemuliaan melalui salib (31, lih. juga 22 dan 51). Akan tetapi, bukan hanya masa lalu
yang tampil saat itu, karena Yesus pun memancarkan kemuliaan surgawi, sesuatu
yang akan digenapi setelah kebangkitan-Nya nanti.
Kita harus siap untuk mengakui bahwa fokus nas ini bukanlah melulu Kristologi,
melainkan juga eklesiologi dan kemuridan: apa yang harus dilakukan para murid dan
respons apa yang harus mereka berikan?
Bacaan ini menceritakan peristiwa Transfigurasi Yesus, yang menunjukkan adanya
perubahan di dalam diri Yesus pada waktu Ia berdoa di atas sebuah gunung. Pada
waktu berdoa, Yesus berubah rupa penuh dengan kemuliaan dan dalam kemuliaan itu
Ia berjumpa dengan Musa dan Elia. Kehadiran Musa dan Elia menjadi penanda
bahwa Yesus adalah penggenapan atas hukum Taurat dan nubuatan para Nabi.
Terlebih lagi adanya penegasan akan suara Allah yang berkata, “Inilah Anak-Ku
yang Ku pilih, dengarkanlah Dia!”.

Ibu, bapak..
Melalui pernyataan dengarkanlah Dia, kita diajak untuk menundukkan diri
sepenuhnya pada apa yang Yesus perintahkan. Peristiwa yang dialami oleh Yesus
menunjukkan bahwa Allah Bapa berkenan pada-Nya dan mengharapkan para
murid dan juga kita untuk mendengarkan Yesus. Transfigurasi yang terjadi dalam
diri Yesus merupakan suatu peneguhan, bahwa di dalam Kristus ada kemuliaan
Allah yang datang untuk menyelamatkan umat manusia melalui kematian dan
kebangkitan-Nya. Ia mengundang setiap kita untuk sepenuhnya percaya pada
Kristus dan menaati segala teladan yang Ia berikan kepada kita (ayat 37-42).
Terlebih lagi untuk mempunyai keberanian Menyingkapkan setiap hal yang
mungkin kita sembunyikan selama ini. Karena melalui firman Tuhan saat ini,
cahaya kebenaran Tuhan Yesus Kristus akan menyinari kita sehingga segala cacat
itu dapat terlihat dengan jelas. Karakter-Nya yang murni, kasih sejati-Nya, dan
motivasi-Nya yang tulus akan menyingkapkan bercak-bercak dosa yang ada dalam
setiap tindakan kita.
Contohnya: kebohongan kecil yang kita anggap baik, kemarahan yang egois,
kemunafikan kecil, dan motivasi yang tidak murni akan terlihat jelas saat kita mau
membuka diri, terutama saat kita mendadak diri kita sendiri untuk dapat ikut di
dalam perjamuan Kudus seperti saat ini.

Ibu, bapak..
Bila di bulan Februari ini kita belajar untuk hidup sebagai orang yang dipulihkan
Tuhan melalui kesadaran diri bahwa kita sudah diampuni dan diutus (Minggu 1),
sehingga kita menjadi umat yang berbahagia karena mendapatkan pemulihan dari
Allah (Minggu 2), karena anugerah kasih Allah itulah kemudian kita harus
mewujudkannya dengan mengasihi semua orang (Minggu 3), dan itu membutuhkan
keberanian untuk menyingkapkan semua yang terselubung. Kesadaran kita akan
kerapuhan diri inilah yang seharusnya membuat kita memiliki eksistensi untuk berani
membuka diri akan karya-karya Allah. Hal ini yang akan membuat kita berani
berekspresi sebagai cermin kasih ilahi. Amin

Anda mungkin juga menyukai